DISUSUN OLEH:
KELAS : DIV/3A
JURUSAN KEBIDANAN
T.A 2021-2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Pada Kasus Asfiksia Bayi
Baru Lahir. Laporan ini disusun dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi
mahasiswa yang mengikuti pendidikan DIV Kebidanan.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari keterbatasan kami selaku
penulis, oleh karena itu demi pengembangan kreatifitas dan penyempurnaan laporan ini, kami
mengharapkan saran dan masukan dari pembaca maupun para ahli, baik dari segi isi, istilah serta
pemaparannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini. Akhir kata,
semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar belakang.........................................................................................4
b. Tujuan............................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Asfiksia................………..……………………………………………………………..5-9
2. Teori Manajemen…………………………………………………………………….9-20
3. Tinjauan kasus............................................................................................................21-38
4. Pembahasan................................................................................................................39-43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………......44
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini angka kematian Ibu dan angka kematian Bayi Perinatal di Indonesia masih
sangat tinggi, menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia.
Pelayanan Kesehatan Neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, masalah
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahaan
dan penanggulangan dini terhadap faktor faktor yang memperlemah kondisi sekarang ibu
hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan dan
buruknya hygiene.
Kurang baiknya penaganan bayi baru lahir sehat akan menyebabkan kelainan kelainan
yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup , bahkan kematian.
Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup dihadiri bidan yang dapat diberi tanggung
jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. Oleh karena
kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi beberapa saat sesudah selesainya persalinan yang
dianggap normal, maka bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya perubahan
perubahan pada ibu dan bayi bila perlu memberikan pertolongan seperti penghentian
perdarahan, membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen dan nafas buatan .
B. TUJUAN
1. Mampu mengidentifikasi dan mengdiagnosa masalah potensial pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
2. Mampu Membuat Rencana Tindakan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia.
3. Mampu Mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada bayi baru lahir dengan
Asfiksia.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Asfiksia Neonaturum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur setelah dilahirkan. Akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penangganan
B. Penyebab Asfiksia
Menurut Syarifudin,beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
sehingga aliran oksigen ke janin juga berkurang misalnya pada ibu dengan preeklampsia,
perdarahan abnormal, partus lama dan lain-lain, akibatnya terjadi gawat janin dan hal inilah yang
menyebabkan asfiksia bayi baru lahir. Pada keadaan bayi, misalnya bayi prematur, kelainan
kongenital, dan air ketuban yang bercampur mekonium, bayi mungkin mengalami asfiksia
walaupun tanpa didahului oleh keadaan gawat janin. Selain itu pada keadaan tali yaitu akibat dari
penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke bayi, misalnya lilitan tali pusat, tali
pusat pendek dan simpul tali pusat, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia.
Menurut Sudarti dan Fauziah(2013),tanda – tanda dan gejala bayi baru lahir mengalami asfiksia
meliputi :
5
Klasifikasi Asfiksia plasenta berkurang bayi tidak dilakukan dengan sempurna.
Tanda 0 Nilai
1 2
Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
ekstermitas biru kemerah-
merahan
6
Asfiksia sedang
a. Pengertian
Asfiksia sedang adalah keadaan bayi dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir dengan skor Apgar 4-6 (Marmi dan Rahardjo, 2012).
Menurut Syarifudin dkk (2011), patofisiologi asfiksia sedang yaitu : Penyebab asfiksia dapat
berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan
perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Pernafasan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara pada bayi,proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernapasan agar terjadi “primary grasping” yang kemudian akan berlanjut dengan
pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
7
5) Memberikan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, dan
menggosok punggung bayi dengan menggunakan telapak tangan (Jenny, dkk 2013)
6) Mengatur kembali posisi bayi dan selimuti bayi (Jenny, dkk 2013)
7) Melakukan penilaian bayi apakah bayi bernafas normal atau megap – megap, bila bayi
bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi dan bila bayi megap – megap lakukan
ventilasi bayi
8) Bila bayi masih megap – megap lakukan ventilasi pada bayi (Jenny, dkk 2013)
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam
paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan
teratur (Jenny, dkk 2013)
Langkah – langkah ventilasi menurut Sudarti dan Fauziah (2013), yaitu sebagai berikut :
8
Teori Menejemen Kebidanan
1. Pengertian
9
otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada (Syarifudin dkk,
2011).
3) Antenatal care (ANC) : ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan memtal dan fisik ibu hamil, setidaknya 4 kali selama
periode antenatal satu kali kunjungan selama trimester 1, dua kali kunjungan
selama trimester 2, dua kali kunjungan selama trimester 3 (Kumalasari, 2015).
4) Penyuluhan : Penyuluhan apa yang pernah didapat klien perlu di tanyankan untuk
mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah didapat klien dan berguna
bagi kehamilannya (Astuti, 2012).
5) Imunisasi tetanus toksoid (TT) : Tanyakan kepada klien apakah sudah pernah
mendapatkan imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa memberikannya. Imunisasi
TT diperlukan melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum (Astuti,
2012).
6) Kebiasaan ibu sewaktu hamil
1. Pola nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2. Pola eliminasai : Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
3. Pola istirahat : Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebisaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan
tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4. Personal hygiene : Data ini perlu kita kaji karena bagaimanapun juga hal
ini akan mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Beberapa
kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan kebersihan diri diantaranya
adalah mandi, keramas ganti baju dan celana dalam dan juga kebersihan
kuku (Sulistyawati,2009).
10
5. Psikologi budaya : untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien (Ambarwati dan Wulanndari, 2010).
2. Data objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan,
dan data penunjang yang diperoleh dari hasilpemeriksaan laboratorium (Sari, 2012).
a) Pemeriksaan khusus Pemeriksaan APGAR pada menit pertama,dan ke5 atau
setiap 5 menit sampai 20 menit (Sudarti dan Fauziah, 2013).
b) Pemeriksaan umum menurut Kumalasari (2015), yaitu Periksa secara
keseluruhan, bagian kepala badan dan ekstermitas, tonus otot, tingkat aktivitas,
warna kulit dan bibir, dan tangis bayi. Pemeriksaan tand-tanda vital
1) periksa laju napas dengan melihat tarikan napas pada dada menggunakan
petunjuk waktu. laju nafas normal 40-60 permenit.
2) Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop. Laju jantung normal
120-160 kali permenit.
3) Periksa suhu dengan menggunakan thermometer. Suhu normal 36,5-37,2̊C
c) Pemeriksaan fisik sistematis:
1) Kepala : Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal, periksa adanya trauma kelahiran dan perhatikan
adanya kelainan kongenital (Marmi dan Rahardjo, 2012).
2) Mata : Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi
terbuka, periksa jumlah, posisi atau letak mata, periksa katarak
kongenital,perika adanya trauma, periksa adanya secret (Marmi dan
Rahardjo, 2012).
3) Telinga : Periksa dan pastikan jumlah, bentuk, dan posisinya (Kumalasari,
2015).
4) Hidung : Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya
harus lebih dari 2,5 cm (Kumalasari, 2015).
11
5) Mulut : Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk simetris.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah (Kumalasari,
2015).
6) Leher : Leher bayi biasanya pendek dan harus di periksa kesimetrisanya,
periksa adanya trauma leher, lakukan perabaan untuk mengidentifikasi
adanya pembengkakan (Marmi dan Rahadjo, 2012).
7) Dada : Periksa kesimetrisan dada dalam bernafas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis, diafragma atau
hernia diafragmatika (Kumalasari, 2015). Pada pemeriksaan Asfiksia
sedang ada retraksi dinding dada (Jenny dkk, 2013).
8) Abdomen : Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan
dengan gerakan dada saat bernafas (Kumalasari, 2015).
9) Genetalia : pada laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm,
periksa lubang uretra, skrotum ada dua. Pada bayi perempuan labia
mayora menutupi labia minora lubang uretra terpisah dengan lubang
vagina. (Marmi dan Rahardjo, 2012).
10) Anus : periksa adanya atresia ani, kaji posisinya. Mekonium secara umum
keluar pada 24 jam pertama. (Kumalasari, 2015).
11) Ekstremitas : tidak terdapat polidaktili dan syndaktili (Jenny dkk,2013).
Pada kasus asfiksia ekstermitas terkulai (Sukarni dan Sudarti, 2014).
12) Kulit : perhatikan kondisi kulit bayi. Periksa adanya ruam dan bercak atau
tanda lahir. Periksa adanya pembengkakan. Perhatikan adanya verniks
kaseosa. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada
bayi kurang bulan (Kumalasari, 2015). Pada kasus Asfiksia sedang bayi
tampak sianosis (Dewi, 2013).
12
5 ketukan pertama. Pada kasus asfiksia sedang reflek glabelar baik karena
bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan (Dewi, 2013).
2) Reflek sucking : Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area
sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan. Reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi bahkan tanpa rangsangan sekalipun. Pada kasus asfiksia
sedang reflek sucking lemah karena usaha nafas bayi lambat (Dewi, 2013).
3) Refleks rooting : Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi bayi tersebut dan
mulai menghisap. Tindakan ini harus hilang pada usia kira-kira 3-4tahun.
Pada kasus asfiksia sedang reflek rooting menyeringai karena tonus otot
lemah (Jenny, dkk 2013).
4) Reflek grasping : Refleks grasping ini dapat ditimbulkan dengan cara
menggoreskan jari-jari pemeriksa pada permukaan telapak tangan bayi.
Bayi akan menggenggam jati pemeriksa dan genggaman tersebut cukup
erat sehingga dengan genggaman tersebut bayi dapat diangkat. Pada kasus
asfiksia sedang reflek grasping baik karena bayi masih dapat bereaksi
terhadap rangsangan yang di berikan (Dewi, 2013).
5) Reflek moro : Reflek ini timbul pada saat bayi terkejut, umumnya karena
ia merasa akan jatuh atau karena ada suara yang sangat keras. Pada kasus
asfiksia sedang reflek moro lemah karena tonus otot menyeringai (Jenny
dkk, 2013).
6) Reflek tonik neck : Ekstremitas pada satu sisi ketika kepala ditolehkan
akan ekstensi, dan ekstermitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala
bayi ditolehkan ke satu sisi saat istirahat. Respon ini mungkin tidak ada
atau tidak lengkap segera setelah lahir. Pada kasus asfiksia sedang reflek
tonik neck baik karena bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan.
e) Pemeriksaan penunjang
13
Adakah pemeriksaan yang dapat menunjang (Jenny dkk,2013). Dalam
pemeriksaan asfiksia pemeriksaanpenunjangnya adalah pemeriksaan PH darah
janin (Syarifuddin dkk, 2011).
DO :
1) KU : Baik , cukup atau lemah. (Norma dan Dwi, 2013)
2) Pemeriksaan TTV menurut Kumalasari, (2015).
periksa laju napas dengan melihat tarikan napas pada dada
menggunakan petunjuk waktu. laju nafas normal 40-60 permenit.
Pada kasus asfiksia pernafasan kurang dari 30x permenit (Sukarni
dan Sudarti, 2014).
Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop. Laju jantung
normal 120-160 kali permenit. Pada kasus asfiksia laju jantung
lebih dari 100x/ menit (Marmi dan Rahardjo, 2012).
Periksa suhu dengan menggunakan thermometer. Suhu normal
36,5-37,2̊C.
14
3) Warna kulit dan bibir bayi : kemerahan atau kebiruan (Kumalasari, 2015).
pada kasus asfiksia sedang bayi tampak sianosis (Dewi, 2013).
4) Tingkat aktifitas atau tonus otot : Gerakan bayi aktif atau tidak atau tidak
(Kumalasari, 2015). Pada kasus asfiksia sedang tonus otot biasanya dalam
keadaan baik (Dewi, 2013).
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (Yulifah dan Surachmindari,
2013).
Masalah Pada kasus asfiksia Bayi akan menunjukkan pernafasan megap-megap
(Prawiroharjo, 2009).
3) Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Sari, 2012).
Kebutuhan : Membersihkan jalan nafas (Syarifuddin, 2011)
15
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Antisipasi :
1) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, lakukan asuhan pascaresusitasi.
2) Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas mulai lakukan ventilasi bayi (Jenny
dkk, 2013).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1) Jaga bayi tetap hangat (Jenny, dkk 2013)
2) Atur posisi bayi , dengan menempatkan pengganjal bahu sehingga kepala sedikit
ekstensi (Jenny, dkk 2013).
3) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dengan delee, hisap mulai dari
mulut 5cm dan hidung 3cm (Jenny, dkk 2013).
4) Keringkan bayi mulai dari wajah, kepala dan bagian tubuh lainnya (Jenny, dkk
2013).
5) Berikan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, dan
menggosok punggung bayi dengan menggunakan telapak tangan (Jenny, dkk
2013).
6) Atur kembali posisi bayi dan selimuti bayi (Jenny, dkk 2013).
7) Lakukan penilaian bayi apakah bayi bernafas normal atau megap – megap, bila
bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi dan bila bayi megap –
megap lakukan ventilasi bayi.
8) Bila bayi masih megap – megap lakukan ventilasi pada bayi (Jenny, dkk 2013)
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume
udara kedalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi
bisa bernafas spontan dan teratur (Jenny, dkk 2013).
16
Langkah – langkah ventilasi menurut Sudarti dan Fauziah (2013), yaitu sebagai
berikut :
a) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
b) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat
c) Periksa ulang posisi. Pastikan posisi telah dalam posisis setengah tengadah
Letakkan sungkup meliputi dagu , hidung, dan mulut
d) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan
dengan melakukan ventilasi sebayak dua kali, dan oeriksa gerakan dinding
dada.
e) Bila pertautan baik dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi
dengan menggunakan oksigen.
f) Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada
g) Bila dinding dada naik turun dengan baik berati ventilasi berjalan secara
adekuat.
9) Menilai keadaan umum bayi dan vital sign bayi (Jenny, dkk 2013)
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisiendan aman. Pada
langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainya (Yulifah dan Surachmindari,
2013).
1) Menjaga bayi tetap hangat (Jenny, dkk 2013)
2) Mengatur posisi bayi , dengan menempatkan pengganjal bahu sehingga kepala
sedikit ekstensi (Jenny, dkk 2013).
3) Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dengan delee, hisap mulai
dari mulut 5cm dan hidung 3cm (Jenny, dkk 2013).
4) Mengeringkan bayi mulai dari wajah, kepala dan bagian tubuh lainnya (Jenny,
dkk 2013).
17
5) Memberikan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, dan
menggosok punggung bayi dengan menggunakan telapak tangan (Jenny, dkk
2013).
6) Mengatur kembali posisi bayi dan selimuti bayi (Jenny, dkk 2013).
7) Melakukan penilaian bayi apakah bayi bernafas normal atau megap – megap, bila
bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi dan bila bayi megap –
megap lakukan ventilasi bayi (Jenny, dkk 2013).
8) Bila bayi masih megap – megap lakukan ventilasi pada bayi (Jenny, dkk 2013)
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume
udara kedalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi
bisa bernafas spontan dan teratur (Jenny, dkk 2013).
Langkah – langkah ventilasi menurut Sudarti dan Fauziah (2013), yaitu sebagai
berikut :
a) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
b) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat
c) Periksa ulang posisi. Pastikan posisi telah dalam posisis setengah tengadah
d) Letakkan sungkup meliputi dagu , hidung, dan mulut.
e) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan
dengan melakukan ventilasi sebayak dua kali, dan oeriksa gerakan dinding
dada.
f) Bila pertautan baik dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi
dengan menggunakan oksigen.
g) Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada
h) Bila dinding dada naik turun dengan baik berati ventilasi berjalan secara
adekuat.
9) Menilai keadaan umum bayi dan vital sign bayi (Jenny, dkk 2013)
18
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan. Hal yang
dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan
masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar-benar efektif dalam pelaksanaanya.(Yulifah danSurachmindari, 2013). Pada
langkah ini mengevaluasi hasil tindakan apakah resusitasiBerhasil atau tidak.
19
Data Perkembangan
Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan asfiksia sedang ini menggunakan SOAP menurut (Jenny dkk, 2013).
S : Subjektif
O : Objektif
a) Diagnosa / masalah
b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter / konsultasi / kolaborasi dan atau
rujukan. (Langkah II, III, IV Varney)
P : Planing
20
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal :25 April 2015 Pukul : 18.20 WIB
a. IDENTITAS
i. Identitas Bayi
a) Nama Bayi : Bayi Ny. S
b) Umur : 0 Hari
c) Tgl/Jam Lahir : 25 April 2016 / 18.20 WIB
d) Jenis Kelamin : Laki laki.
e) Berat badan lahir : 3400 gram.
f) Panjang badan lahir : 50 Cm
21
10) ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
1) Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 4 Juli 2015.
b. HPL : Ibu mengatakan hari perkiraan lahir anaknya tanggal 10 April 2016
melahirkan tanggal 25 April 2016.
c. Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan kadang mual dan muntah,pusing tapi tidak
mengganggu aktifitas
Trimester II : Ibu mengatakan mual muntah berkurang, dan tidak ada keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
d. ANC : Ibu mengatakan melakukan ANC sebanyak 7 kali di Bidan secara teratur
Trimester I : 2 kali pada umur kehamilan 6 minggu dan 12 minggu
Trimester II : 2 kali pada umur kehamilan 16 minggu dan 20 minggu.
Trimester III : 3 kali pada umur kehamilan 32 minggu.35 minggu dan 38 minggu
e. Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi pada ibu hami, tablet
penambah darah, dan tanda-tanda persalinan
f. Imunisasi TT :
Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali
TT1 : Pada saat akan menikah
TT2 : Pada umur kehamilan 4 bulan
22
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit saat hamil Ibu mengatakan selama hamil tidak
menderita penyakit apapun seperti anemia, hipertensi,dan lain-lain.
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : Ibu mengatakan dadanya tidak berdebar debar dan merasakan nyeri
dada sebelah kiri.
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pinggang bagian kanan dan kiri
3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas berkepanjangan.
4) TBC : Ibu mengatakan Tidak Pernah Batuk Berkepanjangan lebih dari 100
hari. Hepatitis : Ibu mengatakan pada kulit, mata, kuku tidak pernah berwarna
kuning. DM : Ibu mengatakan tidak sering merasakan lapar dan sering BAK
pada malam hari.
5) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing yang menetap
dan tidak pernah mengalami tensi lebih dari 140/90 mmHg.
6) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang dan mengeluarkan
busa dari mulut.
7) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami riwayat penyakit menular
seperti HIV/AIDS, Infeksi Menular Sexual (IMS) ataupun penyakit yang
lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
lbu mengatakan dalam keluarganya maupun keluaga suaminya tidak mempunyai
riwayat penyakit menurun seperti Jantung, DM, epilepsi, dan riwayat penyakit
menular seperti TBC, Hepatitis, IMS ataupun HIV/AIDS.
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan baik dari pihaknya maupun pihak suaminya tidak mempunyai
riwayat keturunan kembar.
e. Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi.
23
11) Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1) Pemeriksaan Khusus (Apgar Score)
Tabel 4.1 APGAR Score Bayi Ny.S
2) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Somnolent
c. Suhu : 37˚C
d. Pernafasan : 50 x/menit
e. Nadi : 100 x/menit
24
3) Eliminasi
a. BAK : Belum keluar
b. BAB : Belum keluar
4) Pemeriksaan fisik sistematis
a. Kepala : Bentuk normal, tidak ada cephalhematoma atau caput
succedaneum.
b. Ubun-ubun : ubun-ubun kecil belum menutup.
c. Muka : Simetris, bersih, warna merah muda.
d. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, conjungtiva warna merah muda dan
sklera putih.
e. Telinga : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen
f. Hidung : Tidak ada polip, berlubang, simetris.
g. Mulut : Bibir warna merah muda, mukosa basah, tidak ada kelainan
labioskizis atau labiopalatoskizis.
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
i. Dada : Simetris, tidak ada retraksi saat jantung tidak bising, tidak ada
suara tambahan.
j. Abdomen : Perut tidak kembung.
k. Tali Pusat : Tali pusat terjepit klem tali pusat, bersih, masih basah,
terbungkus kassa steril.
l. Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum
m. Ekstrermitas
Atas : Aktif, jumlah jari lengkap, kuku belum melebihi ujung jari.
Bawah : Aktif, jumlah jari lengkap, kuku belum melebihi ujung jari.
n. Tulang punggung : Normal, tidak ada benjolan atau tumor.
o. Anus : (+) Berlubang.
25
12) Pemeriksaan Reflek
1) ReflekMoro : Lemah, bayi memperlihatkan gerakan seperti memeluk ketika di rangsang .
2) Reflek Rooting : Lemah, bayi menoleh ke arah rangsangan ketika sudut mulut bayi di
sentuh dengan tangan.
3) Reflek Sucking : Lemah, reflek menghisap dan menelan bayi belum sempurna.
4) Reflek Grasping : Lemah,, saat bayi diberi rangsangan pada tangannya bayi
menggenggam tangan nya.
5) Reflek Babinski : Lemah, saat telapak kaki bayi diberi rangsangan secara langsung bayi
menggerakan kaki dan jari-jari kaki.
6) Reflek Tonik neck : Lemah, bayi ada reflek melawan tetapi lambat ketika kepala bayi di
gelengkan kesalah satu sisi dan menoleh kearah berlawanan.
26
2. INTERPRESTASI DATA
Tanggal :25 April 2016 Pukul : 18.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. S Umur 0 hari jenis kelamin laki laki dengan Asfiksia Sedang.
Data Dasar :
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan telah melahirkan anak yang kedua dengan jenis kelamin Laki
laki pada tanggal 25 April 2016 , pukul 18.20 WIB dengan berat badan
3400gram dan ibu mengatakan belum pernah keguguran
2) Ibu mengatakan HPHT nya tanggal 4 juli 2015
3) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis
4) Ibu mengatakan bayinya mau menyusu tapi sedikit
Data Obyektif :
1) KU : Lemah
2) Kesadaran : Somnolent
3) Vital sign : R : 52 x/menit, N : 132 x/menit, S:37̊C
4) APGAR Score 1 menit pertama :5 yaitu
a. Warna kulit : Pucat / biru
b. Frekuensi jantung : Lambat <100x/menit
c. Reflek : Gerakan lemah
d. Aktifitas / tonus otot : Ekstermitas fleksi
e. Usaha nafas : Lambat tidak teratur
5) Reflek :
a. Reflek moro : Lemah
b. Reflek rooting : Lemah
c. Reflek sucking : Lemah
d. Reflek grasping : Lemah
e. Relek babnski : Lemah
f. Reflek tonic neck : Lemah
27
b. Masalah Bayi
kesulitan bernafas karena ada lendir pada jalan nafas.
c. Kebutuhan
Pembersihan jalan nafas dan pengeluaran lendir
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Potensi terjadi asfiksia berat
5. PERENCANAAN
Tanggal 25 april 2016 Pukul : 18.25WIB
a. Keringkan tubuh bayi
b. Jaga kehangatan bayi
c. Berikan rangsangan taktil bayi
d. Bersihkan jalan nafas bayi dari mulut ke hidung
e. Lakukan Resusitasi pada bayi
f. Lakukan advis dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan selanjutnya
dengan rawat di incubator lalu pasang O2 2 liter/ menit.
g. Lakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign bayi.
6. PELAKSANAAN
Tanggal 25 APRIL 2016 Pukul: 18.28 WIB
a. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk bersih dan kering
b. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus dengan kain kering
28
c. Memberikan rangsangan taktil pada punggung bayi dan telapak kaki bayi
d. Membersihkan jalan nafas bayi dari hidung ke mulut dengan dee lee
e. Melakukan resusitasi pada bayi.
1) Sorotkan lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm.
2) Periksa ulang posisi. Pastikan posisi telah dalam posisi setengah tengadah.
3) Letakkan sungkup meliputi dagu , hidung, dan mulut.
4) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan dengan
melakukan ventilasi sebayak dua kali, dan Periksa gerakan dinding dada.
5) Cek perlekatan 2x, Bila pertautan baik dan dinding dada mengembang maka
lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen
6) Melakukan ventilasi sebanyak 5x dan bayi sudah menangis.
f. Melakukan advis dokter dengan merawat bayi di inkubator dan memberikan O2 2
liter/menit.
g. Memeriksa keadaan umum bayi dan vital sign.
7. EVALUASI
Tanggal 25 april 2016 Pukul : 18.30WIB
a. Bayi telah dikeringkan dengan handuk bersih.
b. Tubuh bayi telah dihangatkan dengan menyelimuti kain bersih.
c. Punggung dan telapak kaki bayi sudah di beri rangsangan taktil.
d. Jalan nafas bayi sudah di bersihkan dengan dee lee.
e. Bayi sudah menangis kuat.
f. Bayi sudah di rawat di incubator dengan suhu 36, 6̊C dan sudah diberikan O2
2liter/menit.
g. Hasil pemeriksaan bayi :
Keadaan umum bayi : cukup.
Vital sign N : 132x/menit
R : 52x/menit
S :37̊C
29
DATA PERKEMBANGAN I
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
Bayi Ny.S umur 0 hari, jenis kelamin laki laki dengan Asfiksia sedang
P : Planning
1) Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan memakaikan pakaian dan diselimuti dengan kain
bersih.
30
2) Memberikan injeksi vit. K 1mg di paha kiri dan Hb0 IM di paha kanan anterolateral bayi.
3) Memberikan salep mata eritromisin 0,5 % pada bayi.
4) Melakukan perawatan tali pusat dengan kassa steril.
5) Mengobservasi intake dan output bayi.
6) Menjaga kebersihan bayi dengan mengganti popok dan bedong bila basah.
7) Mengobservasi oksigen pada bayi dan bayi tetap di dalam incubator
Evaluasi
31
DATA PERKEMBANGAN II
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
Bayi Ny.S umur 1 hari jenis kelamin laki laki dengan asfiksia sedang
32
P : Planning
Evaluasi
33
DATA PERKEMBANGAN III
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
Bayi Ny. S umur 2 hari, jenis kelamin laki laki dengan riwayat Asfiksia sedang.
34
P : Planning
Evaluasi
Kesadaran : composmentis,
35
DATA PERKEMBANGAN IV
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
Bayi Ny. S umur 3 hari, jenis kelamin laki laki dengan riwayat asfiksia sedang.
P : Planning
1) Memberitahu ibu dan keluarga Vital sign dan keadaan umum bayi.
2) Mengobservasi intake dan output bayi
3) Mengajarkan ibu merawat Tali Pusat dengan membungkus tali pusat menggunakan kassa
steril yang kering.
36
4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja kepada bayinya sampai bayi berusia 6
bulan ( ASI esklusif ) memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberikan setiap 2 jam
sekali atau setiap bayi menginginkan tanpa dijadwal (ASI on demand).
5) Memberikan KIE tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir yaitu suhu tubuh yang tinggi >
37,5̊C dan kurang dari 36,5̊C, warna kulit yang kebiruan dan kuning, tali pusat yang
berbau , kemerahan dan mengeluarkan nanah, bayi tidak mau menyusu, pernafasan
kurang atau lebih dari 40-60 x/menit. Dan apabila bayi mengalami tanda tanda tersebut
segera bawa bayi ke tenaga kesehatan terdekat.
6) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bayi 1 minggu lagi.
7) Melaksanakan advice Dari Dokter Spesialis Anak, yaitu: bayi diperbolehkan pulang.
Evaluasi
Kesadaran : composmentis
Pernafasan : 60x/menit
Suhu : 36,6̊C
37
6. Ibu bersedia untuk membawa bayinya ke Rumah Sakit untuk kontrol ulang 1 minggu lagi.
7. Keluarga telah melengkapi administrasi dan bayi diperbolehkan pulang pukul
8. 18.30 WIB.
38
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. S dengan asfiksia sedang di RSUD
Karanganyar, maka penulis akan memaparkan kesesuaian antara konsep teori dengan
penatalaksanaan kasus di lahan. Adapun rincian hasil pembahasan antara teori dan praktik yang
penulis temukan selama melakukan studi kasus adalah sebagai berikut :
Pada bayi Ny. S data subjektif diperoleh dari keluarga dan tenaga kesehatan. Data objektif pada
bayi Ny. S diperoleh data tanda-tanda bayi dengan asfiksia sedang yaitu
Maka dapat diambil kesimpulan pada tahap pengumpulan data dasar tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang penulis kaji.
39
spontan umur 0 hari dengan asfiksia sedang. Diagnosis kebidanan tersebut dapat ditegakkan
berdasarkan data-data yang diperoleh. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah jalan
napas terdapat lendir yang menyebabkan pemasukan oksigen dalam tubuh bayi baru lahir
tidak adekuat. Dalam masalah ini bayi membutuhkan pembersihan jalan napas dengan
penghisapan lendir pada jalan napas hal ini sudah sesuai dengan teori Syarifuddin, (2011)
menyebutkan bahwa masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan dengan
didukung oleh data subjektif dan data objektif dan kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan
pasien saat itu. Kebutuhan pada kasus ini adalah pembersihan jalan napas. Sehingga pada
tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilahan pada
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
40
Tindakan segera pada kasus By. Ny. S ini adalah melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan yang meliputi pemberian oksigenasi dan
perawatan dalam inkubator. Sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek dilapangan.
5) Rencana Tindakan
Menurut jenny, dkk (2013) rencana tindakan yang dilakukan adalah
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Bersihkan jalan nafas
d. Keringkan bayi,
e. Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki bayi dan punggung bayi
f. Atur kembali posisi bayi dan selimuti
g. Lakukan ventilasi
h. Nilai keadaan umum dan vital sign bayi.
Perencanaan pada kasus By. Ny. S dengan asfiksia sedang antara lain
Maka dapat diambil kesimpulan perencanaan pada kasus bayi Ny.S tidak sesuai dengan teori
dan praktik dilapangan yaitu pada perencanaan memberikan oksigen 2 liter/menit
menggunakan heat box, sehingga terdapat kesenjangan dalam pemberian terapi.
41
6) Pelaksanaan
Pelaksanaan menyeluruh pada kasus Bayi Ny. S dengan asfiksia sedang menurut Yulifah dan
Surachmindari, (2013) Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainya
Menurut Jenny, dkk (2013) tindakan yang dilakukan yaitu,
a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Mengatur posisi bayi
c. Membersihkan jalan nafas bayi
d. Mengeringkan bayi
e. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki bayi dan punggung bayi
f. Mengatur kembali posisi bayi dan selimuti
g. Melakukan ventilasi
h. Menilai keadaan umum dan vital sign bayi.
Pelaksanaan pada kasus By. Ny. S dengan asfiksia sedang antara lain
Maka dapat diambil kesimpulan tahap pelaksaan pada kasus By. Ny.S tidak sesuai dengan teori
dan praktik dilapangan yaitu terdapat pemasangan oksigen 2 liter/ menit, sehingga terdapat
kesenjangan dalam pemberian terapi
7) Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny. S dengan
asfiksia sedang adalah resusitasi berhasil Setelah bayi menangis kuat dan perawatan sampai
42
hari ketiga diperoleh hasil tidak terjadi asfiksia berat, keadaan umum By. Ny. S sudah
membaik yang ditandai dengan menangis kuat, nafas lebih teratur, gerakan aktif, semua
anggota tubuh bayi kemerahan, reflek baik, BAB (+) dan BAK (+). Keadaan bayi saat akan
pulang baik, bayi menangis kuat, kulit kemerahan, refleks hisap dan telan (+) kuat, gerak
aktif, hasil pemeriksaan vital sign baik.
Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada Bayi Ny. S dengan asfiksia sedang di RSUD Karanganyar yaitu resusitasi berhasil.
Maka dapat diambil kesimpulan evaluasi pada kasus By. Ny.S terdapat kesenjangan teori dan
praktik.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Arief dan Kristiyanasari, W. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika
Astuti, H.P. 2012. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (kehamilan) ” Yogyakarta : CV
RIHAMA-ROHIMA Depkes RI. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta :
Depkes RI
Dewi, V.N. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika Herawati,
R. 2013. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru
Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal
vol. 1. RSUD Rokan Hulu
Hidayat, A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika ____, 2013. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika Jenny, J. Sondakh, S dan Mild, C.M. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Penerbit Erlangga Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2011. Asuhan
Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Kumalasari, I. 2015. Panduan praktiktik Laboratorium dan Klinik Perawatan Antenatal Intranatal
Postnatal Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.
Marmidan Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Balita. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Norma, N dan Mustika, D. S. 2013.”Patologi Teori dan Tinjauan Kasus”. Yogyakarta: Nuha
Medika.
44