Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH Asuhan Kebidanan Perempuan dan Anak dengan

Kondisi Rentan

DOSEN PENGAMPU :Fitriyani Pulungan,SST,M.Kes

Disusun Oleh:

KELOMPOK 9
 Devita Natalia Sihombing (P07524419013)
 Nur Jannah Batu Bara (P07524419028)

KELAS DIV 3A
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah“Asuhan Kebidanan pada
perempuan dan anak dalam kondisi rentan ”, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas asuhan Kebidanan pada perempuan dan anak dalam kondisi rentan

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diperlukan guna
tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya

Medan, 31 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................
LatarBelakang....................................................................................................1
Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Kelompok Rentan......................................................................................................3
Perbedaan Ras...............................................................................................................................4
Usia Anak <21 Tahun.....................................................................................................................5

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan...............................................................................................................13
Saran..........................................................................................................................13

DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................14
1
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut KBBI rentan adalah mudah terkena, mudah merasa, atau peka
Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya
alam maupun bahaya buatan) yang terjadi dapat menimbulkan bencana (disaster) atau tidak.
Kelompok masyarakat berisiko tinggi, karena berada dalam situasi dan kondisi yang kurang memiliki
kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko bencana atau ancaman bencana.
Penekanan pada “berisiko tinggi” karena kelompok jenis ini akan menanggung dampak terbesar dari
munculnya risiko bencana atau akan terdampak oleh sebuah ancaman bencana dibanding kelompok
masyarakat lain.

Kelompok yang lemah ini lazimnya tidak sanggup menolong dirinya sendiri, sehingga
memerlukan bantuan orang lain

Kelompok yang mudah dipengaruhi yang merupakan konsekuensi logis dari kelompok
yang lemah sehingga mudah dipengaruhi.Definisi Anak
Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 23 Tahun 2002, "Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas tahun) termasuk anak yang masih dalam kandungan
Pasal 1 KHA / Keppres No. 36 Tahun 1990 "anak adalah setiap orang yang berusia
dibawah 18 tahun

Pasal 1 ayat 5 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, "anak adalah setiap manusia yang
berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya"

Tujuan
Untuk mengetahui gambaran sebelum pandemi covid pada dan gambaran setelah adanya
pandemi covid sertapermasalahannya
Untuk mengetahui bagaimana implementasi/pelayanan diindonesia
Untuk mengethaui implementasi/pelayanan di Provinsi Nusa TenggaraTimur
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Pengertian Kelompok Rentan

Menurut KBBI rentan adalah mudah terkena, mudah merasa, atau peka
Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah
bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi dapat menimbulkan
bencana (disaster) atau tidak.
Kelompok masyarakat berisiko tinggi, karena berada dalam situasi dan kondisi yang
kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko bencana
atau ancaman bencana.
Penekanan pada “berisiko tinggi” karena kelompok jenis ini akan menanggung
dampak terbesar dari munculnya risiko bencana atau akan terdampak oleh sebuah
ancaman bencana dibanding kelompok masyarakat lain.

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang


terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan
patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah meminimalkan
intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan
menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya
(Walyani,2015). Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu,2013).
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).
Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14
minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan
trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).
Ibu Hamil Golongan ResikoTinggi
Sukarni dan Wahyu (2013), menulis ada beberapa golongan ibu hamil
yang dikatakan memiliki risiko tinggi walaupun dalam kesehariannya hidup dengan
sehat dan tidak menderita suatu penyakit. Golongan yang dimaksud berisiko tinggi
meliputi:
Ibu hamil terlalu muda dan terlalu tua (< 16 tahun dan > 35tahun).
Ibu baru hamil setelah perkawinan selama 4tahun.
Jarak dengan anak terkecil dengan anak > 10 tahun.
Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu < 2tahun.
Terlalu banyak anak yaitu >4.
Tinggi badan terlalu pendek < 145cm.
Terlalu gemuk atau terlalu kurus, ini akan berpengaruh pada gizikeduanya.
Riwayat persalinanjelek.
Riwayat adanya cacat bawaan atau kehamilan masa lalu
Ibu seorang perokok berat, kecanduan obat dan memiliki hobi minum-minuman
Keras
Perubahan Psikologi pada IbuHamil
Menurut Yuli (2017), Kehamilan merupakan saat terjadinya krisis bila
keseimbangan hidup ternggangu.
Teorikrisis.
Tahap syok dan menyangkal, bingung dan preoccupation, tindakan dan
belajar dari pengalaman, intervensi memudahkan kembali keadaan
keseimbangan.
Awal penyesuaian terhadap kehamilan baik ibu maupun bapak mengalamisyok.
Persepsi terhadap peristiwa bervariasi menurutindividu.
Dukungan situsional penting untuk memberikan bantuan danperhatian.

Asuhan Antenatal Care(ANC)


Asuhan antenatal care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Yulaikhah, 2008). Pelayanan ANC dilakukan oleh tenaga yang profesional
dibidangnya sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari/ digeluti (Yeyeh, 2010).

Tujuan Asuhan Antenatal Care(ANC)


Menurut Maulana (2008), Status kesehatan dapat diketahui dengan
memeriksakan diri dan kehamilannya kepelayanan kesehatan terdekat, puskesmas,
atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut
dengan Antenatal Care (ANC) adalah sebagai berikut:
Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian, kesehatan ibu dan janin pun
dapat dipastikankeadaannya.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mentalibu.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selamakehamilan.
Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan denganselamat.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerimabayi.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalannormal.
Jadwal kunjunganANC
Standar kunjungan pelayanan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil
yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2016).
Menurut Padila (2014) setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil perlu melakukan kunjungan
kehamilan sedikitnya empat kali kunjungan selama masa kehamilan:
Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14Minggu)
Pada kunjungan ini melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia kekurangan zat besi serta mendorong perilaku yang sehat
(gizi, latihan, kebersihan, istirahat dansebagainya).
Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu14-28).
Pada kunjungan ini pemeriksaannya sama dengan sebelumnya, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (gejala preeklamsi, pemantauan
tekanan darah, evaluasi adanya edema)
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke36).
Pada pemeriksaan trimester tiga antara minggu 28-36 ini ditambah pemeriksaan
palpasi abdominal untuk mengetahui ada atau tidaknya kehamilan ganda.
Setelah minggu ke 36 di tambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumahsakit.

Gambaran setelah Pandemi Covid19


Antenatalcare
Prinsip-prinsip manajemen COVID-19 pada kehamilan meliputi isolasi
awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari kelebihan
cairan, pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat
infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang
lain, pemantauan janin dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila
terjadi gangguan pernapasan yang progresif, perencanaan persalinan berdasarkan
pendekatan individual / indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis tim dengan
multidisipin. Beberapa rekomendasi saat antenatal care :
Wanita hamil yang termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 harus
segera dirawat di rumah sakit (berdasarkan pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi COVID-19). Pasien dengan COVID-19 yang diketahuiatau
diduga harus dirawat di ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah sakit tidak
memiliki ruangan isolasi khusus yang memenuhi syarat Airborne Infection Isolation Room
(AIIR) pasien harus ditransfer secepat mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus
tersedia.
Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetapdilakukan
Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu dengan infeksi
terkonfirmasi maupun PDP sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya
berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risikotinggi.
Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus mempertimbangkan analisis
riskbenefit dengan menimbang potensi keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi
janin. Saat ini tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk
pengobatan COVID-19, walaupun antivirus spektrum luas digunakan pada
hewan model MERS sedang dievaluasi untuk aktivitas terhadapSARS-CoV-2
Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca perawatan
maternal. Perawatan antenatal lanjutan dilakukan 14 hari setelah periode
penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien
dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk
pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun
tidak ada bukti bahwa gannguan pertumbuhan janin (IUGR) adalah risiko
COVID-19, duapertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio
plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi
diperlukan.
Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis
penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter
anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin
setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan
keluarga tersebut. Pembahasan dalam rapat tim meliputi: Prioritas utama untuk
perawatan medis pada ibu hamil, lokasi perawatan yang paling tepat (mis. unit
perawatan intensif, ruang isolasi di bangsal penyakit menular atau ruang isolasi
lain yang sesuai), evaluasi kondisi ibu dan janin , perawatan medis dengan terapi
suportif. Standar untuk menstabilkan kondisi ibu Pertimbangan khusus untuk ibu
hamil adalah: Pemeriksaan radiografi harus dengan perlindungan terhadapjanin.
Frekuensi dan jenis pemantauan detak jantung janin harus dipertimbangkan
secara individual, dengan mempertimbangkan usia kehamilan janin dan kondisi
ibu. Stabilisasi ibu adalah prioritas sebelum persalinan dan apabila ada kelainan
penyerta lain seperti contoh pre-eklampsia berat harus mendapatkan penanganan
yang sesuai. Keputusan untuk melakukan persalinan perlu dipertimbangkan,
kalau persalinan akan lebih membantu efektifitas resusitasi ibu atau karena ada
kondisi janin yang mengharuskan dilakukan persalinan segera. Pemberian
kortikosteroid untuk pematangan paru janin harus dikonsultasikan dan
dikomunikasikan dengan tim dokter yang merawat. Pemberian kortikosteroid
untuk pematangan paru janin harus sesuai indikasi.
Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
pejalanan keluar ke negara dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel
advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat
perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luas
SARS-CoV-2.
Vaksinasi. Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19. Sejak memposting
SARSCoV-2 urutan genetik virus online pada 10 Januari 2020, beberapa
organisasi berusaha mengembangkan vaksin COVID-19 dengan cepat. Kita
masih menunggu pengembangan cepat vaksin yang aman dan efektif.
Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor risiko (termasuk
Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak /
PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan perjanjian agar ibu tidak menunggu lama. Apabila ibu
hamil datang ke bidan tetap dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu hamil dirujuk
untuk pemeriksaan olehdokter.
Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu menderita
Tuberculosis.
Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama dilakukan
pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambuberinsektisida.
Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan dan tata
laksana lebihlanjut.
Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat DITUNDA pada ibu dengan PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya berakhir.
Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risikotinggi.
Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari termasuk mengenali TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada keluhan atau
tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri kefasyankes.
Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi.
Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi
COVID-19.
Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19 atau dapat
mengikuti kelas ibu secaraonline.
Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan antenatal dapat
dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan atau tanda bahaya.
Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor risiko atau penyulit
harus memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Jika Ibu tidak datang ke
fasyankes, maka tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan
pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor penyulit. Jika diperlukan
lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk mendapatkan pemeriksaan dan
tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan
HepatitisB.
Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan tujuan utama
untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan sebelum taksiran
persalinan.
Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika terdapat
risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mualmuntah hebat,
perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala hebat,
tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan penyakit
diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin terhambat, dan
ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri buruk maka
periksakan diri ke tenagakesehatan.
Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia kehamilan
28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10 gerakan per 2jam).
Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan
bergiziseimbang,menjagakebersihandiridantetapmempraktikanaktivitasfisik
berupa senam ibu hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu
tetap bugar dan sehat.
Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era
Pandemi COVID-19.
Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 TIDAK
DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan memperburuk komplikasi
yang diakibatkan kondisiCOVID-19.
Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca perawatan,
kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah periode penyakit akut
berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh.
Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin,
14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan
pertumbuhan janin (IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga
kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus
MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografidiperlukan.
Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga / dikonfirmasi
terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut: Pembentukan tim
multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika
tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang
bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin setelah masuk.
Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan keluarga tersebut.
Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan perjalanan
ke luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang
dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama
dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luasCOVID-19.

Permasalahannya
Penyebaran yang sangat cepat dan transmisi antar manusia dariCOVID-19.
Belum adanya pedoman nasional terkait COVID-19 pada ibuhamil.
10

BAB III
PEMBAHASAN

Implementasi Atau Metode Pelayanan Ibu Hamil Dan Bersalin Di Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Layanan Pemeriksaan Kehamilan(ANC)

Ibu hamil TANPA demam dan gejala influenza like illnesses DAN tidak ada riwayat
kontak erat ATAU tidak ada riwayat perjalanan dari daerah yang telah terjadi
transmisi lokal, SERTA hasil rapid test negatif (jika mungkin,dilakukan), dapat
dilayani di FKTP oleh bidan/dokter yang WAJIB menggunakan APD level 1

Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan PDP harus
DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat rujukan bahwa
diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta
penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.

Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi normal (sesuai
SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara DITUNDA pada ibu dengan
PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi bahwa episode
isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai kasus risiko
tinggi

Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO

Ibu hamil diminta untuk kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1
direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor risiko (HIV, sifilis,
Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke bidan, maka setelah ANC dilakukan
maka ibu hamil kemudian diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter:

Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan sebelum taksiran
persalinan) harus oleh dokter untuk persiapanpersalinan.
Kunjungan selebihnya DAPAT dilakukan atas nasihat tenaga kesehatan dan
didahului dengan perjanjian untukbertemu.
Ibu hamil diminta mempelajari BukuKIA.
Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu hamil DAPAT
menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (misalnya Sehati tele- CTG,
Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan edukasi berkelanjutan melalui
SMSBunda.
LayananPersalinan:
Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum proses persalinan
(kecuali rapid test tidaktersedia).
Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan telah dipersiapkan
denganbaik.
FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit kehamilan/persalinan
ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU bukan kasus ODP, PDP atau
terkonfirmasiCOVID-19.
Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk ke RS rujukan
COVID-19 atau RS mampuPONEK.
Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2.
Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk kasus ODP, PDP,
terkonfirmasi COVID-19 atau hasil skrining rapid test positif, maka
pertolongan persalinan hanya dilakukan dengan menggunakan APD level3 dan
Ibu bersalin dilengkapi dengan deliverychamber.
Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang harus dimusnahkan
denganinsinerator.
Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan disinfetan
dengan menggunakan larutan chlorine0,5%.
Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara dengan baik
dan terkena sinarmatahari.
Layanan PaskaBersalin:
FKTP memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi jangka
panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia, maka dilakukan
konseling KB serta nasihat untuk mendapatkan layanan KB paskabersalin.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID19
pada 0-6 jam pertama, tetap mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasi
menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan
pemberian imunisasi hepatitis B dan HbIg (Hepatitis B immunoglobulin).
Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi baru lahir
termasuk ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit pada bayi baru lahir
dan jika terjadi infeksi masanifas.
Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) pada
bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu dan bayi pulang
dari fasilitaskesehatan.
FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan PDP atau
tidak terkonfirmasiCOVID-19:
Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP)
Asuhan neonatal (sesuai Pedoman)
Konseling menyusui (sesuai Pedoman)
Edukasi hidup bersih dan sehat, termasuk tanda bahayapneumonia
13

BAB Ill

PENUTUP

Kesimpulan
Corona virus merupakam keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi
saluran pernapasam atas ringan hingga berat. Seperti Penyakit Flu. Banyak orang
terinfeksi virus ini setidaknya satu kali dalam hidupnya. Prinsip-prinsip manajemen
COVID-19 pada kehamilan meliputi isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai
standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris
(mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-
2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin dan kontraksi uterus,
ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang progresif,
perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan
pendekatan berbasis tim dengan multidisipin.
Saran
Bagi Bumil dan Petugas Kesehatan. Tetaplah menjaga kesehatan dan tetap
mematuhi rambu-rambu dari pemerintah dan mengikuti protokol kesehatan yang
sudah ditetapkan daripemerintah
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus. Direktorat Jendral


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020.
Protokol Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir Selama Pandemi
Covid-19 Nomor: B-4 (05 April 2020)
Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai