Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROFESIONALISME KEBIDANAN
REKONSTRUKSI BUDAYA DAN PENGUATAN IDENTITAS
BUDAYA SETEMPAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Profesionlisme


Kebidanan Dengan Dosen Pengampu Ibu Anne Loisza, S.S.T., M.Tr.Keb.

Disusun Oleh Kelompok 3 :

 Linda Amalia Rahman (6121052)

 Amelia SutrisnaPutri (6121053)

 Neng Yulianti (6121061)

 Husni Purnama (6121062)

Sarjana Kebidanan

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 Definisi Rekontruksi........................................................................................4

2.2 Definisi Budaya.................................................................................................5

2.3 Definisi Rekontruksi Budaya..........................................................................5

2.4 Adaptasi Aspek Budaya Panggang Dan Tatobi............................................5

2.5 Perubahan Budaya Panggang Dan Tatobi....................................................6

2.6 Budaya Yang Bertahan....................................................................................6

2.7 Cara Bidan Menanggapi Budaya Panggang Dan Tatobi.............................7

2.8 Penguatan Identitas Budaya Panggang Dan Tatobi.....................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................8

KESIMPULAN.......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas berkat,
rahmat dan taufik-Nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Kami membuat makalah ini sebagai pelengkap
tugas mata kuliah Profesionalisme Kebidanan.

Makalah ini membahas dan menjelaskan mengenai “Rekonstruksi Budaya


dan Peguatan Identitas Budaya Setempat (Budaya Panggang dan Tatobi)”. Pada
kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada
semua pihak atas didikan, dorongan, dan kontribusinya dalam penyelesaian
laporan ini. Terutama kepada Allah SWT, orang tua kami, dan ibu Anne Loisza,
S.S.T., Bd., M.Tr.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Profesionalisme
Kebidanan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman. Kami masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 28 September 2022

Penyusun

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan berasal bahasa Sanskerta buddhaya, yaitu bentuk
jamak dari huddhi yang berarti "budhi" atau "akal. Dengan demikian
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang mencakup ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat dari manusia sebagai anggota
masyarakat.
Masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan
kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku bangsa termasuk agama banyak aliran yang
berkembang Indonesia juga terdiri dari macam-macam etnik, macam-
macam budaya yang dilestariakan ditempatnya masing-masing, suatu
budaya pasti ada yang positif dan ada yang negative. Kita tidak biasa
menghindari budaya tersebut karena kita hidup dalam masyarakat yang
berbeda pemikiran antara individu satu dengan yang lainnya untuk
menjaga keharmonisan bermasyarakat bahkan menghujat budaya yang
berkembang itu. Kebudayaan di setiap bangsa atau masyarakat
mempunyai unsur-unsur kebudayaan yang dapat disebut isi pokok dari
setiap kebudayaan yaitu: (1)sistem ekonomi, (2)organisasi, (3)unsur
bahasa, (4)sistem teknologi. (5)sistem pengetahuan, (6)kesenian. (7)
sistem religi Seperti dijeskan dari ketujuh unsur kebudayaan tersebut,
tradisi Belulus termasuk di satu unsur yaitu unsur religi. Dalam unsur
religi dapat dijelaskan bahwa dalam kehidupan terdapat tingkatan-
tingkatan siklus hidup dalam perjalanannya Siklus hidup merupakan
perjalanan hidup seorang individu yang dibedakan ke dalam tingkatan-
tingkatan tertentu diantaranya adalah masa hamil, masa bayi, masa kanak-
kanak, masa remaja, masa sesudah menikah, dan masa tua.
Membicarakan kehamilan dan seluk beluknya merupakan hal yang
menarik, unik dan indah didalamnya Apalagi bila berkaitan dengan
kearifan tradisi budaya Nusantara. Dimana didalamnya terkandung nilai-
nilai adat istiadat lokal yang mempunyai kekayaan tradisional yang
merupakan warisan leluhur turun-temurun Banyak nilai positip tertuang di
dalamnya Sebagian besar masyarakat di Indonesia mempercayai bahwa
kehidupan manusia selalu diiringi dengan masa-masa kritis, yaitu suatu
masa yang penuh dengan ancaman dan bahaya.Masa-masa itu adalah
peralihan dari tingkat kehidupan yang satu ke tingkat kehidupan lainnya
(dari manusia masih berupa janin sampai meninggal dunia). Oleh karena
masa-masa tersebut dianggap sebagai masa yang penuh dengan ancaman
dan bahaya. Terdapat rekontruksi budaya yang berkaitan dengan masa
kehamilan sampai dengan nifas yang masih mengandung unsur
kebudayaan nenek moyangnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa defisini rekontruksi?


2. Apa definisi budaya?
3. Apa definisi rekontruksi budaya?
4. Bagaimana adaptasi aspek budaya panggang dan tatobi?
5. Bagaimana perubahan budaya panggang dan tatobi?
6. Apa budaya yang bertahan?
7. Bagaimana cara bidan menanggapi rekontruksi budaya panggang dan
tatobi?
8. Seperti apa penguatan identitas budaya?

2
1.3. Tujuan

1. Memahami rekontruksi budaya dan penguatan identitas budaya


2. Mengetahui bagaimana cara bidan menanggapi rekontruksi budaya
panggang dan tatobi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Rekontruksi

Menurut kamus ilmiah, rekonstruksi adalah penyusunan kembali, peragaan


(contoh ulang), dan pengulangan kembali. Sehingga dalam hal ini dapat
diambil kesimpulan bahwasanya rekonstruksi merupakan sebuah
pembentukan kembali atau penyusunan ulang untuk memulihkan hal yang
sebenarnya yang awalnya tidak benar menjadi benar.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kontruksi adalah suatu bentuk, tata


cara atau secara lebih luas merupakan pola-pola hubungan yang ada di dalam
suatu sistem yang membentuk suatu proses kerja dalam hal ini proses
perencanaan. Sehingga dalam hal ini rekonstruksi merupakan pengembalian
seperti semula.

Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa rekonstruksi itu mencakup tiga poin


penting, yaitu pertama, memelihara inti bangunan asal dengan tetap menjaga
watak dan karakteristiknya. Kedua, memperbaiki hal-hal yang telah runtuh
dan memperkuat kembali sendi-sendi yang telah lemah. Ketiga, memasukkan
beberapa pembaharuan tanpa mengubah watak dan karakteristik aslinya.

Sedangkan menurut Andi Hamzah pengertian dari rekonstruksi adalah


penyesuaian kembali, reorganisasi, usaha memeriksa kembali kejadian
terjadinya delik dengan mengulangi peragaan seperti kejadian yang
sebenarnya ini dilakukan baik oleh penyidik maupun oleh hakim, untuk
memperoleh keyakinan.

4
Sehingga dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rekonstruksi
adalah penyusunan kembali guna untuk memperbaiki hal yang salah akan
sesuatu yang telah ada dengan tujuan untuk penyempurnaan.

2.2. Definisi Budaya

Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan


yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu
anggota masyarakat tertentu. Budaya memengaruhi banyak aspek kehidupan,
di antaranya agama, adat istiadat, politik, bahasa, pakaian, bangunan, hingga
karya seni.

Menurut Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata dasar


budaya berasal dari bahasa Sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan
budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa.

2.3. Definisi Rekontruksi Budaya


Rekonstruksi budaya adalah memahami aspek adaptasi, perubahan, serta
apa yang bertahan pada suatu karya budaya silam.

2.4. Adaptasi Aspek Budaya Panggang Dan Tatobi


Tradisi panggang di rumah bulat dipercaya oleh masyarakat setempat
untuk penangkal terhadap sakit berat terlebih pada wanita setelah proses
persalinan. Alasan lain yang yang mendasari dilakukan panggang api atau
tatobi adalah kekhawatiran orang tua apabila kondisi badan anak menjadi
lemas dan tak kuat, bahkan akan menimbulkan kegilaan pada si ibu bersalin
tersebut. Kompres Panas/Tatobi dilakukan dengan cara seorang ibu yang telah
melahirkan di kompres dengan Menggunakan air mendidih atau air panas.
Dikompres dengan cara menekan-nekan pada daerah Perut dan bagian luka
yang ada setelah melahirkan. Seperti halnya di panggang, hal ini bisa

5
Menimbulkan infeksi pada organ tubuh yang luka, terlebih organ reproduksi
(perineum). Pada Kenyataannya hal ini akan berakibat buruk, bukan hanya
kemungkinan ibu dan bayi akan terbakar tubuhnya dan berpengaruh kepada
kesembuhan luka setelah melahirkan. Resiko panggang/sei dan Tatobi adalah
ISPA, anemia, luka bakar dan dehidrasi dan bisa terjadi luka bakar dan
kebakaran. Panggang juga sangat berisiko timbulnya anemia pada ibu nifas
dikarenakan banyaknya keluar Darah dari jalan lahir karena panggang yang
terus menerus dan terjadi pelebaran pembuluh darah Sehingga perdarahan
yang banyak dan susah terkontrol karena darah langsung menetes dikain dan
Jatuh ke bara api. Perdarahan yang keluar banyak menyebabkan ibu anemia,
yang ditandai dengan Pusing, penglihatan kabur.

2.5. Perubahan Budaya Panggang Dan Tatobi


Bidan berusaha mengubah paradigma dari masyarakat bahwa budaya
panggang api ini berbahaya. Dalam pendekatan ini, bidan berusaha
memberikan penjelasan apa yang akan terjadi pada bayi dan ibu jika
melakukan ritual tersebut. Sehingga tradisi ini berangsur hilang, masyarakat
mulai mengikuti saran bidan dengan melakukan panggang atau tatobi dengan
hati-hati, memperhatikan jarak api dan asap tidak langsung terhirup oleh ibu
maupun bayinya, dan juga sebelum tatobi harus dioles lebih dahulu badannya
dengan minyak kelapa murni serta menggunakan air hangat. Meskipun bidan
sudah berupaya memberikan penyuluhan dan informasi kesehatan masih ibu-
ibu nifas masih melakukan tradisi tersebut yang mereka anggap itu adalah
kebiasaan yang turun temurun, namun ibu tersebut sudah mengikuti saran
bidan dengan melakukan panggang atau tatobi dengan hati-hati.

2.6. Budaya Yang Bertahan


Beragam budaya dan tradisi ada di Indonesia, semuanya sudah ada turun-
temurun, bahkan tetap diikuti hingga sekarang tanpa diketahui makna atau
manfaat di balik budaya atau tradisi tersebut. Namun pada beberapa daerah,
masyarakat telah meninggalkan budaya panggang api tersebut. Walau tidak

6
ada budaya panggang api, ibu dan bayi yang baru lahir tetap bisa dihangatkan
dengan menggunakan selimut dan memakai minyak kayu putih dan yang
tadinya tatobi menggunakan air mendidih, sekarang menggunakan air hangat.

2.7. Cara Bidan Menanggapi Budaya Panggang Dan Tatobi


1. Melakukan penyuluhan dan konseling baik individu maupun
keluarga. Konseling dilaksanakan pada saat ibu periksa di
puskesmas, dan kunjungan rumah bagi ibu yang tidak periksa di
puskesmas
2. Bidan menganjurkan untuk tidak berpantang makan karena akan
berakibat pada anemia, gizi kurang, ASI menjadi tidak lancar dan
juga terhambatnya proses penyembuhan luka. Pada proses
panggang harus memperhatikan jarak bara api dengan tempat tidur
minimal 1 meter jangan sampai terjadi luka bakar, kebakaran dan
bisa berakibat ISPA pada anak nya. Dan juga sebelum tatobi harus
dioles lebih dahulu badannya dengan minyak kelapa murni serta
menggunakan air hangat.
3. Bidan memberi konseling tentang perawatan kehamilan
4. Pemberian penyuluhan berupa tanda-tanda bahaya ibu nifas, tanda
bahaya bayi baru lahir,
5. kerjasama dengan dukun dan kader kesehatan untuk membantu
bidan menyebarluaskan cara panggang dan tatobi yang aman atau
tidak membahayakan

2.8 Penguatan Identitas Budaya Panggang Dan Tatobi

Budaya panggang dan tatobi ini diperkuat dengan adanya kepercayaan


beberapa masyarakat secara turun temurun, dimana mereka yakin bahwa
budaya panggang di rumah bulat dapat menangkal penyakit berat terlebih pada
wanita setelah proses melahirkan. Budaya ini juga diperkuat dengan adanya
kekhawatiran orang tua apabila kondisi badan anak menjadi lemas dan tak
kuat, bahkan menimbulkan kegilaan pada ibu bersalin.

7
BAB III
KESIMPULAN

Tradisi ini berangsur hilang, masyarakat mulai mengikuti saran bidan dengan
melakukan panggang atau tatobi dengan hati-hati, memperhatikan jarak api dan
asap tidak langsung terhirup oleh ibu maupun bayinya, dan juga sebelum tatobi
harus dioles lebih dahulu badannya dengan minyak kelapa murni serta
menggunakan air hangat.
Meskipun bidan sudah berupaya memberikan penyuluhan dan informasi
kesehatan masih ibu-ibu nifas masih melakukan tradisi tersebut yang mereka
anggap itu adalah kebiasaan yang turun temurun, namun ibu tersebut sudah
mengikuti saran bidan dengan melakukan panggang atau tatobi dengan hati-hati.
Pada beberapa daerah, masyarakat telah meninggalkan budaya panggang api
tersebut. Walau tidak ada budaya panggang api, ibu dan bayi yang baru lahir tetap
bisa dihangatkan dengan menggunakan selimut dan memakai minyak kayu putih
dan yang tadinya tatobi menggunakan air mendidih, sekarang menggunakan air
hangat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hanifah, AN (2018). Peran Bidan Dalam Menghadapi Budaya Panggang Dan


Tatobi Ibu Nifas Pada Suku Timor Di Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten
Timor Tengah Selatan Tahun 2016. JURNAL INFO KESEHATAN , 16 (1), 119–
130. Diakses pada 25 September 2022. Dari
https://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/view/177

Radita T. (2020) Tradisi Panggang dan Tatobi dari Suku Timor. Diakses pada 25
September 2022. Dari
https://www.academia.edu/42957528/Tradisi_Panggang_dan_Tatobi_dari_Suku_
Timor

Health detik.Bidan Ubah Budaya 'Panggang Api' Ibu & Bayi Baru Lahir.Diakses
pada 25 September 2022. Dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
1795453/bidan-ubah-budaya-panggang-api-ibu--bayi-baru-lahir

Anda mungkin juga menyukai