Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN GANGGUAN

JIWA
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN & ANAK PADA KONDISI RENTAN
DOSEN PENGAMPU: NIDYA IKHA PUTRI, S.S.T., M.BIOMED

DISUSUN OLEH:
VINA NAOMI SHARAZH – 6221307

Program Studi Sarjana Kebidanan Ajeng Genap 2022


Institut Kesehatan Rajawali Bandung
LATAR BELAKANG
DIFABEL ATAU PEOPLE WITH DIFFERENT ABILITY MERUPAKAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYANDANG CACAT FISIK ATAU
MASYARAKAT DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS. JUMLAH DIFABEL DI INDONESIA PADA TAHUN 2007 DIPREDIKSI SEKITAR 7,8 JUTA JIWA.
SEBUAH ANGKA YANG SEBENARNYA RELATIF KECIL DIBANDINGKAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA PADA WAKTU ITU YANG
BERJUMLAH 220 JUTA JIWA. WALAUPUN DEMIKIAN, SELAYAKNYA SEMANGAT PELAYANAN TIDAK DIPENGARUHI JUMLAH BESAR ATAU
KECILNYA PENGGUNA LAYANAN. PARA DIFABEL JUGA MERUPAKAN WARGA NEGARA INDONESIA YANG DALAM UNDANG-UNDANG
DASAR 1945 DIJAMIN UNTUK MEMILIKI KEDUDUKAN, HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN YANG SAMA DENGAN WARGA NEGARA LAINNYA.
A. PERSALINAN DAN KELAHIRAN PADA KEBUTUHAN KHUSUS SECARA FISIK DAN
PSIKOLOGIS
 Ketika seorang wanita lahir dalam keterbatasan fisik, pesimistis dalam diri mungkin hadir
seiring dengan keterbatasan kemampuan. Namun, Tuhan menciptakan wanita dengan
kodratnya menjadi seorang ibu, membuatnya kuat untuk bisa bertahan dalam kondisi
apapun, tak terkecuali wanita difabel. Langkah-langkah pemenuhan kebutuhan fisik yang
perlu diperhatikan saat melakukan asuhan persalinan kebutuhan khusus :

Peningkatan  pemahaman  bagi  penyandang disabilitas dan  keluarga/pendamping tentang

kehamilan (tanda bahaya kehamilan), persalinan, nifas, KBPP, dan manajemen laktasi.

Memberikan  konseling  persalinan  kepada pendamping  maupun  penyandang  disabilitas

bahwa harus  dilakukan  oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas pelayanan kesehatan.
 Pengenalan dan pemanfaatan buku KIA.

 Persalinan pada penyandang disabilitas dilaksanakan sesuai keadaan klinis pasien atau sesuai 

hasil  pemeriksaan  pada  saat  masa kehamilan.

 Konseling kesehatan ibu dan anak.

 Mengenali  tanda  awal  persalinan  seperti  perut mulas  secara  teratur,  keluar  lendir  bercampur

darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban.


Berikut adalah persiapan persalinan dan kelahiran pada kebutuhan khusus:

1. Pilih konsultan kesehatan yang mengetahui kebutuhan pasien

Pastikan konsultan kesehatan terpilih adalah konsultan kesehatan yang mementingkan kondisi kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya
terfokus pada keadaan kebutuhan khusus saja. Pilih konsultan kesehatan yang memiliki sikap perhatian, cepat tanggap dan terampil.

2. Sertakan asisten rumah tangga yang terampil

Asisten rumah tangga yang teampil akan sangat membantu saat penyandang disabilitas membutuhkan pertolongan menghadapi proses
kehamilan, melahirkan, serta pasca-melahirkan. Pilih asisten rumah tangga yang dapat menemani sepanjang waktu dan siaga. Utamakan asisten
rumah tangga yang dapat berpikir kritis dan mengambil tindakan cepat untuk mengantisipasi setiap keadaan.

3. Periksa keadaan rumah sakit atau kondisi tempat bersalin

Periksa penyediaan aksesibilitas di rumah sakit atau tempat bersalin.

4. Pastikan ada pendampingan dari pasangan atau keluarga

Saat mendekati hari kelahiran, pastikan pasangan atau keluarga dapat membantu ibu berkebutuhan khusus ketika mulai masuk ruang perawatan
sebelum melahirkan. Sebab, pasangan atau keluarga yang dapat memberikan dukungan secara psikologis dan menolong bila mereka harus
melakukan mobilitas, seperti ke laboratorium atau ke kamar kecil.

5. Persiapkan teknik khusus saat memberikan ASI kepada bayi

Beberapa rumah sakit menggunakan alat gendongan bayi yang dilengkapi tali pengaman yang dapat digunakan. Ada pula yang menggunakan
teknik mendekap bayi dengan posisi bayi tengkurap di atas dada ibunya.
B. PERAWATAN ANAK PADA IBU BERKEBUTUHAN KHUSUS

 Pada anak dengan ibu mengalami gangguan jiwa mengalami relasi yang kurang baik

dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi karena kurangnya ruang psikologis dan
relasi mendalam antara anak dengan ibu yang kurang dapat terjalin akibat gangguan
jiwa yang dideritanya. Ketidak berfungsian peran ibu dalam perkembangan anak
akan menimbulkan permasalahan sehingga anak akan mengalami ketidak matangan
dalam beberapa aspek perkembangannya.

 Setiap perkembangan memiliki laju yang sama namun dengan pencapaian yang

berbeda pada setiap anak. Perkembangan psikososial dapat berdampak pada kognitif
dan fungsi fisik begitupun sebaliknya.
Berikut adalah perawatan yang dilakukan pada bayi dengan ibu berkebutuhan khusus:

a) Pelayanan masa nifas pada penyandangdisabilitas dilaksanakan  dengan  melibatkan


keluarga/pendamping  atau  care  giver,  setelah sebelumnya dilaksanakan konseling oleh petugas
kesehatan.

b) Peningkatan  pemahaman  bagi  penyandang disabilitas dan pendamping mengenai pentingnya ASI 

Eksklusif bagi  bayi  dan  anjuran  untuk menyusui sampai usia 2 tahun

c) Pengenalan dan pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak

d) Fasilitasi  manajemen laktasi bagi ibu untuk  memerah,  penyimpanan,  dan pengiriman ASI, melalui

penyediaan fasilitas alat perah (breast pump), botol ASI, kulkas/lemari pendingin, dan lain sebagainya.

e) Konseling kesehatan ibu dan anak.


C. ASUHAN PADA PEREMPUAN BERKEBUTUHAN KHUSUS (GANGGUAN JIWA)

 Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan individu kurang produktif. Pasien
dengan gangguan jiwa akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari, hubungan interpersonal,peran dan
sosial. Keluarga mengalami penolakan, stigma, tidak berdaya, kecemasan, kelelahan, penurunan
kebutuhan pribadi dan pengembangan sumber daya pribadi (Suryaningrum, 2012). Dampak yang
dirasakan oleh keluarga secara umum dengan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwaadalah tingginya beban ekonomi,beban emosi keluarga,stress terhadap perilaku klien, gangguan
melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan melakukan aktivitas sosial karena
stigma sosial yang muncul (Ngadiran, Yani &Daulima, 2010).
 Upaya yang dilakukan keluarga dalam merawat klien dengan gangguan jiwa adalah mengenal adanya
penyimpangan awal sedini mungkin, mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan
sedini mungkin, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat, melaksanakan program kesehatan, melaksanakan program keagamaan, memantau
pemberian obat, mencegah stigma masyarakat seperti melakukan pendekatan pada tokoh masyarakat.
Keluarga yang memantau pasien secara langsung seharusnya membantu penyembuhan anggota
keluarganya akan tetapi, kecenderungan keluarga menjadikan Rumah Sakit Jiwa sebagai tempat bagi
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
 Adapun asuhan yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam merawat wanita dengan gangguan jiwa

adalah:

a) Menciptakan lingkungan terapeutik

b) Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasinya

c) Memberikan pasien aktivitas yang positif

d) Melibatkan keluarga lain dalam proses perawatan pasien

e) Melaksanakan program terapi dokter secara berkala


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai