Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KOMPLEMENTER PADA BAYI,BALITA DAN APRAS

( GANGGUAN TUMBUH KEMBANG DAN PENANGANAN PADA BAYI,


BALITA DAN APRAS )

Dosen : St.Nurbaya,S.Tr.Keb.,M.Keb

Disusun oleh :
KELOMPOK III
KELAS G
Andi Kasmini Musdalifa
Asrianti Nurlina
Erlianti Nurul Fitri
Fatimah Nurul Hilal Kadir
Hastuti Rosmawati
Indar Gaiyya Rosdiana Aras
Ita Purnamasari Sri Wahyuni
Lili Suriani Yuliwanti

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS


MUHAMMAIYAH SIDRAP
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,Segala Puja dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas limpahan

rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang

diberikan kepada kami.

Sholawat bersamaan dengan salam juga mari kita hadiahkan kepada baginda nabi

kita Muhammad SAW,semoga kita,orang tua kita, nenek dan kakek kita,guru-guru dan

orang terdekat kita mendapat syafaat Beliau di Yaumil Mahsyar kelak.Amin Ya Rabbal’

Alamin.

Adapun Tujuan utama Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata

Kuliah Asuhan Komplomenter Pada Bayi,Balita dan Apras, dan judul makalah ini

adalah “Gangguan Tumbuh Kembang dan Penanganan Pada Bayi,Balita dan

Apras”.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen dan kepada semua pihak yang

sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga selesai.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan kami

juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk bahan pertimbangan

perbaikan makalah.

Soppeng, 4 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................
DAFTAR ISI................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................
C. Tujuan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan adalah masalah yang banyak

dijumpai di masyarakat. Keluhan utama orang tua yaitu khawatir terhadap tumbuh

kembang anak dapat mengarah kepada kecurigaan adanya gangguan tumbuh

kembang seperti kepala kelihatan besar, anaknya lebih pendek dari teman

sebayanya, usia 6 bulan belum bisa tengkurap, usia 8 bulan belum bisa duduk, usia

15 bulan belum berdiri, 2 tahun belum bicara dan lain-lain. Gangguan tumbuh

kembang menghambat terciptanya sumber daya manusia berkualitas sebagian

penentu masa depan pembangunan bangsa dan negara (Helda, 2020).

Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi

sebagian besar bagian tubuh. Gangguan perkembangan motorik kasar adalah

ketidakwajaran yang terjadi di bagian tubuh dan menghambat perkembangan pusat

syaraf maupun koordinasi otot seperti ketidakmampuan mengatur keseimbangan,

koordinasi yang kurang baik bisa mengakibatkan keterlambatan pada emosi dan

kecerdasan anak (Wanti, Azroha, & Faiz, 2019).

Keterlambatan berjalan merupakan gangguan keterlambatan berjalan pada

anak usia 9-18 bulan. Beberapa indikator yang menyebabkan keterlambatan

berjalan pada anak di antaranya motorik, temperamen dan genetik. Faktor ini jarang

diketahui oleh orang tua dan terkadang penundaan dibiarkan dan itu menyebabkan

kegagalannya sendiri. Kurangnya waktu untuk berkonsultasi dengan spesialis anak


mengakibatkan kasus seperti itu tampaknya dibiarkan begitu saja (Wiyandra &

Yenila, 2020).

Saat ini keterlambatan perkembangan menjadi masalah serius di Negara maju

maupun Negara berkembang. Profil kesehatan Indonesia tahun 2016

mengemukakan 56,4% anak usia lima tahun ke bawah di Indonesia mengalami

gangguan tumbuh kembang. Jika deteksi tumbuh kembang terlambat dapat

mengakibatkan penyimpangan pada anak yang sulit diperbaiki World Health

Organization (WHO) 2018 melaporkan data prevalensi balita yang mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan adalah 28,7% dan Indonesia termasuk

dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara (WHO,

2018). Di Amerika anak yang terdeteksi gangguan perkembangan sebelum usia

sekolah sebesar 20-30%, dan di Indonesia sekitar 45,12%. Dalam suatu penelitian

di Indonesia menunjukkan bahwa 20-30% anak balita mengalami gangguan

perkembangan dan sebagian besar mengalami keterlambatan pada aspek motorik

kasar dan bahasa yang diakibatkan karena kurangnya stimulasi .

Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang bayi. Bayi yang

mendapatkan stimulasi terarah dan teratur bisa lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan bayi yang tidak atau kurang mendapat stimulasi. Lingkungan

merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan bayi. Deteksi dini

pertumbuhan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normalitas

pertumbuhan dan mendeteksi penyimpangan pertumbuhan secara dini. Jaringan

otak anak yang mendapat stimulasi berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun

(Syofiah, Machmud, & Yantri, 2019).


Terhambatnya pengembangan potensi diri pada anak dapat mengakibatkan

timbulnya masalah, kepercayaan diri anak menjadi rendah, memiliki konsep

negative takut tidak diterima di lingkungan yang membuat anak tidak bisa

menyelesaikan tugas perkembangannya dan akan berdampak pada masa depan

anak. Anak usia prasekolah masih membutuhkan kedekatan fisik dengan orang tua

(Pangesti & Agussafutri, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Intervensi dini gangguan tumbuh kembang anak dan balita

2. Anticipatory Guidance untuk mencegah dan menurunkan SIDS

3. Lingkungan aman untuk bayi dan anak

4. Evaluasi Parent Education

5. Pemeriksaan bayi saat lahir dan pemeriksaan sehari-hari

6. Prinsip Pemberian Nutrisis pada bayi baru lahir

7. Asuhan Rutin Bayi Baru Lahir Normal

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Intervensi dini gangguan kembang anak dan balita

2. Untuk mengetahui Anticipatory Guidance untuk mencegah dan menurunkan

SIDS

3. Untuk Mengetahui Lingkungan yang aman untuk bayi dan anak

4. Untuk mengetahui pemeriksaan bayi saat lahir dan pemeriksaan sehari-hari

5. Untuk Mengetahui Prinsip Pemberian Nutrisis pada bayi baru lahir

6. Untuk Mengetahui Prinsip Pemberian Nutrisis pada bayi baru lahir

7. Untuk Mengetahui Asuhan Rutin Bayi Baru Lahir Normal


BAB II

PEMBAHASAN

A. Intervensi dini gangguan tumbuh kembang anak dan balita

Deteksi Dini dan Intervensi Gangguan Tumbuh Kembang Anak yaitu

merupakan pemeriksaan secara dini dengan menemukan penyimpangan pada

tumbuh kembang anak. Pentingnya untuk orangtua agar dapat mengetahui anaknya

bertumbuh kembang secara optimal, orangtua perlu mengawal anak-anak untuk

tumbuh kembangnya karena orangtua merupakan faktor yang penting, harus sigap

dan peduli terhadap kehidupan anaknya di awal pertumbuhannya.

Memasuki usia 3 bulan bayi akan menunjukkan kekuatan lehernya yang sudah

mulai terbentuk, di usia ini bayi sudah bisa mengangkat kepala, sudah bisa

menggenggam benda, sudah bisa melihat ibunya tersenyum, sudah bisa

mengucapkan kata pertamanya, sudah bisa meniru dan tertawa meniru ekspresi

ibunya. Berikut penjelasan dari segi pertumbuhan, perkembangan dan beberapa

gangguan apa saja yang ditemukan, agar orangtua dapat cepat intervensi atau

menentukan tindakan terapi untuk anaknya.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian.


Beberapa gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan :

1. Gangguan bicara dan bahasa

2. Perawakan pendek

3. Gangguan autisme

4. Retardasi mental

5. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

a. Deteksi dini gangguan pertumbuhan :

1. Pemantauan pertumbuhan (berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar

kepala)

2. Penentuan status gizi anak

Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat

pelayanan.
Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

b. Tingkat Alat & bahan


Pelaksana Yang dipantau
Pelayanan yang digunakan
Keluarga, • Orang tua. • Buku KIA Berat badan.
masyarakat. • Kader kesehatan. • Timbangan dacin
• Pendidik PAUD, • Timbangan digital
•Petugas BKB, (untuk anak > 5 thn)
petugas TPA dan • Alat ukur tinggi
Guru TK. badan/panjang
badan.

Puskesmas. • Tenaga kesehatan • Buku KIA • Panjang/Tinggi


terlatih SDIDTK: • Tabel/Grafifik Badan
BB/TB
• Dokter • Berat Badan
• Tabel/Grafifik
• Bidan • Lingkar kepala
TB/U
• Perawat
• Grafifik LK
• Ahli gizi
• Timbangan
• Tenaga kesehatan
• Alat ukur tinggi
lainnya
badan/panjang
badang
• Pita pengukur
lingkar kepala

Deteksi Dini Gangguan Perkembangan :

1. Skrining pemeriksaan perkembangan anak

2. Tes daya dengar

3. Tes daya lihat

4. Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional

5. Deteksi dini autis pada anak prasekolah


6. Deteksi dini hiperaktivitas pada anak

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat


pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tingkat Alat & bahan
Pelaksana Yang dipantau
Pelayanan yang digunakan
Keluarga - Orang Tua Buku KIA Perkembangan anak:
dan - Kader kesehatan, - Gerak Kasar
Masyarakat BKB - Gerak Halus
- Pendidikan PAUD - Bicara dan Bahasa
- Sosialisasi dan
- Kuesioner KPSP kemandirian

- Instrument TTD
- Snellen E untuk
- Pendidikan PAUD TDL Perkembangan anak:
terlatih - Kuesioner KMPE - Gerak Kasar
- Guru TK terlatih - Skrining Kit - Gerak Halus
SDIDTK
- Bicara dan Bahasa
- Buku KIA
- Sosialisasi dan
- Formulir DDTK kemandirian

Puskesmas - Dokter - Kuesioner KPSP 1. Perkembangan


anak:
- Bidan - Formulir DDTK
- Gerak Kasar
- Perawat - Instrumen TDD
- Gerak Halus
- Snellen E TDL
- Bicara dan Bahasa
- Kuesioner KMPE
- Sosialisasi dan
- Cheklis M-CHAT-
kemandirian
R_F
2. Daya Lihat
- Formulir GPPH
3. Daya Dengar
- Skrining Kit
SDIDTK 4. Masalah Perilaku
Emosional
5. Autisme
6. Gangguan Pusat
Perhatian dan
Hiperaktif
Keterangan:

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

KMPE : Kuesioner Masalah Perilaku Emosional

M-CHAT : Modifified-Checklist for Autism in Toddlers

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini

TK : Taman Kanak-kanak

B. Anticipatory Guidance untuk mencegah dan menurunkan SIDS

a. Definisi SIDS

SIDS atau Sudden Infant Syndrome adalah kematian mendadak pada bayi

sehat berusia dibawah 1 tahun tanpa ada gejala apapun sebelumnya. SIDS

terjadi pada bayi sehat pada saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal

beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran

hidup, insidens puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun

b. Etiologi SIDS

Penyebab SIDS itu masih belum diketahui jelas. Namun, bukti statistic

menunjukan ada kaitan bayi yang terpapar tembakau selama kehamilan

dengan sindrom mati mendadak pada bayi.Banyak juga ahli yang menduga

SIDS berkaitan dengan kelainan pada otak yang bisa menyebabkan


gangguan pernapasan dan gangguan untuk bangun.Disamping itu,terkadang

SIDS juga dikaitkan dengan mutasi atau kelainan genetik.

Penelitian terbaru menunjukan bahwa SIDS lebih sering terjadi pada

bayi yang tidurnya tengkurap dibandingkan dengan bayi yang tidurnya

terlentang atau miring karena itu sebaiknya bayi ditidurkan dalam posisi

terlentang atau miring.

Resiko terjadinya SIDS juga ditemukan pada bayi yang pada saat tidur

wajahnya menghadap kekasur atau selimut yang lembut atau empuk.

c. Faktor Resiko SIDS

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan resiko terjadinya SIDS,

Faktor Resiko ini bisa berasal dari bayi atau ibu saat mengandung .

a) Faktor Resiko Pada Bayi meliputi :

 Jenis Kelamin,biasanya bayi laki-laki lebih sering terkena SIDS

 Kelahiran Prematur.

 Posisi tidur , Tidur Tengkurap ( pada bayi kurang dari 4 bulan )

 Terkena asap rokok,selama dalam kandungan

 Adanya kondisi tidak normal pada bagian tertentu dari otak sang bayi
ketika mengendalikan pernapasan dan proses bangun tidur

 Riwayat SIDS Pada saudara kandung

 Faktor usia,umumnya dialami oleh bayi dibawah enam bulan

 Berat badan bayi dibawah normal saat lahir

 Adanya gangguan pernapasan

 Terkena infeksi pernapasan.


b) Faktor Resiko pada Ibu meliputi :

 Mengandung dibawah usia 20 tahun

 Merokok selama kehamilan

 Menggunakan NAPZA atau mengonsumsi alkohol

 Perawatan pralahir yang kurang memadai.

d. Gejala SIDS

Seperti namanya,Sudden infant death syndrome terjadi secara

mendadak,sehingga tidak menimbulkan gejala atau tanda-tanda pada

bayi.Perhatikan kondisi bayi,jika bayi terlihat kurang sehat atau mengalami

sakit yang tidak kunjung sembuh,segera periksakan kedokter untuk

mendeteksi adanya SIDS.

e.Pencegahan SIDS

 Selalu meletakkan bayi dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur.

 Jangan pernah nengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut

belum waktunya untuk bisatengkurap sendiri secara alami.

 Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk.

 Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut,berbulu dan lemas serta

mainan yang diisi dengan kerupuk atau kain dari sekitar tempat bayi.

 Jangan biarkan siapapun merokok disekitar bayi.Hentikan kebiasaan

merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi dan pastikan

orang disekitar sibayi tidak merokok.


f. Defenisi Anticipatory Guidance

 Anticipatory Guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu

diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan

membimbing anaknya secara bijaksan,sehinggah anak dapat bertumbuh

dan berkembang secara normal.

 Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan

perkembangan sehingga orang tua sadar akan upaya yang terjadi dan

dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak.

Anda mungkin juga menyukai