Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PERAN BIDAN DALAM KELAS IBU HAMIL


Dosen Pembimbing: Dr. Ismarina, S.Sit, M.Kes

DisusunOleh:

Periswati (07180200285)

Program Studi Sarjana Terapan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jl. Harapan Nomor 50 - Jagakarsa, Lenteng Agung - Jakarta Selatan 12610
2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis ucapkan kepada Allah SWT, dengan segala

rahmat, kemurahan, kemudahan, ketenangan dan ampunan NYA yang telah

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran

Bidan dalam Kelas Ibu Hamil” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, tentu tidak lepas dari masukan, bimbingan dan

dukungan dari berbagai. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasi kepada semua pihak yanag telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini termasuk

makalah yang penulis ajukan, masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, melalui

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. H. Jakub Chatib sebagai ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta

2. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

3. Dr. Sobar Darmaja, S.Psi, MKM, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

4. Astrid Novita SKM, MKM, selaku Wakil Ketua II dan III Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju ( STIKIM )

5. Hidayani, Amd.Keb, SKM, MKM selaku Kepala Departemen Profesi dan

Vokasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

i
6. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes selaku Koordinator Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta.

7. Dr. Ismarina, S.Sit, M.Kes sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah

yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan serta

dukungan kepada penulis

8. Teman-teman seperjuangan Program Kebidanan Program Sarjaana Terapan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju angkatan 2018 yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusunan makalah

ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi perbaikan penelitian selanjutnya dan mudah-mudahan dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 7
2.1 Pengertian Peran Bidan ............................................................................... 7
2.1.1 Pengertian.............................................................................................. 7
2.1.2 Macam-macam Peran Bidan ............................................................... 8
2.2 HIV/AIDS .................................................................................................... 11
2.2.1 Pengertian HIV/AIDS ........................................................................ 11
2.2.2 Penyebab..................................................Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Gejala Klinis ............................................Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Cara Penularan .......................................Error! Bookmark not defined.
2.2.5 Pencegahan HIV/AIDS...........................Error! Bookmark not defined.
2.3 Kesehatan Reproduksi ...................................Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi ........Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Perubahan Fisik Yang Mulai Menandai Kematangan
Reproduksi ..............................................Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi ...Error!
Bookmark not defined.
2.3.4 Ruang Lingkup Kesehatan ReproduksiError! Bookmark not defined.
2.4 Peran Bidan Sosialisasi kepada Masyarakat tentang Kesehatan
Reproduksi mengenai Pencegahan HIV .......................................................... 28
2.4.1 Program PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak)
Error! Bookmark not defined.
2.4.2 Peran bidan dalam kesehatan Reproduksi Remaja . Error! Bookmark
not defined.

iii
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, salah satunya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut World Health Organization

(WHO) pada tahun 2016, setiap harinya terdapat 830 kematian dikarenakan

kehamilan dan persalinan di seluruh dunia yang 99% diantaranya berada pada

negara berkembang (Farida, 2016).

Estimasi dari WHO bahwa sekitar 15% dari semua wanita hamil akan

mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan sehingga ini

mengancam kehidupan ibu dan bayi. Komplikasi kehamilan di Indonesia terjadi

pada 6,5% wanita hamil (Manuaba, 2015). Berdasarkan hasil Riskesdas pada

tahun 2017, jumlah komplikasi ibu terbesar di Indonesia adalah ketuban pecah

dini dengan 43,8%, perdarahan postpartum kedua dengan 24,7%, preeklampsia

berada di tempat ketiga di 20,2%, kemudian plasenta previa 9,8% dan

kehamilan ektopik 1,5%. Adapun di Provinsi Banten pecah ketuban dini berada

pada posisi pertama sebesar 43,4%, pre eklmasi dan perdarahan pasca

persalinan berada pada posisi kedua sebesar 21,2%, urutan ketiga plasenta

previa sebesar 10,7% dan ke empat kehamilan ektopik sebesar 3,5% (Kemenkes

RI, 2017). Komplikasi kehamilan berdampak pada pencegahan kematian ibu /

bayi dengan semua masalah mendasar, baik dari aspek kesehatan dan non-

1
2

kesehatan dari risiko tinggi yang tidak terdeteksi pada wanita hamil dan rujukan

terlambat (Niken, 2016).

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah jika mereka dirawat secara

memadai di lembaga kesehatan. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah jika

gejala terdeteksi sedini mungkin, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil,

termasuk: 1) Secara teratur periksa kehamilan sedini mungkin dan secara

teratur, setidaknya 4x kunjungan selama kehamilan, yaitu satu kunjungan ke

triwulan pertama (tiga bulan pertama), satu kunjungan di triwulan kedua (antara

bulan keempat hingga keenam) dan dua kunjungan pada triwulan ketiga (bulan

ke tujuh hingga kesembilan); 2) Imunisasi TT, yaitu imunisasi anti-tetanus 2

(dua kali) selama kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah tetanus

pada bayi baru lahir; 3) Jika ditemukan risiko tinggi, perawatan prenatal harus

lebih sering dan intensif; 4) Makan makanan bergizi; 5) Hindari hal-hal yang

dapat menyebabkan komplikasi pada wanita hamil; 6) Kenali tanda-tanda

kehamilan berisiko tinggi dan waspada terhadap penyakit pada wanita hamil ;

dan 7) Periksa segera apakah ada tanda-tanda kehamilan berisiko tinggi

ditemukan (Depkes RI, 2015).

Menurut Lawrence Green menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku pencegahan komplikasi kehamilan adalah: 1) faktor

predisposisi adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, moralitas sosial, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan dan unsur-unsur lain dalam individu

(masyarakat); 2) faktor pendukung adalah keterjangkauan fasilitas dan jarak ke

tempat layanan; dan 3) faktor penguat adalah faktor yang memperkuat


3

perubahan perilaku seseorang karena sikap dan perilaku lain, seperti sikap pria,

orang tua, tokoh masyarakat, atau profesional kesehatan (Notoatmodjo, 2017) .

Salah satu strategi yang dilakukan untuk mengenali tanda-tanda

kehamilan berisiko tinggi dan mewaspadai adanya penyakit pada wanita hamil

dengan mengambil kelas wanita hamil (Depkes RI, 2015). Kelas untuk ibu

hamil adalah salah satu kegiatan penting dalam menerapkan buku KIA di

masyarakat sebagai upaya belajar bagi ibu, pasangan dan keluarga mereka

untuk memahami buku KIA melalui metode kegiatan belajar bersama di kelas

yang petugas kesehatan difasilitasi untuk mempersiapkan ibu hamil untuk

persalinan yang aman dan nyaman (Depkes RI, 2015).

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah AKI

adalah melalui layanan antenatal (ANC) atau layanan kesehatan ibu selama

kehamilan di lembaga kesehatan komprehensif yang dilakukan sesuai dengan

standar layanan antenatal yang ditentukan dalam Standar Layanan Kebidanan

(SPK) (Wagiyo, 2016). Tujuan layanan ANC harus memenuhi hak setiap

wanita hamil untuk mendapatkan layanan pranatal berkualitas tinggi sehingga

mereka dapat memiliki kehamilan yang sehat, melahirkan dengan aman, dan

melahirkan bayi yang sehat (Astuti, 2015). Penyakit pada wanita hamil dapat

dideteksi sejak dini dan terintegrasi dengan layanan perawatan antenatal yang

harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas tinggi. Wanita

hamil juga harus menerima layanan yang lebih komprehensif dan terintegrasi

sehingga layanan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien (Bartini,

2016).
4

Layanan ANC dan promosi kesehatan ibu melalui kelas-kelas ibu hamil

dalam pelaksanaannya terkait erat dengan peran bidan dan kerangka kerja.

Bidan berperan sebagai fasilitator, pendidik, dan penampil. Fasilitator adalah

orang atau badan yang memudahkan untuk menawarkan fasilitas kepada orang

lain yang membutuhkan. Pendidik di mana bidan menyediakan kesehatan dan

memberikan konseling dalam perawatan dan layanan kebidanan di setiap

lingkungan kesehatan di lembaga dan masyarakat, membimbing, meresepkan

profesional kesehatan masa depan dan bidan baru. Implementasi di mana bidan

memberikan layanan kebidanan bagi perempuan dalam siklus hidup mereka,

perawatan neonatal, bayi dan balita. Sebagai pelaksana obstetri memiliki tiga

kategori tugas, yaitu tugas independen, tugas kerjasama dan tugas

ketergantungan (Suparjo, 2015).

Sementara itu, kader juga memiliki peran dan fungsi dalam upaya

meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Kader juga memainkan peran utama

dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membantu diri mereka

mencapai kesehatan yang optimal (Meilani, 2016).

Kader juga berperan dalam pengembangan masyarakat di sektor

kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. Selain kegiatan

posyandu, kader juga memainkan peran di luar kegiatan posyandu, yaitu 1)

Kegiatan perencanaan, termasuk survei kesadaran diri, menentukan kegiatan

untuk mengatasi masalah kesehatan di masyarakat; 2) Komunikasi, informasi,

dan motivasi kesehatan; 3) Mencatat salah satunya adalah KIA; 4) Melakukan

kunjungan rumah; dan 5) Mengadakan pertemuan kelompok (Yulifah, 2016).


5

Kurangnya peran kader pada ibu hamil dapat berdampak pada kelas

sasaran ibu hamil, yaitu kurangnya informasi tentang kelas ibu hamil, sehingga

target tidak menerima informasi tentang kesehatan kehamilannya, kecuali

bahwa organisasi wanita hamil akan menghadapi kesulitan karena kurangnya

sumber daya manusia dalam pelaksanaannya. Efek lain bagi kader adalah kader

tidak dapat mengetahui kondisi ibu hamil di lingkungannya, sehingga kesehatan

ibu tidak terpantau dengan baik (Meilani, 2016).

Berdasarkan latar belakan tersebut, penulis tertarik untuk membuat

makalah tentang “Peran Bidan dalam Kelas Ibu Hamil”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian yaitu “Bagaimanakah peran bidan dalam kelas ibu

hamil”?

1.3 Tujuan Makalah

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis peran bidan peran bidan dalam memberikan sosialisasi

kepada masyarakat tentang kelas ibu hamil.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi peran bidan dalam memberikan sosialisasi kepada

masyarakat tentang kesehatan reproduksi mengenai kelas ibu hamil.


6

2. Mengidentifikasi peran serta masyarakat dalam sosialisasi kepada

masyarakat tentang kelas ibu hamil.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan pengetahuan, pemikiran atau memperkaya konsep

ataupun teori pada bidang kelas ibu hamil, disamping itu penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian terkait.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan referensi bagi

pembaca dan dapat menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut

tentang peran bidan sebagai petugas kesehatan dalam sosialisasi

kepada masyarakat tentang kelas ibu hamil.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi pada

masyarakat mengenai pentingnya kelas ibu hamil.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peran Bidan

2.1.1 Pengertian

Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan

posisi yang dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan,

nilai dan sikap yang diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang

seharusnya diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam

situasi yang umumnya terjadi (Sarwono, 2015). Peran merupakan suatu

kegiatan yang bermanfaat untuk mempelajari interaksi antara individu

sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai macam peranan di

dalam hidupnya, seperti dokter, perawat bidan dan petugas kesehatan

lainnya yang mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau

kegiatan yang sesuai dengan peranannya masing-masing (Muzaham,

2017).

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin

secara sah untuk menjalankan praktek (Sari, 2017). Bidan mempunyai

tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan baik bagi

wanita sebagai pusat keluarga maupun masyarakat umumnya, tugas ini

meliputi antenatal, intranatal, postnatal, asuhan bayi baru lahir, persiapan


menjadi orang tua, gangguan kehamilan dan reproduksi serta keluarga

berencana. Bidan juga dapat melakukan praktek kebidanan pada

Puskesmas, Rumah sakit, klinik bersalin dan unit-unit kesehatan lainnya

di masyarakat (Nazriah, 2015).

Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik

Indonesia Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang

yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan

untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan

upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada

masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. tenaga

kesehatan memiliki beberapa petugas yang dalam kerjanya saling

barkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan tenaga kesehatan

medis lainnya (Miles, 2016).

2.1.2 Macam-macam Peran Bidan

Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai

komunikator, motivator, fasilitator, dan konselor bagi masyarakat

(Simatupang, 2018). Macam-macam peran tersebut yaitu:


1. Komunikator

Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang

menyampikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan

diharapkan pihak lain yang menerima pesan (komunikan) tesebut

memberikan respon terhadap pesan yang diberikan (Putri, 2016).

Seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan

informasi secara jelas kepada pasien, pemberian informasi sangat

diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki

kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakt yang salah terhadap

kesehatan dan penyakit. Komunikasi dikatakan efektif jika dari

tenaga kesehatan mampu memberikan informasi secara jelas kepada

pasien (Notoatmodjo, 2017).

2. Sebagai Motivator

Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada

orang lain. Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk

bertindak agar mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari

dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang

dilakukan (Notoatmodjo, 2017). Menurut Saifuddin (2015) motivasi

adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan

motif adalah kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk melakukan

sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai motivasi tidak kalah penting

dari peran lainnya. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu


melakukan pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok

untuk mengenali masalah yang dihadapai, dan dapat

mengembangkan potendinya untuk memecahkan masalah tersebut

(Mubarak, 2017).

3. Sebagai Fasilitator

Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan

kemudahan dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang

membutuhkan. Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang

pendamping dalam suatu forum dan memberikan kesemapatan pada

pasien untuk bertanya mengenai penjelasan yang kurang dimengerti,

seperti menyediakan waktu dan tempat ketika pasien ingin bertanya

secara lebih mendalam dan tertutup (Simatupang, 2018).

4. Sebagai Konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada

orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu

masalah melalui pemahaman tehadap fakta-fakta, harapan,

kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Sari, 2017). Proses dari

pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum

dari pelaksanaan konseling adalah membantu masyarakat agar

mencapai perkembangan yang optimal dalam menentukan batasan-

batasan potensi yang dimiliki, sedangkan secara khusus konseling

bertujuan untuk mengarahkan perilaku tidak sehat menjadi perilaku

sehat, membimbing masyarakat belajar membuat keputusan,


memiliki sifat peduli dan mau mengajarkan melalui pengalaman,

mampu menerima orang lain, mau mendengarkan dengan sabar,

optimis, terbuka terhadap pandangan interaksi yang berbeda, tidak

menghakimi dan menyimpan rahasia, mendorong pengambilan

keputusan, memberikan dukungan, membentuk dukungan atas dasar

kepecayaan, mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan

kekhawatiran klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh

klien (Simatupang, 2018).

2.2 Pencegahan Komplikasi Kehamilan

2.1.1 Pengertian Pencegahan Komplikasi Kehamilan

Pencegahan / pencegahan adalah upaya yang dilakukan seseorang

untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan atau kerugian bagi

seseorang (Oktavia, 2015). Komplikasi kehamilan adalah keadaan darurat

kebidanan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayinya

(Prawirohadjo, 2015). Oleh karena itu, pencegahan komplikasi kehamilan

adalah upaya yang dilakukan oleh ibu hamil selama kehamilan sebagai

upaya mencegah komplikasi pada kehamilan yang dapat menyebabkan

kematian ibu dan bayi.

2.1.2 Jenis Komplikasi Kehamilan

Komplikasi dan penyulit kehamilan pada Trimester I dan II adalah

kejadian yang sering timbul pada kehamilan trimester I dan II, yaitu

(Rukiyah, 2015):
1. Anemia kehamilan yaitu hemoglobin mengalami penurunan status

dan angka eritrosit di bawah normal, atau biasa disebut kehilangan

darah. Alasannya mungkin karena kurangnya nutrisi untuk

pembentukan darah atau kekurangan zat besi. Faktor yang

menyebabkan anemia defisiensi besi adalah kurangnya asupan zat

besi dan protein dari makanan, berkurangnya penyerapan dalam usus,

perdarahan akut atau kronis. Anemia defisiensi pada wanita hamil

berhubungan dengan defisiensi besi dan perdarahan akut.

2. Hyperemisis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan

pada wanita hamil yang dapat mempengaruhi berat badan ibu,

kekencangan kulit dan aseton dalam urin. Ini juga bisa dikatakan

ketika wanita hamil muntah setiap kali mereka minum atau makan,

akibatnya tubuh sangat lemah, wajah pucat dan frekuensi buang air

kecil berkurang drastis, kegiatan sehari-hari terganggu dan kondisi

umum berkurang (Winkjosastro, 2015).

3. Abortus atau keguguran yaitu keluarnya pelepasan hasil konsepsi

sebelum bisa hidup di luar rahim dengan berat badan kurang dari

1000g atau usia kehamilan kurang dari 22 minggu.

4. Kehamilan dengan degenerasi penyakit trofoblas, yang merupakan

penyimpangan kehamilan dengan degenerasi hidrofilik dari kronik

helikopter, sehingga berbentuk anggur yang mengandung banyak

cairan dan hormone (Manuaba, 2015).


5. Kehamilan ektopik yang terganggu; adalah kehamilan yang terjadi

ketika telur yang dibuahi berlangsung dan tumbuh di luar

endometrium rongga rahim.

Sedangkan Komplikasi dan penyulit kehamilan pada Trimester III

adalah kejadian yang timbul pada kehamilan trimester III, yaitu (Rukiyah,

2016):

1. Kehamilan dengan hipertensi; mis. tekanan darah di atas 140/90

mmHg yang disebabkan oleh kehamilan itu sendiri berpotensi

menyebabkan masalah kehamilan yang serius.

2. Preeklamsi; yaitu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria

dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya

terjadi pada trimester ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi lebih awal,

misalnya pada mola hidatidosa.

3. Eklampsia; itu adalah anomali akut pada wanita hamil, dalam

persalinan atau dalam masa nifas yang ditandai dengan kejang-kejang

(bukan karena gangguan neurologis) dan / atau koma yang

sebelumnya menunjukkan gejala pre-eklampsia.

Pendapat lain komplikasi kehamilan trimester III dapat terjadi

sebagai berikut (Manuaba, 2015):

1. Persalinan prematuritas yaitu persalinan yang terjadi antara 29 dan 36

minggu kehamilan dengan berat lahir kurang dari 2,5 kg;


2. Kehamilan ganda yaitu adanya janin dalam rahim lebih dari satu

orang, dapat disebabkan ras, obat perangsang, factor keturunan,

frekwensi 1:89 kehamilan;

3. Kehamilan dengan perdarahan, membahayakan ibu maupun janin

dalam kandungan;

a. Perdarahan plasenta previa yaitu keadaan implementasi plasenta

sehingga menutupi sebagian atau seluruh serviks sehingga

pembuluh darah besar terletak di sekitar serviks;

b. Perdarahan solusio plasenta di mana implantasi hasil konsepsi

terjadi terutama di fundus uterus sebagai tempat normal;

c. Perdarahan pada sinus marginalis yaitu perdarahan terjadi

sebelum melahirkan;

d. Perdarahan vasa previa yaitu penyilangan pembuluh darah pada

mulut rahim;

4. Kehamilan dengan ketuban pecah dini di mana sebagian besar

keluarnya cairan ketuban terjadi sebelum kelahiran, dengan

pembukaan mendekati lengkap;

5. Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim, setelah usia hamil

diatas 16 minngu dapat dirasakan gerak janin dalam rahim sebagai

gerakan pertama;

6. Kehamilan lewat waktu persalinan, kehamilan berlangsung sekitar

280 hari, sehingga dapat menghitung perkiraan kelahiran.


2.1.3 Pencegahan Komplikasi Kehamilan

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah jika mereka menerima

perawatan yang memadai di fasilitas kesehatan. Kehamilan risiko tinggi

dapat dihindari jika gejala ditemukan sedini mungkin sehingga

pencegahan dapat diambil, antara lain (Kusmiyati, 2016) :

1. Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal

4x kunjungan selama masa kehamilan yaitu:

a. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama)

b. Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat

sampai bulan keenam)

c. Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai

bulan kesembilan)

2. Imunisasi TT yaitu imunisasi anti-tetanus 2 (dua kali) selama

kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah tetanus pada bayi

baru lahir.

3. Bila pada risiko tinggi, perawatan antenatal harus lebih sering dan

intensif.

4. Makan makanan yang bergizi

Asupan gizi seimbang untuk ibu hamil dapat meningkatkan

kesehatan ibu dan mencegah penyakit yang berhubungan dengan

kekurangan gizi.

5. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu

hamil:
a. Berdekatan dengan penderita penyakit menular

b. Asap rokok dan jangan merokok

c. Makanan dan minuman beralkohol

d. Pekerjaan berat

e. Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan

f. Pemijatan/urut perut selama hamil

g. Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil

6. Mengenal tanda-tanda kehamilan berisiko tinggi dan waspadai adanya

penyakit pada wanita hamil (Depkes RI, 2015).

7. Segera periksa tanda-tanda kehamilan berisiko tinggi. Pemeriksaan

kehamilan dapat dilakukan di Polindes / bidan desa, Puskesmas /

Puskesmas pendukung, ruang bersalin, rumah sakit umum atau

swasta.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Komplikasi

Kehamilan

Menurut Lawrence Green mengemukakan bahwa faktor yang

mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2017) :

1. Faktor yang mempermudah (Predisposing Factor)

Termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral sosial,

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan elemen-elemen lain yang

terkandung dalam individu (komunitas). Menghadiri kelas wanita

hamil dapat meningkatkan pengetahuan wanita hamil tentang

mencegah komplikasi kehamilan.


2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

a. Keterjangkauan fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat yang timbul tidak dapat

dipisahkan dari faktor-faktor yang menjadi rantai penyakit, yang

semuanya tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan di mana

masyarakat berada, perilaku masyarakat yang berbahaya bagi

kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan

dapat memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Kelas

wanita hamil adalah salah satu fasilitas yang baik digunakan oleh

wanita hamil untuk meningkatkan pengetahuan ibu, terutama

pada pencegahan komplikasi kehamilan. Menghadiri kelas ibu

hamil dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang tanda-tanda

bahaya kehamilan (Depkes RI, 2015).

b. Jarak ke Tempat Pelayanan

Jarak adalah panjang atau jauh antara dua benda atau

tempat, yaitu jarak antara rumah dan area layanan ANC.

3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Faktor-faktor yang memperkuat perubahan dalam perilaku

seseorang karena sikap dan perilaku lain seperti sikap suami, orang

tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. Dalam hal ini, bidan

memiliki peran penting dalam memberikan layanan terlebih dahulu

untuk mencegah komplikasi selama kehamilan. sementara itu,

manajer berperan dalam memotivasi wanita hamil untuk ingin


memeriksa kehamilan mereka sehingga mereka tidak terlambat dalam

mengambil keputusan (Kusmiyati, 2016). Menentukan cara mencegah

komplikasi kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan

kuesioner (Notoatmodjo, 2017).

2.1.5 Sintesis Pencegahan Komplikasi Kehamilan

Pencegahan komplikasi kehamilan adalah upaya ibu hamil selama

kehamilan untuk mencegah komplikasi kehamilan yang dapat

menyebabkan kematian ibu dan bayinya.

2.2 Kelas Ibu Hamil

2.2.1 Pengertian Kelas Ibu Hamil

Kelas ibu adalah salah satu kegiatan penting dalam menerapkan

Buku KIA di masyarakat sebagai upaya belajar untuk ibu, suami dan

keluarga mereka untuk memahami Buku KIA melalui metode kegiatan

belajar bersama di kelas yang difasilitasi oleh petugas kesehatan untuk

mempersiapkan ibu hamil untuk persalinan yang aman dan nyaman

(Depkes RI, 2015). Sedangkan menurut Kementian kesehatan, kelas ibu

hamil adalah cara untuk belajar bersama tentang kesehatan wanita hamil

dalam bentuk tatap muka, diikuti oleh wanita hamil yang usia

kehamilannya antara 4 minggu dan 36 minggu (sebelum melahirkan)

dengan jumlah peserta maksimal 10 orang (Kemenkes RI, 2016).


2.2.2 Tujuan Kelas Ibu

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu

untuk memahami kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan pascanatal,

pengendalian kelahiran pascakelahiran, perawatan bayi baru lahir

lahir, mitos / kepercayaan / adat setempat, penyakit menular dan akta

kelahiran (Kemenkes RI, 2016).

2. Tujuan Khusus

a. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara peserta (ibu

hamil dan ibu hamil) dan antara wanita hamil dan petugas

kesehatan / bidan mengenai kehamilan, perubahan tubuh dan

keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, perawatan

nifas, pengendalian kelahiran nifas, perawatan bayi baru lahir,

mitos / kepercayaan / adat setempat, penyakit menular dan akta

kelahiran.

b. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku wanita hamil

mengenai kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan

postpartum, kontrol kelahiran postpartum, perawatan bayi baru

lahir, mitos / kepercayaan / adat setempat, penyakit menular dan

akta kelahiran (Kemenkes RI, 2016).


2.2.3 Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Di kelas wanita hamil, tiga pertemuan diadakan, termasuk diskusi

tentang (Depkes RI, 2015).

1. Perubahan tubuh selama kehamilan:

a. Memahami bagaimana terjadinya kehamilan (Kemenkes RI,

2015)

Kehamilan adalah masa ketika ada janin dalam rahim

wanita. Kehamilan didahului dengan pembuahan, yang

merupakan pertemuan sperma pria dengan sel telur yang

diproduksi oleh ovarium. Setelah pembuahan, kehidupan baru

terbentuk dalam bentuk janin dan berkembang di dalam rahim ibu

yang merupakan tempat yang aman dan nyaman bagi janin.

b. Memahami adanya perubahan tubuh ibu selama kehamilan

(Kemenkes RI, 2016)

1) Perubahan payudara: payudara dan puting menjadi lebih

lunak sekitar 3 minggu setelah pembuahan. Payudara yang

membesar ini disebabkan oleh fakta bahwa kelenjar susu

membesar dan menyimpan lemak untuk menyusui. Puting

dan payudara di sekitarnya berwarna lebih gelap.

2) Peningkatan berat badan: karena rahim tumbuh dan karena

pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran

rahim dan hormon progesteron yang menyebabkan tubuh

menahan air.
3) Kram perut: kontraksi uterus sering terjadi secara teratur,

dengan peningkatan olahraga selama kehamilan, selama

hubungan seksual, atau karena perubahan posisi tidur ketika

berdiri. Itu hal yang wajar dan jangan khawatir.

4) Sering buang air kecil: ini terjadi karena peningkatan

sirkulasi darah selama kehamilan dan tekanan pada kandung

kemih karena pembesaran rahim. Sering buang air kecil juga

terasa ketika kehamilan mencapai usia 9 bulan, ketika kepala

bayi telah memasuki rongga panggul dan telah menekan

kandung kemih. Yang harus dilakukan adalah

menyingkirkan infeksi. Berikan saran untuk mengurangi

konsumsi alkohol setelah makan malam atau minum 2 jam

sebelum tidur, hindari minum yang mengandung kafein,

jangan mengurangi kebutuhan akan air minum (minum 8

gelas per hari), berkembang biak di siang hari dan lakukan

latihan Kegel.

5) Sembelit (susah buang air besar): selama kehamilan, usus

bekerja lebih santai, sehingga keinginan untuk membuang

sisa tinja terhambat.

6) “Ngidam”: sejak awal kehamilan, keinginan untuk ngemil

atau makan makanan tertentu (mengidam) sering muncul

pada ibu hamil. Keinginan untuk ngemil bisa timbul karena


kebutuhan tubuh untuk makan sedikit demi sedikit tetapi

sering.

7) Mual dan muntah: ini terjadi karena perubahan hormon

dalam tubuh. Biasanya hanya berlangsung selama 3 bulan

pertama kehamilan dan berhenti setelah Anda memasuki

bulan ke-4. pasien yang obat antivomitus dapat membuatnya

tertidur.

c. Memahami bagaimana mengatasi berbagai keluhan saat hamil

(Kemenkes RI, 2016)

1) Keputihan: selama kehamilan keputihan akan meningkat dan

tidak akan berwarna. Pertahankan kebersihan genital

menggunakan celana pendek yang bersih dan kering. Jika

keputihan terasa dan gatal, segera cari bantuan dari petugas

kesehatan.

2) Nyeri pinggang: kehamilan juga mempengaruhi

keseimbangan tubuh karena cenderung berat di bagian

depan. Solusinya mungkin dengan berolahraga seperti

latihan kehamilan, ketika tubuh berdiri dalam posisi normal,

ketika Anda tidur, Anda harus berbaring miring ke kiri,

hindari duduk terlalu lama, dll.

3) Kram kaki: penyebab kram belum diketahui pasti. Diduga

adanya ketidakseimbangan mineral didalam tubuh ibu yang

memicu gangguan pada system persyarafan otot-otot tubuh.


Solusinya mungkin dengan meningkatkan konsumsi

makanan yang kaya akan kalsium dan magnesium seperti

berbagai sayuran berdaun dan susu dan produk olahannya,

latihan kehamilan rutin, dll.

4) Pembengkakan di kaki: Pembengkakan dapat menjadi gejala

keracunan kehamilan (preeklampsia) dengan timbulnya

tekanan darah tinggi, protein yang mengandung urin, dan

sakit kepala parah. Jika gejala ini terjadi, disarankan agar

segera berkonsultasi dengan bidan/dokter/petugas kesehatan

untuk pengujian lebih lanjut.

5) Wasir alias ambeien: adalah pembengkakan dan peradangan

yang terjadi di pembuluh darah di daerah sekitar dubur. Ini

terjadi karena konstipasi, yang artinya setiap kali Anda buang

air besar. Cara mengobati wasir bisa dengan meningkatkan

konsumsi serat, minum banyak cairan minimal 2 liter per

hari, melakukan latihan ringan seperti jalan kaki, dll.

d. Memahami apa saja yang harus dilakukan oleh ibu selama

kehamilan

1) Memeriksakan kehamilan secara rutin: periksa kehamilan

sesegera mungkin dan sesering mungkin sesuai dengan

instruksi petugas. Sehingga ibu, suami dan keluarga bisa

langsung tahu jika masalah muncul saat hamil.

2) Timbang berat badan setiap kali periksa hamil.


3) Minum 1 tablet tambah darah setiap hari sesudah makan.

4) Imunisasi TT untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi

baru lahir.

e. Memahami pentingnya makanan sehat dan pencegahan anemia

saat kehamilan

1) Jenis makanan yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil tentu

saja makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai

dengan ketentuan diet seimbang.

2) Anemia: suatu kondisi di mana kadar hemoglobin dalam sel

darah merah jauh lebih rendah. Biasanya sekitar 12gr%. Jika

Hb sekitar 9-11 g%, itu diklasifikasikan sebagai anemia

ringan. Jika Hb sekitar 6-8gr%, itu diklasifikasikan sebagai

anemia sedang. Dan tergolong anemia berat jika Hb <6gr%.

3) Cara mengatasi anemia: disarankan untuk meningkatkan

konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, asam folat dan

juga vitamin B seperti hati, daging, kuning telur, ikan teri,

susu dan kacang-kacangan seperti tempe dan susu. kedelai

dan sayuran hijau gelap seperti bayam dan daun katuk.

Kemudian, juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan

yang memudahkan penyerapan zat besi seperti makanan

yang kaya vitamin C dan yang harus dihindari adalah

makanan atau minuman yang menghambat penyerapan zat

besi seperti kopi dan teh.


2. Perawatan Kehamilan

a. Memahami bahwa kesiapan psikologis diperlukan dalam

menghadapi kehamilan

Persiapan dan kesehatan psikologis sangat penting bagi

masing-masing pihak, bagi istri dan suami. Tentu saja, bukan

hanya wanita yang membutuhkan stabilitas dan kedewasaan

emosional. Suamimu harus memilikinya. Itu harus dimiliki

karena suami dan istri memiliki tanggung jawab yang berat untuk

memenuhi peran mereka sebagai orang tua.

b. Memahami bagaimana hubungan suami istri semasa kehamilan

Kehamilan bukanlah halangan untuk aktivitas seksual.

Tidak ada batasan waktu untuk melakukan hubungan seks selama

kehamilan selama kehamilan dinyatakan aman, melakukan

hubungan seks kapan pun diinginkan, bahkan sampai melahirkan.

c. Mengetahui obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi

oleh ibu semasa kehamilan

Sebelum 8 minggu kehamilan, adalah ide yang baik bagi

ibu untuk tidak minum obat apa pun. Karena apa yang dikonsumsi

oleh ibu akan dikonsumsi oleh janin sehingga jika mengambil

obat yang salah, itu akan mengganggu proses pertumbuhan dan

perkembangan janin di dalam rahim ibu.


d. Mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan

1) Perdarahan

Pendarahan dari saluran genital yang, selama

kehamilan muda, dapat menyebabkan keguguran, sedangkan

jika terjadi selama kehamilan tua dapat membahayakan

keselamatan ibu dan janin di dalam rahim. Ibu harus segera

mendapatkan bantuan di rumah sakit (Kemenkes RI, 2016).

2) Bengkak dikaki, tangan dan wajah, yang disertai sakit kepala

yang hebat.

Sedikit pembengkakan pada kaki atau tungkai kurang

dari 6 bulan dan lebih mungkin masih normal. Namun

pembengkakan kecil pada tangan atau wajah, terutama jika

disertai dengan tekanan darah tinggi dan sakit kepala

(pusing), sangat berbahaya. Jika kondisi ini berlanjut, ibu

mungkin mengalami kejang. Ini disebut keracunan

kehamilan atau eklampsia. Ini sering mengakibatkan

kematian ibu dan janin. Jika satu atau lebih dari gejala ini

terdeteksi, ibu harus segera mencari bantuan dari bidan

terdekat untuk dibawa ke rumah sakit (Depkes RI, 2016).

3) Demam tinggi

Biasanya karena infeksi bakteri atau malaria. Demam

bisa membahayakan kehidupan ibu, keguguran atau masa

kanak-kanak. Disarankan segera berkonsultasi dengan bidan


atau dokter setempat untuk perawatan pertama (Kemenkes

RI, 2016).

4) Keluar air ketuban sebelum waktunya

Jika selaput ketuban pecah dan cairan ketuban keluar

sebelum ibu menunjukkan tanda-tanda persalinan, janin dan

ibu akan mudah terinfeksi. Ini berbahaya bagi ibu dan janin.

Ibu membutuhkan bantuan segera dari bidan terdekat untuk

dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.

5) Gerakan bayi berkurang

Janin yang sehat bergerak secara teratur. Pergerakan

janin diperkirakan 10 kali dalam 12 jam saat ibu terjaga. Jika

gerakan janin berkurang, melemah atau tidak bergerak sama

sekali dalam waktu 12 jam, kehidupan bayi mungkin

terancam. Ibu harus segera mencari bantuan.

6) Muntah terus menerus dan tidak mau makan

Sebagian besar wanita hamil dengan usia kehamilan

1-3 bulan sering merasa mual dan terkadang muntah. ini

normal dan akan hilang dengan sendirinya selama kehamilan

selama lebih dari 3 bulan. Tetapi jika ibu masih tidak mau

makan, muntah terus menerus, sampai ibu lemah dan tidak

mau bangun, maka keadaan ini berbahaya bagi kondisi janin

dan kesehatan ibu. Ibu atau keluarga harus segera mencari


bantuan dari bidan terdekat untuk dibawa ke pusat kesehatan

atau rumah sakit, sehingga kehamilan dapat diselamatkan.

7) Trauma atau cedera pada perut dapat terjadi karena jatuh,

kecelakaan lalu lintas dan lainnya. Suami atau keluarga harus

segera membawa ibu hamil ke bidan / dokter.

Memahami kebutuhan akan keluarga berencana sejak awal untuk

mempercepat proses persalinan adalah Program Perencanaan Kehamilan

dan Komplikasi Pencegahan (P4K) dengan stiker. Keluarga juga harus

dapat menghindari keterlambatan dalam mencari bantuan medis. Suami

atau keluarga harus dapat menghindari 3T (terlambat), yaitu, terlambat

membuat keputusan, terlambat ke tempat tugas, dan terlambat untuk

mencari perawatan medis sehingga suami atau keluarga harus

merencanakan suatu sistem bawa dan siapkan donor darah potensial jika

perlu dan temani ibu pada saat persalinan (Kemenkes RI, 2016).

2.3 Peran Bidan dalam Kelas Ibu Hamil

2.3.1 Sebagai Pelatih bagi Fasilitator

Pelatihan fasilitator dipersiapkan untuk melaksanakan kelas ibu

hamil. Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan

yang telah mendapatkan pelatihan fasilitator kelas ibu hamil atau on the

job training.

Bagi bidan atau petugas kesehatan ini, boleh melaksanakan

pengembangan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya. Untuk mencapai


hasil yang optimal dalam memfasilitasi kelas ibu hamil, fasilitator

hendaknya menguasai materi yang akan disajikan baik materi medis

maupun non medis. Beberapa materi non medis berikut akan membantu

Kemampuan fasilitator dalam pelaksanaan kelas ibu hamil diantaranya:

Komunikasi interaktif, Presentasi yang baik, Menciptakan suasana

yang kondusif.

2.3.2 Sosialisasi Kelas Ibu Hamil pada Tokoh Agama, Tokoh

Masyarakat, dan Stakeholder

Sosialisasi ini sangat penting. Melalui kegiatan sosialisasi ini

diharapkan semua unsur masyarakat dapat memberikan respon dan

dukungan sehingga kelas ibu hamil dapat dikembangkan dan berjalan

sesuai dengan yang diharapkan. Materi sosialisasi antara lain: buku

KIA, apa itu kelas ibu hamil, tujuan pelaksanaan kelas ibu hamil,

manfaat kelas ibu hamil, peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan

stakeholder dalam mendukung pelaksanaan kelas ibu hamil.

2.3.3 Persiapan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan kelas ibu

hamil :

1. Melakukan identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada di

wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah

ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat menentukan

jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan
dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya, selama satu

tahun.

2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil,

misalnya tempat di Puskesmas atau Polindes, Kantor Desa/Balai

Pertemuan, Posyandu atau di rumah salah seorang warga

masyarakat. Sarana belajar menggunakan, tikar/karpet, bantal dan

lain-lain jika tersedia.

3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal

pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan

disampaikan.

4. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur

kehamilan antara 4 sampai 36 minggu.

5. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya

dan narasumber jika diperlukan.

2.3.4 Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pelaksanaan pertemuan kelas ibu hamil dilakukan sesuai dengan

kesepakatan antara tim fasilitator yaitu bidan/petugas kesehatan dengan

peserta ibu-ibu hamil, dengan tahapan pelaksanaan.

2.3.5 Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan

1. Monitoring

Monitoring di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan

minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal-hal yang perlu dimonitor:

Peserta (keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta, keaktifan


bertanya). Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar). Fasilitator

(persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat bantu,

membangun suasana belajar aktif). Waktu (mulai tepat waktu,

efektif).

2. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik

positif maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan

indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan

pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan kelas

ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana (Bidan/koordinator

bidan) dilakukan pada setiap selesai pertemuan kelas ibu.

3. Pelaporan

Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan kelas ibu

hamil. Isi laporan minimal memuat tentang : waktu pelaksanaan,

jumlah peserta, proses pertemuan, masalah dan hasil capaian

pelaksanaan, hasil evaluasi. Pelaporan dilakukan secara berkala dan

berjenjang dari bidan pelaksana kelas ibu hamil ke Puskesmas –

Dinas Kesehatan Kabupaten – Dinas Kesehatan Provinsi –

Kementerian Kesehatan.Pelaporan oleh bidan/pelaksana dilakukan

setiap selesai pertemuan atau setiap angkatan pelaksanaan kelas ibu

hamil, Kabupaten dan Provinsi palaporan disusun setiap 3 (tiga)

bulan sekali dan laporan tahunan.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Peran merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk mempelajari

interaksi anatara individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai

macam peranan di dalam hidupnya, seperti dokter, perawat bidan dan petugas

kesehatan lainnya yang mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau

kegiatan yang sesuai dengan peranannya masing-masing.

Gangguan jiwa adalah suatu konsep perilaku seseorang yang

berhubungan dengan adanya nyeri atau cacat yang disebabkan karena adanya

penurunan satu atau lebih suatu fungsi yang penting atau resiko peningkatan

kematian, nyeri, kecacatan, atau kerugian pada seseorang.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan sesuatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Pelayanan dan sumber daya kesehatan jiwa di negara berkembang memang

masih jarang ada, sehingga pelayanan dan perawatan gangguan jiwa

seharusnya dapat dilakukan oleh dokter umum dan tenaga kesehatan lainnya.

1.2 Saran

Dalam proses menghadapi persalinan dan nifas, untuk menghindari

terjadinya gangguan psikologi maka diperlukan dukungan keluarga atau suami


untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan

dan nifas dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan

dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/keluarga serta

memberikan bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan.


DAFTAR PUSTAKA

Bartini, I. 2016. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Normal. Yogyakarta: Nuha.


Medika.

Depkes RI. 2015. Pelatihan Kelas Ibu “Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita”
untuk Petugas Kesehatan. Buku Panduan Peserta. Jakarta.

Depkes RI. 2015. Pelatihan Kelas Ibu “Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita”
untuk Petugas Kesehatan. Buku Panduan Peserta. Jakarta.

Farida U. 2016. Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan


Masyarakat Mandiri Pedesaan Generasi Sehat Dan Cerdas PNPM-MP-GSC
di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Tesis, Pascasarjana. 2016..
http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/6283, diunduh tanggal 28 Oktober 2019.

Kemenkes RI. 2016. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu. Jakarta.

Kemenkes RI. 2017. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2017. Balitbang
Kemenkes RI.

Kusmiyati, Yuni dkk. 2016. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).
Yogyakarta: Fitramaya.

Manuaba. 2015. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Meilani, Niken dkk. 2016. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.

Miles. 2016. Qualitative Data Analysis (terjemahan). Jakarta: UI Press

Mubarak, WI. 2017. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika.

Muzaham. 2017. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Nazriah, 2015. Konsep Dasar Kebidanan. Banda Aceh: Yayasan Pena

Notoatmodjo, S. 2017. Kesehatan Masyarakat Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.
Notoatmodjo, S. 2017. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Bandung: Rineka
Cipta.

Oktavia Y. 2015. Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif. Artikel. 2015..


http://yunivia88.blogspot.co.ic/2013/05/promotifpreventifkuratifrehabilitat.
Diunduh tanggal 20 November 2019.

Prawirohardjo, S. 2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. Maternal dan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Putri, R.D. 2016. Asuhan Kebidanan Komunitas Disesuaikan dengan Rencana


Pembelajaran Kebidanan. Yogyakarta: ANDI.

Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2016. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans
Info Media.

Saifuddin. 2015. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina


Pustaka.

Sari, R N. 2017. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sarwono, S.W. 2015. Psikologi Sosial, Individu, dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.

Simatupang, E J. 2018. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Suparjo. 20.15. Analisa Faktor – factor yang mempengaruhi kinerja bidan pegawai
tidak tetap (PTT) dalam Pelayanan Antenatal. (Tesis AKK). Universitas
Dipenegoro. 2015. http://www.google.co.uk hal 17-19, Diunduh tanggal 27
Oktober 2019.

Wagiyo, Ns, Putranto. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi
Baru Lahir Fisiologis Dan Patologis. Yogyakata: CV. Andi.

Wiknjosastro H. 2015. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina. Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Yulifah R dan Yuswanto TJA. 2016. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai