Anda di halaman 1dari 70

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

2.1.1 Definisi ASI Eksklusif

ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada

bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat

ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna

baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan

cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-

6 bulan. (Eka, 2009:47)

Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi

sampai usia enam bulan, tanpa tambahan makanan pendamping. Bayi usia

6 bulan di atas, memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI

dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun (Hanum, 2010:56).

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak

dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral)

(Kemenkes RI, 2015)

Waktu 6 bulan yang direkomendasikan oleh WHO untuk

memberikan ASI ekslusif bukannya tanpa alasan. Alasan ASI diberikan

7
8

sampai usia bayi 6 bulan tidak 4 bulan dikemukakan oleh Rusli (2009:27)

yakni:

a. Komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi

apabila diberikan tepat dan benar sampai umur bayi 6 bulan.

b. Bayi saat umur 6 bulan sistem pencemaanya mulai matur, dan

sebelum usia 6 bulan jaringan usus bayi kemungkinan kuman/protein

dapat langsung masuk ke sistem peredaran darah yang menimbulkan

alergi, pori-pori tersebut tertutup saat bayi berumur 6 bulan.

2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif

1. Manfaat ASI untuk bayi

Menurut Saleha (2009), memberikan ASI pada bayi sangatlah

penting dilakukan oleh seseorang ibu minimal sampai bayi berusia 2

tahun. Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang

dapat dirasakan. Berikut ini manfaat pemberian ASI eksklusif untuk bayi

adalah:

a. ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI

adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun

kuantitiasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai

makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi

normal sampai usia 6 bulan.


9

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin dari ibunya

melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera

setelah bayi lahir. Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah

apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk

antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limposit.

antibodi di payudara disebut Mammae Associated Immunocompetent

Lymphoid Tissue (MALT). Badan bayi baru membuat zat kekebalan

cukup bayak pada waktu usia 9-12 bulan. Pada saat kekebalan bawaan

menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi

maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan

akan berkurang bila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup

yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi dan diare. Zat kekebalan itu terdapat dalam

kolostrum.

c. ASI meningkatkan kecerdasan

Kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor

utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah

pertumbuhan otak. Sementara itu, pertumbuhan otak dipengaruhi oleh

nutrisi yang diberikan. Nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah:

1) Taurine: suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam

ASI untuk neurotransmitter inhibitor dan stabilisator membrane


10

2) Laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI untuk

pertumbuhan otak.

3) Asam lemak ikatan panjang seperti:

a) DHA dan AA untuk pertumbuhan otak dan retina

b) Kolesterol untuk mielinisasi jaringan syaraf

c) Kolin untuk meningkatkan memori

d. ASI meningkatkan jalinan kasih

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan

tentram. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi

dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan dasar spiritual yang baik. Hubungan fisik ibu dan

bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi

yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang

lebih baik.

2. Manfaat ASI untuk Ibu

Menurut Huliana (2010), manfaat pemberian ASI ternyata tidak

hanya untuk bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Berikut ini manfaat

yang diperoleh dengan menyusui :

a. Membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan

mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Ini karena isapan bayi

pada payudara dilanjutkan melalui syaraf ke kelenjar hipofise di

otaknya yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain


11

bekerja untuk mengontraksikan saluran ASI pada kelenjar air susu

juga merangsang rahim untuk berkonrtaksi.

b. Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar

dengan suhu yang sesuai sehingga bisa langsung diberikan dan selalu

siap jika diperlukan pada malam hari.

c. Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak usah dibeli.

d. Mengurangi biaya perawatan sakit, karena bayi yang minum ASI tidak

mudah terinfeksi.

e. Memberikan rasa puas, bangga, dan bahagia pada ibu yang berhasil

menyusui bayinya karena tingkah laku bayi yang menyusu akan

menggelitik perasaan ibu dalam memperkuat ikatan batin antara ibu

dan anak.

f. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap

karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya

akan mempercepat seseorang ibu kehilangan lemak yang ditimbun

selama kehamilan.

g. Pemberian ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi

sampai empat bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang

hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/pematangan

sel telur sehingga menunda kesuburan.

h. Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian

keganasan kanker atau karsinoma payudara dan ovarium/kandung

telur.
12

3. Manfaat ASI Untuk Keluarga

Menurut Maryunani (2012), ASI juga bermanfaan untuk keluarga yaitu:

a. Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan

untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

Oleh karena itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang

mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

b. Aspek Psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran sudah

direncanakan, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat

mendekatkan hubungan bayi dan ibu.

c. Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan

kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol

dan dot yang harus selalu dibersihkan.

4. Manfaat ASI Untuk Negara

Menurut Maryunani (2012), ASI juga bermanfaat bagi negara yaitu:

a. Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Anak


13

Adanya faktor protektif dan dan nutrient yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak

menurun.

b. Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komlikasi

persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang

dierlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI

lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingakan anak yang

mendapat susu formula.

c. Mengurangi Devisa untuk Membeli Susu Formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu

menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6

milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

d. Meningkatkan Kualitas Generasi Penerus Bangsa

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal,

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.1.3 Komposisi ASI

Menurut Purwanti (2010), dalam pemberian ASI tidak dibatasi

jumlah takaran. Selain ASI mengandung protein tinggi, ASI memiliki

perbandingan antara Whei dan Kasien yang sesuai untuk bayi. Rasio whei
14

dengan kasein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan

dengan susu sapi. ASI mengandung lebih banyak 65:35. Komposisi ini

menyebabkan ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi

mempunyai perbandingan Whei:kasein adalah 20:80, sehingga tidak

mudah diserap dan lebih halus dari pada kasein hingga proteinnya lebih

mudah dicerna.

Komposisi yang dimiliki ASI, menurut Ramaiah (2010),

diantaranya sebagai berikut:

1. Protein

ASI mengandung protein lebih rendah dari Air Susu Sapi (ASS),

tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah

dicerna).

Keistimewaan dari protein pada ASI ini adalah:

a. ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan ASS mengandung juga

beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering

menyebabkan alergi.

b. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi, yang

penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin.

c. Kadar methionin dalam SI lebih rendah di ASS. Hal ini sangat

menguntungkan karena enzim sistationase yaitu enzim yang akan

mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau

tidak ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting untuk

pertumbuhan otak bayi.


15

d. Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat

menguntungkan untuk bayi terutama bayi premature, karena bayi

premature dengan kadar tirosin yang tinggi dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan otak.

e. Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis

protein pada ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan SS.

2. Karbohidrat

ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan

dengan ASS (6,5-7 gram %). Karbohifrat yang utama terdapat pada ASI

adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan

karena laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat.

Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam didalam usus bayi.

Dengan suasana asam di dalam usus bayi ini akan memberikan beberapa

keuntungan:

a. Penghambat pertumbuhannya bakteri yang patologis.

b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam

organik dan mensintesis vitamin,

c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat,

d. Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan

magnesium.

3. Lemak

Keadaan lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama

bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K)
16

dan sumber asam lemak yang esensial, selain jumlahnya yang mencukupi,

jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak kebutuhan sel

jaringan otak yang sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang

cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA, AA. Kolestrol

merupakan lemak yang penting untuk meningkatkan otak bayi.

Keistimewaan lemak dalam ASI jika dibandingkan dengan ASS,

adalah:

a. Bentuk meulasi lebih sempurna. Hal ini dikarenakan ASI mengandung

anzim lipase yang mencegah trigliserida menjadi digliserida dan

kemudian menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus bayi

terjadi.

b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI7-8 kali dalam ASS. Asam

lemak tek jenuh yang terdapat dalam kadar yang tinggi yang

terpenting adalah:

1) Rasio asam lnoleik dengan oleik yang cukup akan memacu

absorpi lemak dn kalsium dan adanya garam kalsium dari asam

lemak ini akan memacu perkembangan otak bayi dan mencegah

terjadinya hipolaksemia.

2) Asam lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic)

yang berperan dalam perkembangan otak.

3) Kolesterol yang diperlukan untuk meilinasasi susunan safar pusat

dan diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk

metabolisme kolesterol yang akan mengendalikan kadar


17

kolesterol dikemudian hari (mencegah arteriosklerosis pada usia

muda).

4) Asam palmitat terdapat dalam bentuk yang berlainan dengan

asam palmitat dari ASS. Asam palmitat dari ASS dapat bereaksi

dengan kalsium, menjadi garam Ca-palmitat yang akan

mengendap dalam usus dan terbuang bersama feses.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif

rendah tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral

selama masa laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik

kadarnya tergantung dari diit dan stadium laktasi, FE dan Ca paling stabil,

tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI

terutama adalah kalsium, kalsium dan nutrium dari asam klorida dan

fosfat. Komosisi yang terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu, Fe,

dan Mn yang merupakan bahan untuk membuat darah relatif sedikit. Ca

dan P yang menurunkan bahan pembentuk tilang kadarnya dalam ASI

cukup.

5. Air.

Kira-kira 88%dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk

melarutkan zat-zat yang tedapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air

yang secara metabolik adalah aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini

akan meredakan rangsangan haus dari bayi.

6. Vitamin.
18

Vitamin dalam ASI dapat diktakan lengkap. Vitamin A, D dan C

cukup, sedangkan golongan vitamin B cukup untuk 6 bulan, kecuali

riboflavin dan asam pantothenik serta vitamin K karena bayi baru lahir

usunya belum membentuk vitamin adalah kurang dan haus ditambah.

7. Kalori.

Kalori dalam ASI relatif hanya 77 kalori/100 ml ASI. Sembilan

puluh persen berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal

dari protein.

8. Unsur-unsur lain dalam ASI.

Laktokrom, kreatin, urea, xanthin, dan asam sitrat. Subtansi

tertentu didalam plasma darah ibu, dapat juga berada dala ASI, misalnya

minyak volatil dari makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan

tertentu seperti sufonamil, morfin, dan alkohol, juga elemen-elemen

anorganik misalnya As, Bi, Fe, l Hg, dan Pb (Purwanti, 2010:67).

2.1.4 Upaya memperbanyak produksi ASI

a. Rangsangan Otot-otot Payudara

Rangsangan diperlukan untuk memperbanyak ASI dengan

mengaktifkan kelenjar- kelenjarnya, dengan adanya rangsangan, otot-

otot akan berkontraksi lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam

laktasi. Rangsangan pada payudara dapat dilakukan dengan masase


19

atau mengurut, atau menyiram payudara dengan air hangat dan dingin

secara bergantian.

b. Keteraturan Bayi Menghisap

Isapan anak akan merangsang otot polos payudara untuk

berkontraksi yang kemudian merangsang susunan syaraf disekitarnya

dan meneruskan rangsangan ke otak. Otak akan memerintahkan

kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitarin

lebih banyak, sehingga kadar hormon esterogen dan progesteron yang

masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon pituitarin yang

lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos

payudara dan uterus. Kontraksi otot- otot polos payudara berguna

mempercepat pembentukan ASI, sedangkan kontraksi otot-otot polos

uterus berguna untuk mempercepat involusi uterus.

c. Kesehatan Ibu

Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi air susu ibu.

Bila ibu tidak sehat, asupan makananya kurang atau kekurangan darah

untuk membawa nutrien yang akan diolah sel-sel payudara. Hal ini

menyebabkan produksi ASI menurun, keberhasilan menyusui sangat

bergantung pada emosi dan sikap ibu.

d. Makanan dan Istirahat Ibu

Makanan yang bergizi diperlukan oleh ibu dalam jumlah

banyak mulai dari hamil hingga masa nifas. Istirahat berarti


20

mengadakan pelemasan pada otot-otot saraf setelah mengalami

ketegangan karena beraktifitas (Bayihatun, 2009:23).

2.1.5 Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Ekslusif

Menurut Roesli (2009:88) terdapat tujuh langkah dalam

keberhasilan memberikan ASI secara eksklusif yaitu:

1. Mempersiapkan payudara

2. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui

3. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya

4. Memilih tempat melahirkan yang ‘’sayang bayi’’

5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara ekslusif

6. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi atau konsultasi

laktasi untuk mempersiapkan apabila kita menemukan kesukaran

7. Menemukan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui

2.1.6 Waktu pemberian ASI

Menurut Bahiyatun (2009:79) menyusui bayi sebaiknya tanpa

dijadwal siang dan malam, paling kurang 8 kali dalam 24 jam setiap bayi

menginginkan. Menyusui bayi tanpa dijadwal melainkan on demand,

karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhanya. Ibu harus menyusui

bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain misalnya kencing atau

ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara dalam 5- 7 menit dan ASI dalam lambung

bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.

2.1.7 Tanda bayi cukup ASI


21

Menurut Bahiyatun (2009:24) bayi yang cukup mendapatkan ASI

didapatkan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai

kuning mudah.

b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk

‘’berbiji’’

c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur

cukup.

d. Bayi setidaknya menyusu 10- 12 kali dalam 24 jam.

e. Payudara ibu terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui.

f. Bayi bertambah berat badanya.

2.1.8 Dampak penyapian ASI Usia Kurang dari 6 Bulan

a. Menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keratnya karena

proses bonding attachment terganggu.

b. Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.

c. Pengaruh gizi yang mengakibatkan malnutrisi pada anak.

d. Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan

gatal- gatal karena reaksi dari sistem imun (Nurheti, 2010:97).

2.1.9 Hal yang Mempengaruhi Poduksi ASI

Adapun hal yang mempengaruhi produksi ASI menurut Saleha (2009: 79)

adalah:

1. Makanan
22

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. apabila makanan yang ibu makan cukup gizi dan

pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan

pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan

tegang akan menurunkan volume ASI. pada ibu ada 2 macam reflek yang

menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:

a. Reflek prolactin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. waktu bayi

menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neohormonal pada

putting susu dan areola mamae. Rangsangan ini diteruskan ke

hypofise melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini

akan mengeluarkan hormone prolactin, masuk ke peredaran darah dan

sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. kelenjar ini akan

terangsang untuk menghasilkan ASI.

b. Let down reflek

Reflek ini dapat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada

payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kea rah payudara

ibu. reflek memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut rooting

reflex (reflek menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu

ibu dengan bantuan lidahnya.


23

3. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan

agar tidak mengurangi produksi ASI.

4. Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormone prolactin dan

oksitosin.

5. Anatomi payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.

selain itu, perlu diperhartikan bentuk anatomi papilla dan putting susu ibu.

6. Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

apabila kondisi ibu terlalu capek maka ASI juga berkurang.

7. Faktor isapan bayi dan frekuensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi

dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Bayi yang cukup bulan,

frekuensi penyusuan 10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah

melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.

8. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal

ini disebabkan bayi yang lahir premature sangat lemah dan tidak mampu
24

menghisap secara efektif sehingga produksi lebih rendah daripada bayi

yang lahir cukup bulan.

9. Konsumsi rokok dan alcohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu

hormone prolactin dan oksitosin untuk produksi ASI. merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin. minuman alkalcoholngandung etanol yang

menghambat produksi oksitosin.

2.1.10 Pemberian ASI

Pemberian ASI adalah model kebiasaan ibu menyusui dalam

pemberian ASI meliputi teknik atau cara menyusui, lama pemberian ASI

dan frekuensi menyusui. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI

kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan

dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,

vitamin dan mineral) (Kemenkes RI, 2015). Menyusui adalah suati proses

alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui tanpa pernah

membaca buku tentang ASI. Menyusui adalah keterampilan yang

dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan

kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama enam bulan (Roesli,

2009). Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini

melakukan hal yang alamiah tidaklah mudah.


25

ASI adalah makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai

manfaat yang besar dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh

manusia. Di kota besar, kita sering melihat bayi yang sudah diberi susu

botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat

bayi yang berusia < 6 bulan sudah diberi makan pendamping ASI seperti

pisang atau nasi lembek sebagai makan tambahan (Roesli, 2009).

Riwayat pemberian ASI pada penelitian ini menggunakan ya jika

responden sebelumnya mendapatkan ASI eksklusif, dan tidak jika

sebaliknya, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cythia

Puspariny mengenai korelasi pemberian ASI eksklusif dengan tingkat IQ.

2.1.11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI menurut

Notoatmodjo (2013) diantaranya:

1. Faktor Internal

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindreaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra yakni pancaindra penglihatan, panca indra

pendengaran, pancaindra penciuman, perasa dan peraba

(Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah

satu faktor yang penting dalam kesuksesan proses menyusui.

b. Pendidikan
26

Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga

mempengaruhi pengambilan keputusan, dinama semakin tinggi

pendidikan semakin besar peluang untuk memberikan ASI. Penelitian

yang dilakukan oleh Rusmiati (2009) yang menyatakan bahwa

pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu adalah faktor yang

paling berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang

terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau

dari orang lain yang paling dekat. Menurut Notoatmodjo (2013) sikap

merupakan reaksi atau repon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup.

d. Pekerjaan

Alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak

menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Saat ini banyak wanita

yang mengembangkan diri dalam bidang ekonomi, dan masyarakat

juga menyadari kalau kebutuhan wanita bukan hanya kebutuhan

fisiologis dan reproduksi. Dengan adanya peran ganda seorang ibu,

baik sebagai pekerja dan ibu rumah tangga bila proporsinya tidak

seimbang maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan

rumah tangga dan anak. Kebutuhan seorang bayi baru lahir adalah
27

ASI selama enam bulan artinya ibu harus siap setiap saat menyusui

bayinya. Salah satu kebijakan kebijakan Pemerintah dalam

peningkatan pemberian ASI bagi pekerja adalah dengan menyediakan

fasilitas khusus diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

e. Kondisi Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI.

Pada keadaan tertentu, seorang ibu tidak bisa memberikan ASI kepada

bayinya misalnya ibu dalam keadaan sakit. Ibu memerlukan bantuan

orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah tangga, karena

ibu juga memerlukan istrahat yang banyak. Ibu yang menderita suatu

penyakit misalnya penyakit Hepatitis dan AIDS.

2. Faktor Eksternal

a. Orang penting sebagai referensi (keluarga)

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang

dianggap penting. Apabila seseorang itu penting dalam kehidupannya

maka apa yang ia perbuat atau katakan akan diikuti atau dicontoh.

Dalam pola pemberian ASI di dalam keluarga yang menjadi orang

penting itu adalah suami dan orang tua.

b. Sosial ekonomi (pendapatan)

Pendapatan keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga

untuk membeli sesuatu. Ibu-ibu yang dari keluarga berpendapatan

rendah adalah kebanyakan berpendidikan rendah dan memiliki akses


28

terhadap informasi kesehatan juga sangat rendah, sehingga

pemahaman mereka tentang pemberian ASI sampai 6 bulan pada bayi

sangat rendah. Ibu-ibu yang di bekerja di luar rumah dan makin

meningkat daya belinya menganggap kalau penggunaan susu botol

lebih praktis daripada menyusui.

c. Pengaruh tempat persalinan

Banyak para ahli mengemukakan bahwa adanya pengaruh

kurang baik terhadap pemberian ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di

rumah sakit atau klinik bersalin. Tempat persalinan lebih

menitikberatkan pada upaya persalinan dan keadaan ibu dan anak

yang selamat dan sehat. Rumah sakit dan klinik bersalin juga jarang

menerapkan pelayanan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas

klinik laktasi. Sering makanan pertama yang diberikan pada bayi

adalah susu formula. Untuk itu pemerintah telah mengerluakan

kebijakan dengan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

d. Pengaruh Iklan Susu Formula

Meningkatnya promosi susu formula sebagai PASI, terutama

di perkotaan. Ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai

manfaat penggunaan susu formula daripada menyusui. Kebijakan

Pemerintah tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.

237/SK/Menkes/IV/1997 tentang PASI.

e. Budaya
29

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan

sumber-sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu

pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari

kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah,

baik lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.

Kebudayaan atau pola hidup masyarakat di sini merupakan kombinasi

dari semua yang telah disebutkan di atas (Notoatmodjo, 2013).

Kebudayaan yang berlaku di suatu masyarakat akan

mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI. Adanya budaya

memberikan makanan atau minuman tertentu kepada bayi akan

menggagalkan pemberian ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian

Afifah (2009) budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan

pemberian ASI eksklusif, terutama di daerah pedesaan yang masih

kental dengan adat-istiadat tertentu.

Pengaruh sosial budaya yang dapat menghambat upaya

peningkatan pemberian ASI adalah :

1) Kebiasaan membuang kolostrum karena dianggap basi atau kotor,

padahal kolostrum memberikan manfaat untuk kekebalan bayi

terhadap berbagai penyakit.

2) Memberikan makanan tambahan pada bayi yang lahir beberapa

hari seperti air putih, madu, air tajin dan bubur lumat.
30

2.2 Kecerdasan Intelegensi (IQ)

2.2.1 Pengertian Intelegensi

Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga

berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Teori

tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn

Jones Pol pada tahun 1951 yang mengemukakan adanya konsep lama

mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran

manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa

Yunani disebut dengan “Nous” sedangkan penggunaan kekuatannya

zisebut “Noeseis” (Sumadi, 2008:129).

Intelegensi atau kognitif merupakan proses berpikir yaitu

kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan

mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Hal ini sejalan dengan

pendapat Syaiful (2011:135) bahwa kognitif adalah proses yang terjadi

secara interal didalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang

berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan

dengan perkembangan fisik dan saraf-saraf dipusat susunan saraf terkait.

Terman mendefinisikan bahwa intelegensi atau kognitif adalah

kemampuan untuk berfikir secara abstrak, Colvin dalam (Sumadi, 2008:78)

mendefinisikan bahwa intelegensi atau kognitif adalah kemampuan

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Sementara itu Hunt dalam (Sumadi, 2008: 2) mendefinisikan bahwa

intelegensi atau kognitif adalah tehnik memproses informasi yang


31

disediakan oleh indra. Aktifitas berfikir bisa berupa memahami,

menghubungkan, menerapkan, maupun melakukan evalusasi. Potensi

kognitif ditentukan pada saat konsepsi, namun terwujud atau tidaknya

potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang

diberikan. Potensi kognitif yang dibawa sejak lahir atau nerupakan fakor

keturunann akan menentukan batas perkembangan tingkat itelegensi.

Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan

manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses

psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan

memikirkan lingkungannya.

Pieget dalam (Sumadi, 2008:79) memandang bahwa anak

memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai

realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses

berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh

pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif

menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta

dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.

Berdasarkan beberapa definisi tentang intelegensi di atas, dapat

disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak

lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap

kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai

dengan tujuannya. Intelegensi seseorang dapat diketahui secara lebih

tepat dengan menggunakan tes intelegensi, salah satu bentuk tes


32

intelegensi yang sampai saat ini masih digunakan adalah tes yang

diciptakan oleh Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1908 di

Prancis. Tes ini terkenal dengan sebutan tes Binet-Simon.

Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik

oleh IQ (Intelligence Quotient) memegang peranan penting untuk

suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya

tangkap seseorang dapat ditentukan seorang tersebut umur 3 tahun. Daya

tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan genetik yang dibawanya

dari keluarga ayah dan ibu disamping faktor gizi makan yang cukup.

2.2.2 Perkembangan Kognitif

Istilah perkembangan sering digunakan secara bergantian dengan

pertumbuhan. Kedua istilah tersebut tidak terpisah, melainkan

berhubungan. Pertumbuhan akan mempengaruhi perkembangan, begitu

juga sebaliknya. Kondisi biologis akan mempengaruhi terhadap kondisi

psikologi, demikian pula sebaliknya. Hal ini bisa kita lihat dari

pertumbuhan sel saraf otak, dimana otak yang rimbun dengan juluran sel

saraf akan menghasilkan fungsi psikis atau kualitas pemikiran yang

berbeda dengan otak yang kosong.

Perkembanga kognitif merupakan perubahan kognitif yang terjadi

pada aspek kognitif anak, dimana perubahan ini merupakan suatu proses

yang berkesinambungan. Syaiful (2011) mengemukakan bahwa

perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan manusia mulai

dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari proses berfikir secara
33

konkrit atau melibatkan konsep-konsep kokrit sampai dengan yang lebih

tinggi yaitu konsep abstrak dan logis. Proses kognitif meliputi ingatan,

pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan.

Perkembangan kognitif pada anak-anak disebut tahap

praoperasional, yang berlangsung antara usia 2 sampai 7 tahun. Pemikiran

praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi

pemikiran operasional, sekalipun pada masa ini menekankan bahwa anak

belum berpikir secara operasional. Pada masa ini konsep yang stabil

dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan

kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan pada hal magis. Namun

pada masa ini anak masih tetap memikirkan pada peristiwa-peristiwa atau

pengalaman-pengalaman yang dialaminya.

Secara garis besar pemikiran praoperasional terbagi dua sub tahap

(Sumadi, 2008), antara lain :

1. Sub tahap Prakonseptual (2 – 4 tahun)

Sub tahap Prakonseptual disebut juga pemikiran simbiolik

(symbiolic trought) karena karakteristik utama pada tahap ini ditandai

dengan munculnya sistem-sistem lambang atau simbol, seperti bahasa.

Pada tahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk

menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang

tidak ada (berbeda dengan yang lain). Seperti contoh sebuah pisau yang

terbuat dari plastik merupakan suatu yang nyata yang dapat mewakili hal

sebenarnya. Pencapaian kognitif pada sub tahap pra operasional itu


34

ditandai dengan kemunculan pemikiran simbolis. Anak akan dapat dengan

mudah mengingat kembali dan membandingkan objek-objek serta

pengalaman-pengalaman yang diperolehnya jika pengalaman tersebut

mempunyai nama dan konsep yang dapat menggambarkan

karakteristiknya. Simbol-simbol juga membantu anak-anak

mengkomunikasikan kepada orang lain tentang apa yang mereka ketahui

sekalipun dalam situasi yang jauh dengan pengalamannya sendiri.

2. Sub tahap Intuisif (4 – 7 tahun)

Dalam sub tahap ini meskipun aktivitas mental tertentu terjadi,

tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang

melandasi terbentuknya aktivitas tersebut. Walaupun anak mampu

memecahkan masalah yang berhubungan dengan aktivitas ini, namun ia

tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat untuk memecahkan masalah

dengan cara-cara tertentu. Dengan demikian meskipun simbol-simbol anak

meningkat, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai

ciri-ciri keterbatasan tertentu. Perkembangan kognitif dari anak-anak pra

operasional juga ditunjukkan dengan serangkaian pertanyaan yang

diajukannya yang tidak jarang orang dewasa merasa kebingungan untuk

menjawabnya.

2.2.3 Prinsip Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada anak pada hakekatnya merupakan

hasil proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium. Asimilasi berkaitan

dengan proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah


35

ada didalam skemata (struktur kognitif) anak. Akomodasi adalah proses

penyatuan informasi baru dengan informasi yang telah ada di dalam

skemata sehingga perpaduan antara informasi tersebut memperluas

skemata anak. Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi

konflik yang terjadi dalam dirinya pada waktu dia menghadapi suatu

masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, ia menyeimbangkan

informasi yang baru yang berhubungan dengan masalah yang dihadapinya

dengan informasi yang ada dalam skematanya secara dinamis (Sumadi,

2008: 6).

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi

Menurut Saifuddin (2012:5) menegaskan bahwa ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi yang mengakibatkan

terjadinya perbedaan antara intelegensi seseorang dengan yang lain.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang,

di antaranya:

1. Pembawaan

Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di

dalam intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.

Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan

masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di

dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar

sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama

(Fauziah, 2011).
36

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu

yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ

mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang

tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan

orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ). Kematangan: Tiap organ dalam

tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, Tiap organ

(fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai

kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing (Wildan, 2012).

Dengan demikian, kognitif seseorang sudah ditentukan sejak lahir

sedangkan lingkungan tidak ada pengaruhnya. Sementara Loelin, Lidzey

dan Spuhlher pendapat bahwa taraf intelegensi 75%-80% merupakan

warisan atau faktor keturunan. Dan lingkungan hanya berkontribusi dalam

pengembangan kecerdasan anak sekitar 20% hingga 25% saja. Galton

menyataka bahwa keunggulan kognitif seseorang tercemin dalam

keunggulan kekuatan fisiknya, misalnya ukuran batok kepala, genggaman

tangan, dan lain-lain. Selain itu Galton juga menghubungkan intelektual

dengan struktur analisis otak.

2. Faktor Lingkungan

Jhon Loke berpendapat bahwa manusia dilahirkan seenarnya suci

atau tabularasa. Menurut dia, perkebangan manusia sangat ditentukan oleh

lingkungannya. Dengan demikian perkembangan kognitif sangat ditentukan

oleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan dimana

individu berada. Sementara itu WACHS menyatakan bahwa perkembangan


37

kognitif dapat ditingkatkan apabila orang tua penuh kasih sayang,

responsive secara verbal dan bisa diarahkan dengan kemungkinan untuk

variasi pengalaman.

3. Pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan ini dapat

dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah

dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam

disekitarnya. Pembentukan yang dilakukan sekolah dapat dilihat dari

rencana yang dibuat sekolah. Keluarga yang peduli dengan pendidikan

sering kali juga mempunyai format sendiri dalam mengembangkan

kognitif anak.

4. Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan

merupakan dan dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan

(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia

luar sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

5. Kebebasan

Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-

metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia

mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas dalam memilih

masalah sesuai dengan kebutuhannya.


38

6. Faktor kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat

dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh

karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu

mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di PAUD, karena

soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi

jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan

kematangan berhubungan erat dengan umur. Perkembangan kognitif anak

juga berbeda-beda secara periode. Pada satu periode anak baru bisa

berfikir melalui rangsangan sensori yang diterimanya, pada periode lain

anak sudah mampu berfikir konkrit, dan pada periode lainnya bahkan anak

telah mampu berfikir abstrak.

7. Faktor gizi

Kecerdasan seorang anak sangat bergantung pada perkembangan

otaknya. Perkembangan otak sangat tergantung dari asupan bahan

makanan dan gizi yang dikandungnya. Untuk itu, pemenuhan gizi tinggi

sangat diperlukan bagi anak, khususnya untuk tahun pertama. Para pakar

medis menyebut usia pertama bayi sebagai usia emas yang harus

dijaga dengan baik. Pada usia 0-6 bulan, sangat dianjurkan untuk

mencukupi kebutuhan bayi dengan ASI Eksklusif (Indiarti, 2008:57).


39

Dalam ASI terdapat kadar lemak yang lebih tinggi dibanding susu

formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung

pertumbuhan otak yang cepat semasa bayi. Semasa lahir, otak bayi belum

sepenuhnya berkembang, dan akan terus tumbuh serta berkembang,

kemudian membuat hubungan yang penting antarsel yang ada sampai

sekitar 3 tahun setelah lahir. Jika proses ini sudah selesai, sel otak akan

mati dan tidak ada sel baru yang terbentuk (Andriyani, 2013).

Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep

umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari

suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai

kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung

perkembangan organik otak.

Semua faktor diatas akan berpengaruh terhadap perkembangan

kognitif secara simulatan atau serempak dan berkaitan. Pengaruh faktor

tersebut tidak berdiri sendiri dan tidak memberi pengaruh secara

bergantian dan bergilir.

2.2.5 Aspek-Aspek Kognitif

Tujuan kognitif berorentasi kepada kemampuan “berpikir”

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu

mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut

siswa untuk menghubungkan dan mengabungkan gagasan, metode. Atau

prosedur untuk memecahkan masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kawasan kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tetang


40

kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat “pengetahuan” sampai

ketingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”.

Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar

yang berbeda-beda. Keenam tingkat menurut Notoatmodjo (2013) yaitu:

1. Tingkat Pengetahuan

Tujuan intruksional ini menuntut siswa untuk mampu mengigat

informasi yang telah diterima sebelumnya. Seperti misalnya: fakta,

terminologi, rumus, strategi, dan pemecahan masalah.

2. Tingkat Pemahaman

Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk

menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata

sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan

kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

3. Tingkat Penerapan

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau

menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru,

serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-

hari.

4. Tingkat Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi

memisahkan dan membedakan kompenen-kompenen atau elemen suatu

fakta, konsep, pendapat, asumsi, kesimpulan, dan memeriksa setiap

kompenen untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Siswa diharapkan


41

menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan cara membandinagkan

dengan prosedur yang telah dipelajari.

5. Tingkat Sintesis

Sintesis disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang

ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6. Tingkat evaluasi

Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkaan anak

mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan,

metode, produk dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi ini

lebih condong ke bentuk penilaian bisa dari pada sistem evalusi.

Apabila semua tingkatan pada kedewasan kognitif dari tingkat

pengetahuan sampai ketingkat evaluasi sudah dapat diterapkan secara

merata dan terus menerus disetiap kegiatan pengajaran dan latihan,

maka kualitas pendidikan yang dihasilkan tentu akan lebih baik.

2.2.6 Macam-Macam Intelegensi

1. Inteligensi keterampilan verbal

Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan

menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna (Sumadi, 2008:148).

Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk

menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa


42

menjadi mirip. Contoh pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan

Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis,

pembicara).

2. Inteligensi keterampilan matematis

Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis.

Peserta didik dengan kecerdasan logical mathematical yang tinggi

memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi.

Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang

dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan.

Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang

berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)

3. Inteligensi kemampuan ruang

Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi.

Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal

(Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan kreatif. Contohnya

seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar

sama dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-

motorik, organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi

dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman,

pelaut.

4. Inteligensi kemampuan musical

Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan

mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata


43

menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka

pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai

menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan,

melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi music.

5. Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh

Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai

tenaga fisik. Senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki

control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan

dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.

6. Inteligensi Keterampilan intrapersonal

Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif

mengarahkan hidup seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi

yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu

mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat

dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social.

Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat

memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.

7. Inteligensi keterampilan interpersonal

Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif

berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin hubungan social, serta

mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi.

Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan


44

harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

8. Inteligensi keterampilan naturalis

Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami

system buatan manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat

besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, diusia yang sangat

dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan

fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang,

peumbuhan tanaman, dan tata surya.

9. Inteligensi emosional

Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi

secara akurat dan adaftif (seperti memahami persfektif orang lain).

Klasifikasi kemampuan kognitif sebagai arah pengembanganya

akan memudahkan stimulasi pada anak. Klasifikasi kemampuan kognitif

pada untuk anak usia dini menurut Qinan dalam (Saifuddin, 2012: 33)

adalah:

1. Pengembangan Auditory

a. Mengembangkan atau menirukan bunyi yang didengarkan.

b. Mendengarkan nyanyian atau syair dengan baik.

c. Mengikut perintah lisan sederhana.

d. Mengetahui nama benda yang dibunyikan.

2. Pengembangan Visual

a. Mengenal huruf dan angka.

b. Mengenal benda-benda sehari.

c. Mengenal benda berdasarkan ukuran, bentuk atau warna.


45

d. Membanngkan benda-benda dari yang sederhana ke yang lebih

komplek.

3. Pengembangan Taktiel

a. Membedakan kasar dengan halus.

b. Membedakan panas dengan dingin.

c. Membedakan tebal dengan tipis.

d. Membedakan lembut dengan kasar.

4. Pengembangan Kinestik

a. Merobek kertas.

b. Melukis dengan cat air

c. Menjahit dengan sederhana.

d. Menjiplak bentuk-bentuk.

e. Menggunting dengan berbagai pola.

5. Pengembangan Aritmatika

a. Menghitung benda.

b. Menghimpun benda

c. Mengurutkan 5-10 urutan benda bedasarkan urutan tinggi

besar.

d. Mengenal penambahan dan pengurangan.

e. Menghubungkan kosep bilangan dengan lambang bilangan.

6. Pengembangan Geometri

a. Mengenal bentuk geometri.

b. Menyebutkan benda sesuaituk gometri.


46

c. Mengukur benda secara sederhana.

d. Mengenal besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-rendah.

e. Menyusun menara dari delapan kubus.

7. Pengembangan Sains Permulaan

a. Kemampuan mengeksplorasi benda yang ada disekitar anak.

b. Keberanian lakukan percobaan sederhana.

c. Kemampuan untuk mengkomunikasikan hasil percobaan.

d. Kemampuan mengenal sebab akibat

e. Kemampuan mengamati apa yang terjadi jika sesuatu tindakan

dilakukan.

2.2.7 Tes Intelegensi

Salah satu cara untuk menilai perkembangan pada anak usia dini

(3-5 tahun) ini adalah dengan tes intelegensi individual (tes IQ). Skor tes

IQ yang diambil pada anak usia dini merupakan prediktor prestasi sekolah

yang cukup bagus, terutama bagi anak dengan tingkat verbal yang tinggi,

dan skor yang dihasilkan jauh lebih dapat diandalkan dibanding skor yang

didapat pada anak usia dini (Sumadi, 2008).

Tes Intelegensi ialah suatu teknik atau alat yang digunakan untuk

mengungkap taraf kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam

berfikir, bertindak dan menyesuaiakan diri, secara efektif. Orang yang

berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter

bangsa Prancis Alfred Binet dan pembantunya Simon (Mutakim, 2014).

Tesnya terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon (Sumadi, 2008).


47

Seri tes dari Binet-Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-

1911 yang diberi nama: “Chelle Matrique de l‟inteligence” atau skala

pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-

pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk

anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat

mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di

sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam inilah usia

seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu

bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender).

Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan

IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.

Nilai tes intelegensi sering dihubungkan dengan unsur usia,

sehingga menghasilkan IQ (satuan intelegensi) untuk mengetahui

bagaimana kedudukan relative orang yang bersangkutan bila

dibandingkan dengan sekelompok umur sebayanya ini dapat di

ungkapkan dengan tes.

Hasil tes ini dipergunakan untuk membandingkan peolehan

(prestasi belajar) siswa dalam bidang studi dengan kemampuan mental

umum mereka lebih khusus, siswa-siswa yang mencapai prestasi belajar

di bawah kemampuan yang diharapkan dari padanya dapat diidentifikasi.

Pada gilirannya, sekolah bekerja sama dengan keluarga dapat mencari

sumber- sumber ketidak cocokan antara prestasi dan kemampuan mental

tersebut.
48

Adapun model-model pengukuran intelegensi menurut Mutakim

(2014) dapat berupa manifestasi-manifestasi berikut:

a. Mengukur intelegensi dengan menggunakan bilangan-bilangan

b. Mengukur efisiensi dalam penggunaan bahasa

c. Mengukur kecepatan dalam pengamatan

d. Mengukur pemahaman tentang hubungan-hubungan

e. Mengukur dalam hal daya ingat

f. Mengukur daya hayal

Secara umum model test intelegensi memiliki dua sifat, yaitu :

a. Test intelegensi yang bersifat umum dengan memakai bahan-bahan

berupa kalimat, gambar dan angka yang di gabungkan menjadi satu

bentuk utuh.

b. Test intelegensi yang bersifat khusus, misalnya khusus test kalimat,

khusus test gambar dan khusus test angka.

Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga

sekarang terdapat beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal

maupun nonverbal. Juga dinegeri kita sudah mulai banyak dipergunakan

tes dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih jabatan-jabatan

tertentu.

Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para

ilmuwan menurut Wildan (2012) adalah:

Usia Mental Anak


x 100=IQ
Usia Sesungguhnya

Contoh: Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya


49

kecerdasan anak-anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu

pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si

anak adalah 4/3 x 100 = 133.

Tabel 2.1. Interpretasi atau Penafsiran dari IQ


TINGKAT KECERDASAN IQ
Genius Di atas 180
Gifted 140-179
Sangat Superior 130 – 139
Superior 120 – 129
Pandai/ diatas rata-rata 110-119
Normal/ rata-rata 90 -109
Bodoh 80 – 89
Inferior 70 – 79
Moron / Dungu 50 – 69
Embicile 20-49
Idiot 0 – 19
Sumber: Wildan (2012)

Berikut merupakan contoh item skala asli yang diterbitkan tahun

1908, yang menunujukan jenis-jenis kemampuan yang dianggap rata-rata

bagi anak-anak umur tiga dan tujuh tahun (Mahmud, dalam alex

sobur:2013). Conto kemampuan anak umur 3 tahun:

a. Kemampuan menunjuk hidung, mata dan mulut

b. Mengulang-ulang dua angka

c. Kemampuan menyebut nama akhir

d. Memberi nama-nama objek pada sebuah gambar

e. Mengulang-ulang kalimat yang terdiri atas enam suku kata

Binet seperti tampak pada contoh diatas, mengeluarkan skala soal


50

tes dengan kesulitan yang meningkat, yang mengukur jenis-jenis

perubahan intelegensia, yang biasanya berkaitan dengan peningkatan usia.

Semakin tinggi anak di dalam skala itu dengan menjawab soal secara tepat,

semakin tinggi usia mental anak itu (Wildan, 2012).

Stanford-binet menggunakan campuran dari berbagai jenis soal

untuk menguji intelegensi. Sampai revisi tahun 1986, semua soal berperan

sama besar terhadap besar IQ total. Seorang anak mungkin mengerjakan

secara sangat baik tes perbendaharaan kata (vocabulary test), namun tidak

baik pada tes yang memerlukan penggambaran bentuk-bentuk geometrik.

Kelebihan dan kelemahan itu mungkin diketaui oleh pemeriksa, tetapi

tidak tercermin dalam nilai IQ. Kemudian sejalan dengan pandangan

sekarang menganai intelegensi sebagai komposit dari kemampuan yang

berbeda, revisi 1986 mengelompokan tesnya menjadi empat bidang luas

kemampuan intelektual, yakni: penelaran verbal, penalaran

abstarak/visual, penalaran kuantitatif, dan memori jangka pendek. Nilai

yang berbeda didapatkan untuk setiap bidang (Wildan, 2012).

Berikut adalah contoh tipikal soal dari Stanford-binet intelligence

scale, revisi 1986, untuk anak usia 3 sampai 5 tahun yang di kelompokan

menurut bidangnya:

a. Penalaran verbal

1) Perbendaharaan kata (vocabulary): Mengidentifikasi kata, seperti

"uang" dan "amplop"

2) Pemahaman (Comprehension): Menjawab pertanyaan, seperti


51

kemana orang membeli makanan?" dan "mengapa orang menyisir

rambutnya?"

3) Keganjilan (absurdities): Mengenali bagian "lucu" dari sebuah

gambar, seperti; anak perempuan mengendarai sepeda di atas

danau" atau "pria botak menyisir rambutnya".

4) Hubungan verbal (verbal relation): Mengatakan bagaiman tiga

kata pertama di dalam urutan adalah mirip satu sama lain, dan

bagaimana mereka berbeda dari kata keempat; syal, dasi,

selendang, baju.

b. Penalaran Kuantitatif

1) Kuantitatif: Melakukan hitungan aritmatika sederhana, seperti

memilih mata dadu dengan enam bintik, karena jumlah bintik

sama dengan kombinasi mata dadu dua bintik dan empat bintik.

2) Urutan angka: Mengisi dua angka selanjutnya dalam urutan,

seperi 20 16 12 8….

3) Membentuk persamaan (equation building): Bentuklah suatu

persamaan dari susunan berikut: 3 5 + = jawaban yang benar

adalah 2+3=5

c. Penalaran Abstrak/visual

1) Analisi pola: Mencontoh bangun sederhana dengan balok,

2) Mencontoh gambar: Mencontoh gambar geometris yang

ditunjukan oleh penguji, seperti persegi yang di potong oleh dua

diagonal.
52

d. Memori jangka pendek

1) Mengingat bentuk: Tunjukan gambar beberapa bentuk manic-

manik yang berbeda yang disusun di sebuah kayu. Buatlah urutan

yang sama dengan berdasarkan ingatan saja.

2) Mengingat kalimat: Ulangi kalimat yang di ucapkan oleh penguji,

seperti "sekarang waktunya tidur" dan "ken membuat gambar

untuk hadiah ulang tahun ibunya".

3) Mengingat angka: Ulangi urutan angka yang di ucapkan oleh

penguji, seperti; 5 – 7 – 8 – 3, maju atau mundur.

4) Mengingat benda: Tunjukkan gambar suatu benda, seperi jam dan

dajah, satu persatu. Kenali benda tersebut dalam urutan

penampilannya yang tepat dan gambar yang juga mencakup

benda lain; sebagai contohnya; bis, badut, gajah, telur, jam.

Ciri-ciri tiap Intelegensi hasil pengukuran menurut Wildan (2012):

a. Cacat Mental (Mentally Deficient/Feeble Minded)

Mereka yang IQ-nya dibawah 70 disebut cacat mental atau

lemah pikiran (feeble minded). Mereka ini menderita amentia atau

kurang pikiran. Yang termasuk dalam kategori cacat mental atau

lemah pikiran adalah tingkat-tingkat: idiot, embisil, dan moron (debil).

Ciri-ciri umum dari orang yang cacat mental adalah:

1) Tidak dapat mengurus dan memenuhi kebutuhannya sendiri;

2) kelambatan mental sejak lahir;

3) kelambatan dalam kematangan;


53

4) pada dasarnya tidak dapat diobati.

b. Idiot (IQ 0-19)

Idiot (idiocy) adalah suatu istilah yuridis dan paedagogis, yang

diperuntukkan bagi mereka yang lemah pikiran tingkat paling rendah.

Menurut para ahli, kira-kira sekali pada dua ribu kelahiran, terjadi

idiocy. Semua bentuk idiocy perlu dilembagakan, dirawat oleh para

dokter dan pekerja-pekerja sosial, sebab, apabila dipelihara dirumah ia

merupakan beban yang tidak ringan, baik bagi orang tuanya maupun

bagi para anggota keluarga yang lain. Ciri-ciri idiocy antara lain:

1) Fisiknya lemah tidak tahan terhadap penyakit, dan tidak mengenal

bahaya; karena itu orang-orang seperti ini umurnya tidak panjang.

2) Beberapa idiot dapat belajar berjalan tetapi pada umumnya

mereka tidak mampu dan harus tetap tinggal berbaring selama

hidupnya.

3) Tidak mengenal rasa senang dan sakit.

4) Tidak bisa berbicara dan hanya mengenal beberapa kata saja.

5) Ada yang garang dan bersifat destruktif, baik terhadap dirinya

sendiri maupun terhadap sekelilingnya.

c. Embicile (IQ 20-49)

Seperi halnya idiot, mereka yang embicile juga perlu

ditempatkan dalam lembaga. Sebab, di lembaga inilah mereka akan

belajar berbicara, makan sendiri, berpakaian sendiri, menyapu


54

memelihara kebun serta keterampilan sederhana lainnya. Sebagian

terbesar dari mereka ditempatkan di lembaga lewat pengadilan. Itulah

sebabnya para psikolog berpendapat bahwa anak-anak semacam itu

sebaiknya tidak ditempatkan di sekolah-sekolah, tetapi di lembaga-

lembaga, sebelum potensi kejahatannya berkembang. Ciri-ciri

embicile antara lain:

1) Tidak dapat dididik di sekolah yang diperuntukkan bagi anak-

anak normal.

2) Walaupun dapat mengurus dirinya sendiri mereka masih

memerlukan pengawasan yang teliti dan memerlukan kesabaran.

3) Pada waktu bayi, mereka sangat tidak responsif dan apatis sekali.

4) Mereka umumnya baru bisa berjalan pada usia tiga atau empat

tahun, dan pada umur lima tahun mereka berbicara.

5) Kebiasaan makan dan keberhasilannya terbelakang tiga sampai

empat tahun.

6) Mereka dapat diajari mengenal bahaya, seperti bahaya api, bahaya

tenggelan di air yang dalam dan sebagainya.

d. Moron (IQ 50-69)

Moron merupakan problem terbesar masyarakat. Pada masa

dewasa, moron dianggap memiliki kecerdasan yang sederajat dengan

kecerdasan anak-anak yang berusia 7-10 tahun. Tingkat intelegensinya


55

bergerak antara 50-70. Ciri-cirinya:

1) Di sekolah, mereka jarang bisa mencapai lebih dari kelas lima.

2) Sampai pada tingkat tertentu, mereka dapat belajar membaca

menulis, dan berhitung dalam perhitungan-perhitungan yang

sederhana

3) Mereka dpat mempelajari pekerjaan rutin dan bisa terus menerus

melakukan pekerjaan itu selama tidak mengalami perubahan yang

berarti.

4) Angka pelanggaran hukum adalah tertinggi diantara gadis-gadis

yang moron: para pencuri dan pelacur sering berasal dari

golongan moron ini.

5) Mereka juga memiliki dorongan, keinginan dan emosi yang

normal, tetapi tidak mempunyai kecerdasan untuk mengontrol

atau meramalkan akibat perbuatannya.

e. Inferior ( IQ 70-79)

Ini merupakan kelompok tersendiri dari individu terbelakang.

Kecakapan pada umumnya hampir sama dengan kelompok embicile,

namun kelompok ini mempunyai kecakapan tertentu yang melabihi

kecerdasannya misalnya dalam bidang musik. Mereka yang termasuk

kelompok inferior memiliki tingkat kecerdasan di bawah kelompok

normal dan bodoh serta di atas kelompok terbelakang. Kelompok ini

bisa memelihara dirinya sendiri dan dengan susah payah mereka dapat

mengerjakan sejumlah kecil pekerjaan atau pelajaran sekolah lanjutan


56

pertama, tetapi jarang atau sukar untuk menyelesaikan kelas terakhir

SLTP.

f. Bodoh (IQ 80-89)

Pada umumnya kelompok mini ini agak lambat dalam

mencerna pelajaran di sekolah. Meskipun demikian mereka dapat

menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SLTP, namun agak sulit

untuk menyelesaikan pendidikan SLTA.

g. Normal/Rata-rata (IQ 90-109)

Kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar

persentasenya diantara populasi. Mereka mempunyai IQ yang sedang,

normal, atau rata-rata.

h. Pandai (IQ 110-119)

Kelompok ini pada umumnya mampu menyelesaikan

pendidikan tingkat unuversitas atau perguruan tinggi. Jika bersatu

dengan kelompok normal, mereka biasanya merupakan "repid

learner" atau "giveted", yaitu pemimpin dalam kelasnya.

i. Superior (IQ 120-129)

Ciri-ciri kelompok superior ini, antara lain: lebih cakap dalam

membaca, berhitung; pembendaharaan bahasanya luas, cepat

memahami pengertian yang abstrak, dan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas dibanding dengan orang–orang yang termasuk

kelompok pandai. Demikian pula dengan kesehatannya dan

ketahanannya lebih baik dari pada orang-orang normal.


57

j. Sangat superior (IQ 130-139)

kelompok ini termasuk kelompok superior yang berbeda pada

tinggkat tertinggi dalam kelompok tersebut. Umumnya, tidak ada

perbedaan yang mencolok dengan kelompok superior.

k. Gifted (IQ 140-179)

yang termasuk dalam golongan ini adalah mereka yang tidak

genius, tetapi menonjol dan terkenal. Bakatnya sudak nampak sejak

kecil dan prestasinya, biasanya melebihi teman sekelasnya. Jika

dibandingkan dengan orang normal, adjustment-nya terhadap berbagai

problem hidup lebih baik. Sekitar 80 persen diantara mereka dapat

menyelesaikan study di perguruan tinggi dengan prestasi yang

memuaskan. Jabatan yang di pegangnya pun banyak, dan jarang sakit

atau meninggal pada usia muda.

l. Genius (IQ 180 keatas)

pada kelompok ini bakat dan keistimewaanya telah tampak

sejak kecil. Misalnya usia 2 tahun mulai belajar membaca, dan pada

umur 4 tahun belajar bahasa asing. Kelompok ini mempunyai

kecerdasan yang sangat luar biasa. Walaupun tidak sekolah, mereka

mampu menemukan dan memecahkan suatu masalah. Jumlahnya

sangat sedikit, namun terdapat pada pada semua ras bangsa dan

bangsa, semua jenis kelamin, serta dalam semua tingkatan ekonomi.

Contoh orang –orang jenius, antara lain: Jhon mill (IQ 200), Francis

Galton (IQ 200), dan Goethe (IQ 185). Para psikolog klinis umumnya
58

berpendapat bahwa mereka akan mengalami problem-problem khusus

dalam perkambangan sosial dan emosinya.

2.2.8 Tujuan tes intelegensi

Ada banyak tujuan tes intelegensi di antaranya sebagai berikut:

1. Tes intelegensi dapat digunakan menempatkan siswa pada jurusan tertentu.

2. Untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di atas normal.

3. Tes intelegensi dapat digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran

dan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan setara.

4. Tes intelegensi dapat digunakan untuk memprediksi hasil siswa dimasa

yang akan datang, dan juga sebagai media untuk mengawali proses

konseling.

5. Tes intelegensi dapat digunakan siswa untuk mengenali dan memahami

dirinya sendiri dengan lebih baik, serta mengetahui kemampuannya.

6. Untuk mengukur kemampuan verbal, mencakup kemampuan yang

berhubungan dengan simbol numerik dan simbol-simbol abstrak lainnya.

7. Alat prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan

serta aktivitas-aktivitas lain dalam hidup sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Lamson membuktikan bahwa

prestasi belajar yang dapat dicapai setiap individu berbanding lurus dengan

tingkat kecerdasan intelektualnya. Kesimpulan yang diperoleh Lamson

dari penelitian terhadap siswa-siswa berbakat dalam ujian yang

diselenggarakan oleh New York Regent membenarkan pendapat umum

bahwa anak cerdas dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi
59

dibandingkan dengan prestasi yang dapat dicapai anak kurang cerdas

dalam situasi belajar yang sama.

2.3 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

2.3.1 Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini menurut Nasional Assosiation in Education for

Young Children (NAEYC) adalah anak yang berada pada rentang usia

lahir sampai usia 8 tahun (Isjoni, 2014). Anak usia dini memiliki potensi

genetik dan siap untuk dikembangkan melalui pemberian berbagai

rangsangan. Sehingga pembentukan perkembangan selanjutnya dari

seorang anak sangat ditentukan pada masa-masa awal perkembangan anak.

Abdullah (2007: 351) menjelaskan bahwa anak usia dini adalah

sekelompok anak yang berusia 0-8 tahun yang memiliki berbagai potensi

genetik dan siap untuk ditumbuh kembangkan melalui pemberian berbagai

rangsangan. Suyanto (2013: 39) melukiskan istilah bagi anak dengan

kalimat, “anakmu bukanlah anakmu, melainkan anak zamannya”. Banyak

aspek-aspek perkembangan Anak Usia Dini (AUD).

Secara internasional sebenarnya aspek-aspek perkembangan AUD

adalah:

a. Perkembangan Fisik, baik motorik halus maupun motorik kasar.


60

Yang termasuk motorik halus dalam hal ini adalah gerakan tangan dan

yang termasuk dalam motorik kasar adalah gerakan si anak saat naik-

turun tangga ataupun memanjat.

b. Perkembangan emosional dan sosial.

Emosional dalam hal ini menyangkut segala sesuatu yang

berhubungan dengan perasaan si anak, baik itu perasaan, sedih,

senang, kesal, gembira, dll. Sedangkan perkembangan sosial dalam

hal ini adalah interaksi si anak dengan lingkungan, terutama orang-

orang yang ada di sekitar si anak.

c. Perkembangan kognitif/intelektual.

Perkembangan kognitif disini contohnya adalah perkembangan

kemampuan si anak untuk menggunakan bahasa.

Aspek-aspek perkembangan anak ini tidak mutlak digunakan oleh

seluruh negara, namun ketiga aspek ini merupakan acuan yang digunakan

dalam menentukan aspek perkembangan anak. Misalnya ada checklist di

Australia yang memisahkan antara perkembangan bahasa dengan

perkembangan kognitif intelektual.

Pada penelitian ini, anak usia dini yang menjadi sasaran adalah

anak usia dini yang dalam tahapan Piaget berada pada tahap pra-

operasional yaitu dengan rentang usia 3-5 tahun.

2.3.2 Perkembangan pada Anak Usia Dini

Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan kontinyu

berkesinambungan dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.


61

Gopnik dkk (2010:17) memberikan definisi lain dari perkembangan yaitu

perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju

tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang

berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik

menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Gopnik dkk (2010:17-20) mengungkapkan ada beberapa prinsip-

prinsip dalam perkembangan, yaitu:

1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never

ending process).

2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi.

3. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.

4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.

5. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas.

6. Setiap individu yang normal akan mengalami fase perkembangan.

Perkembangan sebagai suatu proses yang selalu berkesinambungan

menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,

berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan dan belajar. Jadi

sesungguhnya perkembangan merupakan proses dalam pertumbuhan yang

terjadi secara berkesinambungan dan menunjukkan adanya pengaruh

dalam yang menyebabkan bertambahnya tempo, kualitas dalam

pertumbuhan itu sendiri.

Hurlock (dalam Abdullah, 2007:23) menjelaskan bahwa dalam

perkembangan ada dua proses yang bertentangan yang terjadi secara


62

bersamaan selama kehidupan, yaitu pertumbuhan atau evolusi dan

kemunduran atau involusi. Namun apapun pengertian tentang

perkembangan, pada hakikatnya memiliki kesamaan di mana

perkembangan lebih menunjuk kepada perubahan psikis, yang jelas.

Berdasarkan pengertian perkembangan, banyak pemikiran yang

timbul dari para tokoh psikologi tentang perkembangan pada anak usia

dini. Namun ada dua pemikir besar yang mempengaruhi pemikiran

mengenai perkembangan pada anak usia dini dalam penelitian ini. Dua

tokoh psikologi tersebut adalah Piaget dengan psikologi kognitifnya dan

Lev Vygotsky dengan Psikologi konstruksi sosialnya.

1. Piaget

Piaget (dalam Suyanto, 2013:4-6) berpandangan bahwa konsep

dasar perkembangan manusia dapat digambarkan dalam konsep fungsi dan

struktur. Fungsi merupakan sebuah mekanisme biologis yang sama bagi

setiap orang. Tujuan dari fungsi-fungsi ini adalah untuk menyusun struktur

kognitif internal. Piaget mengungkapkan bagaimana dia mengelompokkan

fungsi- fungsi dari individu, yaitu:

a. Organisasi, yang merujuk pada fakta bahwa semua struktur kognitif

berinteraksi dalam berbagai pengalaman baru harus diselaraskan

kedalam sistem yang ada.

b. Adaptasi, yang merujuk kepada kecenderungan organisme untuk

menyelaraskan dengan lingkungan. Adaptasi ini terdiri dari dua sub

proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.


63

Peaget (dalam Suyanto, 2013:8) berpendapat bahwa perkembangan

kognitif (intelegensia) meliputi empat tahap, yaitu:

a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini pengetahuan diperoleh

melalui interaksi fisik baik dengan orang tua maupun benda. Skema-

skema baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti

menggenggam atau menghisap.

b. Tahap praoperasional (3-6 tahun), pada tahap ini anak mulai

menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan)

secara kognitif. Simbol-simbol tersebut seperti kata-kata dan bilangan

yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku

yang tampak). Menurut Suyanto (2013: 37) Anak pada tahap

praoperasional memiliki karakter: (1) self counter-nya sangat

menonjol, (2) dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar

secara tunggal dan mencolok, (3) mampu mengungpulkan barang-

barang menurut kriteria, (4) memahami bahwa jumlah objek adalah

tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang

berbeda, (5) anak mulai memahami sejumlah objek yang teratur dan

cara mengelompokkannya.

c. Tahap operasi kongkret (7-11 tahun), Anak mulai dapat membentuk

operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka

dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini

memungkinkan untuk memecahkan masalah secara logis.


64

d. Tahap operasi formal (12 tahun sampai dewasa), tahap ini merupakan

operasi mental tingkat tinggi. Anak sudah dapat berhubungan dengan

peristiwa-peristiwa hipotesis abstrak, tidak hanya dengan objek-objek

kongkrit. Remaja sudah dapat berfikir abstrak dan memecahkan

masalah melalui pengujian semua alternative yang ada.

Piaget (dalam Gopnik. dkk, 2010: 44) menyimpulkan bahwa anak-

anak tidak begitu saja mendapatkan pengetahuan dari orang dewasa, entah

dari kehidupan masa silam maupun DNA. Piaget beranggapan bahwa anak

memiliki mekanisme belajar yang luar biasa yang memungkinkan mereka

mengkonstruksi gambar-gambar baru dunia, gambar-gambar yang

mungkin sangat berbeda dengan gambar yang didapat oleh orang dewasa.

2. Lev Vygotsky

Lev Vygotsky (dalam Abdullah, 2007:102) seorang ilmuan asal

Rusia ini terkenal dengan teori sosiokulturnya, mengungkapkan bahwa

konsep penting tentang perkembangan kognitif adalah hukum genetik

tentang perkembangan (genetic law of development), Zona of Proximal

Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi,

dimana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk

memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Teori yang juga disebut sebagai teori konstruksi sosial ini

menekankan bahwa intelegensi manusia berasal dari masyarakat,

lingkungan dan budayanya. Teori ini juga menegaskan bahwa perolehan

kognitif individu terjadi pertama kali melalui interpersonal (interaksi


65

dengan lingkungan sosial) intrapersonal (internalisasi yang terjadi dalam

diri sendiri).

Pandangan teori sosiokultur mengungkapkan bahwa menggunakan

alat berfikir akan menyebabkan terjadinya perkembangan kognitif dalam

diri seseorang. Kegunaan alat berfikir adalah untuk membantu

memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan,

memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas

alaminya.

Teori sosiokultur ini terkenal dengan ZPD (Zona Proksimal

Development), Vygotsky mendefinisikan zona perkembangan proksimal

sebagai jarak antara level perkembangan aktual seperti yang ditentukan

untuk memecahkan masalah secara individu dan level perkembangan

potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah

bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang

lebih mampu. Secara jelas Vygotsky memberikan pandangan yang matang

tentang konsep tersebut seperti yang dikutip oleh Luis C. Moll (2013: 157)

yang menyatakan bahwa orang dewasa memainkan peran krusial terhadap

apa yang diketahui anak-anak. Kehadiran orang tua terbukti dengan

sendirinya sebagai faktor yang paling menentukan dalam kehidupan anak-

anak, entah itu berakibat baik maupun berakibat buruk. Gopnik, dkk

(2010: 47) menjelaskan pandangan Vygotsky terhadap orang dewasa, dan

khususnya orang tua, merupakan sejenis alat yang digunakan oleh anak-

anak untuk memecahkan persoalan ilmu pengetahuan. Vygotsky


66

memperhatikan bagaimana orang tua secara tidak sadar menyesuaikan

perilakunya supaya dapat memberikan informasi kepada anak-anak untuk

memecahkan persoalan-persoalan yang penting dalam kehidupan mereka.

Anak-anak menggunakan orang dewasa untuk menemukan kekhasan-

kekhasan dalam kebudayaan dan masyarakat mereka.

Vygotsky (Gopnik, dkk, 2010: 47) berfikir bahwa pengaruh orang

dewasa terhadap pikiran anak-anak secara fundamental bersifat biologis,

bagian dari sifat dasar kita sebagai manusia. Dengan bantuan orang tua

anak-anak menemukan peran bahasa yang merupakan ciri khas alamiah,

biologis dan juga unik dalam kehidupan manusia. Bahasa tidak dapat

dilepaskan dari kehidupan manusia, karena bahasa dapat digunakan

sebagai medium untuk melanjutkan penemuan-penemuan kultural kita.

Vygotsky melihat bahwa kebudayaan itu alamiah.

Anak usia dini yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah anak

usia dini yang berada dalam tahap praoperasional dengan rentang usia 3-5

tahun. Pada perkembangannya, anak usia dini membutuhkan

pendampingan dari orang tua untuk dapat membantu menyelesaikan tugas

perkembangannya dengan baik.

2.3.3 Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran seringkali menimbulkan kebingungan

dalam pembedaan kedua istilah tersebut. Banyak tokoh yang memberikan

definisi tentang belajar dan pembelajaran. Abdullah (2007: 1) memberikan


67

pengertian belajar sebagai sesuatu yang kompleks yang terjadi pada diri

setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar menurut pandangan teori

kognitif sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu

dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Belajar dalam pandangan

teori pemrosesan informasi dianggap sebagai pengolahan informasi, teori

ini berpendapat bahwa belajar sangat ditentukan oleh informasi yang

dipelajari, semakin banyak informasi yang diterima seseorang, maka akan

semakin banyak pula orang tersebut belajar. Belajar sebenarnya adalah

suatu proses di mana suatu organisasi akan berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman, pengalaman membuat seseorang dapat mengkonstruksi

pemikirannya dengan lebih kongkrit.

Untuk memperjelas definisi-definisi belajar tersebut, maka harus

dipahami bahwa ada beberapa komponen dalam belajar. Komponen-

komponen yang terdapat di dalam belajar tersebut:

a. Perubahan Perilaku

Belajar yang disimpulkan, terjadi apabila perilaku suatu

organisma termasuk manusia, mengalami perubahan. Dalam hal ini

yang menjadi perhatian utama adalah perilaku verbal dari manusia.

b. Belajar dan pengalaman

Komponen yang kedua ini diungkapkan “sebagai suatu hasil

pengalaman“. Belajar dengan istilah ini menekankan pada

pengalaman, dimana pengalaman menjadi komponen utama dari

belajar.
68

Seseorang dianggap telah memiliki kemampuan dalam belajar

apabila dia telah memiliki aspek:

a. Penguasaan materi.

b. Kemahiran mendengar, berpartisipasi dan mengambil kesimpulan.

c. Kemahiran membaca.

Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan,

atau sikap baru ada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi

dan lingkungan Pembelajaran memiliki berbagai macam metode

penyampaian pada siswa. Namun menurut Gopnik, dkk (2010:47) tidak

ada satupun metode pembelajaran yang paling baik bila dibandingkan

dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki kelemahan dan

keunggulan. Metode pembelajaran yang membantu siswa untuk

melakukan kegiatan, pada akhirnya akan dapat mengkontruksi

pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik. Ada beberapa metode

yang cukup efektif yang dapat mengaktifkan siswa, yaitu metode

penemuan dengan penekanan pada kerangka berfikir metode ilmiah. Adi

(2014:13) mengartikan pembelajaran sebagai proses pengelolaan

lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga

memungkinkan dia untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku

tertentu, sebagai respons terhadap sesuatu pula.

Jadi proses pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan, dan

penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai serta cara

siswa berinteraksi dengan informasi itu. Oleh karena itu pembelajaran di


69

abad ke XXI harus dijauhkan dari cita-cita pendidikan abad ke XXI, yaitu

pendidikan hanya digunakan untuk melatih orang dalam perilaku

lahiriah yang didefinisikan secara sempit, agar dapat memperoleh hasil

standar yang dapat diramalkan. Pembelajaran pada masa lalu, yang dicari

adalah membuat perilaku sejalan dengan produksi dan pemikiran rutin.

Peserta belajar akan menyenangi belajar bila belajar itu dia

dapatkan sendiri. Belajar dari hasil mencari akan memberikan pengalaman

langsung pada peserta belajar, dan peserta belajar akan menjadi lebih

tertarik serta lebih mudah mengingat apa yang diberikan.

Berbicara masalah pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari unsur

efektifitas pembelajaran. Pembelajaran yang baik adalah jika proses dalam

pembelajaran itu efektif. Adi (2014: 165-180) mengungkapkan bahwa

keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:

a. Kecermatan penguasaan perilaku

b. Kecepatan untuk kerja

c. Kesesuaian dengan prosedur

d. Kuantitas unjuk kerja

e. Kualitas hasil akhir

f. Tingkat alih belajar

g. Tingkat retensi

Dalam penelitian ini keefektifan yang diukur adalah keefektifan

penggunaan multimedia yang dikembangkan, keefektifan diukur melalui

pengamatan terhadap komponen materi.


70

2. Pembelajaran bagi Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (Early Childhood Education) merupakan

bidang ilmu yang relatif baru. Bila sebelumnya anak didik berdasarkan

pemahaman orang dewasa saja bagaimana cara memperlakukan anak dan

apa yang terbaik bagi anak, saat ini setelah berkembang Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD), diharapkan anak dapat diperlakukan sesuai dengan

kebutuhan perkembangannya sehingga anak tumbuh sehat jasmani dan

rohani. Anak pun dapat diperhatikan secara lebih komprehensif.

Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara

anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk

mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut

merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran

yang akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan

suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman yang

bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar.

Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal

yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental

yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

Greeberg (dalam Isjoni, 2014) melukiskan bahwa pembelajaran dapat

efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama

dengan lingkungannya.

Pembelajaran untuk anak usia dini bukan berarti anak harus

disekolahkan pada umur yang belum seharusnya, dipaksa untuk mengikuti


71

pelajaran yang akhirnya justru membuat anak menjadi terbebani dalam

mencapai tugas perkembangannya. Pembelajaran untuk anak usia dini

pada dasarnya adalah pembelajaran yang kita berikan pada anak agar anak

dapat berkembang secara wajar.

Pada hakikatnya anak belajar sambil bermain, oleh karena itu

pembelajaran pada pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain.

Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam

melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas

bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran. Untuk itu

pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak

terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Proses pembelajaran

yang dilakukan harus berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak

membawa seluruh pengetahuan yang dimilikinya terhadap pengalaman-

pengalaman baru.

Banyak aspek-aspek perkembangan Anak Usia Dini (AUD). Secara

Internasional Nasional Assosiation in Education for Young Children

(NAEYC) (Abdullah, 2007:351-356) mengungkapkan sebenarnya aspek-

aspek perkembangan AUD adalah:

a. Perkembangan fisik, baik motorik halus maupun motorik kasar.

Yang termasuk motorik halus dalam hal ini adalah gerakan tangan dan

yang termasuk dalam motorik kasar adalah gerakan si anak saat naik-

turun tangga ataupun memanjat.

b. Perkembangan emosional dan sosial.


72

Emosional dalam hal ini menyangkut segala sesuatu yang

berhubungan dengan perasaan si anak, baik itu perasaan, sedih,

senang, kesal, gembira, dll. Sedangkan perkembangan sosial dalam

hal ini adalah interaksi si anak dengan lingkungan, terutama orang-

orang yang ada di sekitar si anak.

c. Perkembangan kognitif/intelektual.

Perkembangan kognitif di sini contohnya adalah perkembangan

kemampuan si anak untuk menggunakan bahasa.

Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri, namun sering kali

guru dan orang tua mengajarkan anak sesuai dengan pemikiran orang

dewasa. Akibatnya, apa yang diajarkan kepada anak sulit untuk diterima.

Gejala ini dapat dilihat dari banyaknya hal yang disukai oleh anak, namun

menjadi larangan oleh orang tua, sebaliknya hal yang disukai orang tua

banyak yang tidak disukai anak. Oleh sebab itu, orang tua sangat perlu

untuk memahami hakikat dari perkembangan anak.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pembelajaran yang

paling tepat bagi anak usia dini adalah pembelajaran yang menggunakan

prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi. Pembelajaran hendaknya disusun

sedemikian rupa sehingga anak merasa pembelajaran tersebut

menyenangkan, gembira dan demokratis, sehingga menarik perhatian anak

untuk terlibat dalam pembelajaran.

3. Melatih Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini dalam Pembelajaran


73

Anak perlu dilatih kecerdasan majemuk yang di miliki, agar anak

dapat belajar dengan efektif dan mampu menghargai dirinya sendiri.

Amstrong (dalam Suyanto 2013:243-249) mengungkapkan bahwa untuk

melatih kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh anak, maka perlu

memperhatikan beberapa petunjuk berikut: gunakan bahasa yang

sederhana, hubungkan semua kecerdasan dengan dunia anak, tekankan

bahwa anak mempunyai semua jenis kecerdasan, tunjukkan tokoh panutan

dalam hidup anak, kunjungi tempat-tempat di mana berbagai kecerdasan

dihargai, gunakan cara-cara kreatif.

Pembelajaran bagi anak usia dini adalah dengan bermain, maka

untuk melatih kecerdasan majemuk pada anak usia dini kita harus kreatif

dalam membuat permainan yang mengandung nilai pendidikan. Namun

sayangnya, saat ini kegiatan bermain kurang mendapatkan perhatian para

pendidik anak usia dini. Anak usia dini sudah banyak mendapatkan tugas-

tugas dari para guru mereka di sekolah, sehingga bentuk pembelajaran

anak usia dini banyak yang terstruktur dan formal, sehingga kesempatan

untuk anak belajar sambil bermain menjadi sangat kurang. Padahal,

bermain merupakan sarana yang paling efektif untuk dapat melatih

kecerdasan pada anak usia dini. Pada hakikatnya semua anak-anak suka

bermain, kegiatan bermain anak ini perlu untuk mendapatkan perhatian

lebih oleh orang tua maupun orang-orang yang terlibat dalam pendidikan

anak usia dini. Abdullah (2007:26-27) mengungkapkan tiga langkah


74

penting yang menjadi pertimbangan utama untuk melatih kecerdasan

majemuk anak, yaitu:

a. Melihat kemampuan anak dalam berinovasi.

b. Metode ilmiah yang digunakan harus dapat diterapkan kepada siapa

saja.

c. Penerapan metode yang dipilih secara bertahap, sabar dan tidak

tergesa-gesa.

Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak.

Hampir semua bidang akan berkembang dengan bermain, oleh sebab

itulah kita perlu untuk menciptakan permainan edukatif untuk melatih

kecerdasan anak, agar anak dapat bermain sambil belajar dan itu

berlangsung tanpa disadarinya dan tanpa adanya tekanan dari orang tua.

Bermain menurut Suyanto (2013: 135-137) banyak perkembangan anak

yang terjadi karena bermain, antara lain:

a. Bermain mengembangkan kemampuan motorik.

b. Bermain mengembangkan kemampuan kognitif.

c. Bermain mengembangkan kemampuan afektif.

d. Bermain mengembangkan kemampuan bahasa.

e. Bermain mengembangkan kemampuan sosial.

Dalam kegiatan bermain sebenarnya anak menemukan

pembelajaran yang hakiki. Oleh karena itu, anak tidak boleh dipaksa untuk

belajar, bermain adalah belajar bagi anak. Anak usia dini tidak

mengartikan belajar seperti halnya orang dewasa. Anak usia dini tidak
75

selalu belajar dengan kondisi teratur dan berjangka waktu tertentu, mereka

lebih senang belajar dalam keadaan bebas, belajar tanpa menyadari sedang

belajar, belajar dalam suasana bermain.

Isjoni (2014) mengungkapkan bahwa bermain merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa menggunakan alat yang

menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan dan

mengembangkan imajinasi anak secara spontan dan tanpa beban. Dunia

anak pada dasarnya adalah dunia bermain, karena selama rentang

perkembangan usia dini anak melakukan sebagian besar kegiatannya

dengan bermain. Kebutuhan atau dorongan internal terutama tumbuhnya

sel saraf di otak memungkinkan anak untuk melakukan berbagai aktivitas

bermain tanpa mengenal lelah.

Biasanya anak bermain sambil “bergumam”, yaitu mengungkapkan

ide dalam pikirannya dengan kata-kata. Proses ini dikenal dengan istilah

thinking aloud, suatu proses berfikir yang dikenal dengan istilah internal

speech di mana anak bertanya pada dirinya, dibuktikan dengan melakukan

percobaan kepada objek, dan diambil kesimpulan secara sendiri untuk

menjawab pertanyaannya sendiri. Begitu pentingnya bermain bagi

perkembangan anak, maka perlu untuk diperhatikan perkembangan anak

dalam bermain itu sendiri.

2.4 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Tingkat IQ pada PAUD


76

Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi meliputi faktor

pembawaan atau keturunan, faktor lingkungan, pembentukan, minat dan

pembawaan yang khas, kebebasan, kematangan, dan faktor gizi.

Kecerdasan seorang anak sangat bergantung pada perkembangan otaknya.

Perkembangan otak sangat tergantung dari asupan bahan makanan dan gizi

yang dikandungnya. Untuk itu, pemenuhan gizi tinggi sangat diperlukan

bagi anak, khususnya untuk tahun pertama. Para pakar medis menyebut

usia pertama bayi sebagai usia emas yang harus dijaga dengan baik.

Pada usia 0-6 bulan, sangat dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan bayi

dengan ASI Eksklusif (Indiarti, 2008:57).

Berdasarkan hasil penelitian Cynthia (2014) dapat diketahui bahwa

dari 36 anak usia dini yang mendapatkan ASI Eksklusif memiliki tinggkat

IQ di atas rata-rata sebesar 21 (61,8%). Hasil uji statistik chi square

didapat nilai p value = 0,028 (0,028 < 0,05) sehingga didapatkan hubungan

antara pemberian ASI eksklusif dengan tingkat IQ pada Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD). Hasil penelitian ini sesuai dengan yang di lakukan

Virgian (2012) menunjukan lama pemberian ASI > 1-2 tahun memiliki IQ

yang tinggi berjumlah 67,3 %. Terdapat perbedaan lama pemberian ASI

terhadap tingkat kecerdasan 95% dengan p value <0,001, OR = 10,33.

Anda mungkin juga menyukai