Anda di halaman 1dari 15

INOVASI PENDIDIKAN (KPK 14106)

PEMBELAJARAN BERBASIS
NEUROSAINS

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1. R. Naufal Khairy (1905112451)


2. Alda gesti Br. simanjuntak (1905155438)
3. Fitria Ranti (1905110876)
4. Salsabila (1905112368)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Yustina, M.Si
Dr. Wan Syafi’i, M.Si
Dra. Mariani Natalina, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini dalam keadaan sehat wal
alfiat. Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi junjungan alam yakni Nabi
Muhammad SAW, yang telah memperjuangkan Islam dan menghadiahkan kepada kita semua
kepada jalan yang benar menuju ridho Allah SWT. Penulisan ini diajukan untuk melengkapi
tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan dengan judul “Pembelajaran Berbasis Neurosains”.
Penulisan ini dapat terselesaikan dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman–teman yang telah memberikan bimbingan
serta dorongan. Penulisan makalah ini belum merupakan penulisan yang menarik, namun ini
sudah merupakan usaha yang maksimal yang telah penulis kerjakan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan dan perbaikan
makalah ini, penulis berharap hal ini juga dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua
pihak. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala urusan kita. Aamiin.

Pekanbaru, 28 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Neurosains........................................................................................................3
2.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Neurosains...............................................................3
2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Neurosains......................................................4
2.4 Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Neurosains.....................................4
2.5 Penerapan Pembelajaran Berbasis Neurosains dalam Pembelajaran Biologi....................5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................................9
3.2 Saran..................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Neurosains adalah ilmu yang mempelajari tentang sel saraf atau neuron (Dadana,
2013). Neurosains adalah sistem pendidikan baru yang mempelajari tentang sistem kerja
syaraf. Pendidik umumnya jarang memperhatikan permasalahan ini. Pengabaian terhadap
sistem ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati.
Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap
perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari
sudut pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya (Wijaya, 2018). Dalam pembelajaran
pendekatan neurosains sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan otak untuk
melakukan beberapa tindakan atau upaya untuk meningkatkan kemampuan mengingat,
kesadaran dan kepekaan. Menurut Konsep neorosains yang dijelaskan oleh Harun merupakan
suatu bidang kajian mengenai sistem saraf yang terdapat di dalam otak manusia yang
berhubungan dengan kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan
kaitannya dengan pembelajaran (Resti, 2013).
Di dalam dunia pendidikan, setelah para peneliti meneliti neurosains, muncul
perdebatan dua kubu, memisahkan dan menyatukan tiga elemen (otak-pikiran, jiwa dan, akal-
hati) belum menemukan titik temu. Kebanyakan sistem melarang peserta didik untuk
memakai otak-pikiran dalam pembelajaran yang selama ini peserta didik hanya dituntut untuk
menjaga kemuliaan hati dan akhlak mulia.
Sistem dan obyek tidak mampu berjalan sempurna tanpa ada subyek. Subyek di sini
adalah pendidik yang memahami sistim pembelajaran yang dilakukan. Semakin memahami
pembelajaran neurosains maka tujuan pendidikan akan sampai, sebaliknya tidak memahami
pembelajaran neurosains maka tujuan tidak akan sampai. Secara filosofis, hakikat pendidikan
adalah membentuk manusia sempurna atau insan kamil dimana manusia yang berkembang
seluruh potensi atau kecerdasannya, baik potensi jasmani, ruhani maupun akal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian dari Neurosains?
1.2.2 Bagaimana karakteristik dari pembelajaran berbasis Neurosains?
1.2.3 Apa saja langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis Neurosains?
1
1.2.4 Apa saja keunggulan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis Neurosains?
1.2.5 Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis Neurosains dalam
pembelajaran biologi?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk menjelaskan definisi dari Neurosains.
1.3.2 Untuk menjelaskan karakteristik dari pembelajaran berbasis Neurosains.
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis Neurosains.
1.3.4 Untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis
Neurosains.
1.3.5 Untuk menjelaskan penerapan pembelajaran berbasis Neurosains dalam
pembelajaran biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Neurosains

Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di dalam
otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi
biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Bagi teori Neurosains, sistem
saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat
membuat hubungan diantara proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku
yang akan dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak
akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).

Neurosains adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem saraf, utamanya
otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan pikiran. Studi tentang otak menjadi
landasan dalam pemahaman tentang bagaimana kita merasa dan berinteraksi dengan dunia
luar dan khususnya apa yang dialami manusia dan bagaimana manusia mempengaruhi yang
lain (Schneider, 2011).

2.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Neurosains

Pembelajaran neurosains merupakan pembelajaran yang melibatkan sistem saraf pada


otak atau pembelajaran yang merangsang otak. Tujuan utamanya adalah mempelajari dasar-
dasar biologis dari setiap perilaku. Artinya, tugas utamanya adalah menjelaskan perilaku
manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya. Pembelajaran neurosains
memiliki karakteristik yaitu :

 Mengutamakan kemampuan antar neuron atau saraf yang saling terhubung berpusat
pada otak sebagai koordinasi berfikir kognitif,dan afektif
 Optimalisasi kecerdasan pendidikan
 Keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri
 Proses pembelajaran berupa perlakuan antara pemberi pembelajaran terhadap
penerima pembelajaran.
2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Neurosains

1. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang memberikan kerangka kerja bagi pembelajaran baru dan
mempersiapkan otak pembelajar dengan koneksi-koneksi yang memungkinkan. Tahap
ini meliputi sebuah tinjauan terhadap subjek dan sebuah persentasi visual dari topik
terkait. Semakin banyak latar belakang yang dimiliki pembelajar menenai subjeknya,
semakin cepat mereka menyerap dan memproses informasi baru.
2. Tahap akuisi
Tahap kedua adalah akuisi tahap ini dapat dicapai baik melalui sarana langsung
seperti dengan penyediaan lembar informasi atau saran tidak langsung seperti dengan
menempatkan visual-visual yang terkait. Kedua pendekatan ini dapat berjalan dan
sebetulnya keduanya saling melengkapi.
3. Tahap elaborasi
Tahap ketiga yaitu elaborasi mengeksplorasi interkoneksi dari topik-topik tersebut
dan mendorong terjadinya pemahaman lebih dalam.
4. Formasi memori pembelajaran
Tahap keempat, formasi memori pembeljaran yang merekatkan supaya apa yang telah
dipelajari sebelumnya masih teringat.
5. Tahap integrasi fungsional
Tahap yang kelima, yaitu integrasi fungsional, mengingatkan untuk menggunakan
pembelajaran baru tersebut supaya dapat diperkuat dan diperluas pendekatan ini dapat
berjalan dan sebetulnya keduanya saling

2.4 Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Neurosains

Rianawaty (2011) mengungkapkan bahwa sebagai suatu teori pembelajaran berbasis


kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-
kelebihannya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.


2. Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses pembelajaran.
3. Menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan didukung.
4. Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.
5. Dapat menggunakan berbagai model-model pembelajaran dalam mengaplikasikan
teori ini.
Dianjurkan untuk memvariasikan model model pembelajaran tersebut, supaya potensi
pebelajar dapat dibangunkan.

Kelemahan-kelemahannya adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang teori ini


(masih baru).
2. Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami (mempelajari)
bagaimana otak kita bekerja.
3. Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan pembelajaran
yang baik bagi otak.
4. Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek pembelajaran teori ini

2.5 Penerapan Pembelajaran Berbasis Neurosains dalam Pembelajaran Biologi

Konsep neorosains yang dijelaskan oleh Harun (2003) merupakan suatu bidang kajian
mengenai sistem saraf yang terdapat di dalam otak manusia yang berhubungan dengan
kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan
pembelajaran. Otak sebagai struktur yang kompleks berperan besar dalam keberhasilan
proses pembelajaran yang melibatkan kemampuan berpikir siswa. Tantangan zaman yang
selalu berubah ini erat kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi,
khususnya dalam pembelajaran IPA. Kusairi (2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran
IPA perlu mengantisipasi perkembangan teknologi komputer dan informasi. Penggunaan
teknologi dalam pembelajaran biologi diwujudkan dalam multimedia untuk mendukung
komplemen pembelajaran tatap muka dengan E-learning atau yang disebut blended learning.
Adanya penggabungan pembelajaran berbasis teknologi internet ini erat hubungannya dengan
perwujudan persepsi visual dan saraf untuk siswa dengan karakteristik belajar yang berbeda.
Karakter belajar siswa yang berbeda-beda dapat difasilitasi dengan penggunaan multimedia
yang memberikan manfaat dalam mengembangkan motivasi belajar siswa.

Penerapan blended learning sebagai salah satu bentuk perwujudan perkembangan


pembelajaran biologi abad 21, diharapkan mampu memberikan stimulus aktif bagi para
siswa, sehingga informasi yang didapatkan tidak hanya berupa pengetahuan jangka pendek,
melainkan pengetahuan jangka panjang yang melibatkan struktur kognitif siswa yang
terintegrasi. Penerapan blended learning juga berkaitan dengan pencapaian tujuan
pembelajaran biologi yang menekankan pada permasalahan nyata. Setiap siswa telah
dianugerahkan kecerdaasan yang luar biasa. Hal ini tentunya tidak dapat dipisahkan dari
peran
otak sebagai penyusun informasi. Otak secara nyata dapat menumbuhkan sel-sel baru yang
secara terus-menerus melahirkan informasi. Otak mampu menyusun ulang informasi dengan
informasi yang telah ada sebelumnya sehingga akhirnya tercipta ide atau gagasan yang telah
diperbarui. Proses pembelajaran yang dikembangkan seharusnya mampu memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk mengoptimalkan kecerdasan otaknya.

Berikut pengimplementasian pembelajaran neurosains dalam pembelajaran Biologi yaitu


pada materi Dunia Hewan (Animalia) kelas X :

a) Platform Pembelajaran
 Google Classroom
 Google meet
b) Media Pembelajaran
 PPT
 Video pembelajaran
 Quiziz
c) Sumber belajar
 LKPD
 Mind mapping

Kelas X Materi Dunia Hewan (Animalia)


KD 3.9 Mengelompokkan hewan ke dalam filum berdasarkan lapisan tubuh,
rongga tubuh, simetri tubuh dan reproduksi tubuh.

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)


Orientasi Google
Classroom,
 Sebelum pembelajaran dimulai, guru sudah mengirimkan
google meet,
bahan ajar materi Animalia dalam bentuk PPT dan video
PPT, video, dan
kepada peserta didik ke Google Classroom.
mind mapping
 Guru menyapa peserta didik dan memberikan instruksi
bahwa pembelajaran akan dimulai, guru juga
mengingatkan kepada peserta didik untuk menyiapkan
materi bahan belajar, saat berada di Google meet selalu
on camera, dan mendengarkan intruksi dari guru.
 Guru membagikan link Google meet melalui Google
Classroom.
 Guru melakukan pembukaan dengan salam.
 Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa.
 Guru mendata kehadiran peserta didik
Kegiatan Apersepsi Google meet
 Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik
terkait materi sebelumnya yang sudah dipelajari yaitu
“Sebutkan ciri-ciri tumbuhan? Sebutkan
pengelompokkan tumbuhan berdasarkan ada tidaknya
berkas pembuluh angkut? Sebutkan ciri-ciri lumut?
Jelaskan reproduksi tumbuhan angiospermae dan
gymnospermae? Hal ini dilakukan untuk membangkitan
dan menguatkan ingatan peserta didik terkait materi
sebelumnya.
Kegiatan Motivasi Google meet,
(Tahap Persiapan)
mind mapping,
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
tentang tentang materi yang akan dipelajari. PPT
 Guru menjabarkan secara singkat tentang materi yang
akan dipelajari untuk membangun peta konsep siswa.
Pada tahap ini guru dapat membuat dan menjelaskan
menggunakan mind mapping yang telah disatukan dalam
PPT.
 Guru membangkitkan rasa ingin rahu dan rasa senang
siswa terhadap materi baru dengan menghubungkan
dengan pengalaman nyata.
Kegiatan Inti (70 menit)
Orientasi Siswa kepada masalah Google Meet,
(Tahap Akuisisi)
video, quiziz,
 Guru menarik perhatian siswa dengan menampilkan
video animalia yang telah disiapkan di dalam bahan ajar LKPD
power point.

 Guru mengajak diskusi siswa, diskusi diarahkan untuk


merangsang aktivitas berpikir kritis siswa, dimana
mereka dapat mempraktekkan ataupun melakukan
aktivitas dalam memecahkan masalah terkait video
tersebut.
 Guru dapat menanyakan kepada peserta didik terkait
konsep animalia:
 Sebutkan ciri-ciri animalia?
 Sebutkan klasifikasi animalia?
 Sebutkan ciri-ciri kelas hewan invertebrata dan
vertebrata?
Link video:
https://youtu.be/wi3OC0U1Fd8
 Peserta didik berpikir kritis untuk menjawab petanyaan-
petanyaan yang disajikan oleh guru baik secara individu
ataupun kelompok.

(Tahap Elaborasi)
 Guru memberikan kesempatan otak siswa dalam
memperdalam proses pembelajaran. Siswa dapat
mengeksplorasi hewan baik invertebrata maupun
vertebrata yang ada disekitarnya kemudian mereka dapat
mempresentasikan apa yang telah mereka temui,
permasalahan apa yang mereka temukan dan mereka
saling berdiskusi.

(Tahap formasi memori pembelajaran)


 Guru dapat mengadakan games secara online contohnya
dengan aplikasi quiziz. Pada aplikasi quiziz ini games
dibuat secara interaktif, serta murid dapat berkompetisi
dengan menyenangkan dengan adanya fitur ranking pada
aplikasi quiziz. Kegiatan ini tetap diarahkan pada materi
yang sedang dipelajari.
 Atau guru juga dapat memberikan LKPD untuk
dikerjakan oleh siswa yang kemudian dikumpulkan
melalui Google classroom.
 Setelah selesai bermain games atau mengerjakan LKPD,
guru memberikan klarifikasi (penyamaan konsep) dan
penguatan materi agar siswa dapat memahami materi
yang disampaikan.

Kegiatan penutup (10 menit)


(Tahap Integrasi Fungsional) Google Meet
 Guru meminta peserta didik untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
 Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan–pertanyaan
untuk menguatkan pemahaman terhadap materi Dunia
Hewan (animalia) yang masih membuat mereka bingung.
 Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertuman berikutnya dan berdoa.
 Guru menutup pembelajaran dengan salam.
BAB III
PENUTU
P

3.1 Kesimpulan
Neurosains merupakan bidang kajian mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi
biologi, persepsi, ingatan, dan keterkaitannya terhadap pembelajaran. Otak sebagai struktur
yang kompleks berperan besar dalam keberhasilan proses pembelajaran yang melibatkan
kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran neurosains memiliki karakteristik yaitu
mengutamakan kemampuan antar neuron atau saraf yang saling terhubung berpusat pada otak
sebagai koordinasi berfikir kognitif,dan afektif, optimalisasi kecerdasan pendidikan,
keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri, dan proses pembelajaran berupa perlakuan antara
pemberi pembelajaran terhadap penerima pembelajaran.
Pembelajaran Neurosains memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya salah
satunya ialah memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.
Salah satu kelemahannya adalah memerlukan waktu yang panjang untuk memahaminya dan
pembelajaran ini masih tergolong baru.

3.1 Saran
Setelah membaca mengenai pembelajaran berbasis neurosains, dapat diketahui bahwa
pembelajaran neurosains sangat mengedepankan pada pengembangan kemampuan otak untuk
melakukan beberapa tindakan atau upaya untuk meningkatkan kemampuan mengingat,
kesadaran dan kepekaan siswa. Maka dari itu diharapkan kepada kita semua sebagai calon
guru di masa depan agar memahami dengan baik materi ini agar ketika kita mengetahui
pentingnya penerapan pembelajaran berbasis neurosains sehingga dapat menjadikan generasi
Indonesia yang cerdas dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, D. N. (2019). Pembelajaran dengan Pendekatan Neurosains dalam Perkembangan


Teknologi 4.0. Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika, 5(1)
Dadana, Jendy Cliff, Taufik F. Pasiak, Sunny Wangko. (2013). Hubungan Kinerja Otak
Dengan Spiritualitas Manusia Diukur Dengan Menggunakan Indonesia Spiritual
Health Assessment Pada Pemimpin Agama Di Kota Tomohon. Jurnal e-Biomedik
(eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 830-835.
Harun, Jamaluddin. 2003. Teori Pembelajaran serta Kesannya dalam Reka bentuk Aplikasi
Multimedia Pendidikan, (Online), (b.domaindlx.com/infodata/pdf/mdp.pdf), diakses
tanggal 03 November 2011
Resti, Vica Dian Aprelia. (2013). Kajian Neurosains Dalam Perkembangan Pembelajaran
Biologi Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 10 (2),
2013.
Rianawaty,Ida.2011. TeoriNeurosains,(Online),(http://idarianawaty.blogspot.com/2011/02/te
ori-neurosains.html), diakses tanggal 03 November 20

Schneider,Harry.2011. Neuroscience.(online). (http://www.harrydschneidermd.com/html/neu


roscience.html diakses tanggal 20 Oktober 2011). Wade, Carole dan Tavris, Carol.
2008. Psikologi. Jakarta:
Wathon, A. (2016). Neurosains dalam pendidikan. Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan,
Keilmuan dan Teknologi, 14(1), 284-294.
Wijaya, Hengki. (2018). Pendidikan Neurosains Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Masa
Kini. https://researchgate.net/publiction/323114055

Anda mungkin juga menyukai