Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK HIDROCEFALUS

NAMA : MARTA DELVA KUSNADI

NIM : 20010007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

TINGGI KESEHATAN PEKANBARU MEDICAL CENTER

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai

kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak

Hidrocefalus ”.

Penulis sangat berharap semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar

makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai

penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

Laporan Pendahuluan ini.

Pekanbaru, 23 April 2022

Marta
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.....................................................................................................Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Hidrosefalus...............................................................................3
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hidrosefalus........................................................10
BAB III PENUTUP
A........................................................................................................Kesimpulan 17
B..................................................................................................................Saran 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal dengan dan pernah dengan tekanan intrakranial

yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat

ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus

selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya

kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran

sutura-sutura dan ubun-ubun (Krisna Rangga, 2018).

Secara keseluruhan, insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.

Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-

43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna

insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat

terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh

toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan

otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat

tumor fossa posterior. Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi

oleh karena herniasi tonsil sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial,

kompresi batang otak dan sistem pernapasan (Handayani, 2017)

Penyebab hidrosefalus salah satunya adalah bakteri. Pada daerah perkotaan

yang padat penduduk, memungkinkan terjadi penyebaran bakteri dengan cepat salah

satunya bakteri yang menyebabkan hidrosefalus. Selain itu, pada daerah perkotaan

yang padat penduduk masih banyak penduduk yang tingkat kesejahteraannya


rendah.Tingkat kesejahteraan yang rendah dapat mempengaruhi nutrisi pada ibu

hamil.

Nutrisi pada ibu hamil juga mempengaruhi perkembangan janin. Pada ibu

dengan nutrisi yang kurang, maka perkembangan janin pun akan terganggu sehingga

dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti hidrosefalus. Kebanyakan kasus

hidrosefalus dialami oleh neonatus. Anak dengan hidrosefalus memerlukan perawatan

khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf

yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada

gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan maka perumusan masalah

dalam penyusunan laporan pendahuluan ini adalah “Bagaimanakah Asuhan

Kepperawatan Pada Anak Hidrocefalus?”

C. TUJUAN

Untuk menerapkan pemberian asuhan keperawatan pada anak hidrocefalus.

D. MANFAAT

1. Secara Teoritis

Laporan ini dapat menjadi bahan acuan dan bacaan untuk meningkatkan

pengetahuan, sebagai bahan masukan dan penambahan sumber-sumber bagi

instansi pendidikan mengenai asuhan keperawatan pada anak Hidrocefalus.

2. Secara Praktis

Dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan keperawatan

dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak Hidrocefalus.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP PENYAKIT HIDROCEFALUS

A. Definisi Hidrocefalus

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang

subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2018). Hidrosefalus

merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebro

spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga

terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,

2017).

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif

pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan

serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi

oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya

tekanan intrakranial, menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat

mengalirnya liquor (Arif, 2018)

B. Etiologi Hidrosefalus

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat

antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam

ruang subarackhnoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.

Penyumbatan aliran CSS yang sering terjadi pada bayi dan anak disebabkan oleh :

1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi

intrauterine meliputi :

a. Stenosis aquaductus sylvi


b. Spina bifida dan kranium bifida

c. Syndrom Dandy-Walker

d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2. Dapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan

a. Infeksi Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis

terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis

dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.

b. Neoplasma Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik dapat terjadi di setiap

tempat aliran CSS. Pada anak, penyeban terbanyak penyumbatan ventrikel

IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal

dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan

kraniofaringioma.

c. Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan

fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain

penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

Arif, 2018

C. Klasifikasi Hidrosefalus

1. Waktu pembentukan

a. Hidrosefalus congenital, yaitu hidrosefalus yang dialami sejak dalam

kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.

b. Hidrosefalus akuisita, yaitu hidrosefalus yang terjadi setelah bayi dilahirkan

atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).

2. Proses terbentuknya hidrosefalus


a. Hidrosefalus akut, yaitu hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang

diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal).

b. Hidrosefalus kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairan CSS

mengalami obstruksi beberapa minggu.

3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal

a. Communicating, yaitu kondisi hidrosefalus dimana CSS masih bisa keluar dari

ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.

b. Non Communicating, yaitu kondisi hidrosefalus dimana sumbatan aliran CSS

yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan

ventrikelventrikel otak.

4. Proses Penyakit

a. Acquired, yaitu hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai otak

dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus otak (meninges).

b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau

cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak

atauathrophy

Stephen, 2018

D. Manifestasi Klinis Hidrosefalus

Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun,

dan anak diatas usia 2 tahun.

1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun

a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.

b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.

c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan

pelebaran vena-vena kulit kepala.


d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign

yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.

e. Perubahan pada mata. Bola mata berotasi kebawah oleh karena ada tekanan

dan penipisan tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris

seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.

f. Strabismus divergens

g. Nystagmus

h. Refleks pupil lambat

i. Atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum.

j. Papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.

2. Hidrosefalus pada anak diatas usia 2 tahun.

Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial

oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup.

Stephen, 2018

E. Pemeriksaan Penunjang Hidrosefalus

1. Pemeriksaan fisik

Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk

melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal.

2. Pemeriksaan cairan serebrospinal

Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis

untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa.

3. Pemeriksaan radiologi

a. X-ray kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar

b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus.


Marianne, 2021

F. Penatalaksanaan Medis Hidrosefalus

1. Terapi Medikamentosa

Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya

tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 –

50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretika dan

kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian

diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus

didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.

2. Pembedahan

Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.

Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga

dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :

a. Ventrikulo Peritorial Shunt

b. Ventrikulo Adrial Shunt Pemasangan pintasan dilakukan untuk

mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau

ke rongga peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial atau

ventrikuloperitonial. Pintasan terbuat dari bahan bahan silikon khusus,

yang tidak menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat

ditinggalkan di dalam tubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-

50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi

hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid

atau upaya meningkatkan resorbsinya.

2. Penanganan alternatif (selain shunting)

Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,

reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan

suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar

ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.

3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )

Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan

kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah

rongga peritoneum. Biasanya cairan ceebrospinalis didrainase dari

ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain

rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada

periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi

infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.

Infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,

lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

Marianne, 2021

G. Komplikasi Hidrosefalus

1. Peningkatan tekanan intrakranial

2. Kerusakan otak

3. Infeksi : septikemia, endokarditis, infeksil uka, nefritis, meningitis, ventrikulitis,

abses otak.

4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.


5. Hematoma subdural, peritonitis, abses abdomen, perporasi organ dalam rongga

abdomen, fistula, hernia, dan ileus.

6. Kematian

Marianne, 2021

2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

A. Anamnesa

a. Riwayat penyakit / keluhan utama Muntah, gelisah, nyeri kepala, lethargi,

lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan

perifer.

b. Riwayat Perkembangan Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan,

pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Kekejangan : Mulut dan

perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.

Arif, 2018

B. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi :

1) Anak dapat melihat keatas atau tidak

2) Pembesaran kepala

3) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh darah terlihat jelas

b. Palpasi

1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar

2) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga

fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

c. Pemeriksaan Mata

1) Akomodasi

2) Gerakan bola mata


3) Luas lapang pandang

4) Konvergensi

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat

keatas

5) Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

d. Observasi Tanda-Tanda Vital

Didapatkan data – data sebagai berikut:

a) Peningkatan sistole tekanan darah

b) Penurunan nadi / Bradicardia

c) Peningkatan frekuensi pernapasan.

Arif, 2018

C. Diagnosa Klinis

Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari

pengumpulan cairan banormal (Transsimulasi Terang):

a. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “Crakedpot“

(Mercewen’s Sign)

b. Opthalmoscopy : Edema Pupil.

c. CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi

komputer.

d. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

Marianne, 2021

D. Diagnosa Keperawatan Hidrosefalus

a. Risiko perfusi serebral tidak efektif yang dibuktikan oleh hidrosefalus.

b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.

c. Risiko infeksi yang dibujtikan oleh prosedur invasif.


d. Risiko defisit nutrisi yang dibuktikan oleh nausea, vomiting.

e. Risiko gangguan perkembangan yang dibuktikan oleh kerusakan otak

E. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
1 Resiko perfusi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Peningkatan
serebral tidak keperawatan selama .… x Tekanan Intracranial
efektif yang …. jam, diharapkan perfusi 1. Identifikasi penyebab
dibuktikan oleh serebral efektif dengan peningkatan TIK
hidrosefalus kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala
Perfusi Serebral peningkatan TIK (mis
1. Tingkat kesadaran baik tekanan darah meningkat,
2. Tekanan intrakranial tekanan nadi melebar,
normal bradikardi, pola napas
3. Tidak ada sakit kepala ireguler, kesadaan
4. Tidak gelisah menurun)
5. Nilai rata – rata tekanan 3. Monitor MAP (Mean
darah normal Arterial Pressure)
6. Reflek saraf normal 4. Monitor CVP (Central
Venous Pressure)
5. Monitor status pernapasan
6. Monitor intake dan output
cairan
7. Monitor cairan serebro-
spinalis (mis. Warna,
konsistensi
8. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
9. Memberikan posisi semi
fowler
10. Hindari maneuver valsava
11. Cegah terjadinya kejang
12. Hindari pemeberian
cairan IV hipotonik
13. Kolaborasi pemeberian
diuretic osmosis, jika
perlu
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
agen pencedera keperawatan selama …. x 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis … jam, diharapkan tidak karakteristik, durasi,
terjadi nyeri akut dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri
Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Tidak mengeluh nyeri 3. Identifikasi faktor yang
2. Tidak meringis memperberat dan
3. Tidak ada sikap memperingan nyeri
protektif 4. Monitor tanda – tanda
4. Tidak gelisah vital
5. Frekuensi nadi normal 5. Berikan teknik non
6. Pola nafas normal farmakologis untuk
7. Tekanan darah normal mengurangi rasa nyeri
(mis : TENS, hypnosis,
akupresure, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
6. Fasilitasi istirahat dan
tidur
7. Berikan analgetik jika
perlu
3 Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Pencegahan Infeksi
yang dibuktikan keperawatan selama … x 1. Monitor tanda dan gejala
oleh prosedur … jam, diharapkan tidak infeksi local dan sistemik
invasif terjadi infeksi dengan 2. Berikan perawatan kulit
kriteria hasil: pada area edema
Tingkat Infeksi 3. Cuci tangan sebelum dan
1. Tidak ada demam sesudah kontak dengan
2. Tidak ada kemerahan pasien dan lingkungan
3. Tidak ada nyeri pasien
4. Tidak bengkak 4. Pertahankan teknik
5. Tidak ada cairan aseptic pada pasien
berbau busuk berisiko tinggi
6. Kadar sel darah putih 5. Monitor tanda tanda vital
normal 6. Anjurkan meningkatkan
7. Kultur darah normal asupan nutrisi
8. Kultur area luka normal 7. Anjurkan meningkatkan
9. Tanda – tanda vital asupan cairan
dalam batas normal 8. Kolaborasi pemberian
imunisasi / antibiotik, jika
perlu
4 Risiko defisit Setelah diberikan asuhan Pemberian makanan
nutrisi Yang keperawatan selama … x parenteral
dibuktikan oleh … jam, diharapkan masalah 1. Identifikasi terapi yang
nausea, defisit nutrisi membaik diberikan sesuai untuk
vomiting dengan kriteria hasil: usia, kondisi, dosis,
Status Nutrisi kecepatan, dan rute
1. Verbalisasi keinginan 2. Monitor nilai
untuk meningkatkan laboratorium (mis. BUN,
nutrisi kreatinin, gula darah,
2. Perasaan cepat kenyang elektrolit, faat, hepar)
menurun 3. Monitor berat badan
3. Berat badan meningkat 4. Monitor jumlah cairan
4. Indeks massa tubuh yang masuk dan keluar
(IMT) meningkat 5. Anjurkan makan dalam
5. Frekuensi makan porsi kecil tapi sering.
meningkat 6. Kolaborasi pemberian
6. Nafsu makan obat mual dan /atau
meningkat muntah, jika perlu
5 Risiko gangguan Setelah diberikan asuhan Perawatan perkembangan
perkembangan keperawatan selama … x 1. Identifikasi pencapaian
yang dibuktikan … jam, diharapkan tidak tugas perkembangan anak
oleh kerusakan terjadi gangguan tumbuh 2. Identifikasi isyarat
otak kembang dengan kriteria perilaku dan fisiologis
hasil : yang ditunjukan bayi
(mis. Lapar, tidak nyaman
Status Perkembangan )
1. Keterampilan / prilaku 3. Minimalkan nyeri
sesuai usia 4. Minimalkan kebisingan
2. Mampu melakukan ruangan
perawatan diri 5. Pertahankan lingkungan
3. Respon social yang mendukung
meningkat perkembangan optimal
4. Kontak mata meningkat 6. Motivasi anak
berorientasi dengan anak
lain
7. Sediakan aktivitas yang
memotivasi anak
berinteraksi dengan anak
lainnya
8. Fasilitasi anak berbagi
dan bergantian/bergilir
9. Pertahankan kenyamanan
anak
10. Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
(mis. Makan, sikat gigi,
cuci tangan, memakai
baju)
11. Dukung partisipasi anak
disekolah, ekstrakulikuler
dan aktivitas komunitas
12. Rujuk untuk konseling ,
jika perlu
PPNI, 2018

F. Implementasi

Menurut Debora (2017) setelah dilakukan intervensi keperawatan tahap


selanjutnya yang dilakukan adalah implementasi yaitu tindakan atau aplikasi yang

dilakukan sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda di sesuaikan dengan

kondisi saat itu dan kebutuhan yang dirasakan oleh pasien. Implementasi

keperawatan memerlukan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum

melakukan tindakan, perawat baru mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut

harus dilakukan.

Perawat harus yakin bahwa:

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah

direncanakan.

2. Tindakan keperawatan dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta

sesuai dengan kondisi pasien.

3. Tindakan selalu dievaluasi apakah sudah efektif.

4. Tindakan didokumentasikan menurut urutan waktu.

Aktifitas yang dilakukan pada tahap implementasi adalah pengkajian

lanjutan, membuat prioritas, memulai intervensi keperawatan dan

mendokumentasikan tindakan dan respon pasien terhadap tindakan yang telah

dilakukan.

G. Evaluasi

Menurut Debora (2017) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses

keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang yang

telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta nilai apakah

masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan belum

teratasi. Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan, yaitu proses yang

digunakan untuk mengatur dan memantau keadaan pasien untuk mengetahui


kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan keperawatan, kebutuhan

pasien saat ini, perlu atau tindakan dirujuk ke tempat kesehatan lain, dan apakah

perlu menyusun ulang prioritas diagnosa agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebrospinal dengan dan pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,

sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat

ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus

selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya

kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi

pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.

Bakteri adalah salah satu penyebab terjadinya hidrosefalus, selain itu nutrisi

pada ibu hamil juga mempengaruhi perkembangan janin. Pada ibu dengan nutrisi

yang kurang, maka perkembangan janin pun akan terganggu sehingga dapat

menimbulkan kelainan kongenital seperti hidrosefalus. Kebanyakan kasus

hidrosefalus dialami oleh neonatus. Anak dengan hidrosefalus memerlukan perawatan

khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf

yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada

gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

B. SARAN

Dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada

hidrosefaluas untuk teman sejawat dan keluarga sehingga dapat meningkatkan

kualitas pelayanan pada asuhan keperawatan pasien dengan hidrosefalus serta

meningkatkan taraf kesehatan pada penderita hidrosefalus.


DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin. 2018. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Persyarafan: Jakarta . Salemba Medika

Milani Sivagnanam and Neilank K.Jha. 2012. Hydrocephalus: An Overview.IntechOpen

Book Series. DOI:10.5772/32502. https://www.intechopen.com/chapters/29498.

Stephen L Nelson. 2018. Hydrocephalus. Med Scape.

https://emedicine.medscape.com/article/1135286-overview.

Koleva M, De Jesus O. 2021.  Hydrocephalus. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560875/

Marianne Belleza RN. 2021. Hydrocephalus Nursing Care Management. Nurses Labs.

https://nurseslabs.com/hydrocephalus/#nursing_management

PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.

Jakarta

PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.

Jakarta

PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai