Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

HIDROCEPHALUS

Di Poli Bedah RS Saiful Anwar Malang

OLEH:

DITA AYUHANA

15.20.016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS: PROGRAM


PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Resume pada pasien Poli Bedah di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Yang
Dilakukan Oleh:
Nama : Dita Ayuhana
NIM : 15. 20. 016
Prodi : Pendidikan Profesi Ners Program Profesi STIKes Kepanjen
Malang
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Medikal Bedah yang dilaksanakan pada tanggal 02
September 2019- 06 September 2019, yang telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :
Tanggal :

Malang, September 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(................................) (................................)
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani:
"hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital. Hidrosefalus merupakan suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh
produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder,
sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun

1. 2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi Hidrosefalus
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi Hidrosefalus
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestasi klinik dari
Hidrosefalus
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang patofisiologi Hidrosefalus
e. Mahasiswa dapat mengetahui tentang klasifikasi Hidrosefalus
f. Mahasiswa dapat mengetahui tentang komplikasi Hidrosefalus
g. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien Hidrosefalus
h. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penatalaksanaan Hidrosefalus
i. Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien
Hidrosefalus
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2. 1 Definisi
Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah
dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005). Hidrocepalus adalah
akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid,
atau ruang subdural (Suriadi,2006)
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi
yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam
sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (Nining,2008).
2. 2 Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada
bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksi intrauterine meliputi :
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-
90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada
bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan
sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan
medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang
menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system
ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya
sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a. Infeksi : Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara
patologis terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar
sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah
toksoplasmosis.
b. Neoplasma : Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya
suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan : Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu
sendiri.

Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono :


1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas
terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun
setelah lahir. Seabb-sebab ini mencakup malformasi ( anomali
perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada
sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan
untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.
2. Sebab-sebab Postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor
serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa
posterior.Tumor lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah tumor
di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial
merupakn kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan
liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen
magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti
prematur, cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan
hidrosefalus akibat dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang
terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan karena
keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis
dan fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan
drainase vena pada basis krani, trombosis jugularis.

2. 3 Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi
intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonates
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap
hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus
biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala
terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi
dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum
nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih
terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di
sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul
Rickham, 2003).
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai


manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas.
Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada
pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan
sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua
deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai
empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
 Fontanel anterior yang sangat tegang.
 Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
 Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol.
 Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang
lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri
kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada
kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior


menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk
yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan
anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan
keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak
adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta
rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan
sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram
menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan
adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan
diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat
tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi
optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak
hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a. Bayi :
a) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3
tahun.
b) Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela
menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
a) Muntah
b) Gelisah
c) Menangis dengan suara ringgi
d) Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,
peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi – stupor.
e) Peningkatan tonus otot ekstrimitas
f) Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-
pembuluh darah terlihat jelas.
g) Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-
olah di atas Iris
h) Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
i) Strabismus, nystagmus, atropi optic
j) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

b. Anak yang telah menutup suturanya :

Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :

a) Nyeri kepala
b) Muntah
c) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
d) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur
10 tahun
e) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
f) Strabismus
g) Perubahan pupil
2. 4 Patofisiologi
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara
teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:

1. Produksi likuor yang berlebihan


2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan


intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan
berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :

1. Kompresi sistem serebrovaskuler.


2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3. Perubahan mekanis dari otak.
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak.
6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid.
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus
hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu
peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler
intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas
yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan
sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini
tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
2. 5 Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya, berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan


hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel,
hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid
di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang
mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi
hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested
menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi
ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo
adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak
primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:

1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi
dilahirkan, sehingga :
 Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
 Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya
tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC
yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna,
tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat
terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan
kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal )


hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai
ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran
CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat
dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya
terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat obstruksi
pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan
tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya
gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada
sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non
komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler
yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari
lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa
dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem
ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam
system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura
yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan
dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–
tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-
anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan /
separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai


dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral.
Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda –
tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine.
Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage
serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan
hubungan tersebut.

2. 6 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah
infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau
perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan
/eksudat ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari
pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan
manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status
neurologis buruk. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt.
Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt.
Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis
shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius
lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang
cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen
oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004):
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. Kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

2. 7 Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,
adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus
klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter
yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo
dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika


penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi
pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4
minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan
secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum
penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi
secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau


kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela
anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel
yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat
sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.


Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang
melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6. CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan


adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat
terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang
besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan


menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk
ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis


dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk
membuat bayangan struktur tubuh.

2. 8 Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus


koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya
infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas (Shunting)
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
2. Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain Ventrikulo-
Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen).Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior,
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus, Ventrikulo-
Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum, Ventrikulo-Peritoneal,
CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
c. CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau
kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan
analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter)
maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz).
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium
kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung
distal setinggi 6/7).
5. Ventriculo-Peritneal Shunt
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
2. 9 Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Anamnesa
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat
2. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
3. Riwayat Penyakit dahulu
1) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
2) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
3) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pengkajian persisten
1) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
2) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
3) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil,
penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus (
juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
4) B4 ( Bladder ) : Oliguria
5) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
6) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot
ekstrimitas
6. Observasi tanda – tanda vital
1) Peningkatan systole tekanan darah
2) Penurunan nadi / bradikardia
3) Peningkatan frekuensi pernapasan
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat
jelas.
2. Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. PemeriksaanMata
Akomodasi.Gerakan bola mata.Luas lapang pandang
Konvergensi. Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas,
tidak bisa melihat keatas., Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
c. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi /
Bradicardia, peningkatan frekwensi pernapasan.
d. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan
lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
a. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot
“ (Mercewen’s Sign
b. Opthalmoscopy : Edema Pupil.
c. CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus
dengan nalisisi komputer.-
d. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

2. 10 Diagnosa keperawatan
1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak bd meningkatnya volume
cairan serebrospinal dan meningkatnya TIK
2. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di
derita oleh anaknya
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran
kepala
4. Resiko tinggi infeksi bd pemasangan drain
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan muntah sekunder akibat kompresi serebral dan
iritabilitas.
6. Nyeri yang berhubungan dengan desakan pada jaringan otak dari
peningkatan tekanan intracranial.
7. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi
sirkulasi.
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Risiko ketidakefektifan Perfusi jaringan  Kesadaran - Observasi ketat tanda-tanda peningkatan - Untuk mengetahui secara dini peningkatan
perfusi jaringan otak bd serebral adekuat Komposmetis TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah, TIK
meningkatnya volume  Tidak terjadi nyeri apatis, perubahan personalitas, ketegangan
cairan serebrospinal kepala dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
dan meningkatnya TIK  TTV normal berumur 10 tahun, penglihatan ganda,
 Tampak rileks, tidak kontruksi penglihatan perifer strabismus,
meringis kesakitan Perubahan pupil)
- Pantau terus tingkat kesadaran anak - Penurunan keasadaran menandakakan
adanya peningkatan TIK
- Pantau terus adanya perubahan TTV - Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan
aliran oksigen ke otak
- Berkolaborasi dengan dokter untuk - Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan
melakukan pembedahan, untuk mengurangi cairan cerebrospinal berkurang, sehingga
peningkatan TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada
lobus oksipitalis dan tidak terjadi
pembesaran pada kepala
- Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta - Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
anak menunjukkan area yang sakit dan
menentukan peringkat nyeri dengan skala
nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri sekali)
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi
rasa nyeri.
- Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan - Pujian yang diberikan akan meningkatkan
memberikan pujian kepada anak untuk kepercayaan diri anak untuk mengatasi nyeri
ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri dan kontinuitas anak untuk terus berusaha
telah ditangani dengan baik. menangani nyerinya dengan baik.
2. Kurang pengetahuan Meningkatkan  Kecemasan orang – Beri kesempatan orang tua untuk – Keluarga dapat mengemukakan perasaannya
orang tua berhubungan pengetahuan tua pada kondisi mengekspresikan kesedihannya sehinnga perasaan orang tua dapat lebih
dengan penyakit yang orang tua kesehatan anaknya lega
di derita oleh anaknya mengenai dapat berkurang
penyakit yang ü Orang tua – Beri kesempatan orang tua untuk bertanya – Pengetahuan orang tua bertambah mengenai
diderita anaknya mengungkapkan mengenai kondisi anaknya penyakit yang di derita oleh anaknya
pemahaman tentang sehinnga kecemasan orang tua dapat
penyakit, berkurang
pengobatan
dan perubahan – Jelaskan tentang kondisi penderita, – Pengetahuan kelurga bertambah dan dapat
pola hidup yang prosedur, terapi dan prognosanya mempersiapkan keluarga dalam merawat
dibutuhkan klien post operasi
.
- Ulangi penjelasan tersebut bila perlu – Keluarga dapat menerima seluruh informasi
dengan contoh bila keluarga belum agar tidak menimbulkan salah persepsi
mengerti

3. Gangguan pertumbuhan Klien tidak  Pertumbuhan dan – Memberikan diet nutrisi untuk – Mempertahankan berat badan agar tetap
dan perkembangan mengalami perkembangan klien pertumbuhan ( asuh ) stabil
berhubungan gangguan tidak mengalami – Memberikan stimulasi atau rangsangan – Agar perkembangan klien tetap optimal
pembesaran kepala pertumbuhan dan keterlambatan dan untuk perkembangan kepada anak ( asah )
perkembangan sesuai dengan - Memberikan kasih sayang ( asih ) - Memenuhi kebutuhan psikologis
tahapan usia

4. Resiko tinggi infeksi Tidak terdapat  TD dalam batas – Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu – Mengetahui penyebab terjadinya infeksi
berhubungan dengan tanda-tanda normal makan menurun, ketidakstabilan,
pemasangan infeksi ( 3 x 24  Tidak terdapat perubahan warna kulit )
drain/shunt jam ) perdarahan – Lakukan rawat luka – Mencegah timbulnya ifeksi
 Tidak terdapat – Pantau asupan nutrisi – Asupan nutrisi dapat membantu
kemerahan menyembuhkan luka
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik - Antibiotik dapat mencegah timbulnya
infeksi

5. Ketidakseimbangan Setelah  Tidak terjadi – Pertahankan kebersihan mulut dengan baik – Mulut yang tidak bersih dapat
nutrisi kurang dari dilaksakan penurunan berat sebelum dan sesudah mengunyah makanan mempengaruhi rasa makanan dan
kebutuhan tubuh yang asuhan badan sebesar 10% . meninbulkan mual
berhubungan dengan keperawatan dari berat awal, – Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering – Makan dalam porsi kecil tetapi sering
muntah sekunder akibat diharapkan tidak adanya mual- untuk mengurangi perasaan tegang pada dapat mengurangi beban saluran
kompresi serebral dan ketidakseimbang muntah. lambung pencernaan. Saluran pencernaan ini dapat
iritabilitas. an nutrisi kurang mengalami gangguan akibat hidrocefalus
dari kebutuhan – Atur agar mendapatkan nutrien yang – Agar asupan nutrisi dan kalori klien
tubuh teratasi berprotein/ kalori yang disajikan pada saat adeakuat
dengan individu ingin makan
– Timbang berat badan pasien saat ia bangun – Menimbang berat badan saat baru bangun
dari tidur dan setelah berkemih pertama dan setelah berkemih untuk mengetahui
berat badan mula-mula sebelum
mendapatkan nutrient
- Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai - Konsultasi ini dilakukan agar klien
kebutuhan kalori harian yang realistis dan mendapatkan nutrisi sesuai indikasi dan
adekuat. kebutuhan kalorinya.

6. Nyeri yang Setelah  Pasien mengatakan - Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta - Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri
berhubungan dengan dilaksakan nyeri kepala anak menunjukkan area yang sakit dan
desakan pada jaringan asuhan berkurang atau menentukan peringkat nyeri dengan skala
otak dari peningkatan keperawatan hilang (skala nyeri nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri sekali)
tekanan intracranial. 2x24 jam 0), dan tampak - Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan - Pujian yang diberikan akan meningkatkan
diharapkan nyeri rileks, tidak memberikan pujian kepada anak untuk kepercayaan diri anak untuk mengatasi
kepala klien meringis kesakitan, ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri dan kontinuitas anak untuk terus
hilang. nadi normal dan RR nyeri telah ditangani dengan baik. berusaha menangani nyerinya dengan baik.
normal. - Pantau dan catat TTV. - Perubahan TTV dapat menunjukkan trauma
batang otak.
- Jelaskan kepada orang tua bahwa anak - Pemahaman orang tua mengenai pentingnya
dapat menangis lebih keras bila mereka kehadiran, kapan anak harus didampingi
ada, tetapi kehadiran mereka itu penting atau tidak, berperan penting dalam
untuk meningkatkan kepercayaan. menngkatkan kepercayaan anak.
- Gunakan teknik distraksi seperti dengan - Teknik ini akan membantu mengalihkan
bercerita tentang dongeng menggunakan perhatian anak dari rasa nyeri yang
boneka, nafas dalam, dll. dirasakan

7. Kerusakan intregritas Tissue Integrity : Integritas kulit yang- Monitor kondisi fontanella mayor tiap 4 - Kaji lokasi incisi adanya robekan
kulit b.d penurunan Skin and Mucous baik bisa jam. permukaan kulit, pus, darah.
mobilitas fisik, Membranes dipertahankan - Ubah posisi tiap 2 jam, pertimbangkan - Ukur vital sign tiap 4 jam.
defisiensi sirkulasi. (sensasi, elastisitas, perubahan posisi kepala tiap 1 jam. - Perhatikan teknik aseptik dan septik saat
temperatur, hidrasi,- Gunakan lotion atau minyak dan lindungi penggantian balutan.
pigmentasi) posisi daerah kepala dari penekanan. - Observasi tanda-tanda peningkatan TIK
 Tidak ada luka/lesi- Letakkan kepala pada bantal karet atau karen infeksi akibat pemasangan infus.
pada kulit gunakan water bed jika perlu. - Jaga kebersihan kulit pasien tetap bersih dan
 Perfusi jaringan baik - Gunakan penggantian alat tenun dari bahan kering
 Menunjukkan yang lembut.
pemahaman dalam- Stimuli daerah kepala setiap perubahan
proses perbaikan kulit posisi.
dan mencegah- Pertahankan nutrisi sesuai program terapi.
terjadinya sedera- Memandikan pasien dengan sabun dan air
berulang hangat
 Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah
dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan
letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
 Hidrochepalus komunikan
 Hidrochepalus non-komunikan
 Hidrochepalus bertekanan normal
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara
pasti dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada
masing-masing rumah sakit.

4.2 Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-
kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal
ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2019. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 30


Agustus 2019

Anonymous,2019.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diaks
es tanggal 30 Agustus 2019

Anonymuous, 2019.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS”


Blog Penuh Cinta.htm. Diakses tanggal 30 Agustus 2019

Anonymuous 2019. http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/08/asuhan-


keperawatan-anak-dengan.html tanggal akses 30 Agustus 2019

Anonymuous ,2019 .http://putrisayangbunda.blog.com/2009/11/30/asuhan-


keperawatan-pada-klien-hidrosefalus-2/.tanggal akses 30 Agustus 2019

Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. EGC: Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah
2 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Universitas Indonesia: Jakarta.

Suriadi, Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan pada Anak edisi I. PT. Fajar
Interpratama

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.

Anda mungkin juga menyukai