Oleh:
Dita Ayuhana
1930015
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Medical Bedah yang dilaksanakan pada tanggal 07
Oktober 2019- 12 Oktober 2019, yang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(................................) (................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
LAPORAN PENDAHULUAN
2. 1 Definisi
2. 2 Etiologi
2. 3 Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2013) setiap sistem tubuh pada gagal
ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien, dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,
tangan, sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
2. 4 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2
dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :
Sumber : Sudoyo, 2010 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Rumus perhitungan GFR MENURUT (Willems et al., 2013).
2. 5 Patofisiologi
Hematologi
Hb, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit
RFT (Renal Fungsi Test)
Ureum dan Kreatinin
LFT (Liver Fungsi Test)
Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
Koagulasi Studi
PIT, PTTK
BGA
2. Urine
Urine rutin
Urine khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan Kardiovaskular
ECG
ECO
4. Radiodiagnostik
USG abdominal
CT scan abdominal
BNO/IVP, FPA
Renogram
RPG (Retio Pielografi)
5. Pemeriksaan CCT
Uji bersihan kreatinin akan memperlihatkan informasi penting
seputar ginjal. Kreatinin adalah limbah dalam darah yang dihasilkan oleh
metabolisme otot, dan sebagian kecil juga dihasilkan dari konsumsi
daging. Ginjal yang sehat akan menyaring kreatinin dan limbah lainnya
dari dalam darah . Sejumlah limbah yang disaring akan dibuang melalui
urin. Kemampuan ginjal untuk menyaring kreatinin disebut laju
pembersihan kreatinin (creatinine clearance rate), membantu untuk
memperkirakan laju filtrasi glomerular (GFR)—laju kecepatan darah yang
mengalir ke dalam ginjal. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, kadar
kreatinin akan meningkat dan menumpuk dalam darah. Serum kreatinin
mengukur kadar kreatinin dalam darah dan memberikan kalkulasi seberapa
baik ginjal bekerja dengan baik dalam menyaring (GFR). Tes urin
kreatinin dapat mengukur kadar kreatinin dalam urin
Prosedur:
2.8 Penatalaksanaan
a) Konservatif
b) Dialysis
1. Peritoneal dialysis
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan
juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk/berdiri yang terlalu lama dan lingkungan
yang tidak menyediakan cukup air minum/mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam
kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan
nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidakseimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan
darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan/keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning/kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat/uremia, dan terjadi perikarditis.
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urin
dan retensi cairan dan natrium.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia mual muntah.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema jaringan
6. Penurunan COP berhubungan dengan disritmia
7. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
oksihemoglobin
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan otot
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan faal ginjal yang
hampir selalu tak dapat pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah
uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad,
walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak
seluruhnya disebabkan retensi urea dalam darah.
1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan
struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi
lomerulus (LGF), berdasarkan :
2. LFG <60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan
atau tanpa kerusakan ginjal.
4.2 Saran
Alam, S & Hadibroto, I., 2008.Gagal Ginjal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2.Jakarta EGC
Carpenito, Linda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Alih Bahasa:
Yasmin Asih.Editor Monica Ester.EGC.Jakarta
Denise, (2007) Assessment of the Impact of Weekly Versus Monthly
ErythropoiesisStimulating Protein Therapy on Patients with CKD and
Their Families.Nephrology Nursing Journal
Mailani Fitri (2015) kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis: systematic review. http;//vol11no1_2015_4.pdf.com
diaksespada tanggal 20 Agustus 2019
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Smeltzer, Suzanne, C. 2006. Keperawatan Medikal Bedah. ECG. Jakarta.
Sudoyo, A.W. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI.