Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN


“KISTA OVARIUM”

Oleh :
DITA AYUHANA
1930015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan pada pasien dengan Kista Ovarium di Poli Obgyn RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang yang dilakukan oleh :

Nama : Dita ayuhana

NIM : 1930015

Prodi : Pendidikan Profesi Ners Program Profesi STIKes Kepanjen


Malang

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2019 – 03
Januari 2020, yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, 03 Januari 2020

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembang pula
upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita yang semakin
membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan menunjang
terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam, termasuk penyakit
ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem reproduksi yang memiliki efek
negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarganya dengan gejala salah
satunya gangguan menstruasi seperti menarche yang lebih awal, periode
menstruasi yang tidak teratur, panjang siklus menstruasi yang pendek, paritas
yang rendah, dan riwayat infertilitas (Heffner & Danny, 2008).
Selama tahap kehidupan, massa yang biasanya disebabkan oleh kista
ovarium fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan pasca infeksi
pada tuba fallopii (Heffner & Danny, 2008). Kista ovarium yang bersifat
ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian dari semua kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2001
diperkirakan jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 23.400 dengan angka
kematian sebesar 13.900 orang. Tingginya angka kematian karena penyakit ini
sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui
dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium lanjut. Maka
penyakit ini disebut juga silent killer. Angka kejadian kanker ovarium di
Indonesia belum diketahui secara pasti karena pencatatan dan pelaporan di
negeri kita kurang baik. Sebagai gambaran di RSU, kanker Dharmais
ditemukan penderita kanker ovarium sebanyak 30 kasus setiap tahun. Studi
epidemologi menyatakan beberapa faktor resiko nullipara, melahirkan pertama
kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan
riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun. Penggunaan
pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30–
60%.
Penanganan dan pengobatan kanker ovarium yang telah dilakukan dengan
prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai saat ini belum begitu
ada manfaatnya termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker
terkemuka di dunia sekalipun. Sebagai perawat dalam menangani masalah
klien dengan kista ovarium atau kanker ovarium maka perlu memperhatikan
aspek biopsikososialspiritual dalam pemberian asuhan keperawatannya,
sehingga hal ini yang menarik penulis untuk membahas asuhan keperawatan
pada klien dengan kista ovarium.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Kista
Ovarium.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Kista Ovarium.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari Kista Ovarium.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Kista Ovarium.
4. Untuk mengetahui etiologi dari Kista Ovarium.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Kista Ovarium.
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari Kista Ovarium.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Kista Ovarium.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Kista Ovarium.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Kista Ovarium.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Kista Ovarium.
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam, Kista adalah suatu
bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau
bahan setengah cair, kista ovarium merupakan suatu pengumpulan
cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang
terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium, kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang
berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista
ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).
2.2 Anatomi Fisiologi
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan
ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada
palpasi,ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama
(homolog) dengan testis pada pria.
Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar.
Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat
untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang
padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin.
Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang
berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Ovarium terdiri dari
dua bagian:
1. Korteks Ovari
a. Mengandung folikel primordial
b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf
c. Terdapat korpus luteum dan albicantes
2. Medula Ovari
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitive). Di antara interval selama masa suburnya (umumnya
setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium
juga merupakan tempatutama produksi hormone seks steroid (estrogen,
progesterone, dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
2.3 Klasifikasi
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum,
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista
fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur,
untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan
akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari : kista folikel
dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak
menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8
minggu.
2. Tipe Kista Abnormal
a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista
coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,
kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua
bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan
gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

Gambar : kista corpus luteum


Sumber : http://www.ladycarehealth.com/causes-of-different-ovarian-cysts/
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus
dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

Gambar : kista polikistik ovarium


Sumber : http://pcos-disease.blogspot.com/2010/11/polycystic-ovarian-
syndrome_06.html
2.4 Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah
yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah
kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor
pemicu yaitu :
1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
h. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen - gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar
zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain
adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis kista ovarium Menurut Nugroho (2010), kebanyakan
wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode
tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri diperut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi ada pula kista yang berkembang menjadi
besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik
(diluar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah
2.6 Patofisiologi
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk
secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam
ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang
ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah - tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula
akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
Pathway

Sumber : Herdman (2011)


2.7 Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista
yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang
hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga
mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat
berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya
unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang
tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini
paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi
nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan
muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah
terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji,
adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara
histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang
setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah
menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan
pemeriksaan pelvik menjadi penting.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantudalam
pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu. Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak. Tindakan ini tidak menyakitkan, alat
peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang
suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Gambar : USG kista ovarium


Sumber : http://forum.detik.com/niwana-sod-mampu-menyembuhkan-
penyakit-kronis-seperti-kanker-kista-dll-t137091.html
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi
kista bila dinding kista tertusuk.
5. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
2.9 Penatalaksanaan
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika
tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang
memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk
meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun
memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya
yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila
pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka
disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung
pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium
dan jenis kista. Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium
terlilit (twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium,
memerlukan tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk
mengembalikan posisi ovarium menurut Yatim, (2005).
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim,
(2005) yaitu :
a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara
ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan
melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah
dengan garis rambut kemaluan
b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses
keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan,
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak
sekitar serta kelenjar limfe.
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam 30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan
konsultasi. Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan pasien. (Muslihatun. 2009).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama
Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru
dengan pasien-pasien lain.
b) Umur
Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa
reproduksi.
c) Agama
Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai
gangguan reproduksi.
d) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
e) Suku/bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari pasien.
f) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya.
g) Alamat
Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2) Alasan Kunjungan apa yang mendasari ibu datang. Tuliskan
sesuai ungkapan.
a) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu
mengenai kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah
diderita yang dapat mempengaruhi dan memperparah
penyakit yang saat ini diderita.
 Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan
dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
 Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan
kesehatan pasien.
 Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali
menikah, syah atau tidak, umur berapa menikah dan
lama pernikahan.
 Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa,
siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan
warna darah, disminorhoe atau tidak dan flour albus atau
tidak. Dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
system reproduksi sehubungan dengan menstruasi.
 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit,
maka bidan harus menggali lebih spesifik untuk
memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah
normal atau patologis.
 Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah
dan saat ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi
penyebab atau berpengaruh pada penyakit yang diderita
saat ini.
c) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
 Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka
memakan makanan yang masih mentah dan apakah ibu
suka minum minuman beralkohol karena dapat
merangsang pertumbuhan tumor dalam tubuh.
 Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
 Hubungan seksual
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut
apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual
atau sebaliknya.
 Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang
cukup atau tidak.
 Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
 Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien
sehari hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya.
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan
bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam
komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah,
temperatur / suhu, nadi serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung
kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau
tidak, pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik
atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris
atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan
sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah
atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar limfe atau tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak,
ada benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan
pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan
turgor baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak,
reflek patella positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses
ataupun pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau
tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau
tangan, digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan
dan penyakit.

B. Diagnosa Keperawatan
Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien
dengan kista ovarium adalah :
1. Nyeri akut b.d tekanan saraf sel tumor
2. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan
3. Resiko infeksi b.d imunitas tubuh menurun
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan / Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
psikologis), kerusakan jaringan  pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
DS:  comfort level presipitasi
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
DO: keperawatan selama …. Pasien tidak  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
- Posisi untuk menahan nyeri mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: dukungan
- Tingkah laku berhati-hati  Mampu mengontrol nyeri (tahu  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
- Gangguan tidur (mata sayu, penyebab nyeri, mampu suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tampak capek, sulit atau gerakan menggunakan tehnik nonfarmakologi  Kurangi faktor presipitasi nyeri
kacau, menyeringai) untuk mengurangi nyeri, mencari  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Terfokus pada diri sendiri bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
- Fokus menyempit (penurunan  Melaporkan bahwa nyeri berkurang distraksi, kompres hangat/ dingin
persepsi waktu, kerusakan dengan menggunakan manajemen  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
proses berpikir, penurunan nyeri  Tingkatkan istirahat
interaksi dengan orang dan  Mampu mengenali nyeri (skala,  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
lingkungan) intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku distraksi, contoh :  Menyatakan rasa nyaman setelah ketidaknyamanan dari prosedur
jalan-jalan, menemui orang lain nyeri berkurang  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
dan/atau aktivitas, aktivitas  Tanda vital dalam rentang normal pertama kali
berulang-ulang)  Tidak mengalami gangguan tidur
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :
Faktor keturunan, Krisis - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
situasional, Stress, perubahan - Koping  Gunakan pendekatan yang menenangkan
status kesehatan, ancaman Setelah dilakukan asuhan selama  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
kematian, perubahan konsep diri, ……………klien kecemasan teratasi  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
kurang pengetahuan dan dgn kriteria hasil: prosedur
hospitalisasi  Klien mampu mengidentifikasi dan  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
DO/DS: mengungkapkan gejala cemas mengurangi takut
- Insomnia  Mengidentifikasi, mengungkapkan  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
- Kontak mata kurang dan menunjukkan tehnik untuk prognosis
- Kurang istirahat mengontol cemas  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Berfokus pada diri sendiri  Vital sign dalam batas normal  Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
- Iritabilitas  Postur tubuh, ekspresi wajah,
relaksasi
- Takut bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
- Nyeri perut menunjukkan berkurangnya
- Penurunan TD dan denyut nadi kecemasan  Identifikasi tingkat kecemasan
- Diare, mual, kelelahan  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
- Gangguan tidur kecemasan
- Gemetar  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Anoreksia, mulut kering ketakutan, persepsi
- Peningkatan TD, denyut nadi,  Kelola pemberian obat anti cemas :........
RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

Diagnosa Keperawatan / Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko :  Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan
lingkungan selama…… pasien tidak mengalami  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi infeksi dengan kriteria hasil:  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk
- Peningkatan paparan  Klien bebas dari tanda dan gejala umum
lingkungan patogen infeksi  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Imonusupresi  Menunjukkan kemampuan untuk kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan mencegah timbulnya infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,  Jumlah leukosit dalam batas normal
 Berikan terapi antibiotik :.................................
Leukopenia, penekanan respon  Menunjukkan perilaku hidup sehat
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
inflamasi)  Status imun, gastrointestinal,
- Penyakit kronik genitourinaria dalam batas normal  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Imunosupresi  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
- Malnutrisi panas, drainase
- Pertahan primer tidak adekuat  Monitor adanya luka
(kerusakan kulit, trauma  Dorong masukan cairan
jaringan, gangguan peristaltik)  Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of  Kaji adanya alergi makanan
Berhubungan dengan : nutrient  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
Ketidakmampuan untuk b. Nutritional Status : food and Fluid dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
memasukkan atau mencerna Intake  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor biologis, c. Weight Control mencegah konstipasi
psikologis atau ekonomi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
DS: selama….nutrisi kurang teratasi dengan  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Nyeri abdomen indikator:  Monitor lingkungan selama makan
- Muntah  Albumin serum  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Kejang perut  Pre albumin serum  Monitor turgor kulit
- Rasa penuh tiba-tiba setelah  Hematokrit  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
makan  Hemoglobin kadar Ht
DO:  Total iron binding capacity  Monitor mual dan muntah
- Diare  Jumlah limfosit  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
- Rontok rambut yang berlebih konjungtiva
- Kurang nafsu makan  Monitor intake nuntrisi
- Bising usus berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
- Konjungtiva pucat  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
- Denyut nadi lemah makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kista ovarium paling sering berupa kista folikel atau kista korpus luteum
yang dapat menyebabkan amonorea yaitu kondisi ketiadaan menstruasi atau
periode loncatan menstruasi. Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana
ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium. Asuhan yang di berikan
pada kista ovarium didahului dengan melakukan pengkajian, untuk
mendapatkan data dan merumuskan diagnosa yang muncul. Kasus kista ovari
terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri pada saat haid di
abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab yaitu USG untuk
memastikan diagnosa kista ovari. Pemeriksaan dini lebih baik dilakukan
apabila ada manifestasi klinis lain.
4.2 Saran
Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi. Kepada
mahasiswa atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari
laporan pndahuluan ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
kista ovarium, maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit
tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.


Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya
NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta : Nuha Medika
Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai