Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

GINEKOLOGI: KISTA OVARIUM


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh:
Mia Sumiyati
NIM: KHGD21030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

T.A 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

GINEKOLOGI: KISTA OVARIUM

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal


pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus mentsruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen. 2005).

Kista ovarium (kista indung telur) adalah rongga berbentuk


kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga
kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi
(Yatim, 2005).

Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,


normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai
menopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).

2. Klasifikasi

Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah:

a. Tipe Kista Normal

Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang


paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus
luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.

. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus


luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala
dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.
b. Tipe Kista Abnormal
1) Kistadenoma

Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung


telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.

2) Kista coklat (endometrioma)


Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya.
Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna
coklat kehitaman.
3) Kista dermoid

Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh


seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat
ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran
kecil dan tidak menimbulkan gejala.

4) Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian


endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang
bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan
sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi
dan infertilitas.

5) Kista hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan
sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian
bawah.
6) Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista


lutein umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
7) Kista polikistik ovarium

Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat


pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi
setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista
ini. Kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi
harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

3. Etiologi

Menurut Smelzer & Bare (2002), penyebab dari kista belum


diketahui secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan
pembentukan hormon di hipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah
abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

4. Manifestasi Klinik

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau


hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang
berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Menurut
Mansjoer (2002), gejala-gejala yang mungkin muncul pada penderita kista
ovarium, yaitu:
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
e. Nyeri mendadak di bagian perut bawah
f. Nyeri pinggul ketika menstruasi
g. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
h. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
i. Nyeri saat senggama
j. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

5. Patofisiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002), menyatakan bahwa fungsi


ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan
salah satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium
tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan
gagal melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel tersebut
menjadi kista.

Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil


yang disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5-2 cm dengan kista di tengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan. Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal
disebut kista fungsional dan selalu jinak.
6. Pathway

Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu


pembentukan hormon yang mempengaruhi indung telur

Fungsi ovarium abnormal

Penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal


berinvolusi dan gagal mereabsorbsi cairan

Terbentuk kista ovarium

Adanya cairan dalam Kurang terterpapar


informasi Pembedahan
jaringan di daerah ovarium

Defisit penegtahuan
Klien merasa nyeri
diperut bagian bawah Jaringan
Ansietas terputus

Nyeri akut

Ganguan
integritas
Klien mengalami kulit/jaringan
ketakutan dalam
melakukan mobilisasi

Gangguan
mobilitas fisik
7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Winkjosastro (2005), pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:

a. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui


apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan silat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat gigi dalam tumor.
d. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker atau kista.

8. Penatalaksanaan
a. Observasi

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor


(dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini
diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010).

b. Terapi bedah atau operasi

Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka


tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu
dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Bila hanya kistanya yang
diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila
pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka
disebut salpingo oophorectomy.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak
keliru dengan pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam
masa reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien
mengenai gangguan reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya sehingga dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari pasien.
f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2) Alasan Kunjungan
Alasan apa yang mendasari klien datang ke RS.
3) Keluhan Utama

Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan klien untuk


mengetahui permasalahan utama yang dihadapi klien mengenai
kesehatan reproduksi.

4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah


diderita yang dapat mempengaruhi dan memperparah penyakit
yang saat ini diderita.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya


penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan
gangguan reproduksi terutama kista ovarium.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya


pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan
pasien.

5) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah,


umur berapa menikah dan lama pernikahan.

6) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus,


lama menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan sistem reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit,


maka harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa
apa yang terjadi pada klien adalah normal atau patologis.

8) Riwayat KB

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan


saat ini digunakan klien yang kemungkinan menjadi penyebab
atau berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.

9) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


a) Nutrisi

Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah klien suka


memakan makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka
minum minuman beralkohol karena dapat merangsang
pertumbuhan tumor dalam tubuh.

b) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu


kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi,
warna, jumlah.

c) Hubungan seksul

Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut


apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.

d) Istirahat

Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang


cukup atau tidak.
e) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah klien selalu menjaga


kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.

f) Aktivitas

Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas klien sehari


hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.

b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan klien berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya, meliputi: Tekanan darah, temperatur/
suhu, nadi serta pernafasan.

2) Pemeriksaan fisik

Untuk memeriksa respon tubuh terhadap perubahan


fisiologi, menurut Wiknjosastro (2008) yaitu sebagai berikut:

a) Sistem perkemihan

Tumor di dalam abdomen bagian bawah dapat


menyebabkan pembengkakan perut. Apabila tumor menekan
kandung kemih dapat menimbulkan gangguan miksi.
b) Sistem pencernaan

Kista yang besar akan menekan organ disekitarnya seperti


lambung. Penekan pada lambung dapat mengakibatkan mual
muntah serta kehilangan nafsu makan.

c) Sistem pernafasan

Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar


mengakibatkan paru-paru menjadi terdesak sehingga sirkulasi
oksigen terganggu maka timbul rasa sesak.

d) Sistem reproduksi

Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan produksi


hormone meningkat, pertumbuhan folikel menjadi tidak teratur,
kegagalan sel telurmenjadi matang menimbulkan kista
ovarium. Akibat dari komplikasi kista, terjadi perdarahan ke
dalam kista dan menimbulkan gejala yang minimal. Akan
tetapi saat terjadi perdarahan terus menerus dalam jumlah yang
banyak akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan
nyeri perut mendadak.

e) Sistem kardiovaskuler

Putaran tungkai pada kista ovarium dapat menyebabkan


gangguan sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Adanya
putaran tungkai menimbulkan tarikan ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal yang akan
menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih mudah tertekan,
terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat
dari pembesaran terjadi perdarahan didalamnya.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (Berdasarkan
SDKI)
a. Nyeri akut
1) Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab: Agen pencedera fisik (prosedur oprasi)
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
- Mengeluh nyeri

Objektif:

- Tampak meringis
- Bersikap protektif (misal waspada. posisi menghindari
nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sult tidur
4) Gejala dan tanda minor
Objektif:
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaphoresis
5) Kondisi klinis terkait
- Kondisi pembedahan
b. Gangguan mobilitas fisik
1) Definisi keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstermitas secara mandiri.
2) Penyebab:
- Nyeri
- Kecemasan
- Keengganan melakukan pergerakan
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
- Mengeluh sulit menggerakan ekstermitas

Objektif :

- Kekuatan otot menurun


- Rentang gerak (ROM) menurun
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan penggerakan
- Merasa cemas saat bergerak

Objektif:

- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah

5) Kondisi klinis terkait


- Trauma
c. Defisit pengetahuan tentang penyakit
1) Definisi: ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan denga topik tertentu.
2) Penyebab: Kurang terpapar informasi
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
- Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif:

- Menunjukan perilaku tidak sesuai


- Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
4) Gejala dan tanda mayor
Objektif:
- Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
- Menunjukan perilaku berlebihan
5) Kondidi klinis terkait:
- Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien.

3. Rencana Tindakan Keperawatan (SLKI dan SIKI)

No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Nyeri akut 1) Tingkat nyeri 1) Manajemen
Kriteria hasil: nyeri:
- Keluhan nyeri Observasi:
- Identifikasi
berkurang
lokasi,
- Meringis karakteristik,
durasi, frekuensi,
berkurang
kualitas,
- Sikap protektif intensitas, nyeri.
- Identifikasi
berkurang sekala nyeri.
- Identifikasi
- Gelisah
respon nyeri non
berkurang verbal
- Identifikasi
- Keluhan
faktor yang
kesulitan tidur memperberat dan
memperingan
berkurang
nyeri.
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan
tentang nyeri.
- Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri.
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup.
- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan.
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik.

Terapeutik:
- Berikan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis, suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur.
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi :
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri .
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika
perlu

2. Gangguan 1) Mobilitas fisik 1) Dukungan


mobilitas fisik membaik mobilisasi
Kriteria hasil: Observasi
- Identifikasi
- Nyeri
adanya nyeri atau
berkurang keluhan fisik
lainnya.
- Kecemasan
- Identifikasi
berkurang toleransi fisik
melakukan
- Gerakan tidak
pergerakan.
terbatas - Monitor frekuensi
jantung dan
- Tidak ada
tekanan darah
kelemahan sebelum memulai
mobilisasi.
fisik
- Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi.
-
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis,
pagar tempat
tidur).
- Fasilitsi
melakukan
pergerakan , jika
perlu.
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan.

Edukasi
- Jelskan tujuan dan
prosedur
mobilisasi.
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini.
- Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis, duduk di
tempat tidur)

3. Defisit 1) Tingkat 1) Edukasi proses


pengetahuan pengetahuan penyakit
tentang penyakit meningkat Observasi:
- Identifikasi
Kriteria hasil:
kesiapan dan
- Verbalisasi kemampuan
menerima
minat dalam
informasi.
belajar
Terapeutik
- Perilaku sesuai
dengan - Sediakan materi
dan media
pengetahuan
pendidikan
- Tidak ada kesehatan.
- Jadwalkan
pertanyaan
pendidikan
tentang kesehatan sesuai
kesepakatan.
masalah yang
- Berikan
dihadapi kesempatan untuk
- Tidak ada bertanya

persepsi keliru Edukasi


- Jelaskan penyebab
terhadap
dan factor risiko
masalah penyakit.
- Jelaskan peroses
patofisiologi
munculnya
penyakit.
- Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan oleh
penyakit.
- Jelaskan
kemungkinan
terjadinya
komplikasi.
- Ajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala
yang dirasakan.
- Ajarkan cara
meminimalkan
efek samping dari
intervensi atau
pengobatan.
- Informasikan
kondisi pasien
saat ini.
- Anjurkan melapor
jika merasakan
tanda dan gejala
memberat atau
tidak biasa.
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta : Nuha Medika

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesi: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesi: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Smelzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Winkjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai