KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI D3 KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktik klinik dengan judul: Laporan Pendahuluan “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Kista Ovarium Di Ruangan Nifas RSUD Bima”
Disusun oleh
Telah disetujui dan disahkan sebagai syarat pelaksanaan praktik klinik Keperawatan Maternitas
Prodi D3 Keperawatan Bima.
Mengesahkan
Mengetahui
Ketua Program StudiKeperawatan
Abdul Haris,SST.M.Pd
NIP.196612081987031002
TINJAUAN PUSTAKA
KISTA OVARIUM
1. Pengertian
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun
Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja dengan jenis
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista
Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam jaringan
ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah flur
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kista ovarium adalah kista
yang paling sering terjadi mempunyai permukaan rata dan halus, berbentuk kantung
berisi cairan jernih dan berwarna kuning yang dapat tumbuh dalam ovarium ( indung
telur ). Kista atau endometriosis adalah penyakit organ rahim pada wanita yang dapat
faktor genetik, gaya hidup, dan kebersihan lingkungan. Kista ovarium ini sering terjadi
saat menopouse, dan juga sangat berpengaruh pada kehamilan. Pada saat menopouse
kemungkinan untuk dapat terserang kista ovarium sangatlah besar, untuk itu perlu
pemeriksaan yang lebih lanjut agar penderita segera mendapatkan pertolongan medis
perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause yang timbul karena gangguan
1) Kista fungsional
Merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini
berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi
yang normal. Kista ini akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur,
untuk melepaskan sel telur yang pada akhirnya siap dibuahi oleh sperma. Setelah
pecah kista ini akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista
Kista Folikuler
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada
Kista ini timbul karena pada waktu pelepasan sel telur terjadi
pendarahan dan lama – lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang –
1) Kistadenemo
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya
3) Kista dermoroid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,
kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung
4) Kista endometriosis
5) Kista hemorhage
6) Kista lutein
Karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu.
kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus
oleh tingginya lonjakan LH, kadar LH lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak
Kista folikel berkembang sebagai akibat dari kerusakan atau pecahnya folikel
yang sedang matang atau kegagalan reabsorpsi folikel yang belum matang untuk
mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi. Jenis kista ini yaitu non neoplastik dan tidak
dapat tumbuh tanpa pengaruh hormonal kista ini berukuran kecil ( ≤ 6 – 8 cm) dan
Kista karpus luteum disebabkan sekresi hormon progerterone kista ini dapat
menyebabkan menstruasi tidak teratur atau menstruasi terlalu lama. Hal ini disertai
4. Manifestasi klinis
(Yatim,2008) gejala kista secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap
dirongga panggul disertai rasa agak gatal, rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri
rongga panggul kalau tubuh bergerak, perut membesar, rasa nyeri timbul begitu
perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita bila menjadi tumor dapat
2) Putaran tungkai
karena vena lebih mudah tertekan dan terjadi pembendungan darah dan dapat
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal
dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau solid
dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
c. Fotorontgen
kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.
d. Parasentesis
Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk
f. Pemeriksaan CS -125
a) Apabila kistanya kecil misal sebesar permen dan pada pemeriksaan sonogram
Menurut Winkjosastro,2008.
a) Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5
b) Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
bilateral
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
alamat.
b. Riwayat Kesehatatan
1) Keluhan Utama
3) Riwayat Menstruasi
4) Riwayat Obstetri
8) Riwayat Seksual
BAB
BAK
selama di RS.
Kaji waktu, lama tidur per hari, kebiasaan saat tidur & kesulitan.
Psikososial
Spiritual
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Mata
3) Hidung
4) Mulut
5) Telinga
6) Leher
8) Abdomen
9) Genetalia eksterna
10) Ekstremitas
kesulitan pergerakan.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Data subjektif
Data objektif disebut juga data terbuka, yaitu hasil observasi atau
pengukuran dari status kesehatan klien. Sumber data dapat diperoleh
melalui klien, keluarga, tenaga kesehatan, dan literatur.
b. Metode pengumpulan data yaitu:
1) Observasi
a) Identitas
(1) Nama
1) Keluhan utama
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
sah atau tidak, karena bila menikah tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya.
6) Riwayat ginekologi
Dikaji mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk melibatkan
apakah ada kelainan atau tidak. Seperti inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
d) Data sosial
3) Ansietas (D.0080)
b. Post operasi
3. Intervensi Keperawatan
kemi
h
kong
enital
)
10. Imaturitas (pada
anak usia < 3
tahun)
A T Terapi Relaksasi I. 09326
nsiet i Observasi
as n 1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
(D.0 g atau gejala lain mengganggu kemampuan kognitif
080) k 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Pe a 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
nyeb t dan sesudah latihan
ab: A 4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Terapeutik
1. Krisis situasional. n 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
2. Kebutuhan s 2. Gunakan nada suara yang lembut Edukasi
tidak terpenuhi. i 1. Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis, musik,
3. Krisis maturasional. e napas dalam, meditasi)
4. Ancaman terhadap t 2. Anjurkan mengambil posisi nyaman dan rileks
konsep diri. a 3. Anjurkan sering mengulang teknik relaksasi
5. Ancaman terhadap s
kematian. (
6. Kekhawatiran L
mengalami .
kegagalan. 0
7. Disfungsi sistem 9
keluarga. 0
8. Hubungan orang 9
tua- anak tidak 3
memuaskan. )
9. Faktor keturunan 1. Verbalisasi
(temperamen mudah kebingungan
teragitasi sejak menurun
lahir) 2. Verbalisasi
khawatir akibat
31
kondisi yang
dihadapi
menurun
3. Perilaku
gelisah
menurun
4. Perilaku tegang
menurun
5. Keluhan pusing
menurun
6. Anoreksia
m
e
n
u
r
u
n
32
(
L
.
1
4
1
2
9
)
K
r
i
t
e
r
i
a
h
a
s
i
l
1. Kenyamanan
Meningkat
2. Selera
m
a
k
a
n
M
e
n
i
n
g
k
38
a
t
3. Mobilitas
M
e
n
i
n
g
k
a
t
4. Kemampuan
melanjutkan
pekerjaan
menin gkat
5. Kemampuan
bekerja
Meningkat
6. Kemampuan
perawatan diri
Meningkat
39
Statis
caira
n
tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahan tubuh
sekunder
a. Penuruna
Hemoglobin
b. Imunosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi Respon
Inflamasi
e. Faksinasi tidak
adekuat
D S Manajemen Nutrisi (I. 03119)
43
efisit t Observasi
Nutr a 1. Identifikasi status nutrisi
isi t 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(D.0 u 3. Identifikasi makanan yang disukai
019): s 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Pe N 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
nyeb u 6. Monitor asupan makanan
ab: t 7. Monitor berat badan
11. Ketidakmampuan r 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik
menelan makanan i 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
12. Ketidakmampuan s 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
mencerna i 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
makanan ( 12. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Ketidakmampuan L 13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
mengabsorbsi . 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
nutrien 0 15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
14. Peningkatan 3 dapat ditoleransi Edukasi
kebutuhan 0 16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
metabolisme 3 17. Ajarkan diet yang diprogramkan
15. Faktor ekonomi 0
(mis, finansial )
tidak mencukupi) 1. Porsi makanan
16. Faktor psikologis yang
(mis, stres, dihabiskan
keengganan untuk meningkat
makan) 2. Kekuatan otot
mengunyah
meningkat
3. Kekuatan otot
menelan
meningkat
4. Verbalisasi
keinginan
untuk
meningkatkan
nutrisi
meningkat
5. Pengetahuan
44
tentang pilihan
makanan yang
sehat
meningkat
6. Pengetahuan
tentang pilihan
45
P
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n
t
e
n
t
a
n
g
s
t
a
n
d
a
r
a
s
u
47
h
a
n
n
u
t
r
i
s
i
y
a
n
g
t
e
p
a
t
m
e
n
i
n
g
k
a
t
K E Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
onsti l Observasi
pasi i 1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
(D.0 m 2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
049) i 3. kondisi gastrointestinal
Pe n 4. Monitor buang air besar (mis. warna, konsistensi, volume)
nyeb a 5. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi Terapeutik
ab: s 6. Berikan air hangat setelah makan
Fisiol i 7. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
ogis F 8. Sediakan makanan tinggi serat Edukasi
48
1. Penurunan e 9. Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keteraturan
motilitas k peristaltik usus
gastrointestinal a 10. Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses
2. Ketidakadekuatan l 11. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi
pertumbuhan gigi ( 12. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan
3. Ketidakcukupan L gas
diet . 13. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
4. Ketidakcukupan 0 14. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak terkontraindikasi
asupan serat 4 15. Kolaborasi
5. Ketidakcukupan 0 16. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu
asupan cairan 3 .
6. Aganglionik (mis. 3
penyakit )
Hircsprung) 1. Kontrol
7. Kelemahan otot pengeluaran feses
abdomen meningkat
Ps2. Keluhan defekasi
ikolo lama dan sulit
gis menurun
8. Konfusi 3. Mengejan saat
9. Depresi defekasi menurun
10. Gangguan 4. Distensi abdomen
emosional menurun
Situasional 5. Teraba massa pada
11. Perubahan rektal menurun
kebiasaan makan 6. Urgency menurun
(mis. jenis 7. Nyeri abdomen
makanan, jadwal menurun
makan) 8. Kram abdomen
12. Ketidakadekuatan menurun
to9. Konsistensi feses
iletin membaik
g 10. Frekuensi
defekasi
11. Peristaltik
usus membaik
49
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari
proses keperawatan dan pada kesimpulan. Evaluasi keperawatan adalah
tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan adalah
evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan.
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif.
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan,
dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke
arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut
juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera
timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan. Format evaluasi yang
digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari
pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga,
A: Assassment yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planning
yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis (Dewinta,
2020).