Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KISTA OVARIUM


DI RUANGAN NIFAS RSUD BIMA”

OLEH: NURUL MI’RAJ (P00620220029)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI D3 KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik klinik dengan judul: Laporan Pendahuluan “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Kista Ovarium Di Ruangan Nifas RSUD Bima”

Disusun oleh

Nurul mi’raj (P00620220029)

Telah disetujui dan disahkan sebagai syarat pelaksanaan praktik klinik Keperawatan Maternitas
Prodi D3 Keperawatan Bima.

Bima, 5 November 2022

Mengesahkan

Pembimbing akademik pembimbing lahan

Hj. Rini Hendari,S.Kep.Ns.M.Kep


NIP: 196004231993032001 NIP:

Mengetahui
Ketua Program StudiKeperawatan

Abdul Haris,SST.M.Pd
NIP.196612081987031002
TINJAUAN PUSTAKA

KISTA OVARIUM

A. Konsep Dasar Kista Ovarium

1. Pengertian

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun

solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007)

Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja dengan jenis

yang bermacam-macam. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang

terjadi pada indung telur atau ovarium. (Laudermilk,2005)

Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus. Biasanya bertangkai,

seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista

jernih dan berwarna kuning (Winkjosastro,2005)

Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam jaringan

ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah flur

dilepaskan sewaktu ovalasi. (Yatim,2005)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kista ovarium adalah kista

yang paling sering terjadi mempunyai permukaan rata dan halus, berbentuk kantung

berisi cairan jernih dan berwarna kuning yang dapat tumbuh dalam ovarium ( indung

telur ). Kista atau endometriosis adalah penyakit organ rahim pada wanita yang dapat

menyebabkan kemandulan atau infertilitas. Beberapa faktor penyebab kista adalah

faktor genetik, gaya hidup, dan kebersihan lingkungan. Kista ovarium ini sering terjadi

saat menopouse, dan juga sangat berpengaruh pada kehamilan. Pada saat menopouse

kemungkinan untuk dapat terserang kista ovarium sangatlah besar, untuk itu perlu

pemeriksaan yang lebih lanjut agar penderita segera mendapatkan pertolongan medis

karena penyakit ini sangat berbahaya.


2. Etiologi

Menurut (Yatim,2008) ada beberapa penyebab kista ovarium anatara lain

perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause yang timbul karena gangguan

perkembangan folikel ovarium hingga tidak timbul ovulasi.

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada

hipotalamus,hipofisis dan ovarium.

 Klasifikasi kista ovarium menurut Nugroho, 2010 adalah ;

a. Tipe kista normal

1) Kista fungsional
Merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini

berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi

yang normal. Kista ini akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur,

untuk melepaskan sel telur yang pada akhirnya siap dibuahi oleh sperma. Setelah

pecah kista ini akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista

fungsiaonal terdiri dari :

 Kista Folikuler

Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada

didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir didalam ovarium.

 Kista Corpus Luteum

Kista ini timbul karena pada waktu pelepasan sel telur terjadi

pendarahan dan lama – lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang –

kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya.

b. Tipe Kista Abnormal

1) Kistadenemo

Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya

bersifat jinak, namun dapat membesar dan menimbulkan nyeri.


2) Kista Coklat (endometrioma)

Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista

coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.

3) Kista dermoroid

Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,

kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung

telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.

4) Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang

berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya

lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama

saat menstruasi dan infatilitas.

5) Kista hemorhage

Merupakan kista fungsiaonal yang diseratai perdahaan sehingga

menimbulkan nyeri didalam satu sisi perut bagian bawah.

6) Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein

sesungguhnya umumnya berasal dari kospus luteum haematoma.

7) Kista polikistik ovarium

Karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu.

Besarnya terjadi setiap bulan, ovarium akan membesar karena bertumpuknya

kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus

di lakukan untuk mengangkat kista tersebuat agar tidak menimbulkan gangguan

dan rasa sakit.


3. Patofisiologi

Kista Ovarium berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan

oleh tingginya lonjakan LH, kadar LH lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak

memperlihatkan androgen estrogen oleh folikel kelenjar adneral folikel anovolusi

degenerasi dan membentuk kista (Corwin, 1999).

Kista folikel berkembang sebagai akibat dari kerusakan atau pecahnya folikel

yang sedang matang atau kegagalan reabsorpsi folikel yang belum matang untuk

mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi. Jenis kista ini yaitu non neoplastik dan tidak

dapat tumbuh tanpa pengaruh hormonal kista ini berukuran kecil ( ≤ 6 – 8 cm) dan

biasanya tanpa gejala ( Winkjosastro, 2005).

Kista karpus luteum disebabkan sekresi hormon progerterone kista ini dapat

menyebabkan menstruasi tidak teratur atau menstruasi terlalu lama. Hal ini disertai

dengan nyeri abdomen bawah dan pelvis (ilham,2008)

4. Manifestasi klinis

a. Gejala – gejala akibat kista ovarium dapat dijabarkan sebagai berikut.

(Yatim,2008) gejala kista secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap

dirongga panggul disertai rasa agak gatal, rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri

rongga panggul kalau tubuh bergerak, perut membesar, rasa nyeri timbul begitu

siklus menstruasi selesai, perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin

perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi

pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.


b. Menurut Winkjosastro, 2005. Gejala akibat pertumbuhan dapat menimbulkan

1) Rasa berat di abdomen bagian bawah.


2) Mengganggu miksi atau defekasi.
3) Tekanan kista ovarium dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tingkat
tungkai bawah.

c. Gejala akibat hormonal

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita bila menjadi tumor dapat

mengganggu menstruasi, tumor sel granulose dapat menimbulkan hipermenorea

sedangkan tumor menimbulkan archenoblastoma dapat menimbulkan amenorea.

d. Gejala akibat komplikasi

1) Perdarahan kedalam kista

Terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista

yang menimbulkan gejala nyeri perut mendadak.

2) Putaran tungkai

Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum

infundibulepelvikum terhadap peritoneum dan ini menimbulkan rasa sakit

karena vena lebih mudah tertekan dan terjadi pembendungan darah dan dapat

terjadi robekan dinding kista, untuk itu perlu tindak lanjut.

3) Infeksi pada kista

Cenderung mengalami peradangan dan disusul penanahan.


5. Pemeriksaan Penunjang

Metode – metode yang biasa dijadikan diagnosis yang tepat adalah :

a. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal

dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.

b. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor

berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau solid

dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang

tidak.

c. Fotorontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya pada

kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.

d. Parasentesis

Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk

mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk

e. Pemeriksaan kadar HCG

Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan

f. Pemeriksaan CS -125

Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.


6. Penatalaksanaan Keperawatan

 Penatalaksanaan umum menurut yanti, 2008

a) Apabila kistanya kecil misal sebesar permen dan pada pemeriksaan sonogram

tidak terlihat tanda – tanda keganasan biasanya dilakukan laparaskopi.

b) Apabila kistanya agak besar biasanya dilakukan laparatomi

c) Untuk polikistik ovarium biasanya dengan pengobatan oral yaitu pil KB

gabungan estrogen – progesteron untuk mengurangi ukuran besar kista.

 Menurut Winkjosastro,2008.

a) Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5

cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penanganannya adalah dengan

pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium.

b) Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan

ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi).

c) Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan salpingo ooforektomi

bilateral
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Identitas klien

Nama , umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan,

diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM dan

alamat.

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.

b. Riwayat Kesehatatan

1) Keluhan Utama

Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Perjalanan penyakit klien sebelum, selama, perjalanan dan

sesampainya dirumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian

tindakan yang dilakukan sebelumnya dan pengobatan yang didapat

setelah masuk Rumah Sakit.

3) Riwayat Menstruasi

Kaji menarche, siklus mens, banyaknya haid yang keluar,

keteraturan mens, lamanya, keluhan yang menyertai.

4) Riwayat Obstetri

Kali tanggal partus,jenis partus.

5) Riwayat Keluarga Berencana

KB idien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan.

6) Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan penyakit yang pernah dialami.


7) Riwayat Pernikahan

Kali usia pernikahan,lamanya pernikahan.

8) Riwayat Seksual

Kali usia pertama kali melakukan hub seks

9) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.

10) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari

11) Personal hygien.

Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit,

rambut, mulut, gigi dan vulva hygiene.

12) Pola Makan

Kebiasaan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi atau


tidak.

13) Pola Eliminasi

 BAB

Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi atau keluhan saat BAB.

 BAK

Kaji freekuensi, warna, bau & keluhan saat berkemih.

14) Pola Aktivitas & Latihan

Kaji kegiatan dalam pekerjaan & kegiatan diwaktu luang sebelum

selama di RS.

15) Pola Tidur & Istirahat

Kaji waktu, lama tidur per hari, kebiasaan saat tidur & kesulitan.

16) Riwayat penggunaan zat

Kaji kebiasaan & lama penggunaan rokok.


17) Riwayat Sosial Ekonomi

Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial & hubungan dalam


keluarga.

18) Riwayat Psiko Sosial dan Spiritual

 Psikososial

Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini.

 Spiritual

Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan dirumah


dan diRS.

c. Pemeriksaan Fisik

Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan ,


dan TTV

1) Kepala

Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan


kebersihan

2) Mata

Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea

3) Hidung

Kesimetrisan, keadaan kebersihan , penciuman

4) Mulut

Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi

5) Telinga

kelainan bentuk, keadaan dan fungsi

6) Leher

Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid


7) Daerah dada

Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung,

frekuensi nadi dan TD.

8) Abdomen

Kaji adanya massa pada abdomen , distensi, bising usus, nyeri


tekan

9) Genetalia eksterna

Pengeluaran sekret dan perdarahan , warna, bau keluhan gatal dan


kebersihan

10) Ekstremitas

Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian dan

kesulitan pergerakan.

d. Pemeriksaan penunjang

Pre op : kaji hemoglobin, pembekuan darah dan USG.


A. Konsep Asuhan Keperawatan Kista Ovarium

Asuhan keperawatan adalah serangkaian proses keperawatan yang


berkesinambungan untuk mengatasi atau mengurangi masalah
kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat meliputi bio-
psiko-sosio-spritual (Susanti, 2020). Proses keperawatan terdiri dari:
1. Pengkajian

Pengkajian adalah salah satu proses keperawatan yang sistematis


dan berkesinambung berupa pengumpulan data, verifikasi dan
komunikasi data tentang individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat untuk menggali permasalahan klien.
a. Sumber data dapat diperoleh melalui:

1) Data subjektif

Data subjektif disebut juga data tertutup, yaitu deskripsi verbal


klien mengenai masalah kesehatan.
2) Data objektif

Data objektif disebut juga data terbuka, yaitu hasil observasi atau
pengukuran dari status kesehatan klien. Sumber data dapat diperoleh
melalui klien, keluarga, tenaga kesehatan, dan literatur.
b. Metode pengumpulan data yaitu:

1) Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan indera.


Observasi adalah keterampilan yang didasari dan disengaja yang
dikembangkan melalui upaya dan dengan menggunakan pendekatan
yang terorganisir, observasi memiliki dua aspek yaitu memlihara
data dan menyeleksi, mengantur, menginterprestasikan data.
2) Wawancara

Wawancara adalah komunikasi yang direncanakan atau


perbincangan dengan suatu tujuan, misalnya mendapatkan atau
menerima infomasi, mengindentifikasi masalah, mengevaluasi
perubahan, mengajarkan memberikan dukungan konseling dan terapi.
3) Pengkajian pada pasien dengan Kista Ovarium (Kozier et al., 2010)

a) Identitas

(1) Nama

Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru dengan


pasien lain.
(2) Umur

Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi


atau sudah menopause.
(3) Agama

Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai masalah


gangguan reproduksi.
(4) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah


menerima informasi dan akhirnya pegentahuan yang dimiliki semakin
banyak (Notoatmodjo, 2012).
(5) Suku bangsa

Dikaji untuk melihat adat istiadat atau kebiasan sehari-hari pasien.


(6) Pekerjaan

Dikaji untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial ekonominya.


(7) Alamat

Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.


b) Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang


ke fasilitas kesehatan. Keluhan juga muncul pada kasus kista ovarium
adalah nyeri perut pada bagian bawah (Sulistyawati, 2011).
2) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang disertai saat ini, apakah keadaan


ibu dengan kista ovarium menderita sakit pinggang dan nyeri pada
bagian bawah perut bagian bawah serta mengetahui adanya penyakit
kronis dan keterbatasan fisik.
3) Riwayat menstruasi

Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain menarche,


siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan
utama yang dirasakan saat haid.
4) Riwayat kehamilan

Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang hidup,


persalinan aterm, persalinan premature, keguguran, persalinan dengan
tindakan, riwayat pendarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas
sebelumnya.
5) Riwayat persalinan

Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
sah atau tidak, karena bila menikah tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya.
6) Riwayat ginekologi

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami


penyakit kandungan seperti infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau
sistem reproduksi.
7) Riwayat keluarga berencana

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengikuti KB


dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama
menggunakan kontrasepsi.
8) Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan masalah


yang dihadapi oleh klien pada saat ini.
9) Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit menurun dalam


keluarga seperti asma, diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan
riwayat penyakit menular lainya.
c) Pemeriksaan fisik

Dikaji mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk melibatkan
apakah ada kelainan atau tidak. Seperti inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
d) Data sosial

Yang perlu dikaji yaitu kondisi ekonomi pasien serta kebudayaan


yang dianut pasien saat ini.
e) Data spriritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan


kepercayaanya
f) Data psikologis

Hal yang perlu dikaji yaitu perasaan pasien setelah mengetahui


penyakit yang diderita saat ini.
g) Pola kebiasaan sehari-hari

Biasanya klien dengan penderita kista ovarium mengalami


gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri.
h) Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi dengan USG dapat dilihat besarnya kista bentuk


kista, isi kista, dan lain sebagainya.
4) Pengkajian keperawatan pre operatif

Menurut Barbara (2010) dalam Susanti (2020), asuhan


keperawatan pada klien yang mengalami pembedahan atau pre
operatif, meliputi pengumpulan dan penilaian data-data klien yang
spesifik untuk menentukan kebutuhan pre operatif seperti kebutuhan
fisik,
psikologi, sosial, dan spiritual ditentukan selama pengkajian. Hal
yang perlu dikaji pada klien pre operatif meliputi:
a) Riwayat keperawatan

Riwayat keperawatan yang perlu dikaji yaitu:

(1) Status kesehatan saat ini untuk mengetahui adanya penyakit


kronis dan adanya keterbatasan fisik.
(2) Alergi bertujuan agar dapat mengindikasi adanya potensi
reaksi terhadap obat atau zat-zat yang digunakan selama
pembedahan atau prosedur diagnostik.
(3) Medikasi berfungsi untuk mempertahankan kadar beberapa
obat dalam darah.
(4) Pembedahan sebelumnya dikaji untuk mengetahui respon
fisik dan psikologi klien terhadap pembedahan.
(5) Status mental untuk memahami respon klien terhadap
pembedahan.
(6) Pemahaman mengenai prosedur pembedahan dan anastesi.

(7) Kebiasaan merokok atau minum beralkohol.

(8) Mekanisme koping

(9) Sumber-sumber sosial atau sumber kekuataan bagi klien yang


akan menjalani pembedahan.
b) Uji skrining

Untuk mengindentifikasi abnormalitas sebelum pembedahan,


meliputi hitung darah lengkap, golongan darah, gula darah puasa,
elektrolit serum, ureum, kreatinin, bilirubin, Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT), albumin, sinar X, elektrokardiogram (EKG).
5) Pengkajian keperawatan post operatif

Pengkajian pada pasien post operatif yaitu pengukuran tanda-tanda


vital, observasi setiap 4 jam sekali atau lebih sering, tergantung
kondisi klien dan kebijakan unit, jalan nafas atau pernafasan, sirkulasi,
suhu, keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi neurolog, fungsi
perkemihan, fungsi gastrointestinal, kenyamanan dan harapan klien.
6) Pengkajian yang lengkap dan akurat memudahkan perawat dalam
menetapkan data dasar, menegakan diagnosa keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon pasien terhadap
terapi yang diberikan. Pada anamnesa keluhan utama yang paling
sering ditemui adalah nyeri. Pengkajian dengan pendekatan
Provokatif, Quality, Region, Severity, Time (PQRST) dapat
membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang tepat.
7) Pola persepsi manajemen kesehatan

(a) Pola persepsi manajemen kesehatan

Mengambarkan presepsi pemeliharaan, penanganan kesehatan,


penatalaksanan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan dan
pengetahuan tentang kesehatan.
(b) Pola nutrisi

Mengambarkan masukan nutrisi balance cairan dan elektrolit,


nafsu makan, pola makan, frekuensi BB dalam 6 bulan terakhir,
kesulitan menelan, mual muntah, kebutuhan zat gizi.
(c) Pola eliminasi

Menjelaskan fungsi eksresi, kandung kemih dan kebiasaan


defekasi, ada tidaknya masalah defekasi dan miksi karakteristik urin
dan feses.
(d) Pola latihan aktifitas

Mengambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan


sirkulasi. Pentingnya latihan gerak dalam keadaan sehat atau sakit,
gerak tubuh dan keseimbangan berhubungan satu sama lain.
(e) Pola kognitif perseptual

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif meliputi pengkajian


fungsi pendengaran, penglihatan, perasaan, pembau dan kompensasi
terhadap tubuh.
(f) Pola istirahat tidur

Mengambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang energi.


Jumlah jam tidur pad siang dan malam hari, masalah selama tidur,
insomia, mimpi buruk, dan penggunaan obat.
(g) Pola konsep diri

Mengambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


kemampuan antara lain: gambaran diri, harga diri, peran, identitas diri,
pola peran dan hubungan.
(h) Pola seksual dan reproduksi

Mengambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan


dengan seksualitas.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Pre operasi

1) Nyeri akut (D.0077)

2) Gangguan eliminasi urine (D.0040)

3) Ansietas (D.0080)

4) Defisit pengetahuan (D.0111)

b. Post operasi

1) Nyeri akut (D.0077)

2) Gangguan Mobilitas Fisik (D,0054)

3) Risiko infeksi (D.0142)

4) Defisit Nutrisi (D.0019)


5) Konstipasi (D.0049)

6) Defisit perawatan diri (D.0109)


24

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 1. Intervensi Keperawatan Kista Ovarium


Di K Intervensi Keperawatan SIKI
agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
N T Manajemen Nyeri (I. 08238) Observasi
yeri i 1. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Akut n 2. Identifikasi skala nyeri
(D.0 g 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
077) k 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
a 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
t 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
N 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
y 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
e 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik
r 10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
i hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
M teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
e 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
n pencahayaan, kebisingan)
25
u 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
r 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
u nyeri Edukasi
n 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
( 16. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
L 17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
. 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
0 19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
8 Pemberian Analgetik (I.08243)
0 Observasi
6 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda,
6 kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
)
Pe
nyeb a. Keluhan nyeri
ab: menurun
1. Agen pencedera b. Meringis
fisiologis (mis. m
Inflamasi, iskemia, e
neoplasma) n
2. Agen pencedra u
kimiawi (mis. r
Terbakar, bahan u
kimia iritan) n
3. Agen pencidra fisik c. Sikap
(mis. Abses, trauma, protektif
amputasi, terbakar, menurun
terpotong, d. Gelisah
mengangkat berat, menurun
prosedur operasi, e. Kesulitan
trauma, latihan fisik tidur menurun
berlebihan
26

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik Terapeutik
6. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,
jika perlu
7. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
8. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
9. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan Edukasi
10. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
G E Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
angg l Observasi
uan i 1. Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
m 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
27
Elim i 3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan
inasi n warna) Terapeutik
Urin a 4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
e s 5. Batasi asupan cairan, jika perlu
(D.0 i 6. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur Edukasi
040) U 7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Pe r 8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
nyeb i 9. Anjurkan mengambil specimen urine midstream
ab: n 10. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
1. Penurunan e 11. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot pinggul/berkemihan
kapasitas kandung ( 12. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
kemih L 13. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur Kolaborasi
2. Iritasi kandung . 14. Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu
kemih 0
3. Penurunan 4
kemampuan 0
menyadari 3
tanda- tanda 4
gangguan )
kandung kemih 1. Sensasi
4. Efek tindakan berkemih
medis dan meningkat
diagnostik (mis. 2. Desakan
operasi ginjal, b
operasi saluran e
kemih, anastesi r
dan obat- obatan) k
5. Kelemahan otot e
pelvis m
i
h
(
u
r
g
e
n
s
28
i
)
3. Distensi
kandung kemih
4. Berkemih tidak
tuntas
(hesitancy)
5. Volume residu
urine
6. Urine menetes
(dribbling)
7. Nokturia
8. Mengompol
9. Enuresis
29

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
6. Ketidakmampuan 10. Disuria
mengakses 11. Anuria
toilet (mis. 12. Frekuensi
Imobilisasi) BAK
7. Hambatan 13. Karakteristik
li urine
ngku
ngan
8. Ketidakmampuan
mengkomunikasik
an kebutuhan
eliminasi
9. Outlet Kandung
kemih tidak
lengkap (mis.
Anomali
sa
luran
30

kemi
h
kong
enital
)
10. Imaturitas (pada
anak usia < 3
tahun)
A T Terapi Relaksasi I. 09326
nsiet i Observasi
as n 1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
(D.0 g atau gejala lain mengganggu kemampuan kognitif
080) k 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Pe a 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
nyeb t dan sesudah latihan
ab: A 4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Terapeutik
1. Krisis situasional. n 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
2. Kebutuhan s 2. Gunakan nada suara yang lembut Edukasi
tidak terpenuhi. i 1. Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis, musik,
3. Krisis maturasional. e napas dalam, meditasi)
4. Ancaman terhadap t 2. Anjurkan mengambil posisi nyaman dan rileks
konsep diri. a 3. Anjurkan sering mengulang teknik relaksasi
5. Ancaman terhadap s
kematian. (
6. Kekhawatiran L
mengalami .
kegagalan. 0
7. Disfungsi sistem 9
keluarga. 0
8. Hubungan orang 9
tua- anak tidak 3
memuaskan. )
9. Faktor keturunan 1. Verbalisasi
(temperamen mudah kebingungan
teragitasi sejak menurun
lahir) 2. Verbalisasi
khawatir akibat
31
kondisi yang
dihadapi
menurun
3. Perilaku
gelisah
menurun
4. Perilaku tegang
menurun
5. Keluhan pusing
menurun
6. Anoreksia
m
e
n
u
r
u
n
32

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
10. Penyalahgunaan zat. 7. Palpitasi
11. Terpapar bahaya m
li e
ngku n
ngan u
r
(mis. u
toksi n
n, 8. Frekuensi
polut p
an, e
dan r
lain- n
lain). a
12. Kurang terpapar p
informasi. a
s
a
33
n
m
e
n
u
r
u
n
9. Frekuensi nadi
menurun
10. Tekanan darah
menurun
11. Diaforesis
m
e
n
u
r
u
n
12. Tremor
menurun
13. Pucat menurun
14. Konsentrasi
membaik
15. Pola tidur
m
e
m
b
a
i
k
D T Edukasi Kesehatan (I. 12383)
efisit i Observasi
peng 1.nIdentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik
etah 2.g Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
uan 3.kJadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
34
(D. 4.a Berikan Pendidikan kesehatan
0111 5.t Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi
) 6.PAjarkan bagaimana cara senam kaki diabetes
Pe e
nyeb n
ab: g
1. Keteratasan kognitif e
2. Gangguan fungsi t
kognitif a
3. Kekeliruan h
mengikuti anjuran u
4. Kurang terpapar a
informasi n
5. Kurang minat dalam
belajar (
6. Kurang mampu L
mengingat .
7. Ketidaktahuan 1
menemukan 2
sumber 1
informasi 1
1
)
1. Verbalisasi
minat dalam
belajar
meningkat
2. Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topik
meningkat
35

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
G M Dukungan Ambulasi (1.06171)
angg o Observasi
uan b 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Mobi i 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
litas l 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
Fisik i 4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi Terapeutik
(D.0 t 5. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
054) a 6. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
s 7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Pe F Edukasi
nyeb i 8. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
ab s 9. Anjurkan melakukan ambulasi dini
1. Kerusakan integritas i 10. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat
struktur tulang k tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan
2. Perubahan sesuai toleransi)
metabolisme (
3. Ketidakbugaran L Dukungan Mobilisasi (I.05173)
fisik . Observasi
36
4. Penurunan kendali 0 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
otot 5 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
5. Penurunan massa 0 3. Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
otot 4 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi Terapeutik
6. Penurunan kekuatan 2 5. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
otot ) 6. Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
7. Keterlambatan 1. Pergerakan 7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
perkembangan ekstremitas Edukasi
8. Kekakuan sendi meningkat 8. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
9. Kontraktur 2. Kekuatan otot 9. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
10. Malnutrisi meningkat
11. Gangguan 3. Rentang gerak
m (ROM)
uskul meningkat
oskel 4. Nyeri menurun
etal 5. Kaku sendi
12. Gangguan menurun
ne
urom P
uskul e
ar m
13. Indeks masa tubuh u
diatas persentil ke- l
75 sesuai usia i
14. Efek agen h
fa a
rmak n
ologi
s P
15. Program a
pembatasan gerak s
16. Nyeri c
17. Kurang terpapar a
informasi tentang B
aktivitas fisik e
18. Kecemasan d
a
h
37

(
L
.
1
4
1
2
9
)
K
r
i
t
e
r
i
a
h
a
s
i
l
1. Kenyamanan
Meningkat
2. Selera
m
a
k
a
n
M
e
n
i
n
g
k
38
a
t
3. Mobilitas
M
e
n
i
n
g
k
a
t
4. Kemampuan
melanjutkan
pekerjaan
menin gkat
5. Kemampuan
bekerja
Meningkat
6. Kemampuan
perawatan diri
Meningkat
39

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
19. Gangguan kognitif 7. Waktu
20. Keengganan p
melakukan e
pergerakan n
21. Gangguan y
se e
nsori m
perse b
psi u
h
a
n
M
e
n
u
r
u
40
n
8. Area luka
Operasi
Membaik
R T Pencegahan Infeksi (I.14539)
esiko i Observasi
Infek nMonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik Therepeutik
si g Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
(D.0 kPertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko Edukasi
142) a Jelaskan tanda dan gejala infeksi
t Ajarkan cara mencuci tangan dnegan benar
Fa I Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
ktor nAnjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
Risik f Perawatan Luka (I.14564)
o e Observasi
1. Penyakit Kronis k 1. Monitor Karakteristik luka (warna, ukuran, bau, drainase)
2. Efek prosedur s 2. Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik
Infasif i 3. Lepaskan balutan dan plestrer secara perlahan
3. Malnutrisi ( 4. Bersihkan dengan cairan NaCL/ Pembersih non toksik sesuai kebutuhan
4. Peningkatan L 5. Berikan salep salep yang sesuai ke kulit/lesi jika perlu
paparan organisme . 6. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
patogen lingkungn 1 7. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan Edukasi
5. Ketidakadekuatan 4 8. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
pertahanan tubuh 1 9. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri Kolaborasi
perifer : 3 10. Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
a. Gangguan 7
pe )
ristlti a. Kebersihan
k tangan
b. Kerusakan meningkat
integritas kulit b. Demam
c. Perubahan menurun
sekresi PH c. Kemerahan
d. Penurunan menurun
kerja siliaris d. Nyeri menurun
e. Ketuban pecah e. Bengkak
lama menurun
f. Ketuban pecah
41
sebelum
waktunya
g. Merokok
42

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
h.

Statis
caira
n
tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahan tubuh
sekunder
a. Penuruna
Hemoglobin
b. Imunosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi Respon
Inflamasi
e. Faksinasi tidak
adekuat
D S Manajemen Nutrisi (I. 03119)
43
efisit t Observasi
Nutr a 1. Identifikasi status nutrisi
isi t 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(D.0 u 3. Identifikasi makanan yang disukai
019): s 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Pe N 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
nyeb u 6. Monitor asupan makanan
ab: t 7. Monitor berat badan
11. Ketidakmampuan r 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik
menelan makanan i 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
12. Ketidakmampuan s 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
mencerna i 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
makanan ( 12. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Ketidakmampuan L 13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
mengabsorbsi . 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
nutrien 0 15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
14. Peningkatan 3 dapat ditoleransi Edukasi
kebutuhan 0 16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
metabolisme 3 17. Ajarkan diet yang diprogramkan
15. Faktor ekonomi 0
(mis, finansial )
tidak mencukupi) 1. Porsi makanan
16. Faktor psikologis yang
(mis, stres, dihabiskan
keengganan untuk meningkat
makan) 2. Kekuatan otot
mengunyah
meningkat
3. Kekuatan otot
menelan
meningkat
4. Verbalisasi
keinginan
untuk
meningkatkan
nutrisi
meningkat
5. Pengetahuan
44
tentang pilihan
makanan yang
sehat
meningkat
6. Pengetahuan
tentang pilihan
45

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
m Kolaborasi
i 18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
n antiemetik), jika perlu
u 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
m nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
a
n
y
a
n
g
s
e
h
a
t
m
e
46
n
i
n
g
k
a
t
7
.

P
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n
t
e
n
t
a
n
g
s
t
a
n
d
a
r
a
s
u
47
h
a
n
n
u
t
r
i
s
i
y
a
n
g
t
e
p
a
t
m
e
n
i
n
g
k
a
t
K E Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
onsti l Observasi
pasi i 1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
(D.0 m 2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
049) i 3. kondisi gastrointestinal
Pe n 4. Monitor buang air besar (mis. warna, konsistensi, volume)
nyeb a 5. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi Terapeutik
ab: s 6. Berikan air hangat setelah makan
Fisiol i 7. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
ogis F 8. Sediakan makanan tinggi serat Edukasi
48
1. Penurunan e 9. Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keteraturan
motilitas k peristaltik usus
gastrointestinal a 10. Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses
2. Ketidakadekuatan l 11. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi
pertumbuhan gigi ( 12. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan
3. Ketidakcukupan L gas
diet . 13. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
4. Ketidakcukupan 0 14. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak terkontraindikasi
asupan serat 4 15. Kolaborasi
5. Ketidakcukupan 0 16. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu
asupan cairan 3 .
6. Aganglionik (mis. 3
penyakit )
Hircsprung) 1. Kontrol
7. Kelemahan otot pengeluaran feses
abdomen meningkat
Ps2. Keluhan defekasi
ikolo lama dan sulit
gis menurun
8. Konfusi 3. Mengejan saat
9. Depresi defekasi menurun
10. Gangguan 4. Distensi abdomen
emosional menurun
Situasional 5. Teraba massa pada
11. Perubahan rektal menurun
kebiasaan makan 6. Urgency menurun
(mis. jenis 7. Nyeri abdomen
makanan, jadwal menurun
makan) 8. Kram abdomen
12. Ketidakadekuatan menurun
to9. Konsistensi feses
iletin membaik
g 10. Frekuensi
defekasi
11. Peristaltik
usus membaik
49

Di K Intervensi Keperawatan SIKI


agno r
sa i
Kepe t
rawa e
tan r
SDK i
I a
H
a
s
i
l
S
L
K
I
13. Aktivitas fisik
harian kurang dari
yang dianjurkan
14. Penyalahgunaan
laksatif
15. Efek agen
fa
rmak
ologi
s
16. Ketidakteraturan
kebiasaan defekasi
17. Kebiasaan
menahan dorongan
defekasi
18. Perubahan
lingkungan
50
D P Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
efisit e Observasi
Pera r 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
wata a 2. Monitor tingkat kemandirian
n w 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
Diri a makan Terapeutik
(D.0 t 4. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
109) a 5. Siapkan keperluan mandi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
n 6. Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
Pe 7. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
nyeb D 8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
ab: i 9. Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi
1. Gangguan r 10. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
m i
uscul m
oskel e
etal n
2. Gangguan i
ne n
urom g
uskul k
er a
3. Kelemahan t
4. Gamgguan (
psikologis dan/atau L
psikotik .
5. Penurunan 1
motivasi/minat 1
1
0
3
)
:
1. Kemampuan
mand
meningkat
2. Kemampuan
mengenakan
51
pakaian
meningkat
3. Kemampuan
makan
meningkat
4. Kemampuan
ke toilet
meningkat
4. Implementasi Keperawatan

Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam


menetapkan tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara
mandiri atau kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari
proses keperawatan dan pada kesimpulan. Evaluasi keperawatan adalah
tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan adalah
evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan.
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif.
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan,
dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke
arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut
juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera
timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan. Format evaluasi yang
digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari
pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga,
A: Assassment yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planning
yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis (Dewinta,
2020).

Anda mungkin juga menyukai