Disusun Oleh :
Rosalia Salma Salfadila
NIM : 221133077
Mengetahui,
Kepala Ruang Ranim
( )
Laporan Pendahuluan Konsep Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Kista Ovarium
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang
berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam
tubuh.Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah
padat.Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair.(Nugroho, 2014).
Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai berikut:
1) Menurut (Winkjosastro, 2015) kistoma ovarium merupakan
suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau
padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang
dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang- halangi masuknya kepala ke dalam panggul.
2) Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang
berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti
kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yangdapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi (Williams,2015).
3) Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium
normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium
dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium
(Benson & Ralph C, 2014).
4) Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah
dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada
pemeriksaan fisik (Agusfarly, 2014).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista,
ditemukanterpisah dari uterus dan umumnya diagnosis
didasarkan pada pemeriksaan fisik (Winkjosastro, 2014).
b. Klasifikasi Kista Ovarium
MenurutJoyce M.Black (2014).Eiologi, kista ovarium dibagi
menjadi 2, yaitu:
a). Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
1) Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan
halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat
menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang
serosa dan berwarna kuning.
2) Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular,
biasanya unilateral dan dapat tumbuh menjadi besar.
3) Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel
germinativum, kista ini dapat membesar.
4) Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari
pada mesoderm dan endoterm. Dinding kista keabu-abuan
dan agak tipis.
b). Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
1) Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh
menjadi kista.Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan
atau kiri.Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada
bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi
mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun.
2) Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di
dalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur.
Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan menghasilkan
darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium
dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu
ovarium.Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika
haid atau bersenggama.
3) Kista dermoid
h. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3. Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
4. Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam
keadaan sadar.
2. Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di
ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan luka.
PATHWAY
Klien mengalami
ketakutan dalam
melakukan mobilisasi
Gangguan
mobilisasi fisik
b.d kelemahan
fisik
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan
nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka rasa
tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita
amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas
dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
b. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan
nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
c. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
d. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri
mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa
nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
e. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau
tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas
secara mandiri)
f. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis , fisik,
kimia.
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
DX Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 Manajemen Nyeri
berhubungan dengan kali 24 jam, maka diharapkan tingkat nyeri Observasi
agen pencedera fisik menurun dan kontrol nyeri meningkat dengan 1) Identifikasi lokasi karakteristik,
( prosedur operasi) kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Tidak mengeluh nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
- Tidak meringis 3) Identifikasi respons nyeri non verbal
- Tidak bersikap protektif 4) Identifikasi faktor yang memperberat
- Tidak gelisah dan memperingan nyeri
- Tidak mengalami kesulitan tidur 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- Frekuensi nadi membaik tentang nyeri
- Tekanan darah membaik 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Melaporkan nyeri terkontrol respon nyeri
- Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Kemampuan mengenali penyebab nyeri hidup
meningkat 8) Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Kemampuan menggunakan teknik non- yang sudah diberikan
farmakologis 9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Teraupetik
1) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik
2 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x Dukungan perawatan diri
diri 24 jam Observasi :
Perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
- Kemampuan mandi meningkat sesuai usia
- Kemampuan mengenakan pakaian meningkat - Monitor tingkat kemandirian
- Kemampuan makan meningkat - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
- Kemampuan ke toiley (BAB/BAK) meningkat diri, berpakaian, berhias, dan makan.
- Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri Teraupetik:
- Mempertahankan kebersihan mulut - Sediakan lingkungan yang terapeutik
- Siapkan keperluan pribadi
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi :
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
3. Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. x Pencegahan cedera
24 jam Observasi :
Termoregulasi - Identifikasi obat yang berpotensi
- Kejadian cedera menurun menyebabkan cidera
- Luka / lecet menurun - Identifikasi kesesuaian alas kaki pada
- Pendarahan menurun ekstremitas bawah
- Fraktur menurun Teraupetik :
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
lingkungan rawat inap
- Sedaiakan alas kaki antislip
- Sediakan urinal untuk eliminasi di dekat
tempat tidur, jika perlu
- Pastikan barang-barang pribadi mudah
Dijangkau
- Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi:
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh
ke pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi perlahan dan duduk
beberapa menit sebelum berdiri
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat
proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini
perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah
direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan
diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil
sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses
keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk menentukan
adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Perry &
Potter, 2013).
DAFTAR PUSTAKA