Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS

NEOPLASMA OVARIUM KISTIK


DI RUANG RANIM (NIFAS)
RSUD dr. SOEDARSO PONTIANAK

Disusun Oleh :
Rosalia Salma Salfadila
NIM : 221133077

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Rosalia Salma Salfadila


NIM : 221133077
Judul : Laporan Pendahuluan dengan kista ovarium di Ruang Ranim (Nifas) RSUD
SOEDARSO PONTIANAK

Pontianak, 03 Oktober 2022

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) Ns. RAJU KAPADIA, S.Kep, M. Med, Ed

Mengetahui,
Kepala Ruang Ranim

( )
Laporan Pendahuluan Konsep Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Kista Ovarium

A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang
berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam
tubuh.Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah
padat.Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair.(Nugroho, 2014).
Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai berikut:
1) Menurut (Winkjosastro, 2015) kistoma ovarium merupakan
suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau
padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang
dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang- halangi masuknya kepala ke dalam panggul.
2) Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang
berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti
kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yangdapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi (Williams,2015).
3) Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium
normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium
dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium
(Benson & Ralph C, 2014).
4) Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah
dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada
pemeriksaan fisik (Agusfarly, 2014).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista,
ditemukanterpisah dari uterus dan umumnya diagnosis
didasarkan pada pemeriksaan fisik (Winkjosastro, 2014).
b. Klasifikasi Kista Ovarium
MenurutJoyce M.Black (2014).Eiologi, kista ovarium dibagi
menjadi 2, yaitu:
a). Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
1) Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan
halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat
menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang
serosa dan berwarna kuning.
2) Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular,
biasanya unilateral dan dapat tumbuh menjadi besar.
3) Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel
germinativum, kista ini dapat membesar.
4) Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari
pada mesoderm dan endoterm. Dinding kista keabu-abuan
dan agak tipis.
b). Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
1) Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh
menjadi kista.Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan
atau kiri.Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada
bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi
mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun.
2) Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di
dalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur.
Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan menghasilkan
darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium
dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu
ovarium.Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika
haid atau bersenggama.
3) Kista dermoid

Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi


sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat.Dapat terjadi
perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid.
Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses
partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak
diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
4) Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian
endometrium yang berada di luar rahim.Kista ini berkembang
bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap
bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat
menstruasi dan infertilitas.
5) Kista hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan
sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian
bawah.
6) Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat
kehamilan.Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal
dari korpus luteum haematoma.
7) Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat
pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu.Biasanya
terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena
bertumpuknya kista ini. Untuk kistapolikistik ovarium yang
menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk
mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan
dan rasa sakit.
c. Etiologi
Berdasarkan Setiadi (2015). Penyebab dari kista belum diketahui
secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan
pembentukan hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur
sendiri (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul
akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi
atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam
korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan
karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat
fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya
bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di
ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus
luteum, sel telur.
d. Tanda dan Gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau
hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi adapula kista yang
berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang
tajam.Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala- gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap
gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana
yang serius.Berdasarkan (Djuanda, 2014), gejala-gejala berikut
mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan
gejala.Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor
tersebut.Kebanyakan wanita dengan Kista ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama.Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik menurut (Nugroho. 2014).
kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain:
a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b) Perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah,
disertai nyeri.
c) Nyeri saat bersenggama.
d) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin
pendarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau

mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau


siklus menstruasi tidak teratur :
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a) Gangguan haid
b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau
sering mendesak untuk berkemih. Hal ini terjadi ketika kista
memberi tekanan pada kandung kemih.
c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul
yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d) Nyeri saat bersenggma
Pada stadium lanjut:
a) Asites, cairan yang memenuhi rongga perut yang berada tepat
di bawah diafragma, di bawah rongga dada yang
menyebabkan sesak napas akibat dari pembesaran asites.
b) Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem paru
yang menyebabkan sesak nafas, pernafasan cepat
c) Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem
pencernaan yang menyebabkan Perut membuncit, kembung,
mual, gangguan nafsu makan,pengerasan payudara mirip
seperti pada saat hamil.
d) (lemak perut) serta organ organ di dalam rongga perut (usus
dan hati)
e) Kista denoma menyebar ke sistem perkemihan gangguan
buang air besar dan kecil.
f) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga
pleura akibat penyebaran penyakit ke rongga pleura yang
mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.
e. Patofisiologi
Berdasarkan Prawirohardjo, Sarwono (2014). menyatakan
bahwa fungsi ovarium yang normal tergantung pada sejumlah
hormon, dan kegagalan salah satu pembentukan hormon dapat
mempengaruhi fungsi ovarium tersebut. Ovarium tidak akan
berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi
cairan dan gagal melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel
tersebut menjadi kista.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista
kecil yang disebut folikel de graff. Pada pertengahan
siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan
kista di tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian
secara gradual akan mengecil selama kehamilan (Williams, Rayburn
F.2015).
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan
luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut
dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuik FSH dan HCG. Kista
fungsional multipledapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin,
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.pada neoplasia
tropoblastik gestasional (hydatidiforn mole dan choriocarsinoma) dan
kadang kadang pada kelainan multiple dengan diabetes, HCg
menyebabkan kondisi yang disebut iperraktif lutein. Pasien dalam
terapi infertilasi, induksi ovulasi, dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovarium, terutama bila disertai dengan
pwmberian HCG.
f. Komplikasi
a. Edema pulmonal
b. Kejang
c. Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
g. Pemeriksaan penunjang
Berdasarkan Williams, Rayburn F 2015) bahwa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium
sebagai berikut:
a. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui
apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan silat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan
pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
d. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker atau kista.
e. Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar
protein pada darah).

h. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3. Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
4. Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam
keadaan sadar.
2. Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di
ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan luka.
PATHWAY

Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu


pembentukan hormon yang mempengaruhi indung telur

Fungsi ovarium abnormal

Penimbunal folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal


berinvolusi dan gagal mereabsorbsi cairan

Terbentuk kista ovarium

Adanya cairan dalam Ansietas b.d Pembedahan


jaringan di daerah ovarium perubahan status
kesehatan Jaringan terputus
Klien merasa nyeri
diperut bagian bawah Kerusakan
integritas
jaringan b.d
Nyeri akut b.d agen faktor mekanik
pencedera fisik

Klien mengalami
ketakutan dalam
melakukan mobilisasi

Gangguan
mobilisasi fisik
b.d kelemahan
fisik
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan
nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka rasa
tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita
amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas
dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
b. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan
nyeri antara lain  lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
c. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
d. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri
mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa
nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
e. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau
tersayat)
R (region)  : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
 Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
 Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
 Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas
secara mandiri)
f. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis , fisik,
kimia.
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa
Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
DX Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 Manajemen Nyeri
berhubungan dengan kali 24 jam, maka diharapkan tingkat nyeri Observasi
agen pencedera fisik menurun dan kontrol nyeri meningkat dengan 1) Identifikasi lokasi karakteristik,
( prosedur operasi) kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Tidak mengeluh nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
- Tidak meringis 3) Identifikasi respons nyeri non verbal
- Tidak bersikap protektif 4) Identifikasi faktor yang memperberat
- Tidak gelisah dan memperingan nyeri
- Tidak mengalami kesulitan tidur 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- Frekuensi nadi membaik tentang nyeri
- Tekanan darah membaik 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Melaporkan nyeri terkontrol respon nyeri
- Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Kemampuan mengenali penyebab nyeri hidup
meningkat 8) Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Kemampuan menggunakan teknik non- yang sudah diberikan
farmakologis 9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Teraupetik
1) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik
2 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x Dukungan perawatan diri
diri 24 jam Observasi :
Perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
- Kemampuan mandi meningkat sesuai usia
- Kemampuan mengenakan pakaian meningkat - Monitor tingkat kemandirian
- Kemampuan makan meningkat - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
- Kemampuan ke toiley (BAB/BAK) meningkat diri, berpakaian, berhias, dan makan.
- Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri Teraupetik:
- Mempertahankan kebersihan mulut - Sediakan lingkungan yang terapeutik
- Siapkan keperluan pribadi
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi :
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
3. Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. x Pencegahan cedera
24 jam Observasi :
Termoregulasi - Identifikasi obat yang berpotensi
- Kejadian cedera menurun menyebabkan cidera
- Luka / lecet menurun - Identifikasi kesesuaian alas kaki pada
- Pendarahan menurun ekstremitas bawah
- Fraktur menurun Teraupetik :
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
lingkungan rawat inap
- Sedaiakan alas kaki antislip
- Sediakan urinal untuk eliminasi di dekat
tempat tidur, jika perlu
- Pastikan barang-barang pribadi mudah
Dijangkau
- Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi:
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh
ke pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi perlahan dan duduk
beberapa menit sebelum berdiri
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat
proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini
perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah
direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan
diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil
sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses
keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk menentukan
adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Perry &
Potter, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi &


Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman
Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta :
Medication
Tetty, S. 2015. Knsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri .
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai