Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN REPRODUKSI PADA KISTA OVARIUM

Dosen Pengampu:
Ns. Veronica Yeni R, M.Kep.Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh:
Nursyiah Dewi Juni Astuti (191117)
Nurul Zannah (191118)
Pebrianti Lestari (191119)
Putri Adinda Utami (191120)
Riky Novyardi(191121)
Riska Quin Eviyanti (191122)
Santiara Ulfanati (191123)
Adimah Fajarsari (191132)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MATERNITAS


D3 KEPERWATAN – 3C
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
Jl. Raya Mangga Besar No 137-139 No. 13, Jakarta Pusat
2021
BAB 1
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai berikut:
A. Menurut (Winkjosastro, 2005) kistoma ovarii merupakan suatu tumor, baik yang
kecil maup yang besar, kistik padat, jinak. atau ganas. Dalam kehamilan, tumor
ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam
panggul.
B. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Bobak,
Lowdermilk & Jensen. 2005)
C. Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium normal. folikel de graf
atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium. (Smelzer & Bare, 2002)

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Sjamsoehidyat, 2005). Jenis-
jenis kista ovarium. terdiri dari:
1) Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi
cairan jernih yang scrosa dan berwarna kuning.
2) Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular, biasanya unilateral dan
dapat tumbuh menjadi besar.
3) Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel germinativum, kista ini
dapat membesar.
4) Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi
sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan endoterm. Dinding kista
kcabu-abuan dan agak tipis.
B. ETIOLOGI
Berdasarkan (Smelzer & Bare. 2002), penyebab dari kista belum diketahui secara
pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon
dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon). Kista
folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSI dan LH yang gagal mengalami
involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor,
disebabkan oleh penimbunan darahi yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi, Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus
luteum, sel telur.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal.
Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang
tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya
kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba,
2010)
D. PATHWAY

E. KLASIFIKASI
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan
bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista
dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik dan
neoplastik. Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista
dapat didapati sebagai :
a) Kista OvariumNon-neoplastik
1) Kista Folikel Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang
berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat
berkembang secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar
setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan
disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada wanita muda yang
masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm (Yatim, 2008).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam
waktu 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar
menstruasi yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista  4
cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam
waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista  4 cm atau kista menetap dapat
diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4- 8 minggu yang akan
menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008).
2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus
luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada
masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya,
terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis dan berwarna
kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala yang di timbulkan sering
menyerupai kehamilan ektopik (Yatim, 2008).
3) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak
di temukan korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut
stain – leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter
yang autosomaldominant (Yatim, 2008).
4) Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi.
Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm.
Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi
perdarahan dan bisa pecah yang sering kali perlu tindakan operasi
(kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan
dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga panggul terjadi
selama 14- 60 hari setelah periode menstruasi terakhir (Yatim, 2008)
b) Kista Ovarium Neoplastik
1) Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri
atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan
yang di keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak (Setiati, 2009).
2) Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak
dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti
epital kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih
kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-
elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista
dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu (Setiati, 2009).

3) Kista Endometriois
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat,
terutama saat menstruasi dan infertilitas.(Setyorini, 2014).
4) Kista denoma Ovarium Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista
tersebut bisa berasal dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya
satu elemen menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu, kista
tersebut juga berasal dari lapisan germinativum (Rasjidi, 2010). Penangan
terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya
di lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi)
(Rasjidi, 2010).
5) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun
lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada
kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan lebih besarnya
kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu di
periksa sediaan yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan
tindakan selanjutnya pada waktu operasi (Rasjidi, 2010).
F. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis. radang
panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian,
penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk
mengetahui gejala mana yang serius. Berdasarkan (Mansjoer, 2002).
gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri 8. Menstruasi yang
kadang memanjang dan memendek.
8. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
G. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium ada antara lain :
1) Sering tanpa gejala.
2) Nyeri saat menstruasi.
3) Nyeri di bagian perut bagian bawah.
4) Nyeri pada saat berhubungan badan.
5) Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
6) Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan atau pada saat buang air besar.
7) Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

H. KOMPLIKASI
Berdasarkan Winkjosastro (2005) bahwa beberapa ahli mencurigai kista ovarium
bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun.
Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah
penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka
dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan
pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Menurut Sinclair (2010), komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium diantaranya:
1) Torsi
Torsi (melilit) meliputi ovarium, tuba falopii, atau ligamentum rotundum pada
uterus. Jika dipertahankan, torsi ini dapar berkembang menjadi infark, peritonitis,
dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista atau
karsinoma, TAO, atau massa yang tidak melekat, atau yang dapat muncul pada
ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul di antara wanita usia reproduksi.
Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual,
dan muntah. Suatu massa nyeri tekan terlihat pada sisi yang terkena. Dapat terjadi
demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilahan; adneksa dilepaskan
(detorsi), viabilitasnya dikaji, dan adneksa gangrene dibuang. Setiap kista yag ada
juga dibuang dan dievaluasi secara histologis.
2) Rupture
Rupture kista folikuler menyebabkan timbulnya nyeri yang akut dan singkat.
Rupture pada kista korpus luteum, yang sangat banyak memiliki pembuluh darah,
dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa. Nyeri akut tidak dapat
dibedakan dari kehamilan ektopik yang rupture, tetapi HCG serum negative.
Nyeri tekan pelvis yang difus terdeteksi pada pemeriksaan pelvis dan seringkali
terjadi unilateral pada sisi ayng terkena. Suatu masa dapat terdeteksi melalui
palpasi. Distensi abdomen dan syok terjadi pada perdarahan hebat. Pemeriksaan
USG dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis, dan menunjukan massa
adneksa kistik yang kompleks dengan cairan bebas dalam kul de sak. Adanya
kehamilan intrauterus dapat terdeteksi dan mengurangi kemungkinan kehamilan
ektopik. Pengangkatan kista melalui upaya bedah dibutuhkan jika pasien secara
hemodinamik tidak stabil atau jika diagnosis tidak pasti. Jika kehamilan kurang
dari 12 minggu, korpus luteum harus diangkat, suplementasi progesterone akan
mempertahankan kehamilan.

I. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Hamylton (2005); Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2004): Winkjosastro
(2005) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium
sebagai berikut:
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah
misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi, Tindakan operasi
pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan
mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi
jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda-tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi.
5. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan
insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi
mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi.
penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
6. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran
menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih,
drainese urin dan. perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana
aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan
setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh. mengendarai atau menyetir untuk
3-4 minggu, hindarkan.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nuratif (2015), diantaranya adalah :
1) Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adanya
kanker atau kista.
2) Ultrasound atau scan CT : Membantu mengindentifikasi ukuran atau lokasi massa.
3) Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, pendarahan, dan perubahan
endometrial.
4) Hitung darah lengkap.
5) Foto Rontgen : Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

K. PENCEGAHAN
Menurut Nugroho (2014), adapaun cara pencegahan penyakit kista
yaitu:
1) Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
2) Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering olahraga.
3) Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi
mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area kewanitaan.
4) Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol pemicu
stress dan dapat pula terjadi obesitas.
5) Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormone estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu
mencegah produksi sel telur.
L. Cara Penanganan Kista Ovarium
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :
a) Pendekatan
pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri
dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen,
dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
b) Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba,
2009)
c) Pembedahan Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera
mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi dan
laparatomi (Yatim, 2008).

Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:


1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding
perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).
2) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan
kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan
total. Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan
lemak sekitar serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).
3) Perawatan luka insisi / pasca operasi Beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan , antara lain:
1. Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca
operasi.
2. Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
3. Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama
masa pasca operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.
4. Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunaka harus yang
sesuai dan tidak lengket. Pembalutan dilakukan dengan tehnik
aseptic.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas,Alih. Bahasa Maria A.
Wijayarini, Peter 1. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aescuplapius

Nugroho, Taufan. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika

Nugroho, T. 2014. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Nurarif, Huda., Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction

Prawiroharjdo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Sjamjuhidayat & Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC

Smelzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai