DISUSUN OLEH :
Disusun oleh: Kelompok 6
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembang pula upaya
peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita yang semakin membaik. Sarana dan
prasarana di pelayanan kesehatan menunjang terdeteksinya penyakit wanita yang
bermacam-macam, termasuk penyakit ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem
reproduksi yang memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarganya
dengan gejala salah satunya gangguan menstruasi seperti menarche yang lebih awal,
periode menstruasi yang tidak teratur, panjang siklus menstruasi yang pendek, paritas yang
rendah, dan riwayat infertilitas (Heffner & Danny, 2008).
Nyeri yang berlebih pada saat haid juga dapat terjadi akibat adanya massa pada
organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kista adalah bentuk gangguan adanya
pertumbuhan sel-sel otot polos yang abnormal. Pertumbuhan otot polos abnormal yang
terjadi pada ovarium disebut kista ovarium. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi (Bobak,
Lowdermilk & Jensen. 2005).
1 dapat terjadi akibat adanya massa pada
Nyeri yang berlebih pada saat haid juga
organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kehamilan tumor ovarii yang dijumpai paling
sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup
besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-
halangi masuknya kepala kedalam panggul. Oophorektomy adalah operasi
pengangkatan dari ovarium atau indung telur. Tetapi istilah ini telah digunakan secara
tradisional dalam penelitian ilmu dasar yang menggambarkan operasi pengangkatan
indung telur (Wiknjosastro, 2005).
Selama tahap kehidupan, massa yang biasanya disebabkan oleh kista ovarium
fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan pasca infeksi pada tuba fallopii
(Heffner & Danny, 2008). Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian dari semua kanker ginekologi. Di
Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kanker ovarium sebanyak
23 .400 dengan angka kematian sebesar 13.900 orang. Tingginya angka kematian karena
penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui
dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium lanjut. Maka penyakit ini disebut
juga silent killer. Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia belum diketahui secara
pasti karena pencatatan dan pelaporan di negeri kita kurang baik. Sebagai gambaran di
RSU, kanker Dharmais ditemukan penderita kanker ovarium sebanyak 30 kasus setiap
tahun. Studi epidemologi menyatakan beberapa faktor resiko nullipara, melahirkan
pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan
riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun. Penggunaan pil
kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30–60%.
Penanganan dan pengobatan kanker ovarium yang telah dilakukan dengan
prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai saat ini belum begitu ada
manfaatnya termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia
sekalipun. Sebagai perawat dalam menangani masalah klien dengan kista ovarium atau
kanker ovarium maka perlu memperhatikan aspek biopsikososialspiritual dalam
pemberian asuhan keperawatannya, sehingga hal ini yang menarik penulis untuk
membahas asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian kista ovarium ?
2. Apa sajakah klasifikasi kista ovarium ?
3. Apa penyebab kista ovarium ?
4. Bagaimana manifestasi klinis klien dengan kista ovarium ?
5. Bagaimana pathofisiologi kista ovarium ?
6. Bagaimana pathway kista ovarium ?
7. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan kista ovarium ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan pada klien dengan kista
ovarium ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kista ovarium
2. Mengetahui klasifikasi kista ovarium
3. Mengetahui penyebab kista ovarium
4. Mengetahui manifestasi klinis klien dengan kista ovarium
5. Mengetahui pathofisiologi kista ovarium
6. Mengetahui pathway kista ovarium
7. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan kista ovarium
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan pada klien dengan kista
ovarium
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun
solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010: 101)
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kistaindung telur dapat terbentuk
kapan saja, pada masa pubertas sampaimenopause, juga selama masa kehamilan
(Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan
ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan
sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)
C. ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam
korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor,
disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus
luteum, sel telur.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan
wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun
beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
E. PATHOFISIOLOGI
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna didalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature.
Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah- tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada
oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun
bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal
disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
F. PATHWAY
Etiologi :
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Gangguan reproduksi
Konservatif :
Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi
Keluhan tetap :
Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
Discomfort cystectomy oophorectomy
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperolehkepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam
dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan differensial
diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah (Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk.
I. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama
1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu
atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho,
2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi
harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut, tindakan operasi
harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki kista
ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya
kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker
jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi,
maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada
usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted) dan
menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat pembedahan
(emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium menurut Yatim, (2005: 23)
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005: 23)
yaitu:
A. PENGKAJIAN
a) Identitas
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering di
jumpai pada wanita di massa reproduksinya karena terbentuk setelah telur di lepaskan
sewaktu ovulasi. (yatim, dalam siringo, dkk , 2012)
b) Alasan masuk rumah sakit
Kebanyakan wanita yang mempunyai kista ovarium tidak menimbulkan gejala. Gejala
biasanya terjadi jika penderita telah mempunyai kista dalam waktu yang lama. Gejala
pada awal umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik, yaitu berupa gangguan haid
/ menstruasi. Jika sudah membesar dan menekan rektum atau kandung kemih, dapat
terjadi konstipasi dan sering berkemih. Dapat juga peregangan atau penekanan daerah
panggunl yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama, bahkan
dapat terjadi pendarahan. Pada gejala lebih lanjut yang terjadi berhubungan dengan
adanya asietas (penimbunan cairan dalam rongga perut) didalam rongga perut,
sehingga perut membuncit menyebabkan perut bagian bawah tegang dan nyeri.
(siringo, dkk , 2012).
c) Keluhan utama
penderita kista ovarium yang tertinggi adalah nyeri abdomen bawah dan terendah
adalah nyeri waktu bersenggama. (siringo, dkk , 2012)
d) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan makanan yang masih
mentah dan apakah ibu suka minum minuman beralkohol karena dapat merangsang
pertumbuhan tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut apakah menimbulkan
keluhan pada hubungan seksual atau sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang cukup atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama
pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari hari. Pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya,
meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau tidak,
kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak, konjungtiva
anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau
tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis
atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe,
vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik
atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak,
sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun pengeluaran
yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat keadaan muka,
payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan, digunakan untuk
memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit.
B. DIAGNOSA
Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kista ovarium
adalah :
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d Proses Penyakit
2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d Luka Post OP
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik
C. INTERVENSI
Pre Operasi
a. Nyeri akut (Wilkinson, 2016, p. 296)
Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu):
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengenali serangan nyeri.
b. Mampu mendeskripsikan penyebab nyeri.
c. Menggunakan teknik pencegahan nyeri, khususnya teknik non farmakologis.
d. Melaporkan perubahan gejala nyeri secara periodic kepada tenaga kesehatan.
e. Menunjukkan gejala terhadap nyeri (keluhan, menangis, gerakan
lokalisir,ekspresi wajah, gangguan istirahat tidur, agitasi, iritabilitas meningkat,
diaphoresis, penurunan konsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan nausea).
f. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (respiratory rate, apical heart rate, radial
heart rate, tekanan darah).
g. Menunjukkan perubahan dampak dari nyeri (disruptive effects), antara lain
penurunan konsentrasi, penurunan motivasi, gangguan tidur, kerusakan mobilitas
fisik, gangguan pemenuhan ADL, dan kerusakan eliminasi urine dan alvi.
Nursing Interventions Classification (NIC) :
Aktifitas Keperawatan :
a) Kaji nyeri (lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan
faktor presipitasi dari nyeri).
b) Kaji pengetahuan klien tentang nyeri serta pengalaman sebelumnya.
c) Kaji dampak dari nyeri (gangguan tidur, penurunan nafsu makan, gangguan
aktifitas, penurunan konsentrasi).
d) Beri lingkungan yang nyaman kepada klien.
e) Ajari klien pola manajemen nyeri.
f) Ajari klien penggunaan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri.
g) Lakukan teknik PCA (Patient Controlled Analgesia) sesuai kebutuhan.
h) Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi intensitas nyeri.
i) Monitoring kepuasan pasien atas pelaksanaan manajemen nyeri.
Penyuluhan pasien/keluarga
a) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obatt khusus yang harus di minum,
frequensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut (misalnya pembatasan
aktivitas fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.
b) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai.
c) Informasikan kepada asien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dn
tawarkan strategi koping yang disarankan.
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (misalnya,
risiko ketergantungan atau overdosis)
e) Managemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
f) Managemen Nyeri (NIC) : ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya,
umpan-balik biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),
hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum,
setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan nyeri,
sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersama penggunaan tindakan peredaran
nyeri yang lain.
Aktifitas kolaboratif
a) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat laporkan
kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
b. Ansietas
Tujuan
Ansietas berkurang, dibuktika oleh bukti tingkat ansietasnya hanya ringan sampai
sedang, dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi,
koping, dan tingkat hiperaktiv
kriteria hasil
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis, termasuk kebutuhan untuk
pengulangan, dukungan, dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat
rekreasi
Informasikan tentang gejala ansietas
Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan
gejala penyakit fiisik
Aktivitas kolaboratif
Penurunan ansietas (NIC): berikan obat untuk menrunkan ansietas, jika perlu
(Placeholder1pp. 31-32)
Post Operasi
Kriteria hasil :
Aktivitas Keperawatan
Aktivitas Lain
Aktivitas kolaboratif
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria
A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta :
EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta : Nuha
Medika
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker Rahim/Leher
Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor