Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Kista ovarium dapat mengganggu pembentukan sel telur

karena peningkatan hormon androgen sehingga mengganggu

pematangan folikel, dengan demikian saat terjadi ovulasi tidak

berisi sel telur, karena ovulasi tidak mengandung sel telur,

maka perempuan cenderung menjadi infertile (Susianti Ita,

2018).

Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi

cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur

(ovarium) (Nugroho, 2010).

Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung

berisi cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung

telur (ovarium). Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja,

pada masa pubertas sampaimenopause, juga selama masa

kehamilan (Bilotta. K, 2012).

2. Etiologi

Menurut Nugroho tahun 2010, timbulnya kista ovarium

disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada

hipotalamus, hipofisis dan ovarium.Fungsi ovarium yang normal

tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan

1
pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi

fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal

jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam

jumlah yang tepat.

Faktor resiko terjadinya kanker ovarium menurut

Manuaba (2013) sebagai berikut :

1) Faktor lingkungan

Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di

negara industry. Perubahan gaya hidup juga

mempengaruhi pola makan yaitu mengkonsumsi tinggi

lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, zat

tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau

zat berbahaya lainnya, stress dan kurang aktifitas atau

olahraga bisa memicu terjadinya suatu penyakit.

2) Faktor reproduksi

a. Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan

tingginya resiko menderita kanker ovarium karena tidak

sempurnanya perbaikan epitel ovarium.

b. Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat

meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.

c. Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat

mengurangi resiko terjadinya kanker.

2
d. Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika

dikonsumsi selama lima tahun atau lebih.

e. Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI.

3) Faktor genetic

a. 5-10 % adalah herediter.

b. Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara

dan meningkat menjadi 7 % bila memiliki dua saudara

yang menderita kanker ovarium.

4) Faktor umur

Kista sering terjadi pada wanita usia subur atau usia

reproduksi, keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia

sebelum menarache dan usia diatas 45 tahun.

5) Faktor Hormonal

Kista ovarium dapat terjadi akibat adanya

ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesteron,

misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang

merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang

diuretik.Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi

hormon gonadotropin atau sensitivitas terhadap hormon

gonadotropin yang berlebihan.

3
3. Klasifikasi

Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :

1) Tipe Kista Normal

Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium

yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur

dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus

menstruasi yang normal.

Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan

pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang

pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah,

kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan

hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista

folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak

mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat

menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.

Gambar : kista ovarium fungsional

4
2) Tipe Kista Abnormal

a. Kistadenoma

Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung

telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar

dan dapat menimbulkan nyeri.

b. Kista coklat (endometrioma)

Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya.

Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang

berwarna coklat kehitaman.

c. Kista dermoid

Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh

seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini

dapat ditemukan di kedua bagian indung telur.

Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.

3) Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian

endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini

berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan

endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri

hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.

5
4) Kista hemorrhage

Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan

sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian

bawah.

5) Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista

lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus

luteum haematoma.

Gambar : kista corpus luteum

6) Kista polikistik ovarium

Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah

dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi

setiap bulan. Ovarium akan membesar karena

bertumpuknya kista ini. Kista polikistik ovarium yang

menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk

mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan

gangguan dan rasa sakit.

6
Gambar : kista polikistik ovarium

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho

(2010), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak

memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa

orang dapat mengalami gejala ini :

1) Nyeri saat menstruasi

2) Nyeri di perut bagian bawah

3) Nyeri saat berhubungan seksual

4) Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki

5) Perdarahan abnormal

6) Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB

7) Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang

keluar banyak.

7
5. Patofisiologi

Pada proses siklus menestruasi yang normal, kadar FSH dan

LH relative tinggi dan merangsang perkembangan 10-20 folikel.

Sebuah folikel dominan yang masak memproduksi estrogen,

sisanya mengalami atresia. Pada saat kadar estrogen naik

terjadi penekanan pelepasan kedua gonadotropin (umpan balik

negatif) sehingga mencegah terjadinya hiperstimulasi ovarium

dan pemasakan. Namun pada kasus kista ovarium berebeda

karena kista ovarium berkembang sebagi hasil hiperstimulasi

ovarium yang disebabkan oleh tigginya lonjakan LH, kadar LH

lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak memperlihatkan

androgen estrogen oleh folikel kelenjar adneral folikel anovulasi

degenerasi dan membentuk kista. Kista folikel berkembang

sebagai akibat dari kerusakan atau pecahnya folikel yang

sedang matang atau kegagalan reabsorbsi folikel yang belum

matang untuk mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi

(Prawirohardjo, 2014).

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya :

1) Akibat pertumbuhan kista ovarium

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa

menyebabkan pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-

alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau

8
posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung

kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan

kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut

kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut

serta dapat juga mengakibatkan edema pada tungkai.

2) Akibat aktivitas hormonal kista ovarium

Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor

itu sendiri mengeluarkan hormon.

3) Akibat komplikasi kista ovarium

a. Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-

angsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka

dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang

minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumah

yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista

yang menimbukan nyeri di perut.

b. Torsio atau putaran tangkai

Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai

dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium,

tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika

dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark,

peritonitis dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan

dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang

9
tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium

normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia

reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat

di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat

terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah

terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya

dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang

dan dievaluasi secara histologis.

c. Infeksi pada tumor

Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.

d. Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai

akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan

lebih sering pada saat bersetubuh. Jika robekan kista

disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka

perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam

rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus

menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

e. Perubahan keganasan

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan

mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan

perubahan keganasannya. Adanya asites dalam hal ini

mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah

10
masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk

berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang

menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat

diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi

pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-

gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan

differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan

untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012).

1) Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah

sebuahtumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk

menentukan sifat-sifat tumor itu.

2) Ultrasonografi (USG)

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas

tumor,apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau

kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat

pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang

bebas dan yang tidak.

11
3) Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya

hidrotoraks. Selanjutnya pada kista dermoid kadang-

kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

8. Penatalaksanaan Medis

Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor

yaitu ukuran dan jenis kista, umur, kondisi kesehatan, rencana

kehamilan di masa depan, demikian juga dengan beratnya

gejala-gejala yang terjadi ada dua prinsip penting dalam

menajemen kista ovarium antara lain :

1) Sikap wait and see (Observasi)

Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan

gejala atau keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak

melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm,

kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau

kista korpus luteum.Tidak jarang tumor-tumor tersebut

mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang,

sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa

minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya

normal.Oleh sebab itu, dalam hal ini hendaknya diambil

sikap menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara

mengadakan pemeriksaan ginekologi berulang.Jika selama

waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan

12
tumor tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

kemungkinan besar tumor tersebut bersifat neoplastik, dan

dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.

2) Terapi bedah atau operasi

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang

tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan

reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor.Akan

tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu

dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan

pengangkatan tuba (salpingo-ooferoktomi).Jika terdapat

keganasan, operasi yang tepat ialah histeroktomi dal

salpingo-ooforektomi bilateral.

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan

(operasi) menurut Marfiyana Adinda (2018) yaitu:

a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan

pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda

proses keganasan, biasanya dokter melakukan operasi

dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi

dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan

melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu

sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.

b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista

dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan

13
dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista

bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses

keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses

keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan

saluran tuba (salpingo ooferoktomi), jaringan lemak

sekitar serta kelenjar limfe.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang

klien.Memilih informasi data yang tepat di perlukan analisa

suatu situasi yang menyangkut manusia rumit karena sifat

manusia yang komplek. Untuk memperoleh data di lakukan

dengan cara (Marfiyana Adinda, 2018) :

1) Anamnesa

Anamnesa melalui melakukan tanggung jawab untuk

memperoleh data meliputi biodata pasien, keluhan utama

waktu masuk, riwayat penyakit,riwayat kesehatan keluarga,

riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu dan

riwayatoperasi.Pada kasus kista ovrium klien akan mengeluh

adanya nyeri saatmenstruasi, nyeri pada saat berhubungan

badan, nyeri pada punggung terkadangmenjalar sampai ke

kaki, nyeri saat buang air kecil dan atau buang air besar,

14
dansiklus menstruasi tidak teratur sampai terkadang jumlah

darah keluar banyak.

2) Pemeriksaan Fisik

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut

2) Ansietas

3) Resiko perdarahan

3. Intervensi Keperawatan

1) Nyeri akut

a. Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan intensitas nyeri

2. Identifiasi skala nyeri

3. Identifikasi respons nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

15
b. Terapeutik

1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

(misalnya : suhu ruangan, pencahayaan dan

kebisingan

3. Fasilitas istirahat dan tidur

4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

pemilihan strategi meredakan nyeri

c. Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, danpemicu nyeri

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi

nyeri

d. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik jika diperlukan

2) Ansietas

a. Observasi

1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misalnya

kondisi, waktu, stressor)

2. Identifikasi kemampuan mengambilan keputusan

16
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

b. Terapeutik

1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan

kepercayaan

2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika

memungkinkan

3. Pahami situasi yang dapat membuat ansietas

4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu

kecemasan

c. Edukasi

1. Jelaskan prosedur, termaksuk sensasi yang mngkin

dialami

2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,

pengobatandan prognosis

3. Anjurkan mengungkapkan dan persepsi

4. Latih kegiatan pengurangan mekanisme pertahanan

diri yang tepat

5. Latih kegiatan pengalihan dari ketegangan

6. Latih tehnik relaksasi

d. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

17
3) Resiko perdarahan

a. Observasi

1. Monitor tanda dan gejala pendarahan

2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan

sesudah kehilangan darah

3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik

4. Monitor koagulasi (mis. Prothombin time (PT), partial

thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin

dan platelet

b. Terapeutik

1. Pertahankan bed rest selama pendarahan

2. Batasi tindakan invasive

3. Gunakan kasur pencegahan dekubitus

4. Hindari pengukuran suhu rektal

c. Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala pendarahan

2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulansi

3. Anjurkan meninggalkan asupan cairan untuk

menghindari konstipasi

4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan

5. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin

6. Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan

18
d. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan

2. Kolaborasi pemberian produk darah

3. Kolaborasi pelunak tinja

C. Kajian Islami Tentang Penyakit

Kesehatan reproduksi erat kaitannya dengan islam sebagai

pandangan hidup tentu saja memiliki kaitan dengan kesehatan

reproduksi mengingat islam berfungsi sebagai pengatur kehidupan

manusia dalam rangka mencapai keadaan sesuai dengan definisi

kesehatan resproduksi itu sendiri. Di dalam Al-quraan telah di

bahas sejak dari proses kejadian manusia, kehamilan, melahirkan,

menyusui, kontrasepsi dan KB, aborsi, serta hal lain yang tidak

dapat di jelaskan satu persatu. Dan sebagai umat muslim kita wajib

mengikuti aturan-aturan yang telah di tetapkan dalam islam dalam

rangka mencapai kesejahteraan sebagai umat manusia.

19
D. Penyimpangan KDM

Etiologi :
 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
 Pertumbuhan folikel tidak seimbang
 Degenerasi ovarium
 Infeksi ovarium

Gangguan reproduksi

Tanda dan gejala : Diagnosa : Komplikasi :


 Tanpa gejala  Anamnesa  Pembenjolan perut
 Nyeri saat menstruasi  Pemeriksaan fisik  Pola haid berubah
 Nyeri di perut bagian  Pemeriksaan  Perdarahan
bawah penunjang  Torsio (putaran
 Nyeri saat tangkai)
berhubungan seksual  Infeksi
Kista ovarium
 Nyeri saat berkemih  Dinding kista robek
atau BAB  Perubahan keganasan
 Siklus menstruasi
tidak teratur
Kista fungsional Kista non fungsional

Konservatif :
 Observasi 1-2 bulan Laparatomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
 Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
 Discomfort cystectomy oophorectomy

Perawatan post operasi : Penyulit post operasi :


 Obat analgetik  Nyeri
 Mobilisasi  Perdarahan
 Personal hygiene  Infeksi

20
DAFTAR PUSTAKA

Marfiyana, A. 2018. Aplikasi Teori Model Calista Roy Dalam

Pembuatan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Kista

Ovarium diSuka Maju Kota Bengkulu. Bengkulu : Jurnal of

nursing and public health.

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat.

Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Susanti, I. 2018. Hubungan Paritas &Usia Ibu Dengan Kista

Ovarium Di RSUD dr. R Goertung Tarunadibatara Purbalingga.

STIKES Harapan Bangsa Purwokerto : Jurnal Publikasi

Kebidanan.

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta : Dewan Pengurus Pusat & Persatuan Perawat

Nasional Indonesia.

Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta : Dewan Pengurus Pusat & Persatuan Perawat

Nasional Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai