I. Konsep Dasar
1. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal
dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot
polos, sedangkan untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma
uteri. (Achadiat, Chrisdiono M., 2004)
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya. (www. Infomedika. htm, 2004).
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa Mioma Uteri
adalah suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot
1
rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang
merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal,
ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak
terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun.
2. Klasifikasi
Klasifikasi Mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1) Lokasi
Servical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan
gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi
paling lazim, dan seringkali tanpa gejala. (www. Infomedika. htm,
2004).
2) Lapisan Uterus
Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi
menjadi tiga jenis yaitu :
3. Etiologi
1) Etiologi pasti belum diketahui
2) Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri
mempengarui pertumbuhan tumor
3) Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi
kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh
3
pada pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid
uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
4) Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1) Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno,
2007). Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum
mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri
ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
2) Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
daripada jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3) Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri. (Parker, 2007)
4) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5) Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7) Paritas
4
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul
diantaranya:
1) Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
(1) Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
(2) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
(3) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
(4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma
di antara serabut miometrium
2) Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3) Pembesaran perut bagian bawah
4) Uterus membesar merata
5) Infertilitas
6) Perdarahan setelah bersenggama
7) Dismenore
8) Abortus berulang
9) Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri
panggul.
(Chelmow, 2005)
6
1) Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa
harus dikeluarkan.
2) Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 20 minggu.
3) Operasi yang dilakukan pada umur kahamilan dibawah 20 minggu
harus diberikan substitusi progesteron : Beberapa hari sebelum operasi
dan beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum
terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.
4) Operasi darurat apabila terjadi torsi dan aboment akut.
5) Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan
menghalangi persalinan, penanganan yang dilakukan : Coba reposisi,
kalau perlu dalam narkosa dan bila tidak bisa persalinan diselesaikan
dengan sectio cesarea dan jangan lupa, tumor sekaligus diangkat.
7
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan
6) Gejala dan Tanda Penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
7) Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan atau menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma
submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
Menurut Faisa, Yatim, 2005 keluhan dan gejala mioma uteri adalah
Kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa menimbulkan keluhan atau
gejala. Pada perempuan lain mungkin mengeluh perdarahan menstruasi
lebih banyak dari biasa, atau nyeri sewaktu menstruasi, perasaan penuh dan
ada tekanan tekanan pada rongga perut, atau keluhan anemi karena kurang
darah atau nyeri pada waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu
bekerja. Perempuan lain yang mengidap mioma mengeluh susah hamil atau
mudah keguguran.
Pada mioma yang klasik, uterus membesar merata, dan sekitar 80%
perempuan yang menderita mioma uterus bertambah beratnya sampai 80
gram (berat normal uterus hanya sekitar 50 gram) Pernah dilaporkan
sampai ada uterus yang menderita mioma dengan berat lebih 200 gram.
8
menderita polip endometrium, hingga kondisi ini mengacukan diagnosa
mioma.
5. Patofisiologi
Mioma Uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan
pengaruh estrogen yang menyebabkan submukosa yang di tandai dengan
pecahnya pembuluh darah dan intranurel, sehinnga terjadi kontraksi otot
uterus yang menyebabkan perdarahan pervagina lama dan banyak. Dengan
adanya perdarahan pervagina lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi
kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan
adanya nekrosa dan perlengketan sehingga tiumbul rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi
tidak adekuat, kurang support dari keluarga, dan kurangnya pengetahuan
dapat mengakibatkan cemas.
Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan
robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya
integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan
aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan juga
mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi resiko
tinggi infeksi.
Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang
mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran
sehingga pola nafas tidak efektif. (Prawiroharjo S, 1999)
9
Pathway Mioma Uteri
10
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1) Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2) Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi
sindrom abdomen akut.
1) Perdarahan
2) Anemia
3) Infeksi atau degenerasi (kistik maupun merah).
4) Perlekatan pasca miomektomi.
5) Terjadinya ruptura/kerobekan rahim, apabila penderita hamil
setelah tindakan
6) miomektomi.
Menurut faisal yatim, 2005 hal, 68, Komplikasi mioma uteri antara lain:
11
(akar jaringan plasenta menyusup sampai otot jaringan plasenta) dan
increta atau, tonus uterus yang kurang dan kemudian perdarahan uterus.
1) Degenerasi ganas.
2) Torsi yang menimbulkan nekrosis, sindrom abdomen akut.
7. Diagnosis
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1) Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
1) Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
2) Kadang-kadang disertai gangguan haid
3) Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(1) Pemeriksaan abdomen
a. Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
b. Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
c. Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan
intraperitoneal
(2) Pemeriksaan pelvis
a. Adanya dilatasi serviks
b. Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk
nodul
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri , sebagai berikut :
1) Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi
mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga
pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi
12
Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI),
tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
2) Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP)
pemeriksaaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
3) Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
4) Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
5) Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk
menilai kadar hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
6) Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic
gonadotropin, karena bisa membantu dalam mengevaluasi suatu
pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh karena
adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran
uterus menyerupai kehamilan.
Mioma Uteri
9. Penatalaksanaan Medis
1) Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
13
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan
ukuran tumor, dan terbagi atas :
(1) Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap
3-6 bulan.
b. Monitor keadaan Hb
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
(2) Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri
adalah :
a. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita
anemia
b. Nyeri pelvis yang hebat
c. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya
karena mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar
tinju dewasa)
d. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
e. Pertumbuhan mioma setelah menopause
f. Infertilitas
g. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
(1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering
di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan
ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan
setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
(2) Histerektomi
14
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun
seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak
lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau
yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran <
uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di
vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan,
2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
(1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
(2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
(3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan
frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).
2) Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif
selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan
indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan
letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.
15
II. Manjemen Keperawatan
1. Pengkajian
1) Data biografi pasien
2) Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS,
faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang
memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis
medik.
3) Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah
dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi,
obat-obatan dan alkohol
4) Riwayat kesehatan keluarga
5) Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien
dengan kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan
lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
(1) Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses
persalinan, lama persalinan, tempat persalinan, masalah
persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan keadaan
anak saat ini
(2) Pemeriksaan genetalia
(3) Pemeriksaan payudara
(4) Riwayat operasi ginekologi
(5) Pemeriksaan pap smear
(6) Usia menarche
(7) Menopause
(8) Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
6) Kesehatan lingkungan/higiene
7) Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem
nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.
16
8) Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
9) Terapi medis yang diberikan
10) Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
11) Persepsi klien terhadap penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi:
1) Nyeri berhubungan dengan nekrosa dan perkengketan.
2) Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
pendarahan dan muntah
3) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
atau tindakan operasi.
Post Operasi:
18
Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat
diatasi.
Menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan
pemecahan masalah.
(1) Intervensi: Kaji ulang tingkat pehaman pasien .
Rasional: Untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan
pengetahuan pasien.
(2) Intervensi: Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran sesuai
keadaan.
Rasional : Untuk mengetahui sumber teori.
(3) Intervensi: Pengajaran pra opersi secara individu tentang
pembatasan dan prosedur pra operasi
Rasional : Untuk memberikan gambaran kepada pasien.
(4) Intervensi: Informasi kepada pasien keluarga atau orang terdekat
tentang rencana prosedur tindakan .
Rasional : Meminimalkan tingkat kecemasan keluarga
Post Operasi
19
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3) Intervensi: Atur posisi tidur senyaman mungkin .
Rasional : Dengan posisi yang nyaman nyeri dapat berkurang
(4) Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk
mengurangi nyeri.
Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan
pasca.
Tujuan: Bunyi nafas normal, nafas tidak koping hidung, tidak
terjadi.
Kriteria hasil : Mempertahankan pola pernapasan normal /efektif,
bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal pasien .
(1) Intervensi: Atur posisi kepala ekstensi, atau sesuai
kebutuhan untuk mempertahankan ventilasi.
Rasional : Untuk memperlancar jalan nafas
(2) Intervensi: Bantuan pasien untuk merubah posisi bentuk dan
nafas dalam.
Rasional : Untuk mengefektifan jalan nafas
(3) Intrvensi: Kaji adanya hipoksia.
Rasional : Untuk mengurangi terjadinya henti nafas
(4) Intervensi: Monitor respiratori rate
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan jalan nafas
3) Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas
setelah operasi .
Tujuan :
Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Kebutuhan tubuh pasien terpenuhi.
Kritria Hasil :
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi
perawatan diri sendiri .
20
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
(1) Intervensi: Pantau aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kelemahan pasien
(2) Intervensi: Bantu pasien untuk ambulasi dini dan
tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan pasien .
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas pasien
(3) Intrvensi: Bantuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
Rasional : Untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan
pasien.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau
tindakan operasi.
Tujuan :
Penyembuhan luka tepat waktu .
Tidak ada tanda-tanda infeksi .
Kriteria Hasil :
Dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurun
risiko infeksi .
Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
(1) Intervensi: Monitor luka operasi.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka pada pasien.
(2) Intervensi: Rawat luka sesuai prinsip .
Rasional : Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
(3) Intervensi: Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan.
Rasional : Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit .
(4) Intervesi Monitor tanda- tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
21
(5) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Untuk mmencegah terjadinya infeksi.
(Doenges, 2000)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukan dalam tindakan,
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
perawatan rangkaian rencana yang telah d susun harus diwujudkan
dalam pelaksanaan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang
bertugas merawat klien tersebut, implementasi dilakukan sesuai dengan
perencanaan/intervensi yang ada atau disesuaikan dengan
kondisi/keadaan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Pre Operasi:
1) Nyeri berkurang sampai dengan hilang
2) Tidak ada resiko kekurangan volume cairan tubuh
3) Tidak ada Cemas
Post Operasi:
22
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik.
Jakata. Widya Medi
23