Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KLIEN GANGGUAN JIWA

DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI PENDENGARAN DAN


PENGLIHATAN di RUANG KAKAK TUA RSJ DR. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Oleh:
Kelompok 1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember
Telp./Fax (0331) 323450 Jember

i
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KLIEN GANGGUAN JIWA
DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI PENDENGARAN DAN
PENGLIHATAN di RUANG KAKAK TUA RSJ DR. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Oleh:
Kelompok I
Raden Roro Maria Ulfah, S. Kep (072311101007)
Fajrin Nurrahmi, S. Kep (082311101012)
Dian Wahyu Pribadi, S. Kep (082311101013)
Ardini Fitri Diana, S. Kep (082311101023)
Elsa Yuniar Ardyana, S. Kep (082311101030)
Mahendra Pandu Negara, S. Kep (082311101032)
Mifta Dwi Imaniah, S. Kep (082311101040)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember
Telp./Fax (0331) 323450 Jember

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala penyertaan dan
pertolonganNya, sehingga Laporan Asuhan Keperawatan Kasus Klien Gangguan
Jiwa dengan Masalah Utama Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan di Ruang
Kakak Tua RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawangdapat kami selesaikan.Dalam
kesempatan ini, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak -
pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian laporan pertanggungjawaban ini,
yakni:
1. dr. Sujono Kardis, Sp., KJ selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember;
2. Ns.Erti Ikhtiarini Dewi, M. Kep., Sp. Kep. J. selaku dosen pembimbing;
3. Ns.Heru Waluyo, M.Kep. sebagai Clinical Instructur kelompok 1;
4. Kepala RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang beserta staf dan jajarannya;
5. Klien serta keluarga klien di ruang Kakak Tua RSJ Radjiman Wediodiningrat
Lawang;
6. Teman–teman yang telah membantu dalam pelaksanaan;
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sebagai penyempurnaan bahan penulisan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Malang,27 Januari 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iv

Bab 1 Pendahuluan ...........................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................3
1.3 Tujuan ...........................................................................................................3
1.4 Manfaat .........................................................................................................4
Bab 2 Tinjauan Teori ........................................................................................5
2.1 Pengertian Halusinasi ...................................................................................5
2.2 Jenis Halusinasi ............................................................................................5
2.3 Tanda dan Gejala Halusinasi........................................................................6
2.4 Tahap Halusinasi ..........................................................................................7
2.5 Faktor Penyebab Halusinasi .........................................................................7
2.6 Rentang Respon Halusinasi .........................................................................9
2.7 Thought Stopping .........................................................................................9
2.7.1 Definisi Thought Stopping ...............................................................9
2.7.2 Langkah-LangkahThought Stopping ................................................14
2.7.3 Tujuan dan Manfaat Thought Stopping ............................................16
Bab 3 Pembahasan ............................................................................................23
3.1 Pengkajian ....................................................................................................23
3.2 Diagnosis Keperawatan ...............................................................................38
3.3 Intervensi ......................................................................................................39
3.4 Implementasi ................................................................................................46
3.5 Evaluasi ........................................................................................................46
Bab 4 Penutup ...................................................................................................47
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................48
4.2 Saran ............................................................................................................27
4.2.1 Saran Bagi Mahasiswa .......................................................................66

iv
4.2.2 Saran Bagi Instansi Pendidikan ..........................................................27
4.2.3 Saran Bagi Profesi Keperawatan ........................................................28
4.2.4 Saran Bagi Instansi Kesehatan atau RSJ Lawang ..............................28
4.2.5 Saran Bagi Klien dan Keluarga ..........................................................28
Daftar Pustaka .....................................................................................................67
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisa Data .......................................................................................... 48


Tabel 2. Perencanaan .......................................................................................... 52

v
Tabel 3.Implementasi dan Evaluasi .................................................................... 59

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Rentang Respon ................................................................................... 6


Gambar 2. GenogramTn. A................................................................................. 34

vi
Gambar 3.Pohon Masalah ................................................................................... 51

vii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan yang baik atau kesejahteraan merupakan suatu kondisi dimana
tidak hanya terbebas dari penyakit. Sehat merupakan sebuah keadaan yang
dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu
terhadap berbagai perubahan lingkungan yang ada di lingkungan internal dan
eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektuap, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit adalah suatu proses
dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami
perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya
(Potter dan Perry, 2005).
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.Menurut
UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa,
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia,
termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008).
Sedangkan gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya
distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih
area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)
Tn. A adalah seorang laki-laki berusia 44 tahun yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Secara keseluruhan penampilan Tn. A rapi dan sesuai. Menurut
pengakuan Tn. A, dia mendengar suara-suara binatang seperti kecoa, cicak,
burung, dll. Menurut pengakuan keluarga Tn. A saat dirumah sering tertawa-tawa
sendiri serta mudah marah. Sebelumnya (sekitar 2 tahun yang lalu) klien pernah
dirawat di RSJ selama 6 bulan karena mudah bingung. 2 minggu sebelum masuk

1
RSJ, klien kembali kambuh dengan keluhan mudah bingung, bicara dan tertawa
sendiri, sulit tidur, sering mondar-mandir. Klien mengatakan setelah pulang dari
rumah sakit sempat berobat selama 1 tahun. Setelah menyatakan dirinya merasa
sembuh dan tempat tinggal jauh dari tempat control (klien diajak keluarga di
Ternate), klien berhenti kontrol dan putus minum obat, akhirnya 3 bulan terakhir
gejala gangguan jiwanya muncul kembali. Masalah kesehatan yang dialami oleh
Tn. A adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).Halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidakada orang yang berbicara
(Kusumawati, 2010).
Seseorang dengan gangguan jiwa yang dirawat di suatu rumah sakit jiwa
membutuhkan perawatan yang baik agar gangguan yang terjadi dapat diatasi.
Intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran yaitu dengan 3 cara diantaranya dengan cara menghardik,
berbincang-bincang, dan dengan cara melakukan aktivitas. Menurut Stuart and
Laraia (2005) intervensi yang diberikan pada pasien halusinasi bertujuan
menolong mereka meningkatkan kesadaran tentang gejala yang mereka alami dan
mereka bisa membedakan halusinasi dengan dunia nyata dan mampu
mengendalikan atau mengontrol halusinasi yang dialami. Selain 3 cara tersebut,
terdapat cara lain untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan cara Thought
stopping(penghentian pikiran). Thought stopping (penghentian pikiran)
merupakan salah satu contoh dari teknik psikoterapi kognitif behavior yang
dapat digunakan untuk membantu klien mengubah proses berpikir (Tang &
DeRubeis, 1999 dalam Retno Twistiandayani, 2013).

2
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah klien mengenal halusnasinya?
b. Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya?
c. Bagaimana klien mempraktekkan cara mengontrol halusinasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan jiwauntuk meningkatkan kesehatan
pada klien gangguan jiwa dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Klien dapat mengenal halusinasinya
b. Klien dapat mengetahui cara mengontrol halusinasi
c. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa adalah dapat menambah wawasan
mahasiswatentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dan dapat menerapkan ilmu yang sudah dipelajari
selama kuliah.

1.4.2 Manfaat bagiInstansi Pendidikan


Manfaat bagi Instansi Pendidikan yaitu dapat dijadikan acuan dan referensi
oleh perawat dalam mengembangkan badan keilmuan keperawatan khususnya
keperawatan jiwa.

1.4.3 Manfaat bagi Profesi Keperawatan


Manfaat bagi keperawatan yaitu dapat dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan yang tepat,

3
khususnya dalam pemberian intervensi keperawatan terkait keperawatan jiwa
dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

1.4.4 Manfaat bagi Rumah Sakit Jiwa


Manfaat bagi Instansi Kesehatan atau RSJ Lawang yaitu dapat dijadikan
bahan rujukan dalam merawat klien dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.

1.4.5 Manfaat bagi klien dan Keluarga


Manfaat bagi klien yaitu membantu klien dalam mengontrol gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Manfaat bagi keluarga yaitu keluarga
dapat mengetahui cara merawat anggota keluarga dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.

4
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Halusinasi


Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan
yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada
orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)

2.2 Jenis dan Isi Halusinasi


Menurut Stuart (2006) ada beberapa jenis halusinasi, yaitu :
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang
klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke,
tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

5
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) tanda dan gejala klien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri;
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain;
c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata;
d. Tidak dapat memusatkan perhatian;
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
dan takut;
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), perilaku klien yang
terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara sendiri, senyum sendiri, dan ketawa sendiri;
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat.;
c. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain;
d. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata;
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;
g. Sulit berhubungan dengan orang lain;
h. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
i. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
j. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;
k. Curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan;
l. Ketakutan dan tidak dapat mengurus diri;
m. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

6
2.4 Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart (2006), dan
setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Pada fase ini, klien tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik sendiri.
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Pada fase ini, terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital, asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita
3. Fase III
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersenut. Pada fase ini, klien sukar berhubungan dengan orang
lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Pada fase ini, terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri,
tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

2.5 Faktor Penyebab


1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan

7
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

8
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

2.6 Rentang respon


Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif
 Pikiran logis  Distorsi pikiran  Gangguan
 Persepsi akurat (pikiran kotor) pikir/defusi
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Reaksi emosi  Perilaku
 Perilaku seksual berlebihan atau disorganisasi
kurang  Isolasi sosial
 Perilaku aneh dan
tidak biasa
Gambar 2.1 Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )

2.7 Thought Stopping


2.7.1 Definisi
Teknik thought stopping merupakan salah satu tekhnik dalam
pendekatan klienngkognitif behavioral yang dapat digunakan untuk
mengubah pikiran negatif seseorang menjadi pikiran yang positif. Pikiran
yang positif dapat memunculkan tingkah laku positif.
Thought stopping merupakan keterampilan memberikan instruksi
kepada diri sendiri untuk menghentikan alur pikiran negatif melalui
penghadiran rangsangan atau stimulus yang mengagetkan. Berdasarkan pada

9
pandangan bahwa pikiran itu ketika beroperasi akan berjalan seperti aliran
sungai. Aliran pikiran ini dapat dibuyarkan atau dihambat jalannya sehingga
terputus melalui cara pemblokiran. Secara sederhana dapat diberikan contoh
yang biasa terjadi pada orang yang sedang melamun. Ketika melamun, kita
terbawa oleh aliran angan-angan.
Begitu ada yang mengagetkan, misalnya: ada yang menegur, ”Heh
ngelamun aja!” atau ada yang mendorong punggung kita dengan mengatakan,
”Harri giinih ngelamunria” maka kita kembali pada kesadaran, melamun
tidak berlanjut. Demikian halnya dengan pikiran negatif yang mengganggu
seseorang. Pemunculannya dapat diblokir atau dikacaukan alirannya dengan
instruksi ”TIDAK” atau ”STOP”. Maksudnya setiap muncul pikiran negatif
yang mengganggu yang menimbulkan masalah emosional dan perilaku dapat
kita hentikan dengan menyengaja menghentikan dengan mengatakan tidak
atau stop pada diri kita sendiri. Jika hal itu dilatihkan dan dilakukan berulang-
ulang, maka akan terbentuk semacam mekanisme kendali pada diri kita setiap
kali muncul pikiran negatif. Pikiran negatif itu dengan serta merta berhenti
dan tidak mengganggu emosi dan kewajaran perilaku kita lagi.
Ada dua macam cara menghentikan pikiran negatif: overt dan covert.
Cara yang pertama menghentikannya dengan mengucapkan (bersuara) kata-
kata ”STOP” atau ”TIDAK”, sedangkan yang ke dua dengan isyarat atau
niatan batin saja. Melalui isyarat, misalnya dengan menepuk atau mencubit
anggota tubuh tertentu. Keduanya juga dapat diterapkan secara bersama, kata-
kata dan isyarat. Untuk sampai pada tinagkat terampil dan efektif
penggunaannya kita bisa melatihnya. Langkahnya mulailah dengan
menciptakan keadaan rileks. Bila kondisi rileks tercapai mulailah munculkan
pikiran negatif yang selama ini sering muncul dan mengganggu Anda.
Biarkan beberapa saat pikiran itu menari-nari di panggung pikiran Anda.
Kemudian ucapkanlah kata ”STOP” diikuti isyarat ke tubuh dengan niat
menghentikan pikiran itu. Lakukan hal ini berulang-ulang sehingga menjadi
siap pada saat diperlukan.

10
Strategi Berhenti Berfikir (Thought Stopping) ini digunakan untuk
membantu ketidakproduktifan kontrol seseorang atau kalahnya pikiran dan
gambaran-gambaran dari diri sendiri dengan cara menekan atau
menghilangkan kesadaran-kesadaran negatif tersebut. Berhenti berfikir sering
kali juga untuk klien yang terlalu terpaku dengan kejadian-kejadian masa lalu
yang tidak dapat diubah (menangisi nasi yang telah jadi bubur ): klien yang
menyesali kejadian-kejadian yang tidak mungkin terjadi; klien yang terikat
oleh fikiran negatif yang selalu berulang-ulang dan sangat tidak produktif
atau kegelisahan yang berulang-ulang atau gambaran-gambaran yang selalu
menyalahkan diri sendiri.
Berhenti berpikir (Thought Stopping) ini sering digabungkan dengan
strategi lain, (Rooney:1974) menyatakan bahwa Thought Stopping memiliki
beberapa kelebihan diantaranya adalah mudah dikelola, biasanya gampang
dimengerti oleh klien dan siap digunakan oleh klien dalam pengaturan sikap
diri sendiri. Strategi berhenti berpikir (Thought Stopping) ini memiliki 6
(enam) komponen utama, diantaranya :
1. Rasional Strategi
Pertama-tama perawat akan menerangkan rasional Thought
Stopping ini. Sebelum memakai strategi ini, klien harus sadar akan
pikiran-pikirannya yang mengalahkan dirinya yang sering muncul.
Wolpe (1982) menyatakan bahwa perawat harus menunjukkan
bagaimana pikiran klien yang mengganggu (gagal) dengan cara apa
klien dapat keluar dari masalah itu tanpa diganggu oleh pikiran-
pikiran itu.
Berikut ini adalah contoh cara yang dapat digunakan oleh perawat
untuk menjelaskan tujuan dari Thought Stopping :
“ Anda tadi mengatakan bahwa anda terganggu oleh pikiran-pikiran
yang sebentar-bentar muncul seperti ........... “ pikiran-pikiran
tersebut menghabiskan banyak energi dan benar-benar tidak perlu,
tentunya anda akan merasa lebih baik jika anda tidak terus menertus
memikirkan tentang hal ..... itu tadi. Nah ! prosedur ini dapat

11
membantu anda untuk bekerja menghilangkan kebiasaan berpikir
seperti itu. “.
Jika klien bersedia untuk mencoba menggunakan Thought
Stopping, perawatharus menjelaskan prosedur tersebut tanpa
memperagakan secara terlalu jelaskepada klien tentang bagaimana
cara menghentikan pikiran itu, sebab pada“kenyataan awal “ inilah
untuk sangat efektif. Selanjutnya perawat dapat berkata :
“ Nah saya akanmeminta anda untuk duduk relax dan
membicarakan pikiran-pikiran ini kedalam benak kamu, kemudian
anda memberi tahu saya jika pikiran-pikiran itu muncul seperti .........
tadi, saya akan mengintrupsi kamu, selanjutnya saya nanti akan
mengajari anda tentang bagaimana cara membubarkan rentetan
pikiran itu sehingga anda dapat melakukannya kapanpun jika
sewaktu-waktu pikiran itu muncul.
2. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh perawat (Overt Interuption)
Pada tahap ini perawat yang bertanggung jawab untuk
menginterupsi pikiran klien interupsi ini terbuka, yaitu dengan
mengucapkan kata stop yang keras dapat disertai dengan tepuk
tangan,mengetuk meja atau dengan siulan.Awal mulanya klien
diperintahkan untuk menyatakan semuapikiran-pikiranya secara
keras.Kata-kata tersebut memungkinkan perawat menentukan
pernyataan yang mana yang mana untuk dihentikan seperti contoh
a. Perawat meminta klien untuk duduk bersandar (rileks) dan
membicarakan semua pikiran ini masuk ke dalam benak (alam
pikiran) Duduklah bersandar dengan rileks dan biarkan pikiran-
pikiranmu itu masuk kedalam alam pikiran
b. Perawat memintaklien untuk menggungkapkan dengan kata-
kata secara keras tentang pikiran-pikiran tersebut
c. Pada saat klien mengungkapkan pikiran-pikiran yang merusak
diri, perawat menginterupsi dengan keras kata stop.

12
d. Perawat menunjukkan bagaiman intrupsi yang tidak terduga tadi
efektif dalam menghilangkan pikiran-pikiran negatif
3. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien ( Overt Interuption )
Setelahklien belajar untuk mengonterol pikiran negatifnya sebagai
respons dari interupsi perawat tadi, maka klien menerima
tanggung jawab untuk mengintrupsinya sendiri
Pertama-tama klien mengarahkan diri sendiri seperti apa yang
telah diarahkan oleh perawat tadi.tahap ini berlangsung seperti
berikut
a. Klien dengan sengaja membangkitkan pikiran-pikirannya
tentang apa pun dan menyatakan secara lisan segala macam
pikiran ini masuk kedalam alam pikirannya.
b. Perawatmemintaklien untuk mengatakan stop dengan keras
kapan pun bila klien bila menemukan pikiran yang negatif
“klien ini dapat mengrahkan diri anda sendiri. Apabila muncul
pikiran-pikiaran yang negative tadi, intrupsilah sendiri dengan
kata stop yang keras.”
4. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien ( Overt Interuption )
Pada beberapa kasus , rasnya tidak praktis dan bijaksana bagi
klien untuk menginterupsi diri secara terbuka. Banyangkan saja
apabila klien berada di tempat-tempat umum, di bus tiba-tiba
berteriak stop .Oleh sebab itu pada tahap berikut ini sama juga
seperti tahap sebelumnya:
a. Klien membiarkan pikiran-pikirannya masuk kedalam alam
pikirannya.
b. Ketika klien akan mengintterupsi dengan kata-kata stop, cukup
dalam hati saja
5. Pergantian kepada pikiran-pikiran yang asertif, positif (Netral)
Untuk menggurangi kegelisahan yang masih tersisa, perawat
dapat menyarankan agar klien untuk menemukan pikiran-pikira yang
lebih arsetif. Jikaklien telah menginterupsi pikiran-pikiran negatifnya

13
karena diasumsikan bahwa tingkah laku yang seperti ini dapat
mencegah kecemasan,kegelisahan,walaupun klien telah belajar
untuk menekan pikiran yang tidak dikenhendaki tadi (Arrick:1981)
Pada dasarnyaklien diajarkan untuk mengganti pikiran-pikiran ke
respons asertif setelah diinterupsi.Respon ini mungkin dapat
berkontradiksi dengan isi dari pikiran nagatifnya Berikut ini contoh
langkah-langkah dalam mengajarkan klien:
a. Perawat menerapkan tujuan pindah dari pikiran yang negative
b. Perawat dapat memberikan contoh pkiran posetif yang dapat
digunakan mengganti pikiran-pikiran negative yang berhasil
dihentikan
c. Birikutnya klien dimintak untuk mempraktikkan pergantian ini
setelah klien menginterupsi diri secara terbuka.
d. Setelah itu klien melatih dengan cara tertutup
e. Klien dodorong terus agar berlatih mengganti ke arah pikiran
asertif,positif atau netral sampai bebarapa kali.
6. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut
Pekerjaan rumah ini diperlukan agar klien terus berlatih, dan
dapat menguatkancontrolklien dalam menghentikan pikiraun yang
merusak jika sewaktu-waktu muncul.

2.7.2 Langkah-Langkah Thought Stopping


a. Rasional Strategi
1) Perawat memberikan rasioanl/menjelaskan maksud penggunaan
strategi
2) Perawat memberikan tahap-tahap implementasi strategi
3) Perawat memberikan gambaran tentang pikiran-pikiran yang
merusak diri (negatif) dan cara klien koluar dari masal itu.

b. Berhenti memikirkan yang diarahkan perawat

14
1) Perawat meminta klien menyatakan semua pikiran dalan situasi
problem
2) Pada saat klien mengungkapkan pikiran-pikiran yang merusak
diri, perawat menginterupsi dengan keras kata “stop” dan dapat
disertai tepuk tangan,siul atau menepuk meja
3) Perawat menunjukkan bagaimana intrupsi yang tidak trduga tadi
efektif dalam menghilangkan pikiran-pikiran negative
c. Berhenti memikirkan yang diarahkan oleh klien(intrupsi oleh klien
secara rebuke)
1) Klien dengan sengaja membangkitkan pikiran-pikirannya.
2) Memintaklien untuk mengatakan “stop” dengan suara keras
d. Berhenti memikirkan yang diarahkan oleh klien (interupsi oleh klien
secara tertutup)
1) Klien dengan sengaja membangkitkan pikiran-pikirannya
2) Memintaklien untuk mengatakan “stop” dalam hati kapan pun
bila klien menemukan pikiran-pikiran negatif
e. Pergantian ke pikiran-pikiran yang asertif,positif atau netral
1) Perawat menjelaskan tujuan pindah ke pikiran yang lebih
asertif,positif atau neteral
2) Perawat memodelkan pikiran positif
3) Perawat meminta klien mempraktikkan pikiran posit
f. Tugas Rumah Tindak lanjut
Perawat memberikan tugas rumah dengan cara memintaklien iuntuk
mempraktikkan keterampilan yang telah diperoleh untuk mengatasi
masalah yang dialaminya
g. Terminasi
Perawat menghentikan program bantuan

2.7.3 Tujuan dan Manfaat

15
a. Tujuan
Tujuan dari penggunaan teknik penghentian pikiran negatif ini
adalah :
1) Untuk melemahkan perilaku yang tidak dikehendaki oleh
konseli
2) Untuk menghentikan pikiran-pikiran negatif akibat
pengalaman yang telah lalu.
b. Manfaat
Manfaat dalam penggunaan teknik ini diantaranya adalah :
1) Mengurangi perikiran Negatif.
2) Mengefektifkan perilaku yang positif.
3) Dapat mengurangi kecemasan seseorang.
4) Mengurangi mengkritik diri yang tidak sehat.
5) Dapat membantu konseli dalam mengontrol pikiran negative
dan halusinasi yang tidak produktif.
6) Bermanfaat untuk belajar melupakan pengalaman buruk.
7) Meningkatkan kontrol pikiran.

16
BAB 3. PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membandingkan antara teori dan kasus yang
kelompok amati serta menganalisa sejauh mana faktor pendukung, faktor
penghambat, dan alternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Tn.A dengan gangguan persepsi sensorik: Halusinasi di
ruangan Kakak Tua Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang
pada tanggal 20 Januari hingga 29 Januari 2014.

3.1 Pengkajian Keperawatan


Menurut Stuart dan Laraia, dalam Keliat (2005) pengkajian merupakan tahap
awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada
pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
koping yang dimiliki klien.
Berdasarkan teori, menurut Yosep (2009) menyebutkan bahwa etiologi yang
menyebabkan halusinasi disebabkan oleh faktor prediposisi dan faktor presipitasi,
yang termasuk faktor prediposisi adalah faktor perkembangan, sosiokultural,
biokimia, psikologis, genetik dan pola asuh. Faktor presipitasi pada halusinasi
adalah biologis, stress lingkungan, dan sumber koping.
Pada kasus Tn.A faktor prediposisinya yaitu klien pernah sebelumnya di rawat
d RSJ 2 tahun yang lalu selama 6 bulan dengan gejala marah-marah, mendengar
bisikan, setelah dirawat 6 bulan klien pulang dan dinyatakan sembuh secara klinis
oleh rumah sakit. Setelah pulang dari rumah sakit sempat berobat selama 1 tahun.
Klien menyatakan dirinya merasa sembuh dan tempat tinggal jauh dari tempat
kontrol (klien diajak keluarga di Ternate), klien berhenti kontrol serta putus
minum obat, akhirnya 3 bulan terakhir gejala gangguan jiwanya muncul kembali.
Menurut penelitian Castro (2010) menyatakan bahwa untuk mampu mengontrol
halusinasi pasien juga harus dilatih menggunakan obat secara teratur sesuai

17
dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit seringkali
mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit,
sehingga pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan. Gangguan jiwa terjadi akibat gangguan sinyal penghantar saraf
(neurotransmitter) pada sel-sel darah otak, yaitu antara pelepasan zat dopamine,
serotonin dan noradrenalin pada reseptor tersebut terjadi di susunan saraf pusat
(otak) yaitu di daerah sistem limbik khususnya di nucleus accumbens dan
hypothalamus. Obat psikofarmaka yang diberikan ditujukan pada gangguan fungsi
neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan atau dengan kata
lain penderita gangguan jiwa dapat diobati. Jadi, pada Tn.A perlu peran keluarga
untuk melatih menggunakan obat secara teratur agar klien di rumah sembuh dan
tidak mengalami kekambuhan.
Tn.A mengalami gangguan jiwa setelah diceraikan oleh istrinya 2 tahun lalu
tanpa sebab yang jelas. Keadaan tersebut menyebabkan Tn.A tidak mampu
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya dan klien lebih memilih
kesenangan sesaat dengan lari dari alam nyata menuju alam hayalnya. Menurut
penelitian Castro (2010) menyebutkan bahwa keluarga, pengasuh dan lingkungan
klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
Pada keluarga Tn.A yang mengalami ganggan jiwa yaitu nenek dari Tn.A.
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini
(Yosep, 2009).
Faktor presipitasi adalah biologis, stress lingkungan, dan sumber koping. Pada
kasus Tn.A ditemukan sumber koping yang tidak efektif dimana klien memiliki
riwayat pernah mengalami perceraian di masa lalu. Mekanisme koping yang ada
pada Tn.A yaitu menghindar, lebih senang menyendiri, jarang berbicara dengan
orang lain, serta tertawa sendiri. Menurut Yosep (2009) menyatakan bahwa

18
sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Koping individu yang efektif akan berpengaruh terhadap stressor yang diterima
oleh individu.
Pohon masalah yang ada sesuai dengan teori dimana masalah yang menjadi
penyebab munculnya halusinasi : pendengaran adalah inefektif koping individu
dan ansietas ringan. Masalah yang menjadi akibat dari halusinasi: pendengaran
adalah resiko tinggi perilaku kekerasan. Dari masalah keperawatan dan pohon
masalah terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu munculnya masalah-
masalah sekunder seperti isolasi sosial, gangguan proses pikir: waham, harga diri
rendah, ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik, defisit perawatan
diri (mandi hygiene), kerusakan interaksi social, koping individu tidak efektif dan
resiko perilaku kekerasan. Sedangkan pada teori terdapat isolasi sosial: menarik
diri, halusinasi, dan resiko perilaku kekerasan.
Faktor penghambat yang kelompok rasakan sekali saat pengkajian adalah
jawaban yang diberikan klien sering berubah-ubah dan logat bahasa yang
digunakan klien berbeda dengan perawat sehingga kesulitan menangkap informasi
yang disampaikan.
Faktor pendukungnya adalah telah tersedianya format pengkajian sehingga
memudahkan kelompok dalam mencari data dengan cepat pada klien, lingkungan
yang kondusif dalam proses keperawatan, klien kooperatif, dan adanya kerjasama
yang baik dengan perawat yang ada di ruangan dalam memberikan informasi
tentang klien.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan pada kasus dan teori terdapat kesenjangan. Diagnosa
keperawatan pada teori gangguan persepsi sensori: halusinasi antara lain risiko
tinggi perilaku kekerasan, isolasi sosial, dan gangguan persepsi sensori:
halusinasi. Sedangkan pada kasus bertambah diagnosa keperawatan isolasi sosial,
gangguan proses pikir: waham, harga diri rendah, ketidakefektifan
penatalaksanaan regiment terapeutik, defisit perawatan diri (mandi hygiene),

19
kerusakan interaksi social, koping individu tidak efektif dan resiko perilaku
kekerasan.
Pada kasus Tn.A kelompok menemukan 9 diagnosa keperawatan yaitu
gangguan persepsi sensori: halusinasi, isolasi sosial, gangguan proses pikir:
waham, harga diri rendah, ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik,
defisit perawatan diri (mandi hygiene), kerusakan interaksi social, koping
individu tidak efektif dan resiko perilaku kekerasan dan masalah keperawatan
yaitu:
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
DO:
a. Klien bercerita sambil tertawa
b. Klien suka keluyuran (jalan-jalan)
c. Klien banyak beraktivitas sendiri
DS:
a. Klien berkata, “saya sering mendengar suara-suara hewan seperti kecoa,
semut, cicak, kadal terutama menjelang tidur
b. Klien berkata, “ saya biasanya melihat langit yang luas di atas kepala
saya, sehingga saya terlihat kecil. Saya merasa lucu.”
2. Gangguan proses pikir: Waham
DO: Klien menunjukkan pada perawat saat menyapu bahwa kotoran bisa
menjadi semut
DS:
a. Klien berkata, “saya bekerja sebagai pemilik mall, mall saya tingkat 3
dibangun di pinggir laut.”
b. Klien berkata, “pegawai yang membangun mall saya tidak saya bayar,
cuma saya kasih makan dan fasilitas mewah seperti di hotel di dalam
mall saya.”
3. Isolasi sosial
DO:
a. Klien jarang mengobrol dengan orang lain
b. Klien suka keluyuran dan mondar mandir

20
DS:
Klien berkata, “ saya jarang kumpul dengan orang-orang disini karena
saya kurang bisa bahasa jawa, orang-orang disini kalau ngomong pakai
bahasa jawa.”
4. Resiko Perilaku Kekerasan
DO: -
DS:
a. Keluarga mengatakan bahwa klien dirumah suka marah-marah dengan
hal sepele
b. Data dalam rekam medik di dapatkan bahwa klien dibawa ke RSJ
karena klien sering marah-marah
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
DO: -
DS:
a. Klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit sempat berobat
selama 1 tahun. Setelah itu klien merasa dirinya sembuh dan dengan
alasan karena tempat tinggal jauh dari tempat kontrol (klien diajak
keluarga di Ternate), klien berhenti kontrol dan putus minum obat
b. Keluarga mengatakan 3 bulan terakhir gejala gangguan jiwa klien
muncul kembali, jadi saat ini klien dirawat di RSJ untuk yang kedua
kalinya.
6. Harga diri rendah
DO: -
DS: Klien mengatakan merasa malu saat berbicara dengan orang lain
karena kondisi giginya yang hitam, berlubang, dan ada yang copot
7. Defisit perawatan diri (mandi hygiene)
DO: Klien mengatakan bahwa sering tidak gosok gigi saat mandi karena
sering terlupa
DS:
a. Tercium bau tidak sedap saat berbicara dengan klien
b. Gigi klien terlihat hitam, berlubang, dan ada yang copot

21
8. Kerusakan interaksi social
DO:
a. Klien kurang kooperatif, dibuktikan dengan klien lebih memilih orang
tertentu untuk mau diajak bicara.
b. Selama interaksi, klien terkadang tiba-tiba senyum sendiri walaupun
topik pembicaraan terkadang tidak lucu.
DS: -
9. Koping individu tidak efektif
DO: Klien lebih banyak sendiri, keluyuran, dan mondar mandir
DS:
a. Keluarga mengatakan bahwa klien tidak suka bercerita ketika ada
masalah
b. Klien mengatakan bahwa klien tidak bercerita dengan klien lain
karena tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa

3.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan yang disusun oleh kelompok berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa yang ada. Perencanaan mencakup tindakan mandiri, kolaborasi
(pengobatan), dan terapi modalitas (terapi aktivitas kelompok) yang diperlukan
klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Perencanaan asuhan keperawatan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa untuk
meningkatkan kesehatan pada klien gangguan jiwa dengan masalah utama
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Sesuai dengan tujuan
tersebut, perencanaan yang dilakukan untuk Tn. A mengacu pada SP 1 sampai 4
klien dan SP 1 sampai 3 keluarga. SP 1 klien bertujuan untuk membantu pasien
mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi.
SP 2 klien bertujuan untuk melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. SP 3 klien bertujuan untuk

22
melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu melaksanakan
aktivitas terjadwal. SP 4 klien bertujuan untuk melatih pasien menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan prinsip 5 benar.
SP 1 keluarga bertujuan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala
halusinasi, dan cara-cara merawat pasien halusinasi. SP 2 keluarga bertujuan
untuk melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien langsung di depan
pasien. SP 3 keluarga bertujuan untuk membuat perencanaan pulang bersama
keluarga.
Selain perencanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan SP 1 sampai 4
klien, kegiatan lain yang direncanakan adalah pengikutsertaan pasien dalam TAK
sosialisasi maupun TAK halusinasi. Metode lain yang dicoba untuk diajarkan
mengontrol halusinasi yang dialami pasien adalah metode thought stopping.
Metode ini bertujuan untuk membantu klien mengubah proses berpikir (Tang &
DeRubeis, 1999).

3.4 Implementasi Keperawatan


Pada implementasi, tindakan adalah untuk masalah utama gangguan persepsi
sensori : halusinasi pedengaran. Tindakan yang dilakukan menggunakan
pedoman strategi pelaksanaan (SP) yaitu mulai dari SP 1 hingga SP 4, SP 1
sampai 3 keluarga, TAK, dan metode thought stopping.Pada pelaksanaannya,SP
klien dilakukan semuanya, TAK sosialisasi, dan metode thought stopping,
tetapiSP keluarga hanya terbatas pada SP 1 keluarga saja karena keterbatasan
waktu dan kunjungan keluarga yang hanya satu kali saja dalam waktu 2 minggu.
SP klien dilakukan berulang-ulang agar klien mampu secara mandiri mengontrol
halusinasinya dan mampu minum obat sendiri. TAK sosialisasi dilakukan untuk
membantu pasien bersosialisasi dengan pasien lain, tujuan lain yang ingin dicapai
adalah klien mampu bercakap-cakap dengan teman sesama klien ketika
mengalami halusinasi. TAK sosialisasi yang telah dilaksanakan sampai sesi 4.
Klien selalu lulus dalam mengikuti setiap kegiatan TAK. Klien juga mau secara
lantang untuk menceritakan halusinasi dan kegiatan hariannya.

23
Metode lain yang dilakukan mengontrol halusinasi selain menurut SP
halusinasi pada klien adalah metode thought stopping. Pasien Skizofrenia yang
kelompok kelola sebelum dilakukan terapi thought stoppingdidapatkan
kemampuan pasien mengontrol halusinasidalam kriteria kurang.
Halusinasipendengaran merupakan bentuk yang palingsering dari gangguan
persepsi pada kliendengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentukhalusinasi ini
bisa berupa suara-suara bisingatau mendengung. Tetapi paling sering berupa
kata-kata yang tersusun dalam bentukkalimat yang mempengaruhi tingkah
lakuklien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri,
bertengkaratau respons lain yang membahayakan.Kurangnya stimulus lingkungan
juga akanmenjadi penyebab terjadinya halusinasi. Prosedur metode tought
stoppingyaitu mengajarkan klien ketika halusinasinya muncul dengan
mengucapkan kata stop yang keras disertai dengan tepuk tangan,mengetuk meja
atau dengan siulan. Awalnyaklien diperintahkan untuk menyatakan semua
pikiran-pikiranya secara keras.Kata-kata tersebut memungkinkan perawat
menentukan pernyataan yang mana untuk dihentikan seperti contoh. Perawat
meminta pasien untuk duduk bersandar (rileks) dan membicarakan semua pikiran
ini masuk ke dalam benak (alam pikiran). Perawat memintaklien untuk
mengungkapkan dengan kata-kata secara keras tentang pikiran-pikiran tersebut.
Pada saat klien mengungkapkan pikiran-pikiran yang merusak diri, perawat
menginterupsi dengan keras kata stop.
Perawat menunjukkan bagaimana interupsi yang tidak terduga tadi efektif
dalam menghilangkan pikiran-pikiran negatif. Setelah klien belajar untuk
mengontrol pikiran negatifnya sebagai respon dari interupsi perawat tadi, maka
klien menerima tanggung jawab untuk mengintrupsinya sendiri. Pertama-tama
klien mengarahkan diri sendiri seperti apa yang telah
diarahkan oleh perawat tadi. Tahap ini berlangsung seperti berikut:
a. Klien dengan sengaja membangkitkan pikiran-pikirannya tentang apa pun
dan menyatakan secara lisan segala macam pikiran ini masuk kedalam
alam pikirannya.

24
b. Perawat meminta klien untuk mengatakan stop dengan keras kapan pun
klien saat menemukan pikiran yang negative.
c. Apabila muncul pikiran-pikiaran yang negatif tadi, interupsikan sendiri
dengan kata stop yang keras.
Untuk mengurangi kegelisahan yang masih tersisa, perawat dapat
menyarankan agar klien untuk menemukan pikiran-pikiran yang lebih arsetif.
Jika klien telah menginterupsi pikiran-pikiran negatifnya karena diasumsikan
bahwa tingkah laku yang seperti ini dapat mencegah
kecemasan,kegelisahan,walaupun klien telah belajar untuk menekan pikiran yang
tidak dikehendaki.
Pada saat sebelum dilakukan terapi tought stopping, pasien masih sering
berdiam diri karena menikmati halusinasinya. Setelah diajarkan metode thought
stoppingpasien mampu mengendalikan pikiran-pikiran negatif yang muncul.
Walaupun terkadang pasien masih pernah terlihat berkeluyuran dan berdiam diri.
Setelah diajarkan thought stopping, pasien mengalami peningkatan mengontrol
halusinasinya dengan mengatakn stop dan mengusir halusinasinya tersebut. Dasar
dari teknik ini adalah secara sadar memerintah diri sendiri, “stop!”, saat
mengalami pemikiran negatif berulang, tidak penting, dan distorted. Kemudian
mengganti pikiran negatif tersebut dengan pikiran lain yang lebih positif dan
realistis. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini sering terjadi kesulitan,
karena kesulitan pasien untuk berkonsentrasi pada kegiatan terapi ini.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mana pada
tahap ini bertujuan untuk menilai hasil akhir dari tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, dan
Planning). Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat, 2005). Perawat menggunakan pendekatan ini
agar memudahkan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sehingga tujuan
dapat tercapai. Evaluasi dalam melaksanakan tindakan keperawatan mengacu
pada kriteria hasil yaitu:

25
1. Terbinanya hubungan saling percaya yang ditunjukkan dengan kontak
mata (+), klien kooperatif, klien tenang dan menjawab semua pertanyaan
yang diajukan perawat.
2. Klien juga telah mampumenceritakan halusinasi yang dialaminya (klien
mengatakan sering mendengar suara-suara hewan seperti; cicak, kecoa,
kucing, semut, kadal, klien mengatakan mendengar suara-suara tersebut
saat menjelang tidur, klien mengatakan saat sendirian suara-suara sering
muncul, klien mengatakan merasa geli dan lucu mendengar suara-suara
tersebut, klien mengatakan saat mendengar suara-suara, klien hanya
membiarkan saja) klien mampu mempraktikkan cara menghardik
halusinasi (klien mengatakan akan mempraktikkan cara menghardik
halusinasi saat mendengar suara-suara), klien mengetahui langkah-langkah
menghardik halusinasi. Pada awalnya klien tidak mengetahui cara-cara
untuk mengontrol halusinasi, klien hanya membiarkan saja ketika suara-
suara itu muncul.
3. Klien mampu berinteraksi dan mempraktekkan cara berkenalan dengan
orang lain. Hal ini dibuktikan dengan klien yang pada awalnya lebih sering
menyendiri, keluyuran, terlihat lebih banyak diam, dan jarang mengobrol
dengan teman-temannya.
4. Klien belum mampu mengorientasikan realita terkait dengan waham yang
dialaminya. Hal ini dibuktikan dengan klien masih menganggap bahwa
klien adalah pemilik dari sebuah mall di Ternate.
Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.A dari
SP 1 hingga SP 4 yaitu klien kooperatif, kondisi lingkungan yang mendukung
dan informasi yang diperoleh dari perawat. Faktor penghambat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selama interaksi adalah klien sering
mengalami kebosanan dan sering lupa dengan yang sudah diajarkan.

26
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tn.A adalah klien yang mengalami gangguan jiwa dengan diagnosa medik
skizofrenia hebefrenik episode berkelanjutan dan diagnosa keperawatan halusinasi
pendengaran. Klien pernah sebelumnya di rawat d RSJ 2 tahun yang lalu selama 6
bulan dengan gejala marah-marah, mendengar bisikan, setelah dirawat 6 bulan
klien pulang dan dinyatakan sembuh secara klinis oleh rumah sakit. Setelah
pulang dari rumah sakit sempat berobat selama 1 tahun. Klien menyatakan dirinya
merasa sembuh dan tempat tinggal jauh dari tempat kontrol (klien diajak keluarga
di Ternate), klien berhenti kontrol serta putus minum obat, akhirnya 3 bulan
terakhir gejala gangguan jiwanya muncul kembali.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn.A adalah SP 1-SP 4 klien
dan SP 1 keluarga tentang halusinasi, klien juga diikutkan dalam kegiatan TAK
sosialisasi, serta diajarkan tentang Tought Stopping. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan jiwa selama 10 hari yaitu mulai tanggal 20-29 Januari 2014
didapatkan hasil yaitu klien mampu mengenal halusinasi, klien mampu
mengetahui cara mengontrol halusinasi, klien mampu mempraktekkan 4 cara
mengontrol halusinasi, klien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan
metode lain yaitu Tought Stopping, dan klien selalu lulus dalam mengikuti setiap
kegiatan TAK sosialisasi.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan cara lain dalam mengontrol
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

4.2.2 Bagi Instansi Pendidikan

27
Mengembangkan pengaplikasian keilmuan keperawatan jiwa dalam
instansi pendidikan.

4.2.3 Bagi Profesi Keperawatan


Profesi keperawatan diharapkan dapat meningkatkan praktik asuhan
keperawatan terkait pemberian intervensi untuk klien dengan masalah gangguan
persepsi sensori: halusinasi.

4.2.4 Bagi Instansi Kesehatan atau RSJ Lawang


RSJ Lawang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemberian
pelayanan kesehatan terhadap klien dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori: halusinasi.

4.2.5 Bagi Klien dan Keluarga


Bagi klien diharapkan dapat mempraktekkan pengetahuan yang telah
diberikan untuk dapat meningkatkan status kesehatan klien. Bagi keluarga
diharapkan mendukung klien dalam mengontrol halusinasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC.

Castro. 2010. Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi


Terhadap Kemampuan Kognitif Dan Psikomotorik Pasien Dalam Mengontrol
Halusinasi Di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara Medan. Sumatera Utara: Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.

Cormier, W.H.& Cormier, L.S. 1985. Intervierwing Strategisesb For Helprs.


Fundamentals Skills and Cognitive Behavioral Interventios.2nd.ed.
Monterey, CA: Brooks/Cole Publishing Company.

Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktik :Konseling & Psikoterapi. Bandung. PT.
Refika Aditama.

Jallo, H. A. 2008. Askep


Halusinasi.http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/
pada tanggal 26 Januari 2013.

Keliat, B. A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, B. A. 2009. ModelPraktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta : EGC.

Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart &Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC.

Syahbana, A. R. 2009. Laporan Pendahuluan Halusinasi. Dalam Asuhan


Keperawatan Rizki.
http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/02/laporan-pendahuluan-
halusinasi.html pada tanggal 26 Januari 2013.

Videbeck, Sheila. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2009. Keperwatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.

29
LAMPIRAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Tanggal Dirawat : 10 Januari 2014


Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2014
Ruang Rawat : Kakak Tua

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 44 Tahun
Alamat : Bojonegoro
Pendidikan : SMU
Agama : Islam
Status : Duda
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. RM : 088224

30
II. ALASAN MASUK
Data Primer
Klien mengatakan bahwa klien dibawa ke RSJ oleh keluarga karena sering
bicara dan tertawa-tawa sendiri.
Data Sekunder
Berdasarkan hasil data dalam rekam medik, klien masuk rumah sakit jiwa
karena suka bicara dan tertawa sendiri, serta mudah marah. Dari hasil
wawancara dengan keluarga, klien dibawa ke RSJ selain bicara-bicara
sendiri, juga sering marah-marah tanpa sebab atau walaupun dengan hal
sepele yang dirasa klien tidak disuka.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PRESIPITASI


Sebelumnya (sekitar 2 tahun yang lalu) klien pernah dirawat di RSJ Lawang
dan dirawat selama 6 bulan di Ruang Kutilang karena suka bicara sendiri
dan tidak bisa tidur. Tanggal 21 Mei 2012 klien dinyatakan sembuh secara
klinis oleh rumah sakit, dan diperbolehkan untuk pulang. Kemudian setelah
keluar dari RSJ, klien tidak kontrol dan minum obat kira-kira selama 1
tahun. 3 bulan terakhir gejala gangguan jiwanya muncul lagi dan
mengganggu tidur klien. 2 minggu sebelum masuk RSJ, gejala sulit tidur,
sering mondar-mandir. Sehingga pada tanggal 10 Januari 2014 MRS
kembali di Ruang Perkutut dan tanggal 13 Januari masuk Ruang Kakak Tua.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, jelaskan:
Menurut Klien sebelumnya pernah di rawat d RSJ 2 tahun yang lalu
selama 6 bulan dengan gejala marah-marah, mendengar bisikan, setelah
dir awat 6 bulan klien pulang setelah dinyatakan sembuh secara klinis
oleh rumah sakit pada bulan Januari 2012.

2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 Kurang berhasil
 Tidak berhasil
Jelaskan:
Klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit sempat berobat
selama 1 t ahun. Setelah itu klien merasa dirinya sembuh dan dengan
alasan karena tempat tinggal jauh dari tempat kontrol (klien diajak

31
keluarga di Ternate), klien berhenti kontrol dan putus minum obat,
akhirnya 3 bulan terakhir gejala gangguan jiwanya muncul kembali, jadi
saat ini klien dirawat di RSJ untuk yang kedua kalinya.

3. a. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh


kembang)
 Ya
 Tidak :
Menurut pengakuan klien dan keluarga sejak kecil klien tidak pernah
mengalami riwayat penyakit fisik yang berat yang bisa mengganggu
tumbuh kembang klien.
b. Pernah ada riwayat NAPZA
 Narkotika
 Penyalahgunaan psikotropika
 Zat aditif: kafein, nikotin, alkohol
Klien mempunyai kebiasaan merokok dengan menghabiskan 6-8
batang rokok/hari. Menurut klien, rokok yang dimiliki oleh klien
dikasih oleh temannya secara sukarela.
 Dll
c. Riwayat trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik - - - -
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan dalam -  - -
keluarga
5. Tindakan kriminal - - - -
6. Usaha bunuh diri - - - -
Jelaskan :
Menurut data rekam medis dan penjelasan keluarga, klien pernah
melakukan perilaku marah-marah tanpa penyebab yang jelas/ ketika
mempunyai keinginan yang tidak dituruti.
Masalah/Diagnosa Keperawatan terkait predisposisi:
 Perubahan pertumbuhan dan  Risiko tinggi kekerasan
perkembangan  Ketidakefektifan
 Berduka antisipasi penatalaksanaan regiment
 Berduka disfungsional terapeutik
 Respon paska trauma  Lain-lain, jelaskan
 Sindroma trauma perkosaan ……………………….

32
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan bahwa pernah menikah dan bercerai dengan istrinya.
Klien diceraikan tanpa sebab oleh istrinya setelah sebelumnya klien
mengalami sakit-sakitan. Dengan kejadian itu, klien merasa dirinya
sedih dengan adanya perpisahan tersebut. Klien juga merasa kehilangan
anaknya karena anak dibawa oleh mantan istrinya, namun klien
mengatakan sudah mampu menerima hal tersebut.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan pertumbuhan dan  Respon paska trauma
perkembangan  Sindroma trauma perkosaan
 Berduka antisipasi  Lain-lain, jelaskan
 Berduka disfungsional ……………………….

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Anggota keluarga yang memiliki masalah yang sama
 Ada
 Tidak
Kalau ada :
Hubungan keluarga : nenek dan keponakan
Gejala : mudah bingung, bicara sendiri, hiperaktif
Riwayat pengobatan : keponakan klien pernah dirawat di RSJ lawang
dan baru 2 bulan keluar dari RSJ
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan
 Risiko tinggi kekerasan
 Lain-lain, jelaskan …………………………………….

V. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 22 Januari 2014
1. Keadaan umum:
Kesadaran compos mentis, klien dapat melakukan ADL secara mandiri.
2. Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 360C
P : 20 x/menit
3. Ukur : BB 41 Kg TB 170 Cm
 Naik
 Turun

33
4. Keluhan fisik :
 Nyeri (PQRST) : Skala nyeri : tidak ada nyeri (0), ringan (1 2 3),
sedang (4 5 6), berat
terkontrol (7 8 9), berat tidak terkontrol (10)
 Keluhan lain
 Tidak ada keluhan
Jelaskan:
Terdapat luka lecet pada kelingking kaki kiri klien. Menurut pengakuan
klien, lecet terjadi karena sandal. Luka (+), mengeluhkan nyeri.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :

 Risiko tinggi perubahan suhu  Perubahan nutrisi: lebih dari


tubuh kebutuhan tubuh
 Defisit volume cairan  Kerusakan menelan
 Kelebihan volume cairan  Perubahan eliminasi feses
 Risiko tinggi teradap infeksi  Perubahan eliminasi urine
 Risiko tinggi terhadap transmisi  Kerusakan integritas kulit
infeksi  Lain-lain, jelaskan
 Perubahan nutrisi: kurang dari ………………………….
kebutuhan tubuh

VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan Sesudah Sakit)


1. Genogram:

34
Keterangan Gambar :
: hubungan pernikahan
: tinggal dalam satu rumah

: hubungan pertalian (anak)


:bercerai
: perempuan

:meninggal
: laki-laki

: klien

:anggota keluarga terdekat

Jelaskan :
Klien adalah anak ke tujuh dari tiga belas bersaudara. Klien sebelumnya
pernah menikah namun bercerai, dan sebelumnya klien tinggal bersama
ibunya. Hubungan komunikasi dengan keluarga (ibu dan saudaranya)
ketika sebelum sakit baik, namun ketika gejala gangguan jiwanya
muncul, klien sering marah-marah dengan hal sepele. Pengambilan
keputusan ketika klien ada masalah kesehatan menjadi tanggung jawab
saudaranya (kakak ipar klien).
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Koping keluarga tidak  Koping keluarga: potensial untuk
efektif: ketidakmampuan pertumbuhan
 Koping keluarga tidak  Lain-lain, jelaskan
efektif: kompromi ………………………….

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Klien mengatakan bahwa merasa puas dengan tubuhnyam kecuali
dengan bagian giginya yang hitam, berlubang, dan ada yang copot.
Dampaknya klien merasa malu saat berbicara dengan orang lain.
b. Identitas:

35
Klien mengatakan bernama A mengaku berusia 44 tahun seorang
duda yang memiliki satu orang anak dan tinggal hanya dengan
ibunya dan 2 tahun terakhir klien tinggal dengan saudaranya karena
diminta untuk tinggal di rumah saudaranya tersebut.
c. Peran:
Selama klien tinggal di rumah saudaranya yang berada di
Bojonegoro, aktivitas klien banyak dihabiskan di rumah saja (makan,
tidur, duduk-duduk), jarang keluar rumah, tidak mempunyai
pekerjaan, klien pernah diberi kepercayaan untuk mengendarai
mobil, karena klien masih belum stabil jiwanya sehingga tidak
diperkenankan lagi
d. Ideal diri:
Klien ingin segera pulang dan ingin kembali menikah, namun
sebelum menikah klien ingin memperbaiki giginya yang hitam,
berlubang, dan ada yang patah di dokter gigi.
e. Harga diri:
Klien mengatakan merasa sedih ketika sakit-sakitan ditinggalkan
oleh anak istri, merasa kehilangan pekerjaan. Klien juga merasa
malu dengan kondisi giginya yang hitam, berlubang, dan ada yang
copot.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Pengabaian unilateral  Harga diri rendah kronis
 Gangguan citra tubuh √ Harga diri rendah situasional
 Gangguan identitas pribadi  Lain-lain, jelaskan
……………………….

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Klien mengatakan bahwa klien sangat dekat dengan kakaknya yang
pertama, meskipun klien dirumah hanya tinggal dengan ibunya.
Klien lebih banyak bercerita tentang masalah yang dialaminya
dengan kakaknya tersebut via telepon.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Sejak 2 tahun lalu klien sakit gangguan mental, sehingga sama sekali
tidak bisa mengikuti kegiatan di masyarakat. Setelah dirawat untuk
yang pertama kalinya, klien lebih dekat dengan ibunya, dengan lebih
banyak bercerita masalah yang dialami pada ibunya. Klien juga
kembali pada rutinitas sehari-hari seperti sebelum sakit, misalnya
klien sempat diberikan kepercayaan untuk mengendarai kendaraan
(mobil) sendiri. Hasil observasi selama dirawat saat ini, klien mampu

36
mengikuti kegiatan sehari-hari dengan bimbingan perawat ruangan,
namun dalam berinteraksi klien jarang ngobrol dan kumpul dengan
yang lain dengan alasan klien kurang bisa untuk berkomunikasi
dengan bahasa Jawa.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan bahwa klien tidak mau berkumpul dengan teman-
temannya yang lain karena tidak bisa berbahasa jawa, setelah
diberikan penjelasan bahwa orang lain mampu berbahasa Indonesia
klien tetap tidak mau untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Kerusakan komunikasi  Isolasi sosial
verbal  Lain-lain, jelaskan
 Kerusakan interkasi social …..…………………….
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa klien beragama Islam dan waktu dirumah
aktif mengikuti kegiatan keagamaan
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan bahwa klien melakukan sholat 5 waktu selama di
RSJ. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh perawat, klien tidak
pernah sholat.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Distres spiritual
 Lain-lain, jelaskan …………………………………….

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan:
Klien terlihat rapi, rambut klien pendek dan rapi, pakaian yang dipakai
rapi dan sesuai serta tidak kusut, namun gigi klien terlihat hitam,
berlubang, dan ada yang patah. Klien jarang sikat gigi saat mandi, dan
tercium bau tidak sedap saat berbicara.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Sindroma defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toileting,
instrumentasi)

37
√ Defisit perawatan diri (mandi hygiene)
 Lain-lain, jelaskan ……………………………………

2. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Apatis
 Lambat
 Membisu
 Tidak mampu memulai pembicaraan
 Lain-lain……………………………..
Jelaskan:
Pembicaraan klien cepat, intonasi sedang, dengan logat khas Maluku
sehingga terkadang ada kata yang kurang bisa dimengerti oleh perawat.
Setelah disuruh mengukang pembicaraan secara berulang, pembicaraan
klien bisa dimengerti.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal
 Lain-lain, jelaskan …………………………………….

3. Aktifitas motorik/psikomotor
Kelambatan
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea

Peningkatan
√ Hiperaktifitas  Grimace
 Gagap  Otomatisma
 Stereotip  Negativisme
 Gaduh gelisah katatonik  Reaksi konversi
 Mannarism  Tremor
 Katapleksi  Verbiferasi
 Tik  Berjalan kaku/rigid
 Ekhopraxia  Kompulsif: sebutkan
 Command automatism ………………..
Jelaskan:

38
Klien lebih banyak jalan-jalan atau keluyuran, kadang klien juga terlihat
mondar mandir diruangan dengan banyak merokok.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
√ Risiko tinggi cedera  Intoleransi aktifitas
 Kerusakan mobilitas fisik  Risiko tinggi kekerasan
 Perilaku kekerasan  Lain-lain, jelaskan
 Defisit aktifitas ……………………….
deversional/hiburan

4. Afek dan emosi


a. Afek
 Adekuat
 Tumpul
 Dangkal/datar
 Inadekuat
 Labil
 Ambivalensi
Jelaskan:
Afek inadekuat, klien kurang mampu mengekspresikan perasaannya
atau tidak sesuai dengan yang dirasakan saat ini, hal tersebut
dibuktikan saat klien diajak bicara tentang hal yang biasa, klien tiba-
tiba tersenyum.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Risiko tinggi cedera  Kerusakan interaksi sosial
 Kerusakan komunikasi  Isolasi sosial
 Kerusakan komunikasi  Lain-lain, jelaskan
verbal ……………………….

b. Emosi
 Merasa kesepian
 Apatis
 Marah
 Anedhonia
 Eforia
 Depresi/sedih
 Cemas (ringan, sedang, berat dan panik)
Jelaskan:

39
Klien merasa ketakutan atau tidak tenang ketika mendengar suara-
suara binatang muncul dan mengganggu.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Risiko tinggi cedera  Ketidakberdayaan
 Ansietas, ……. (jelaskan:  Risiko membahayakan diri
ringan, sedang, berat dan  Risiko penganiayaan diri
panik)  Risiko tinggi mutilasi diri
 Ketakutan  Lain-lain, jelaskan
 Isolasi social ……………………….

5. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan :
Klien kurang kooperatif, dibuktikan dengan klien lebih memilih orang
tertentu untuk mau diajak bicara. Selama interaksi, klien terkadang tiba-
tiba senyum sendiri walaupun topik pembicaraan terkadang tidak lucu.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Kerusakan komunikasi  Risiko tinggi kekerasan
√ Kerusakan interaksi sosial  Risiko tinggi penganiayaan diri
 Isolasi sosial  Risiko tinggi mutilasi diri
 Risiko membahayakan diri  Lain-lain, jelaskan
……………………….
6. Persepsi-Sensorik
Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Depersonalisi

40
 Ada
 Tidak ada
Derealisasi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan:
Klien sering mendengar suara-suara binatang seperti cicak, kecoa,
semut, kadal menjelang tidur, klien juga melihat langit diatas kepalanya
begitu dekat dan luas. Suara-suara itu muncul sering dalam sehari bisa
muncul berulang-ulang terutama saat menjelang tidur, klien mengalami
perasaan tidak tenang saat mendengar perasaan itu. Dari hasil observasi,
klien sering keluyuran dan mondar-mandir, serta terkadang suka senyum
sendiri.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
√ Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan
 Lain-lain, jelaskan ……………………………………………..

7. Proses pikir
a. Arus pikir
 Kohern  Flight of idea
 Inkohern  Irrelevansi
 Sirkumstansial  Main kata-kata
 Neologisme  Blocking
 Tangensial  Pengulangan
 Logorea pembicaraan/perseverasi
 Kehilangan asosiasi  Afasia
 Asosiasi bunyi
Jelaskan:
Arus piker klien kohern, yaitu klien mampu menjawab sesuai dengan
pertanyaan yang ditanyakan.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan proses pikir ……………………….. (jelaskan)
 Lain-lain, jelaskan ………………………………………..

b. Isi pikir
 Obsesif  Fobia, sebutkan
 Ekstasi ……………………..
 Fantasi √ Waham :
 Alienasi  Agama
 Pikiran bunuh diri  Somatik/hipokondria

41
 Preokupasi √ Kebesaran
 Pikiran isolasi sosial  Kejar/curiga
 Ide yang terkait  Nihilistik
 Pikiran rendah diri  Dosa
 Pesimisme  Sisip pikir
 Pikiran magis  Siar pikir
 Pikiran curiga  Kontrol pikir

Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa klien lebih senang menyendiri karena
merasa tidak bisa berkomunikasi dengan Bahasa Jawa dan tidak mau
bercerita apabila memiliki masalah ataupun tentang halusinasnya.
Klien mengatakan meyakini bahwa klien adalah pemilik mall di
Ternate. Mall dibangun di pinggir pantai, 3 lantai, dan pekerja yang
membangun tidak dibayar, hanya difasilitasi fasilitas mewah di
dalam mall. Walaupun setelah beberapa kali diklarifikasi tentang hal
itu, klien masih menyatakan bahwa itu benar adanya.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
√ Gangguan proses pikir
 Lain-lain, jelaskan ………………………………………..

c. Bentuk pikir
 Realistik  Irrasional
 Non realistik  Dereistik
 Rasional  Otistik
Jelaskan:
Klien mengalami gangguan bentuk piker seperti merasa mendengar
suara binatang, melihat awan diatas kepalanya, klien juga mengalami
keyakinan yang salah yang menyatakan dirinya mempunyai mall dan
melihat kotoran yang disapu menjadi semut.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan proses pikir
 Lain-lain, jelaskan ………………………………………..

8. Kesadaran
 Menurun
 Compos mentis
 Sopor

42
 Apatis/sedasi
 Subkoma
 Somnolensia
 Koma
 Meninggi
 Hipnosia
 Disosiasi: …………………….
 Gangguan perhatian
Jelaskan:
Kesadaran secara kuantitatif: compos mentis, yaitu klien sadar penuh
dan masih bisa merespon saat wawancara.
Secara kualitatif kesadaran berubah, dibuktikan klien tidak mampu
membedakan suara-suara yang nyata dengan halusinasinya. Klien juga
memiliki hambatan untuk berhubungan dengan orang lain karena merasa
tidak mampu untuk berkomunikasi dengan bahasa Jawa.

9. Orientasi
 Waktu
 Tempat
 Orang
Jelaskan:
Klien masih bisa mengenali waktu (siang, sore, dan malam), klien
mengetahui saat ini berada dimana (RSJ), dan klien mengenali orang
yang berada disekitarnya.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Risiko tinggi cedera
 Gangguan proses pikir ……………………….. (jelaskan)
 Lain-lain, jelaskan ………………………………………..

10. Memori
 Gangguan daya ingat  Paramnesia
jangka panjang (> 1 bulan)  Konfabulasi
 Gangguan daya ingat  Dejavu
jangka pendek (1 hari – 1  Jamaisvu
bulan)  Fause reconnaissance
 Gangguan daya ingat saat  Hiperamnesia
ini (< 24 jam)
 Amnesia
Jelaskan:

43
Klien masih mampu menceritakan kejadian jangka panjang (>1 bulan)
misalnya pengalaman kerja yang pernah dilalui klien. Memori jangka
pendek tidak mengalami gangguan, dibuktikan dengan klien mampu
menjelaskan aktivitas yang kemarin dilakukan. Memori sesaat tidak
mengalami gangguan, dibuktikan dengan klien mampu mengingat nama
perawat yang baru dikenal.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan proses pikir ……………………….. (jelaskan)
 Lain-lain, jelaskan ………………………………………..

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
√ Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan:
Klien kurang mampu berhitung sederhana, yaitu pengurangan 3x
berturut-turut misalnya 75 dikurang 6, hasilnya kurangi lagi 6, dan
hasilnya kembali dikurangi 6.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan proses pikir ……………………….. (jelaskan)
 Lain-lain, jelaskan ………………………………………..

12. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa halusinasi tersebut dianggap hal yang nyata
dan bukan suatu gangguan. Setelah diberikan penjelasan, klien masih
belum bisa menjelaskan tentang masalahnya tersebut. Klien juga
mengatakan bahwa klien kurang bergaul atau mengobrol dengan orang
lain (klien lain) karena merasa tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa
jawa seperti yang lain, namun setelah diberikan penjelasan bahwa orang
lain juga bisa bahasa Indonesia, klien masih belum mau berhubungan
dengan orang lain.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan proses pikir

13. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita

44
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa klien memiliki penyakit jiwa karena sering
bicara dan tertawa sendiri.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan:
Klien mampu makan sendiri secara mandiri, makanan sudah disiapkan.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
 Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
 Perubahan nutrisi: potensial lebih dari kebutuhan tubuh
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………...

2. BAB/BAK
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan:
Klien mampu pergi ke kamar mandi sendiri dan melakukan BAB/BAK
secara mandiri.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan eliminasi feses
 Perubahan eliminasi urin
 Defisit perawatan diri : ……………………. (sebutkan)
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..

3. Mandi
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan:

45
Klien mampu pergi ke kamar mandi sendiri dan melakukankegiatan
mandi dengan sabun secara mandiri, namun jarang menggosok gigi.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
√ Defisit perawatan diri : mandi hygiene
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..

4. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan:
Klien mampu memakai pakaian sendiri, namun tidak melakukan
berhias (menyisir rambut) meskipun sudah disediakan sisir karena
rambut klien masih pendek.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Defisit perawatan diri : ……………………. (sebutkan)
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..
5. Istirahat/tidur
 Tidur siang, lama: ------------------ s/d ------------------
 Tidur malam, lama: 20.00 WIB s/d 04.00 WIB
 Aktifitas sebelum/sesudah tidur: ------------------ , ------------------

Jelaskan:
Klien tidak pernah tidur siang, hanya melakukan rebahan saja di tempat
tidur. Tidak ada aktivitas khusus sebelum tidur.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan pola tidur
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..

6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan:
Klien rutin mengkonsumsi obat yang diberikan perawat secara teratur
(pagi dan sore hari) dengan bimbingan, namun bisa meminta obat saat
waktunya minum.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan pemeliharaan kesehatan
 Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
 Ketidakpatuhan

46
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan  
System pendukung Ya Tidak
Keluarga  
Terapis  
Teman sejawat  
Kelompok sosial  
Jelaskan:
Keluarga mengatakan bahwa keluarga klien menginginkan klien untuk
dirawat di RSJ ini. Klien mengatakan bhawa klien ingin cepat sembuh
dan mau segera menikah.

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perilaku mencari bantuan kesehatan
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..

8. Aktifitas dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan  
Menjaga kerapihan rumah  
Mencuci pakaian  
Pengaturan keuangan  

9. Aktifitas diluar rumah


Ya Tidak
Belanja  
Transportasi  
Lain-lain  
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa klien ingin segera mencari kerja.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan pemeliharaan kesehatan
 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..

IX. MEKANISME KOPING

47
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alcohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Menciderai diri
 Lain-  Lain-
lain…………………………… lain………………………………
… …

Jelaskan:
Apabila ada masalah, klien jarang berbicara dengan orang lain karena
terkendala bahasa yaitu klien kurang mampu berbahasa jawa, klien lebih
senang menyendiri.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Kegiatan penyesuaisan
 Koping individu tidak efektif
 Koping individu tidak efektif (koping defensif)
 Koping individu tidak efektif (menyangkal)
 Lain-lain, jelaskan, ……………………………………..

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan bahwa klien jarang mengobrol dengan klien lain
karena terkendala bahasa (klien tidak bisa bahasa jawa), sedangkan
teman-temannya meyoritas menggunakan bahasa jawa saat
berkomunikasi.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Klien mengatakan selama ini tidak pernah memiliki masalah dengan
lingkungan, dan keluarga juga mengatakan saat di rumah klien apabila
marah-marah tidak pernah merusak barang-barang.
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Klien mengatakan bahwa klien lulusan SMU dan setelah lulus langsung
bekerja, tidak meneruskan ke perguruan tinggi.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Klien mengatakan bahwa klien selama ini bekerja di Batam dalam suatu
proyek, kemudian juga bekerja dalam bidang ekspor impor, serta klien
juga mengatakan sebagai pemilik mall di Ternate.
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya

48
Klien mengatakan bahwa klien selama ini tidak memiliki masalah
dengan rumahnya.
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Klien mengatakan bahwa saudara-saudara klien memiliki usaha kuliner
sendiri-sendiri dan sukses sedangan klien tidak.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Klien ingin cepat sembuh sehingga klien mau mengikuti perawatan di
RSJ lawang dank lien tidak mau dirawat untuk yang ke-3 kalinya
apabila nanti bisa pulang.
 Masalah lainnya, spesifiknya

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan pemeliharaan kesehatan  Enuresis maturasi
 Perubahan pada eliminasi urin  Ketidakberdayaan
 Gangguan konsep diri (gangguan citra  Keputusasaan
tubuh)  Perubahan kinerja
 Gangguan konsep diri (gangguan peran
identitas diri)  Sindrom stress relokasi
 Gangguan konsep diri (gangguan harga  Lain-lain,
diri) jelaskan…………
 Gangguan konsep diri (gangguan harga
diri rendah kronis)
 Gangguan konsep diri (gangguan harga
diri situasional)
 Perilaku mencari bantuan kesehatan

XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
 Penyakit/gangguan jiwa
 System pendukung
 FaKtor presipitasi
 Mekanisme koping
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
 Lain-lain, jelaskan …………………………
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa klien mengalami gangguan mental karena suka
bicara sendiri dan tertawa sendiri, namun klien tidak tahu tentang gangguan
jiwa yang dialaminya.

49
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Perilaku mencari bantuan kesehatan
 Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
 Kurang pengetahuan

XII. ASPEK MEDIS


Diagnosa Medik :
Axis 1 : Schizofrenia Hebefrenik
Axis 2 : Ciri kepribadian introvert
Axis 3 : Negatif
Axis 4 : Tidak diketahui
Axis 5 : GAF SCALE 20
Terapi Medik : Trifluoperazin 5 mg 0 1 1
Clozapine 25 mg 001
Amoxilin 3x500 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg

XIII. ANALISIS DATA

MASALAH/DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1 DS: Gangguan persepsi sensori :
Klien berkata : halusinasi (pendengaran dan
- ”saya sering mendengar suara-suara penglihatan)
hewan seperti kecoa, semut, cicak,
kadal terutama menjelang tidur”
- “saya biasanya melihat langit yang
luas di atas kepala saya, sehingga
saya terlihat kecil. Saya merasa lucu”

DO:
- Klien bercerita sambil tertawa
- Klien suka mondar-mandir dan
keluyuran

2 DS: Gangguan proses pikir


Klien berkata :
- “saya bekerja sebagai pemilik mall,
mal saya tingkat 3 di bangun
dipinggir laut”

50
- “pegawai yang membangun mall
saya tidak saya bayar, Cuma saya
kasih makan dan fasilitas mewah
seperti di hotel di dalam mal saya”

DO:
- Klien menunjukkan pada perawat
saat menyapu bahwa kotoran bisa
menjadi semut

3 DS: Isolasi sosial


Klien berkata :
- “saya jarang kumpul dengan orang-
orang disini karena saya kurang bisa
bahasa jawa, orang-orang di sini
kalau ngomong pakai bahasa jawa”

DO:
- Klien jarang mengobrol dengan
orang lain
- Klien suka keluyuran dan mondar
mandir
4 DS: Resiko perilaku kekerasan
- Keluarga mengatakan bahwa klien
dirumah suka marah-marah dengan
hal sepele
- Data dalam rekam medik di
dapatkan bahwa klien dibawa ke
RSJ karena klien sering marah-
marah

DO:
-
5 DS: Ketidakefektifan
- Klien mengatakan setelah pulang penatalaksanaan regiment
dari rumah sakit sempat berobat terapeutik
selama 1 tahun. Setelah itu klien
merasa dirinya sembuh dan dengan
alasan karena tempat tinggal jauh
dari tempat kontrol (klien diajak

51
keluarga di Ternate), klien berhenti
kontrol dan putus minum obat
- Keluarga mengatakan 3 bulan
terakhir gejala gangguan jiwa klien
muncul kembali, jadi saat ini klien
dirawat di RSJ untuk yang kedua
kalinya.
DO:

6 DS: Harga diri rendah


- Klien mengatakan merasa malu
saat berbicara dengan orang lain
karena kondisi giginya yang hitam,
berlubang, dan ada yang copot
DO:

7 DS: Defisit perawatan diri (mandi


- Klien mengatakan bahwa sering hygiene)
tidak gosok gigi saat mandi karena
sering terlupa
DO:
- Tercium bau tidak sedap saat
berbicara dengan klien
- Gigi klien terlihat hitam, berlubang,
dan ada yang copot
8 DS: Kerusakan interaksi sosial
DO:
- Klien kurang kooperatif, dibuktikan
dengan klien lebih memilih orang
tertentu untuk mau diajak bicara.
- Selama interaksi, klien terkadang
tiba-tiba senyum sendiri walaupun
topik pembicaraan terkadang tidak
lucu.
9 DS: Koping individu tidak efektif
- Keluarga mengatakan bahwa klien
tidak suka bercerita ketika ada
masalah
- klien mengatakan bahwa klien
tidak bercerita dengan klien lain

52
karena tidak bisa berkomunikasi
menggunakan bahasa Jawa
DO:
- klien lebih banyak sendiri,
keluyuran, dan mondar mandir

XIV. DAFTAR MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi (pendengaran dan penglihatan)
2. Gangguan proses pikir
3. Isolasi sosial
4. Resiko perilaku kekerasan
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
6. Harga diri rendah
7. Defisit perawatan diri (mandi hygiene)
8. Kerusakan interaksi sosial
9. Koping individu tidak efektif

XV. POHON MASALAH

Efek------------------- Resiko tinggi perilaku kekerasan

Core problem ----Gangguan persepsi sensori : penglihatan, pendengaran

causa------------------Isolasi sosial Gangguan proses pikir

Kerusakan interaksi sosial


HDR

Koping individu tidak efektif regiment terapeutik inefektif Ansietas


ringan

53
XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi (pendengaran dan penglihatan)
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan

Malang, 20 Januari 2014


Perawat yang mengkaji,

54
Perencanaan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RSJ RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Nama : Tn. A No. CM : 088224


Jenis Kelamin : Laki-Laki Dx. Medis : F.20.10
Wilayah : Kakak Tua Unit Keswa : DUL

DIAGNOSA PERENCANAAN RENCANA TINDAKAN


TGL RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
20 Gangguan persepsi TUM :
Januari sensori : halusinasi Klien dapat
2014 pendengaran dan mengontrol
penglihatan halusinasi yang
dialaminya

TUK 1 : Setelah ... x pertemuan 1.1 Bina hubungan saling Merupakan landasan
Klien dapat klien mampu membina percaya dengan utama yang menentukan
membina hubungan hubungan saling percaya menggunakan prinsip hubungan selanjutnya
saling percaya dengan perawat dengan terapeutik. antar perawat dengan
evaluasi ekspresi wajah klien.
bersahabat, menunjukkan Sapaan yang ramah
rasa senang, ada kontak a. Sapa klien dengan ramah merupakan sikap positif
mata, mau berjabat tangan, baik verbal maupun non perawat terhadap klien.

55
mau menyebut nama, mau verbal. Menjalin keakraban
menjawab salam, mau b. Perkenalkan nama, nama antara perawat dengan
duduk berdampingan panggilan, dan tujuan klien.
dengan perawat, mau perawat berkenalan.
mengutarakan masalahnya. c. Tanyakan nama lengkap Menjalin keakraban
dan nama panggilan yang antara perawat dengan
disukai klien. klien.
d. Buat kontrak yang jelas.
Menunjukkan maksud
e. Tunjukkan sikap yang dari pertemuan yang
jujur dan menepati janji dilakukan.
setiap kali berinteraksi. Menunjukkan bahwa
f. Tunjukkan sikap empati perawat memiliki
dan menerima apa perhatian pada klien.
adanya. Menunjukkan sikap
toleransi perawat
g. Beri perhatian kepada terhadap klien.
klien dan perhatikan Menunjukkan sikap
kebutuhan dasar klien. caring kepada klien.
1.2 Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan Mengetahui perasaaan
perasaannya. atau permasalahan yang
dialami klien.
1.3 Dengarkan ungkapan klien Menunjukkan perhatian
dengan penuh perhatian terhadap perasaan klien.
ekspresi perasaan klien.

56
TUK 2 :
Klien dapat Setelah ... x interaksi klien 2.1 Adakan kontak sering dan Lebih mengakrabkan
mengenal dapat menyebutkan : singkat secara bertahap. diri dengan klien.
halusinasinya. a. Isi. 2.2 Observasi tingkah laku Mengetahui adanya
b. Waktu. klien terkait halusinasinya tanda dan gejala
c. Frekuensi. (dengar), jika menemukan halusinasi pada klien.
d. Situasi dan kondisiyang klien yang sedang
menimbulkan halusinasi bicara dan
halusinasi. tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kanan atau
ke kiri, ke depan seolah-
olah ada teman bicara. Membantu klien dalam
2.3 Bantu klien mengenal mengidentifikasi isi,
halusinasinya : jenis, dan waktu
a. Jika menemukan klien terjadinya halusinasi
sedang halusinasi, pada klien. Membantu
tanyakan apakah ada mengorientasikan klien
bisikan yang didengar terhadap realita.
atau melihat bayangan
tanpa wujud atau
merasakan sesuatu yang
tidak ada wujudnya.
b. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan bertanya apa
yang dialami.
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami
hal tersebut, namun

57
perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi).
d. Katakan bahwa klien
lain juga ada yang
seperti klien.
e. Katakan bahwa perawat Mengetahui pengalaman
akan membantu klien. halusinasi yang dialami
2.4 Jika klien tidak sedang oleh klien.
tidak berhalusinasi,
klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
a. Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi.
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak Mengkaji respon klien
Setelah ... x interaksi klien menimbulkan halusinasi. terhadap halusinasi yang
mengatakan perasaan dan 2.5 Diskusikan dengan klien dialami.
responnya saat mengalami apa yang dirasakan jika Memberi kesempatan
halusinasi (marah, takut, terjadi halusinasi. pada klien untuk
sedih atau senang). 2.6 Diskusikan dengan klien mencari solusi dengan
apa yang dilakukan untuk perawat.
mengatasi perasaan Memberi pemahaman
tersebut. klien apabila halusinasi
2.7 Diskusikan tentang dampak dipertahankan.

58
yang dialaminya jika klien
menikmati halusinasinya.

TUK 3 :
Klien dapat Setelah ... x interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien Mengetahui atau
mengontrol menyebutkan tindakan cara tindakan yang memberi informasi pada
halusinasinya yang biasanya dilakukan dilakukan jika terjadi klien tentang beberapa
untuk mengendalikan halusinasi. cara menghilangkan
halusinasi. halusinasi.

Setelah ... x interaksi klien 3.2 Diskusikan cara yang Memberi pengarahan
menyebutkan cara baru digunakan klien : kepada klien untuk
mengontrol halusinasi a. Jika cara yang digunakan menggunakan cara yang

59
adaptif beri pujian. adapatif.
b. Jika cara yang digunakan
maladaptif diskusikan
kerugian cara tersebut.

Setelah ... x interaksi klien 3.3 Diskusikan cara baru untuk Mengajari klien
dapat memilih dan memutus atau mengontrol mengontrol halusinasi
memperagakan cara halusinasi : dengan beberapa cara.
mengatasi halusinasi a. Menghardik halusinasi.
(dengar). b. Bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
sehari-hari yang telah
disusun.
d. Memberikan petunjuk
kesehatan tentang
penggunaan obat untuk
pengendalian halusinasi.

Setelah ... x klien 3.4 Bantu klien memilih cara Klien dapat memilih
melaksanakan cara yang yang sudah dianjurkan dan cara yang akan dilatih.
dipilih untuk latih untuk mencobanya.
mengendalikan halusinasi. 3.5 Pantau pelaksanaan yang Memantau dan
telah dipilih atau dilatih, mengontrol tindakan
jika berhasil beri pujian. yang telah dilakukan
klien.

60
Setelah ... x interaksi klien 3.6 Anjurkan dan ikut sertakan
mengikuti terapi aktifitas klien dalam mengikuti Membimbing klien
kelompok terapi aktivitas kelompok, untuk terapi yang
stimulasi persepsi atau berfungsi untuk
orientasi realita. mengontrol halusinasi
yang dialami.

TUK 4 :
Klien dapat Setelah ...x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan Keluarga sebagai orang
dukungan dari keluarga, keluarga keluarga untuk pertemuan terdekat dapat
keluarga dalam menyatakan setuju untuk (waktu, tempat dan topik). membantu memberi
mengontrol mengikuti pertemuan solusi dalam
halusinasi dengan perawat. menyelesaikan masalah
Setelah ...x interaksi 4.2 Diskusikan dengan keluarga klien.
keluarga menyebutkan : Memberikan
pengertian, tanda dan a. Pengertian halusinasi pemahaman keluarga
gejala, proses terjadinya b. Tanda dan gejala tentang konsep
halusinasi dan tindakan halusinasi halusinasi hingga
untuk mengendalikan c. Proses terjadinya penatalaksanaan secara
halusinasi mandiri untuk keluarga.
d. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
e. Obat-obatan halusinasi
f. Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah

61
g. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat
diatasi dirumah

TUK 5
Klien dapat Setelah ...x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien Memberikan
memanfaatkan obat menyebutkan : tentang manfaat dan pemahaman pada klien
dengan baik a. Manfaat minum obat kerugian tidak minum obat, tentang pentingnya
b. Kerugian tidak minum warna, dosis, cara, efek mengkonsumsi obat bagi
obat terapi, dan efek samping perkembangan
c. Nama, warna, dosis, penggunaan obat. kesehatan.
efek terapi, dan efek 5.2 Pantau klien saat
samping obat penggunaan obat. Memastikan cara
mengkonsumsi obat
5.3 Anjurkan klien minta dengan benar sesuai
sendiri obat pada perawat P5B.
agar dapat merasakan Melibatkan peran aktif
Setelah ...x interaksi klien manfaat. klien selama proses
mendemonstrasikan 5.4 Beri pujian jika klien pengobatan dilakukan.
penggunaan obat dengan menggunakan obat dengan Memberikan
benar. benar. penghargaan pada klien
atas kemampuannya
Setelah ...x interaksi klien menggunakan obat
menyebutkan akibat 5.5 Diskusikan akibat berhenti dengan benar.
berhenti minum obat tanpa minum obat tanpa Memberikan

62
berkonsultasi ke dokter. konsultasi dengan dokter. pemahaman klien akibat
berhenti minum obat
5.6 Anjurkan klien untuk sebelum waktunya.
konsultasi dengan dokter Mencegah keparahan
atau perawat jika terjadi lebih lanjut dari masalah
hal-hal yang tidak yang dirasakan.
diinginkan.

Implementasi dan Evaluasi


CATATAN PERKEMBANGAN TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Nama : Tn. A No. CM : 088224


Jenis Kelamin : Laki-laki Dx. Medis : F.20.10
Ruang : Kakak Tua Unit keswa : DUL

Tgl & Jam Dx. Keperawatan Implementasi Tindakan Evaluasi Keperawatan Nama & TTD
Keperawatan
20 Januari Gangguan persepsi 1. Membina hubungan saling percaya S:
2014 sensori : Halusinasi dengan klien - Klien mengatakan sering

63
Jam 08.00 dengar a. Menyapa klien dengan ramah mendengar suara-suara hewan
WIB baik verbal maupun non verbal seperti cicak, kecoa, kucing,
b. Memperkenalkan nama lengkap semut, kadal
dan nama panggilan - Klien mengatakan mendengar
c. Menanyakan nama lengkap dan suara-suara tersebut saat
nama panggilan yang disukai menjelang tidur
klien - Klien mengatakan saat
d. Membuat kontrak yang jelas sendirian suara-suara sering
2. Memberi kesempatan klien untuk muncul
mengungkapkan perasaannya - Klien mengatakan merasa geli
3. Observasi tingkah laku klien terkait dan lucu mendengar suara-
halusinasi (dengar) suara tersebut
- Klien mengatakan saat
mendengar suara-suara, klien
4. Mengklarisifikasi tentang adanya hanya membiarkan saja
pengalaman halusinasi - Klien mengatakan akan
a. Isi, waktu, dan frekuensi mempraktikkan cara
terjadinya halusinasi menghardik halusinasi saat
b. Situasi yang dapat menimbulkan mendengar suara-suara
halusinasi
5. Mendiskusikan dengan klien apa O:
yang dirasakan jika terjadi - Klien terlihat tenang
halusinasi - Klien kooperatif
6. Mendiskusikan dengan klien apa - Kontak mata ada
yang dilakukan untuk mengatasi
perasaan tersebut A:
7. Mendiskusikan tentang dampak - Klien mampu menceritakan
yang akan dialami jika klien halusinasi yang dialaminya

64
menikmati halusinasinya - Klien mampu mempraktikkan
8. Mengidentifikasi bersama klien cara cara menghardik halusinasi
tindakan yang dilakukan jika terjadi - Klien mengetahui langkah-
halusinasi langkah menghardik halusinasi
9. Mendiskusikan cara yang dilakukan
klien tersebut P:
10. Mendiskusikan dan melatih cara - Lanjutkan SP 2 klien (melatih
untuk mengontrol halusinasi dengan mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik halusinasi bercakap-cakap)
- Anjurkan pada klien untuk
berlatih cara menghardik
secara teratur
21 Januari Gangguan persepsi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S:
2014 sensori : Halusinasi latihan klien cara menghardik - Klien mengatakan belum
Jam 10.00 dengar halusinasi mempraktekkan lagi cara
WIB 2. Mengevaluasi kemampuan klien menghardik halusinasi
dalam melakukan cara menghardik - Klien mengatakan baru
halusinasi mengerti cara bercakap-
3. Menjelaskan dan mengajarkan cara cakap untuk
bercakap-cakap dengan orang lain menghilangkan/mengontrol
untuk mengontrol halusinasi halusinasi
- Klien mengatakan akan
mencoba mempraktekkan
saat mendengar suara-suara

O:
- Klien tampak serius saat
melihat perawat menjelaskan

65
cara bercakap-cakap
- Klien tampak antusias saat
mempraktekkan ulang
- Klien lebih senang
membicarakan pengalaman
masa lalu saat bercakap-
cakap

A:
Klien mampu menetukan tema
untuk bercakap-cakap, namun
belum mampu mempraktekkan
cara bercakap-cakap dengan
benar

P:
- Ulangi SP 2 klien.
- Anjurkan pada klien untuk
melatih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain.
22 Januari Gangguan persepsi 1. Mengevaluasi kemampuan klien S:
2014 sensori : Halusinasi dalam melakukan cara bercakap- - Klien mengatakan bisa
Jam 10.00 dengar cakap dengan orang lain saat terjadi melakukan bercakap-cakap
WIB halusinasi. dengan orang lain.
2. Melatih kembali cara untuk - Klien mengatakan kadang
bercakap-cakap dengan orang lain. terkendala bahasa (klien
tidak bisa bahasa jawa) saat

66
bercakap-cakap.

O:
- Klien mampu menentukan
siapa yang biasa diajak
ngobrol saat terjadi
halusinasi (perawat, klien
lain).
- Klien antusias saat
mempraktekkan cara
bercakap-cakap.

A:
Klien mampu mempraktekkan
cara bercakap-cakap dengan
benar

P:
- Lanjutkan SP 3 klien.
- Anjurkan pada klien untuk
mempraktekkan saat terjadi
halusinasi.
23 Januari Gangguan persepsi 1. Mengidentifikasi aktivitas yang S:
2014 sensori : Halusinasi biasa klien lakukan setiap hari. - Klien mengatakan setiap hari
Jam 09.30 dengar 2. Membantu klien menentukan kegatannya menyapu,
WIB kegiatan atau aktivitas yang akan mengepal lantai, dan mencuci
dilatih. piring.

67
3. Melatih aktivitas yang telah dipilih - Klien mengatakan memilih
4. Membantu klien menyusun jadwal menyapu lantai untuk dilatih
kegiatan sehari-hari yang bisa klien - Klien mengatakan akan
lakukan. melakukan kegiatan sesuai
SP 1 Keluarga dengan jadwal.
1. Menjelaskan tentang halusinasi - Keluarga mengatakan akan
yang dialami klien (isi, jenis, dan mengontrol minum obat klien
tanda). dan jadwal unuk kontrol.
2. Menjelaskan cara merawat klien. - Keluarga akan meminta list
nama obat pada dokter
supaya bisa dibeli di apotek
daerah klien tingga (Ternate).
- Keluarga mengatakan pada
klien kalau suara tersebut
sebenarnya tdak ada.
- Keluarga mengatakan akan
mengingatkan klien cara
mengontrol halusinasi saat
klien mengalami halusinasi.

O:
- Klien mampu menyapa
dengan benar.
- Klien mampu
mempraktekkan dan
menyebutkan cara
mengontrolhalusinasi di
depan keluarga

68
- Keluarga memperhatikan
klien saat klien menyebutkan
dan mempraktekkan cara
mengontrol halusinasinya
(menghadi halusinasi,
bercakap-cakap, melakukan
aktivitas, dan minum obat).
- Keluarga hanya tersenyum
ketika perawat dan klien
menjelaskan halusinasi yang
dialami klien.

A:
- Klien mampu melakukan
aktivitas harian (menyapu)
dengan benar.
- Klien mampu menyusun
jadwal aktivitas harian yang
akan dilaukan setiap hari.

P:
- Lanjutkan SP 4 klien dan SP
2 keluarga (saat keluarga
kembali berkunjung).
- Anjurkan pada klien untuk
melatih cara mengontrol
halusinasi yang telah

69
diajarkan (menghardik,
bercakap-cakap, melakukan
aktivitas).
24 Januari Gangguan persepsi 11. Mengidentifikasi kemampuan klien S:
2014 sensori : Halusinasi dalam mengenal obat yang - Klien mengatakan bahwa
Jam 10.00 dengar dikonsumsi obat yang dikonsumsi ada 5
WIB 12. Menjelaskan pada klien tentang - Klien mengatakan bahwa
fungsi obat/kegunaan obat, efek obat diminum 3x/hari
samping obat, dan prinsip 5 benar - Klien mengatakan obat
minum obat berguna untuk mengatasi
bicara dan ketawa sendiri

O:
- Berdasarkan catatan rekam
medik, obat klien 2 macam
yaitu clozapine dan TFP
- Berdasarkan catatan rekam
medik, obat diberian 2x/hari
yaitu siang dan sore
- Klien tidak mampu
menyebutkan kembali
tentang kegunaan obat, efek
samping obat, serta prinsip 5
benar konsumsi obat dengan
benar

A:
Klien belum mampu mengenal

70
obat yang dikonsumsi

P:
- Ulangi SP 3 klien.
- Anjurkan klien untuk
memperhatikan obat yang
diberikan serta bertanya
tentang kegunaan, efek
samping, dan cara
mengkonsumsi obat pada
perawat atau dokter.
25 Januari Gangguan persepsi 1. Menanyakan pemahaman klien S:
2014 sensori : Halusinasi tentang obat yang dikonsumsi. - Klien mengatakan bahwa
Jam 10.00 dengar 2. Menjelaskan kembali tentang obat sudah mempraktekkan cara
WIB yang dikonsumsi klien. mengontrol halusinasi dengan
3. Membantu klien menyusun jadwal bercakap-cakap dengan teman.
harian klien untuk berlatih cara - Klien mengatakan bahwa akan
mengontrol halusinasi. meminum obat secara rutin
agar cepat sembuh.
- Klien mengatakan bahwa akan
mengikuti jadwal kegiatan
yang sudah disusun.

O:
- Klien terlihat tenang
- Klien kooperatif
- Kontak mata ada
A:

71
- Klien mampu mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain.
- Klien mampu melaksanakan 5
benar

P:
- Anjurkan pada klien untuk
berlatih cara mengontrol
halusinasi secara teratur
- Anjurkan klien melakukan
jadwal kegiatan yang telah
disusun.
27 Januari Gangguan persepsi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S:
2014 sensori : Halusinasi latihan klien - Klien mengatakan bahwa
Jam 10.00 dengar 2. Mengajarkan metode thought metode ini lebih mudah
WIB stopping untuk mengontrol untuk dipraktekkan.
halusinasi - Klien mengatakan bahwa
metode ini lebih mudah
diingat.
- Klien mengatakan bahwa
akan melakukan metode ini
jika halusinasi muncul.

O:
- Kontak mata (+)
- Klien tampak kurang
sungguh-sungguh dalam

72
mempraktekkan metode
thought stopping

A:
Klien belum mampu
mempraktekkan metode thought
stopping dengan benar.

P:
- Anjurkan dan beri penguatan
positif pada klien untuk terus
melatih cara mengontrol
halusinasi dengan metode
thought stopping.

73
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN KE-1
(PERTEMUAN KE-1)
Tanggal 20 Januari 2014
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Data Subjektif (18 Januari 2014)
a. Klien mengatakan bahwa sering mendengar suara-suara binatang
seperti cicak, kecoa, dan semut
b. Klien mengatakan bahwa klien mendengar suara-suara tersebut,
waktunya tidak menentu, terkadang pagi, siang, atau malam hari
c. Klien mengatakan suara-suara binatang terdengar saat klien sendiri dan
mau tidur.
Data Objektif
a. Klien mampu menjelaskan isi, waktu, dan situasi yang dapat
menyebabkan halusinasi
b. Ekspresi wajah klien tegang
c. Kontak mata saat wawancara (+)
d. Klien berbicara dengan cepat
2. Diagnosis keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat mengikuti program pengobatan secar optimal

4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Membantu klien mengenal halusinasi
c. Membantu klien menjelaskan car mengontrol halusinasinya

74
d. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan cara pertama:
menghardik halusinasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya Dian Wahyu Pribadi, Bapak
bisa memanggil saya Diwa. Saya mahasiswa yang praktek disini. Nama
Bapak siapa?senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak A hari ini? Apa ad yang ingin Bapak A
ceritakan?”
3. Kontrak
Topik:
“Bagaimana kalau sekarang kita ngobrol tentang suara yang sering Pak A
dengar? Apa Pak A setuju”
Waktu:
“Berapa lama Pak kita akan mengobrolnya? Bagaimana kalau 10 menit?”
Tempat:
“Dimana Bapak suka nya untuk kita ngobrol-ngobrolnya? Bagaimana kalau
didepan saya?”

KERJA
“Apakah Bapak mendengar suara tanpa wujud? Coba Bapak ceritakan apa
yang dikatakan suara itu? Apakah terdengar terus-menerus atau sewaktu-waktu?
Kapan Bapak paling sering mendengar suara itu? Pada keadaan apa Bapak
mendengar suara itu?Apa yang Bapak rasakan saat mendengar suara itu? Apa
yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan seperti itusuara
bisa hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara mengontrol suara itu supaya
tidak muncul lagi?Pak, ada empat cara untuk mencegah supaya suara-suara

75
tersebut tidak muncul lagi, yang pertama yaitu menghardik suara, kedua dengan
bercakap-cakap dengan orang lain, ketiga dengan melakukan kegiatan yang
terjadwal, dan yang keempat dengan minum obat teratur. Bagaimana kalau
sekarang kita belajar satu cara terlebih dahulu, yaitu dengan mengardik? Caranya
seperti ini Pak, saya akan praktekkan apabila bapk mendengar suara itu, bapak
langsung tutup kedua telinga bapak lalu bilang, pergi saya tidak mau dengar, saya
tidak mu dengar, kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu hilang.
Coba sekarang bapak peragakan……..iya bagus Bapak, benar. Coba bapk
peragakan lagi! Iya Bapak bagus, Bapak bisa mempraktekkannya”.

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah saya ajari cara mengontrol halusinasi
dan Bapak juga sudah mempraktekkan caranya?”
Objektif
“Apa Bapak masih ingat apa yang tadi kita pelajari? Coba Bapak
praktekkan lagi!”

2. Tindak lanjut klien muncul lagi, silakan bapak coba cara tersebut.
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya?”
“Kalau suara itu
3. Kontrak yag akan datang
Topik
“B bapak,sekian dulu ya bincang-bincang kita pada hari ini, kita akan
bertemu lagi besok untuk berbincang-bincang lagi tentang car yang
kedua”.
Waktu
“Sekiranya besok kita bisa bertemu lagi pada jam berapa? bagaimna kalau
sama seperti hari ini?”
Tempat

76
“Dimana Bapak maunya untuk kita berbincang-bincang besok? Bagaimana
kalau disini lagi? Baiklah kalau begitu, saya pamit dulu ya Pak, sampai
jumpa lagi besok!”

77
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN KE – 1
(PERTEMUAN KE – 2)

Tanggal 21 Januari 2014

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif (20 Januari 2014):
a. Klien mengatakan “ saya akan belajar setiap hari mas”
b. Klien mengatakan “ saya coba mengingat-ngingat cara ini apabila ada
suara lagi”
c. Klien mengatakan “ penyakit saya ini namanya halusinasi
pendengaran mas”

Data Objektif:

a. Klien tampak berusaha mencoba cara menghardik halusinasi


b. Klien tampak ansietas mempraktekkan cara enghardik

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

3. Tujuan Khusus (TUK)


a. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan berbincang-bincang
dengan orang lain
b. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi yang telah
diajarkan (menghardik) dan yang akan diajarkan (berbincang-bincang)

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi pemahaman dan kemampuan klien dalam melakukan
caramengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi
b. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan berbincang-bincang
dengan orang lain

B. Strategi Pelaksanaan Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak A, bagaimana kabarnya hari ini? Apakah bapak masih
ingat dengan saya?”

78
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana bapak, apakah cara yang sudah saya ajarkan kemaren
dipraktekkan atau dipelajari lagi?”
3. Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau sekarang saya ajari cara yang kedua, yaitu mengobrol-
ngobrol dengan orang lain?”
Waktu
“Berapa lama pak kita bisa mengobrol dan berlatih? Bagaimana kalau 15
menit?”

Tempat

“Dimana pak kita bisa mengobrol dan berlatih? Bagaimana kalau disini
saja?”

Kerja:

“Bapak, saya kemaren kan sudah mengajari bapak cara pertama untuk
mengontrol halusinasi, apakah bapak ingat cara itu apa pak? Coba bapak
praktekkan. Baik pak, sekarang saya akan mengajari bapak cara kedua untuk
mengontrol halusinasi, caranya yaitu dengan berbincang-bincang dengan
orang lain. Apabila bapak sedang mendengar suara-suara tersebut, bapak coba
langsung mencari teman untuk diajak ngobrol. Bapak bisa ngobrol apa saja
yang bapak suka, misalnya hobi, kegiatan sehari-hari, atau hal yang menarik
lainnya. coba bapak pragakan ke saya!! Iya benar pak, bagus sekali pak.
Bapak bisa mempraktekkannya.”

Terminasi:

1. Evaluasi respon klien terhadap tindkan keperawatan


Subjektif:
“ Bagaimana perasaan bapak setelah saya ajari cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap?”
Objektif
“ Apakah bapak bisa praktekkan lagi cara yang baru saja kita latih
barusan? Coba bapak pragakan!.”
2. Tindak lanjut klien
“ Kalau suara itu muncul lagi, selain dengan cara menghardik, bapak bisa
melakukan cara yang baru saja saya ajarkan, bagimana kalau kita buat
jadwal latihannya?”
3. Kontrak yang akan datang

79
Topik
“ Sekian dulu pak pertemuan kita pada hari ini, kita akan bertemu lagi
besok untuk berbincang-bincang lagi tentang cara lain yang bisa bapak
praktekkan mendengar suara-suara lagi.”
Waktu
“ Sekiranya besok kita bisa bertemu lagi pada jam berapa pak?
Bagaimana kalau pagi lagi seperti hari ini?”
Tempat

“Dimana besok apak maunya kita untuk berbincang-bincang? Bagaimana


kalau disini lagi pak? Kalau begitu saya pamit dulu ya pak, terima kasih
bapak sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai jumpa besok
pak.”

80
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN KE-1
(PERTEMUAN KE-3)

Tanggal 22 Januari 2014


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data Subyektif (21 Januari 2014)
- Klien mengatakan, “Saya mau mas diajari cara menghilangkan
halusinasi saya.”
- Klien mengatakan, “Saya sering lupa untuk berlatih cara menghardik
saat sebelum tidur.”
- Klien mengatakan, “Saya suka bercerita tentang pengalaman masa
lalu mas, tapi apa saja yang perlu saya bicarakan tidak tahu mas.”
Data Obyektif
- Klien memperhatikan serius saat proses wawancara atau dilatih cara
bercakap-cakap
- Klien suka bercerita tentang masa lalu klien
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
- Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan berbincang-bincang
dengan orang lain
- Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan
berbincang-bincang
4. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi pemahaman dan kemampuan klien dalam melakukan
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
- Mengajarkan ulang cara bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol halusinasi

81
B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
“Selamat pagi pak A, bagaimana kabar pak A hari ini?”
“Bagaimana pak, apakah cara menghardik dan bercakap-cakap yang sudah
saya ajarkan sudah bapak praktekkan lagi?”
“Bagaimana kalau sekarang kita praktekkan lagi cara bercakap-cakap dengan
orang lain untuk mengontrol halusinasi bapak? Apakah bapak bersedia?”
“Berapa lama pak kita bisa mengobrol dan berlatih? Bagaimana kalau 15
menit?”’
“Bapak lebih sukanya kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau disini saja?”
KERJA
“Pak A, kemarin saya sudah mengajari bapak untuk bercakap-cakap dengan
orang lain saat bapak mendengar suara-suara, coba bapak praktekkan lagi! Iya
bagus bapak, bapak sudah berusaha untuk mempraktekkan cara bercakap-
cakap, tapi kita coba evaluasi lagi ya? Apakah cara bapak tadi sudah benar
atau belum. Cara bercakap-cakap yaitu pertama-tama bapak menanyakan
topik apa yang ingin dibicarakan atau bapak bisa memberikan saran untuk
topik yang akan dibicarakan. Setelah itu bapak mulai menceritakan
berdasarkan topic yang sudah dipilih bersama dan meminta lawan bicara
bapak untuk berbicara juga sesuai dengan topic. Berdasarkan apa yang sudah
saya jelaskan barusan, menurut bapak apakah cara bapak untuk bercakap-
cakap tadi sudah benar? Coba bapak praktekkan lagi cara bercakap-cakap
seperti yang saya ajarkan tadi! Mari coba bapak praktekkan pada saya! Iya
benar pak, bagus sekali.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita belajar cara bercakap-cakap? Coba
bapak sebutkan kembali caranya bercakap-cakap dan coba praktekkan pak!”
“Bapak bisa praktekkan cara bercakap-cakap tersebut ketika halusinasi bapak
muncul lagi selain dengan cara menghardik. Apakah bapak mau? Bapak juga

82
bisa latih secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah bapak buat untuk
latihan.”
“Cukup sekian pak pertemuan kita hari ini, kita akan bertemu lagi besok
untuk kembali berlatih dan saya akan mengajari cara yang lainnya. Apakah
bapak bersedia?”
“Sekiranya besok bapak bisa jam berapa?”
“Dimana pak besok kita berbincang-bincang lagi? Bagaimana kalau disini
lagi?”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai bertemu besok”
“Selamat pagi pak”

83
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN KE-3
(PERTEMUAN KE-4)

Tanggal 23 Januari 2014


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data Subyektif (22 Januari 2014)
- Klien berkata “saya akan bercerita ke teman atau perawat saat
mendengar suara-suara binatang lagi”
- Klien berkata “saya sudah bisa mas, tetapi terkadang masih lupa
sedikit-sedikit caranya mas”
Data Obyektif
- Klien terlihat antusias menceritakan pengalaman halusinasi yang
dialami.
- Klien bercerita dengan serius.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
- Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
- Klien dapat melakukan aktivitas yang telah dipilih sesuai jadwal yang
telah dibuat.
4. Tindakan Keperawatan
- Mengidentifikasi jenis aktivitas yang disukai atau biasa dilakukan
oleh klien di RSJ.
- Melatih kegiatan atau aktivitas yang dipilih untuk dilakukan secara
rutin.
- Memasukkan kegiatan yang telah dilatih dalam jadwal kegiatan
harian.

84
B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
“Selamat pagi pak A, bagaimana kabar pak A hari ini?”
“Apakah Bapak sudah mempraktekkan cara ngobrol-ngobrol dengan teman-
teman yang ada di sini?”
“Bagaimana kalau sekarang kita ngobrol-ngobrol lagi untuk saya ajari cara
lain yang bapak bisa lakukan untuk mengontrol halusinasi? Apakah bapak
bersedia?”
“Berapa lama pak kita bisa mengobrol dan berlatih? Bagaimana kalau 15
menit?”’
“Bapak lebih sukanya kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau disini saja?”

KERJA
“Pak A, aktivitas apa saja yang bapak lakukan disini setiap hari? Kira-kira
aktivitas apa yang bapak sukai untuk dilakukan setiap hari? Bagaimana kalu
hari ini kita belajar melakukan aktivitas tersebut? Kira-kira aktivitas yang
mana yang mau untuk bapak latih terlebih dulu? Mari kita latih bersama-sama
pak. Ayo bapak saya bantu untuk menentukan aktivitas apa yang bapak bisa
lakukan setiap hari.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita melakukan aktivitas yang bapak
sukai? Coba bapak sebutkan kembali bagaimana caranya melakukan aktivitas
tersebut! Coba bapak lakukan aktivitas tersebut setiap hari sesuai dengan
jadwal. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengalihkan pikiran bapak
supaya halusinasi bapak tidak muncul lagi.”
“Cukup sekian pak pertemuan kita hari ini, kita akan bertemu lagi besok
untuk bersama-sama melatih/melakukan kegiatan lain yang bapak sukai.
Apakah bapak bersedia?”
“Sekiranya besok bapak bisa jam berapa?”

85
“Dimana pak besok kita berbincang-bincang lagi? Bagaimana kalau disini
lagi?”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai bertemu besok”
“Selamat pagi pak”

86
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN KE-4
(PERTEMUAN KE-5)

Tanggal 24 Januari 2014


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data Subyektif (23 Januari 2014)
- Klien berkata “saya akan melakukan aktivitas yang telah dibuat ini
mas.”
- Klien berkata “banyak ya mas aktivitasnya.”
Data Obyektif
- Klien terlihat antusias malakukan aktivitas harian (menyapu).
- Klien mampu menyebutkan dan mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi di depan keluarga (menghardik, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas terjadwal).
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
- Klien mengetahui kegunaan obat yang diminum, akibat jika putus
obat, cara mendapat obat/berobat, cara minum obat dengan prinsip 5
benar.
- Klien dapat minum obat secara teratur sesuai dengan dosis dan jadwal
yang telah ditentukan dokter (pagi, siang atau malam).
4. Tindakan Keperawatan
- Menjelaskan tentang obat yang diminum (nama, warna, dosis, efek
terapi dan efek samping obat).
- Menjelaskan tentang kegunaan obat, akibat jika putus obat, cara
mendapatkan obat/berobat, cara minum obat dengan prinsip 5 benar.

87
B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
“Selamat pagi pak A, bagaimana kabar pak A hari ini?”
“Apakah Bapak sudah mempraktekkan cara mengontrol halusinasi seperti
yang pernah saya ajarkan?”
“hari ini saya akan mengajak ngobrol bapak tentang cara terakhir untuk
mengontrol halusinasi bapak, yaitu dengan minum obat. Saya akan
menjelaskan tentang obat bapak, fungsi obat, serta efek samping obat.
Apakah bapak bersedia?”
“Berapa lama pak kita bisa mengobrol dan berlatih? Bagaimana kalau 15
menit?”’
“Bapak lebih sukanya kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau disini saja?”

KERJA
“Pak A, kemarin saya sudah ajarkan tentang cara mengontrol halusinasi pada
bapak dengan cara menghardik, mengobrol, melakukan aktivitas. Nah
sekarang saya akan menjelaskan cara terakhir pak, yaitu dengan minum obat.
Apakah bapak tahu tentang obat yang bapak minum setiap hari? Coba
ceritakan pada saya. Iya pak, jadi obat bapak itu namanya….., obat itu yang
warnanya….., itu diminum……x perhari pak. Obat itu gunanya untuk……,
dan efek samping obat itu adalah….., cara minum obat tersebut harus benar,
istilahnya harus memenuhi prinsip 5 benar, yaitu benar obat, benar dosis,
benar pasien, benar rute/cara pemberian, dan benar waktu. Saya akan
menjelaskan satu persatu ya pak. Jadi waktu bapak mau minum obat, bapak
priksa dulu yang pertama benar obat, bapak lihat dulu obat tersebut sesuai
dengan ciri-ciri obat bapak atau tidak sesuai dengan apa yang saya jelaskan
tadi. Bapak juga tanya ke perawat apa nama obat tersebut supaya bapak bisa
mencocokkan dengan obat yang biasa bapak minum. Yang selanjutnya, benar
dosis pak, jadi bapak harus memperhatikan berapa dan seberapa obat yang
harus bapak konsumsi sekali minum sesuai dengan instruksi dari dokter atau

88
perawat. Selanjutnya yaitu benar pasien, bapak tanyakan pada perawat apakah
benar obat itu untuk bapak, dengan bapak menyebutkan nama dan nomor
obat. Setelah itu, benar rute atau cara pemberian. Bapak coba tanyakan ke
perawat untuk memastikan cara mengkonsumsi atau menggunakan obat
bapak, supaya bapak tidak salah cara mengkonsumsi obatnya. Yang terakhir
pak yaitu benar waktu. Bapak coba mengingat-ingat kapan saja bapak harus
minum obat, kalau sudah waktunya minum obat bapak bisa minta ke
perawat”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah saya jelaskan tentang obat bapak dan
cara yang benar untuk mengkonsumsinya? Coba bapak jelaskan lagi tentang
obat bapak, efek samping, manfaat, dan prinsip 5 benar obat! Mari saya bantu
bapak untuk membuat jadwal minum obat harian bapak”
“Cukup sekian pak pertemuan kita hari ini, kita akan bertemu lagi besok
untuk bersama-sama melatih/melakukan kegiatan lain yang bapak sukai.
Apakah bapak bersedia?”
“Sekiranya besok bapak bisa jam berapa?”
“Dimana pak besok kita berbincang-bincang lagi? Bagaimana kalau disini
lagi?”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai bertemu besok”
“Selamat pagi pak”

89
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN KE-4
(PERTEMUAN KE-6)

Tanggal 25 Januari 2014


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data Subyektif (24 Januari 2014)
- Klien mengatakan bahwa obat yang dikonsumsi ada 5 macam.
- Klien mengatakan bahwa obat diminum 3x sehari.
- Klien mengatakan bahwa obat berguna untuk mengatasi bicara dan
tertawa sendiri.
Data Obyektif
- Berdasarkan catatan rekam medik, menurut klien ada 2 macam
(chlozaphine dan TFP) yang diminum 2x sehari siang dan sore.
- Klien tidak mampu menyebutkan kembali tentang kegunaan obat, efek
samping obat, serta prinsip 5 benar konsumsi obat dengan benar.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
Klien
3. Tujuan Khusus
- Klien mampu mengenal obat yang biasa diminum dengan baik dan
benar, beserta dengan kegunaan dan efek samping obat.
- Klien mampu menyusun jadwal harian untuk mengontrol halusinasi.
4. Tindakan Keperawatan
- Menanyakan pemahaman klien tentang obat yang dikonsumsi.
- Menjelaskan kembali tentang obat yang dikonsumsi klien.
- Membantu klien menyusun jadwal harian klien untuk berlatih cara
mengontrol halusinasi.

90
B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
“Selamat pagi pak A, bagaimana kabar pak A hari ini?”
“Bagaimana pak, apakah bapak sudah mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi yang sudah saya ajarkan? Saya hari ini akan mengajak ngobrol
bapak kembali tentang obat yang bapak konsumsi dan kita akan bersama-
sama menyusun jadwal harian untuk latihan cara mengontrol halusinasi.
Apakah bapak bersedia?”
“Berapa lama pak kita bisa mengobrol dan berlatih? Bagaimana kalau 15
menit?”’
“Bapak lebih sukanya kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau disini saja?”

KERJA
“Pak, kemarin saya sudah menjelaskan pada bapak tentang obat bapak,
kegunaan dan efek samping obat bapak. Sekarang coba bapak sebutkan lagi
ciri-ciri obat bapak yang biasa bapak minum! Iya bapak sudah menjelaskan
tentang obat bapak, tapi saya akan mengklarifikasi kembali tentang
penjelasan bapak. Obat bapak yaitu…. Diminum….x perhari pada waktu…..
Sebelum diminum, bapak cek terlebih dahulu kebenaran obat bapak
berdasarkan cirinya dan bapak minum berdasarkan anjuran dari
perawat/dokter. Bagaimana untuk selanjutnya kita susun jadwal harian bapak
untuk latihan mengontrol halusinasi. Mari pak saya bantu.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah ngobrol-ngobrol dengan saya? Coba
bapak jelaskan lagi tentang obat bapak dan aktivitas rutin harian bapak! Coba
bapak lakukan kegiatan yang telah kita susun bersama tadi pak setiap hari.”
“Cukup sekian pak pertemuan kita hari ini, kita akan bertemu lagi besok,
akan mengecek aktivitas yang sudah bapak lakukan sesuai dengan jadwal.
Apakah bapak bersedia?”

91
“Sekiranya besok bapak bisa jam berapa?”
“Dimana pak besok kita berbincang-bincang lagi? Bagaimana kalau disini
lagi?”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai bertemu besok”
“Selamat pagi pak”

92
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN KE-1
(PERTEMUAN KE-7)

Tanggal 27 Januari 2014


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data Subyektif (25 Januari 2014)
- Klien mengatakan bahwa sudah mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan teman.
- Klien mengatakan bahwa akan meminum obat secara rutin agar cepat
sembuh.
- Klien mengatakan bahwa akan mengikuti jadwal kegiatan yang sudah
disusun.
Data Obyektif
- Klien memperhatikan dengan serius saat proses wawancara.
- Kontak mata klien positif.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
- Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan metode thought
stopping.
4. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan latihan klien
- Mengajarkan metode thought stopping untuk mengontrol halusinasi

B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN


TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
“Selamat pagi pak A, bagaimana kabar pak A hari ini?”
“Bagaimana pak, apakah cara mengontrol halusinasi yang sudah kami ajarkan
sudah bapak praktekkan lagi?”

93
“Bagaimana kalau sekarang kita praktekkan lagi metode lain untuk
mengontrol halusinasi bapak? Apakah bapak bersedia?”
“Berapa lama pak kita bisa mengobrol dan berlatih? Bagaimana kalau 15
menit?”’
“Bapak lebih sukanya kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau disini saja?”

KERJA
“Pak A, kemarin saya sudah mengajari bapak empat cara untuk mengontrol
halusinasi bapak, sudah bapak praktekkan? Bagus sekali Bapak. Jadi kapan
terakhir kali bapak mendengar suara-suara itu lagi? Oh, baru kemarin ya pak.
Bapak melakukan cara yang mana pak? Hasilnya bagaimana? Iya bagus
sekali bapak. Bapak bisa melakukan cara tersebut jika suara-suara itu muncul
lagi. Sekarang kami akan mengajarkan cara yang baru lagi pak, menurut
penelitian yang telah kami temukan, cara ini sangat bagus untuk mengontrol
halusinasi. Cara ini bernama thought stopping. Cara ini hampir sama dengan
menghardik, tetapi lebih mudah dilakukan bapak. Apa bapak mau untuk
berlatih? Saya akan menjelaskan dulu ya pak langkah-langkahnya. Ketika
bapak mendengar kembali suara-suara tersebut, bapak langsung saja
mengatakan “stop” dengan bersungguh-sunggu dan bertepuk tangan. Setelah
itu pikiran bapak alihkan ke pikiran yang membahagiakan, misalnya
memikirkan jalan-jalan di mal atau bisa juga bapak memikirkan aktivitas
yang akan bapak lakukan. Bagaimana pak, apa bapak sudah mengerti? Nah
bagus sekali, sekarang silahkan bapak praktekkan. Ya, seperti itu pak. Tetapi
dalam melakukan ini bapak harus bersungguh-sungguh sehingga suara ini
bisa langsung hilang. Coba bapak praktekkan lagi thought stopping seperti
yang saya ajarkan tadi! Mari coba bapak praktekkan pada saya! Iya benar
pak, bagus sekali.”

94
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita belajar metode thought stopping?”
“Bapak bisa praktekkan thought stopping tersebut ketika halusinasi bapak
muncul lagi selain dengan tiga cara yang lain. Apakah bapak mau? Bapak
juga bisa latih secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah bapak buat
untuk latihan.”
“Cukup sekian pak pertemuan kita hari ini, kita akan bertemu lagi besok
untuk kembali berlatih dan saya akan mengajari cara yang lainnya. Apakah
bapak bersedia?”
“Sekiranya besok bapak bisa jam berapa?”
“Dimana pak besok kita berbincang-bincang lagi? Bagaimana kalau disini
lagi?”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai bertemu besok”
“Selamat pagi pak”

95

Anda mungkin juga menyukai