Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA
STASE MATERNITAS
RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh:
Rini Faulina
1714901210055

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS B
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA

1.1 Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem


1.1.1 Plasenta
Plasenta merupakan penyambung antara janin dan ibu dengan anatomi
berbentuk hampir bulat dengan ukuran diameter sekitar 15-20 cm, tebal
kurang lebih 2,5 cm, berat kurang lebih 500 gram. Terdapat dua
permukaan plasenta yaitu permukaan maternal plasenta dan permukan
faetal plasenta. Plasenta terbentuk dengan lengkap pada usia kehamilan
sekitar 16 minggu dengan letak bisa di depan atau di belakang dinding
rahim pada daerah korpus ke arah fundus. Asal plasenta adalah sebagian
besar dari bagian janin yang disebut chorion frondosum dan sebagian kecil
dari ibu yang disebut dendua basalis.

1.1.2 Bagian plasenta


Permukaan maternal plasenta adalah permukaan yang menghadap dinding
rahim atau uterus, dengan ciri-ciri bentuknya kasar, warna merah tua.
Yang perlu menjadi perhatian adalah setelah melahirkan, permukaan ini
pada tiap-tiap permukaan saluran harus diselidiki apakah saluran sudah
lengkap aatau belum, sebab bila sisa plasenta ini tertinggal pada dinding
uterus maka akan mengganggu kontraksi uterus sehingga menimbulkan
perdarahan.
Permukaan fetal plasenta adalah permukaan plasenta yang menghadap
janin dengan ciri-ciri tampak licin, warna keputihan, dilapisi amnion yang
tipis sehingga tampak pembuluh darah yang bercabang-cabang. Pada
permukaan ini adalah merupakan permukaan dimana tempat tertanamnya
tali pusat (insertion). Tempat melekatnya tali pusat pada plasenta apabila
terletak di tengah-tengah disebut insertio sentralis, apabila melekatnya
agak ke pinggir maka disebut insertio lateralis, apabila melekat di pinggir
maka disebut insertio marginalis. Kadang-kadang ada tali pusat yang
melekat atau berada diluar plasenta dan hanya melekat pada selaput janin,
maka disebut insertio velamentosa.

1.1.3 Fungsi plasenta


Fisiologi atau fungsi-fungsi plasenta secara ringkas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.1.3.1 Sebagai alat nutisif, yaitu meneruskan makanan dari ibu ke janin
1.1.3.2 Sebagai alat respiratif, yaitu berfungsi mengeluarkan CO2 atau
karbondioksida ke ibu dan memasukkan O2 atau oksigen dari ibu
ke janin.
1.1.3.3 Sebagai alat ekskresi, yaitu berfungsi mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme bayi ke darah ibu.
1.1.3.4 Sebagai pembentuk hormon.
1.1.3.5 Sebagai alat pertahanan, yaitu melalui plasenta janin mendapatkan
antibody dari ibu. Sebagai contoh anti cacar, tetanus, difteri, dan
lain-lain. Semua obat dari ibu akan masuk ke janin, oleh sebab
itulah maka harus berhati-hati apabila minum obat tanpa resep
dokter

1.1.4 Hubungan plasenta dengan pertumbuhan janin


Di dalam uri atau plasenta mengalir darah ibu dan darah janin. Darah ibu
mengalir dalam rongga antar vilusdan darah janin mengalir dalam
pembuluh darah kapiler jonjot-jonjot chorion. Jadi jonjot-jonjot chorion
terendam dalam darah ibu. Dengan demikian di dalam uri, darah ibu dan
darah janin terpecah-pecah tidak bercampur.
Di dalam rongga antar vilus bermuara pembuluh darah nadi uri yang
memancarkan darah dalam ruangan. Darah yang berada dalam rongga
antar vilus mengalir kembali ke pembuluh darah balik ibu dalam decidua
basalis.

1.1.5 Kelainan pada plasenta


Beberapa abnormalitas atau kelainan yang mungkin terjadi pada plasenta
antara lain :
1.1.5.1 Insertio marginalis, meskipun hal ini merupakan suatu kelainan,
namun tidak menimbulkan gangguan.
1.1.5.2 Insertio velamentosa. Kesulitan atau masalah terjadi ketika selaput
janin yang pembuluh darah berada di kutub bawah, kemungkinan
dapat mengalami pecah sehingga menyebabkan pembuluh darah
terputus dan menyebabkan perdarahan sehingga bisa berakibat
pada kematian janin.
1.1.5.3 Plasenta sirkum velata. Kelainan dimana pada tepi atau pinggir
plasenta/uri terdapat satu lingkaran jaringan tebal yang berwarna
putih dengan panjang 4-5 cm. Jaringan putih ini sebenarnya adalah
lipatan dari jaringan selaput janin. Disini selaput janin tidak
melekat pada tepi jaringan plasenta tetapi agak ke tengah.
Kemungkinan masalah yang timbul adalah adanya perdarahan
sebelum persalinan.
1.1.5.4 Plasenta suksenturiata, adalah suatu kelainan dimana disamping
terdapat plasenta yang normal, juga terdapat uri tambahan dan ada
hubungan pembuluh darah dengan plasenta yang normal. Apabila
saat persalinan, ada plasenta tambahan tersebut yang tertinggal
dapat menyebabkan perdarahan post partum [perdarahan setelah
melahirkan].Oleh karena itu apabila dalam pemeriksaan plasenta
dalam selaput janin terdapat pembuluh yang putus dan terbuka,
maka harus diperhatikan kemungkinan adanya plasenta
suksenturiata.
1.1.5.5 Plasenta bilobata, adalah kelainan dimana uri atau plasenta terdapat
dua bagian. Tidak menimbulkan masalah dan kesulitan.
1.1.5.6 Plasenta fenestra, adalah kelainan plasenta yang berlubang. Tidak
menimbulkan kesulitan atau masalah
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Wiknjosostro, 2005).

1.1.2 Etiologi
Penyebab pasti dari plasenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka
operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi
placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab
plasenta previa.

Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak


cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.Selain itu,
kehamilanmultiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan yang
lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang
sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah
pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada
kehamilan berikutnya.

1.1.3 Klasifikasi
Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
1.1.3.1 Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan (ostium internus
servisis) tertutup oleh jaringan plasenta
1.1.3.2 Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium
internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta
1.1.3.3 Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis)
1.1.3.4 Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal
pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan
jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir

1.1.4 Patofisiologi
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita
tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak,
sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu
banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai
terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.

Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya


plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk
menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal
makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu
perdarahan padaplasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada
plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan
mulai.
1.1.5 Manifestasi klinis
Secara umum, tanda gejala yang muncul pada plasenta previa antara lain :
1.1.5.1 Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
1.1.5.2 Perdarahan berulang
1.1.5.3 Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik,
kontraksi Braxton Hicks atau koitus
1.1.5.4 Perdarahan permulaan jarang begitu berat. Biasanya perdarahan
akan berhenti sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga
1.1.5.5 Warna perdarahan merah segar
1.1.5.6 Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
1.1.5.7 His biasanya tidak ada.
1.1.5.8 Rasa tidak tegang saat palpasi
1.1.5.9 DJJ terdengar
1.1.5.10 Teraba jaringan plasenta dalam vagina
1.1.5.11 Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

1.2.6 Pemeriksaan Penunjang


1.2.6.1 USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi
apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
1.2.6.2 Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
1.2.6.3 Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada
umumnya di dalam batas normal.
1.2.6.4 Pengkajian vagina
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesudah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula
prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup
adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang
operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara
cesar.

1.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus plasenta previa terbagi menjadi dua bagian
yakni:
1.2.7.1 Penatalaksanaan Konservatif, bila:
a. Kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb dalam batas
normal)
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (menempu
perjalanan tidak lebih dari 15 menit).
Perawatan Konservatif dapat berupa:
a. Istirahat.
b. Memberikan hematilik dan spasmolitik untuk mengatasi
anemia.
c. Memberikan anti biotik bila ada indikasi.
d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
e. Bila selama tiga hari tidak terjadi perdarahan setelah
melakukan pengawasan konserpatif maka lakukan mobilisasi
bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak
boleh melakukan senggama

1.2.7.2 Penanganan Aktif, bila:


a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati.

Penanganan Aktif dapat berupa:


a. Persalinan per vaginam
b. Persalinan per abdominal

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi


(double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila
pemeriksaan dalam didapatkan:
a. Plasenta previa marginalis.
b. Plasenta previa letak rendah.
c. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan servik
sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan
tidak ada perdarahan dan hanya sedikit perdarahan maka
lakukan amniotomi dan drips oksitosin pada partus per
vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan sectio
caesarea

1.2.8 Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada
janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti
asfiksia berat.
1.2 Rencana Asuhan Keperawatan Klien Plasenta Previa
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Data dasar
1.2.1.2 Identifikasi klien
1.2.1.3 Riwayat kehamilan dan persalinan lalu klien tidak pernah
mengalami operasi seksio
1.2.1.4 Keluhan utama: keluhan nyeri karena masa pembedahan,
peningkatan kebutuhan istirahat, tidur dan penyembuhan
1.2.1.5 Riwayat persalinan: kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
presentase bokong dan letak lintang
1.2.1.6 Riwayat psikologis: tingkat kesehatan, gembira, respon keluarga
terhadap kelahiran (Doenges)
1.2.1.7 Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital, karakter lochea, fundus uteri, payudara,
abdomen (keadaan luka insisi), kandung kencing, kebersihan
diri dan genital
b. Sirkulasi : Perdarahan vagina tanpa nyeri (jumlah tergantung
pada apaka previa marginal, parsial,atau total): Prdarahan besar
dapat terjadi selama persalinan.
c. Seksualitas : Tinggi fundus 28 cm atau lebih, DJJ dalam batas
yang normal (DBN), Janin mungkin melintang atau tidak
turun., Uterus lunak
1.2.1.8 Pemeriksaan penunjang
a. Test laboratorium : Jumlah darah lengkap terutama hemoglobin
dan hematokrit
b. HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih (SDP),
penurunan Hb dan Ht.
c. USG ; Menetukan letak plasenta
d. Pelvimetri rontge

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa 1. Resiko perdarahan
1.2.2.1 Definisi
Beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat
mengganggu kesehatan
1.2.2.2 Faktor resiko
Aneurisme
Sirkumsisi
Defisiensi pengetahuan
Koagulopati intravaskuler diseminata
Riwayat jatuh
Gangguan gastrointestinal
Gangguan hati
Koagulopati inheren
Komplikasi pascapartum
Komplikasi terkait kehamilan
Trauma
Efek samping terkait terapi
Diagnosa 2. Ansietas
1.3.3.1 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai
respon autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memempukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman

1.3.3.2 Batasan Krakteristik


Perilaku : penurunan produktivitas, gerakan yang ireleven,
gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk,
agitasi, menintai, tampak waspada.
Afektif : gelisah, distress, kesedihan yang mendalam, ketakutan,
perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, iritabilitas,,
gugup senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan, bngung, menyesal, ragu, khawatir
Fisiologis : wajah tegang, tremor tangan, peningkatan produksi
keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, suata bergetar.
Simpatik : anoreksia, ekstasi kardiovaskular, wajah memerah,
mukosa kering, jantung berdebar, peningkatan denyut nadi,
peningkatan reflek, sulit bernapas, vasokontriksi superficial,
lemah, gangguan perhatian.
1.3.3.3 Faktor yang Berhubungan
Perubahan
Pemajanan toksin
Infeksi
Krisis maturasi krisis situasional
Proses penyakit
Stress
Kebutuha yang tidak dipenuhi
Konflik tentang tujuan hidup
Diagnosa 3. Defisiensi pengetahuan
1.3.3.4 Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu

1.3.3.5 Batasan Krakteristik


Ketidakakuratan melakukan tes
Ketidakakuratan mengikuti perintah
Kurang pengetahuan
Perilaku tidak tepat (misalnya hysteria, bermusuhan, agitasi,
apatis)

1.3.3.6 Faktor yang Berhubungan


Gangguan fungsi kognitif
Gangguan memori
Kurang informasi
Kurang minat untuk belajar
Kurang sumber pengetahuan
Salah pengertian terhadap orang lain

1.3.2 Perencanaan
Diagnosa 1. Resiko perdarahan
1.3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil NOC
Keparahan kehilangan darah, koagulasi darah
Kriteria hasil :
Tidak ada hematuria dan hematemesis
Kehilangan darah yang terlihat
Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole
Tidak ada perdarahan pervaginam
Tidak ada distensi abdominal
Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal

1.3.3.2 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC


a. Identifikasi penyebab perdarahan
Rasional : banyak jenis perdarahan yang dapat terjadi melalui
vagina wanita, pada kasus plasenta previa biasnya perdarahan
tidak disertai nyeri
b. Monitor ketat tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan aspek yang penting
dalam pemeriksaan fisik karena menunjukan status organ-
organ vital dalam tubuh, perubahan signifikan 1 tanda vital
merupakan tanda bahwa ada gangguan dalam tubuh
c. Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
Rasional : mengetahui kebutuhan cairan klien perhari
membantu menentukan terapi maupun nutrisi yang harus
dimasukan ke dalam tubuh klien
d. Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi yang akan
berdampak pada peningkatan perdarahan
e. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan yang
banyak mengandung vitamin K seperti buah kiwi, alpukat
anggur
Rasional :makanan yang mengandung vitamin K Membantu
Proses Koagulasi / Pembekuan Darah
f. Dorong masukan oral
Rasional : masukan oral sangat penting disamping masukan
cairan secara parenteral
g. Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : untuk manajemen cairan cara tercepat yang dapat
dilakukan adalah pemasangan cairan IV, Karena akan
langsung masuk di pembuluh darah
h. Atur kemungkinan transfusi
Rasional : apabila kasus kekurangan cairan semakin buruk
disertai kehilangan komponen darah, maka harus segera di
berikan transfuse untuk menghindari kegawatan lebih lanjut

Diagnosa 2. Ansietas
1.3.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
Control diri terhadap kecemasan, tingkat kecemasan, koping
Kriteria hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Menunjukan cara mengatasi cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan aktivitas
menunjukan penurunan kecemasan

1.3.3.1 Intervensi keperawatan dan Rasional NIC


a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : klien yang cemas cenderung waspada terhadap
kondisi yang ada dilingkungannya, dengan pendekatan yang
menenangkan diharapkan tidak menambah kecemasan klien
dan klien dapat lebih koopertif
b. Nyetakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
Rasional : klien harus mengetahui dengan jelas apa yang harus
dilakukannya untuk mengatasi kecemasan, hal ini selain
menyadarkan klien tentang keadaannya juga menyadarkan
klien untuk mau mengatasi cemas yang dialami
c. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Rasional : perawat memiliki peran sebagai konselor, memalui
itu diharapkan perawat mampu memberikan konsultasi yang
baik agar klien dapat mengatasi cemasnya
d. Anjurkan keluarga untuk menemani klien untuk memberikan
keamnan dan mnegurangi takut
Rasional : menurunkan stimulus yang memicu peningkatan
cemas, dengan berada disekitar orang terdekatnya diharapkan
klien akan lebih tenang
e. Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional : dengan mengetahui tingkat kecemasan klien
perawat dapat mengambil keputusan tentang tindakan maupun
intervensi yang akan diberikan
f. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasan dan perasaan
Rasional : klien yang sedang cemas perlu didengarkan, gali
apakah yang menyebabkan kecemasan dan bersama-sama
klien mengatasi kecemasan yang dirasakan
g. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi terbukti dapat membuat tubuh
melepaskan hormone endorphine sehingga menenangkan dan
membuat kondisi tubuh rileks
h. Kolaborasi untuk memberikan obat untuk mengurangi
kecemasan
Rasional : apabila dengan terapi nonfarmakologi kecemasan
klien tidak berkurang, maka dianjurkan untuk pemberian obat
untuk menennagkan klien sehingga status kecemasan menurun

Diagnosa 3. Defisiensi pengetahuan


1.3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil NOC
Pengetahuan mengenai proses penyakit, pengetahuan tentang
perilaku kesehatan
Kriteria hasil :
Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi prognosis dan program pengobatan
Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Klien dan keluarga mamapu menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaskan perawat dan tim kesehatan lainnya
1.3.3.2 Intervensi keperawatan dan Rasional NIC
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien
Rasional : menilai sejauh mana tingkat pengetahuan klien,
membantu perawata menentukan sejauh mana informasi harus
diberikan
b. Jelaskan patofisiologi dari proses penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi
Rasional : kebanyakan klien tidak memhami bagaimana proses
penyakit atau patofisiologi sehingga tidak dapat mengatasi dan
mencari terapi yang tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit
Rasional : tanda dan gejala yang dialami klien menunjukan
klien mengalami sakit, dengan pengetahuan ini diharapkan
klien dapat lebih peka dan segera meminta pertolongan
difasilitas kesehatan sebelum sakitnya semakin parah
d. Diskusikan kemungkinan perubahan gaya hidup yang
diperlukan untuk mencegah kekambuhan
Rasional : gaya hidup banyak berperan dalam menentukan
status kesehatan seseorang. Apabila gaya hidupnya baik dan
teratur tentunya irama sirkadian akan baik, begitupun
sebaliknya
e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Rasional : klien memiliki hak sendiri untuk membuat
keputusan tentang terapi yang akan diterima, sebagai konselor
kita perawat berkewajiban memberikan alternative solusi yang
akan dipilih sendiri oleh klien untuk terapinya.
f. Anjurkan klien untuk segera melapor ke fasilitas kesehatan
bila tanda dan gejala berulang
Rasional : deteksi dini dan kewaspadaan dari klien dapat
menurunkan kemungkinan komplikasi lebih lanjut
Daftar Pustaka
Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed 4. Jakarta : EGC
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nusa Medika
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis dan
Kalasifikasi alih bahasa Budi Anna Keliat, dkk ed 10. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa : Esty
Wahyuningsih. Jakarta : EGC

Banjarmasin, 2018
Preseptor Akademik

(…………………………………….)

Anda mungkin juga menyukai