OLEH
1. Definisi
2. Epidemiologi
Penyakit ini banyak ditemukan pada ras cina terutama yang tinggal di daerah
selatan. Ras mongloid merupakan faktor dominan dalam munculnya kanker
nasofaring, sehingga sering timbul di Negara-negara asia bagian selatan. Penyakit ini
juga ditemukan pada orang-orang yang hidup di daerah iklim dingin, hal ini diduga
karena penggunaan pengawet nitrosamine pada makanan-makanan yang mereka
simpan.
Insiden penyakit ini di Indonesia cukup tinggi yaitu 5 dari 100.000 penduduk
Indonesia mengidap penyakit ini. Laki-laki lebih banyak yang terserang dibandingkan
perempuan dengan perbandingan 2,18:1. KNF banyak diderita penduduk dengan
rata-rata berusia 25 - 60 tahun (kurang lebih 60%) (RS Darmais, 2009). Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo mencatat adanya 100 kasus baru KNF/tahun. Di Rumah Sakit
Hasan Sadikin terdapat 60 kasus baru/tahun.
3. Penyebab
4. Stadium
Penggolongan stadium kanker nasofaring adalah sebagai berikut:
a. Tumor size (T)
T0: tidak tampak tumor
T1: tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2: tumor terdapat pada dua lokasi atau lebih tetapi masih terbatas pada rongga
nasofaring
T3: tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4: tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
saraf otak
Tx: tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
b. Regional limfe nodes (N)
N0: tidak ada pembesaran kelenjar limfe
N1: terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa digerakkan
N2: terdapat pembesaran kontralateral/bilateral dan masih dapat digerakkan
N3: terdapat pembesaran baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang
sudah melekat pada jaringan sekitar
c. Metastase jauh (M)
M0: tidak ada metastasis jauh.
M1: ada metastasis jauh.
Proliferasi sel-sel yang abnormal Pertumbuhan sel-sel Terjadi perdangan pada bagian
11. dan tidak abnormal (sel-sel kanker) telinga dan hidung (termasuk
terkontrol nasofaring)
Pengeluaran mediator-
mediator inflamasi Peningkatan suhu tubuh
Hipertermi
CARCINOMA NASOFARING
Klien bertanya-tanya
Penanganan Ca CARCINOMA NASOFARING Ansietas
1 tentang penyakitnya
Memerlukan O2 dan Penyebaran melalui limfe dan Infiltrasi pada membran basal
nutrisi untuk
12. perkembangan tumor
pembuluh darah
Hiperplasia sel-sel
Metastase ke organ
lain
Hipermetabolik Aliran O2 ke Tumor semakin
seluruh tubuh Ke paru-paru membesar
Pemecahan sumber Metabolisme anaeorob Infiltrasi tumor ke Klien malu Obstruksi Obstruksi Mendesak ujung-ujung
energi berlebih terutama jaringan paru dengan saraf bebas
pada tuba pada laring (free nerve ending)
protein kondisinya eustachius
Produksi ATP untuk Gangguan ekspansi
Albumin13. paru Klien sulit
menghasilkan energi Gangguan Penurunan fungsi menelan makanan Nyeri berlangsung
dalam waktu
Citra pendengaran yang lama
Berat badan Adaptasi tubuh: Tubuh
Intoleransi hiperventilasi
Aktivitas Kerusakan
Ketidakseimbangan menelan
nutrisi kurang dari Ketidakefektifan Nyeri
kebutuhan tubuh pola nafas GSP: Kronis
Pendengaran
Hambatan
komunikasi
Memacu
Hipotalamus pengeluaran
Mempengaruhi
meningkatkan
kerja titik
prostaglandin
termostat
patokanhipotalamus
suhu tubuh Suhu tubuh meningkat Hipertermi
Penanganan Ca
1
Pengeluaran mediator
Nyeri akut inflamasi dan nyeri
Terganggunya lubrikasi Kesulitan dalam menelan dan
mukosa rongga mulut mengunyah makanan
2 3 4 5
Pada sel-sel di sumsum Pada sel-sel Pada sel epitel kulit yang Mukosa GI yang aktif
tulang belakang yang rambut yang aktif aktif yang membelah juga membelah
aktif membelah juga membelah juga dihambat juga dihambat
dihambat dihambat
Mempengaruhi mukosa
Rambut menjadi rapuh Deskuamasi kulit lambung
Supresi sumsum tulang & pertumbuhan
terhambat
PK PK PK Klien malu
Leuko Trombosito Mempengaruhi
Anemia dengan keadaan
penia peni lambung untuk
rambutnya
meningkatkan
produksi HCL
Sistem antibodi
menurun
Gangguan Citra Nausea
Tubuh
Risiko
Infeksi
5. Klasifikasi
a. Menurut Histopatologi
1) Ulseratif
2) Eksofilik: Tumbuh keluar seperti polip.
3) Endofilik: Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari jaringan
sekitar (creeping tumor)
(Nurarif & Kusuma, 2015)
1) Tipe WHO 1
Karsinoma sel skuamosa (KSS)
Deferensiasi baik sampai sedang
2) Tipe WHO 2
Karsinoma non keratinisasi (KNK).
Paling banyak variasinya
6. Gejala Klinis
a. Nasofaringoskopi
b. Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter
c. Biopsi multiple dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan
mulut
d. Radiologi: rontgen toraks, rontgen kepala, CT-Scan daerah kepala dan
leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang
tersembunyi pun akan ditemukan, dan bone scantigraphy bila dicurigai ada
metastase ke tulang.
e. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui
infeksi virus E-B.
f. Pemeriksaan neuro-oftalmologi: untuk mengetahui perluasan tumor ke
jaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau infiltrasi ke saraf otak .
(Nurarif & Kusuma, 2015)
8. Penatalaksanaan
a. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan utama. Sebelumnya persiapan pasien
dengan oral hygiene, dan apabila infeksi/kerusakan gigi harus diobati
terlebih dahulu. Dosis yang diberikan 200 rad/hari sampai 6000-6600 rad
untuk tumor primer, sedangkan kelenjar leher yang membesar diberi 6000
rad. Jika tidak ada pembesaran kelenjar diberikan juga radiasi efektif
sebesar 4000 rad. Ini dapat diberikan pada keadaan kambuh atau pada
metastasis tulang yang belum menimbulkan keadaan fraktur patologik.
Radiasi dapat menyembuhkan lesi, dan mengurangi rasa nyeri.
b. Kemoterapi
Sebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut. Biasanya dapat
digabungkan dengan radiasi dengan urutan kemoterapi-radiasi-kemoterapi.
Kemoterapi yang dipakai yaitu Methotrexate (50 mg IV hari 1 dan 8);
Vincristin (2 mg IV hari1); Platamin (100 mg IV hari 1); Cyclophosphamide
(2 x 50 mg oral, hari 1 s/d 10); Bleomycin (15 mg IV hari 8). Pada
kemoterapi harus dilakukan kontrol terhadap efek samping fingsi
hemopoitik, fungsi ginjal dan lain-lain.
c. Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat
bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih.
d. Pengobatan tambahan
Pemberian Tetrasiklin, faktor transfer, interferon, seroterapi, vaksin dan
antivirus.
e. Perawatan paliatif
Diberikan pada pasien yang menjalani radiasi. Bila mulut kering nasihatkan
pasien untuk makan makanan berkuah, banyak minum dan mengunyah
bahan yang asam untuk merangsang produksi air liur.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek
dengan riwayat kanker payudara.
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu
tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan
makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging
dan ikan).
d. Aktivitas : Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
a. Sirkulasi : Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan
tekanan.
b. Integritas ego : Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan,
menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi,
menarik diri, marah.
c. Eliminasi : Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
d. Makanan/cairan : Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet),
anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan
berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.
e. Neurosensori : Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus.
f. Nyeri/kenyamanan : Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga
(otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
g. Pernapasan : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok), pemajanan.
h. Keamanan : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari
lama / berlebihan, demam, ruam kulit.
i. Seksualitas : Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan.
j. Interaksi sosial : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
1 Bersihan jalan nafas tidakSetelah dilakukan askep .... jam statusAirway Management/Manajemen jalan nafas
efektif b.d sekresirespirasi: terjadi kepatenan jalanBebaskan jalan nafas.
berlebihan nafas dengan kriteria : Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Tidak ada panas Identifikasi apakah klien membutuhkan insertion airway
Cemas tidak ada Jika perlu, lakukan terapi fisik (dada).
Obstruksi tidak ada Auskultasi suara nafas, catat daerah yang terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi.
Respirasi dalam batas normal 16-20x/mnt. Berikan bronkhodilator, jika perlu.
Pengeluaran sputum dari jalan nafas. Atur pemberian O2, jika perlu.
Atur intake cairan agar seimbang.
Atur posisi untuk mengurangi dyspnea.
10. Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
Administrasi analgetik :
12. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
13. Cek riwayat alergi.
14. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
15. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
16. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
17. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep . jam klienManajemen Nutrisi
nutrisi kurang darimenunjukanstatus nutrisi adekuat dibuktikanKaji pola makan klien.
kebutuhan tubuh b/ddengan BB stabil tidak terjadi malnutrisi,Kaji adanya alergi makanan.
intake nutisi in adekuat,tingkat energi adekuat, masukan nutrisi adekuat Kaji makanan yang disukai oleh klien.
faktor biologis Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.
Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
4 Risiko infeksi b/dSetelah dilakukan askep jam tidakKontrol infeksi
imunitas tubuh primerterdapat faktor risiko infeksi pada klien1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
menurun, prosedurdibuktikan dengan status imune klien adekuat: 2. Batasi pengunjung bila perlu.
invasive bebas dari gejala infeksi, angka lekosit normal3. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
(4-11.000) 4. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
5. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
6. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
7. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
8. Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.
9. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan.
10. berikan antibiotik sesuai program.
Rumah Sakit Darmais Pusat Kanker Nasional. (2009). Kanker Nasofaring. (Online).
(www.darmais.co.id. Diakses pada tanggal 5 April 2015)
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. (2013). Mengenal Lebih Lanjut tentang
Kanker Nasofaring. (Online). (www.rsmtp.co.id. Diakses pada tanggal 5 April
2015)