1. Definisi
Burst abdomen juga dikenal sebagai abdominal wound dehiscence
atau luka operasi terbuka, didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
ditandai terbukanya sebagian atau seluruh luka operasi yang disertai
protusi atau keluarnya isi rongga abdomen. Keadaan ini sebagai akibat
kegagalan proses penyembuhan luka operasi. Wound dehiscence
merupakan komplikasi pertama dari pembedahan abdominal. Insidennya
sekitar 0,2% sampai dengan 0,6% dengan angka mortalitas cukup tinggi,
mencapai 10% sampai dengan 40%, disebabkan penyembuhan luka
operasi yang inadekuat (Baxter, 2012).
Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah
terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran
isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu
komplikasi post operasi dari penutupan luka didalam perut. (Arief
Mutaqqin. 2011)
2. Etiologi
Terjadinya burst abdomen dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
risiko akan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu faktor pre-operative,
operative, dan post-operative (British Medical Journal:2010).
a. Pre operasi
1) Jenis kelamin
Kejadian pada pria dan wanita didapatkan perbedaan yang sedikit
meningkat pada pria yang mana berbanding 3:1.
2) Umur
Kejadian burst abdomen meningkat dengan bertambahnya umur.
Burst abdomen pada pasien yang berumur ,45 tahun sebesar 1.3%,
sedangkan pada pasien >45 tahun sebesar 5.4% (Schwartz et
al,Principles Of Surgery). Burst abdomen sering terjadi pada usia
>60 tahun. Hal ini dikarenakan sejalan dengan bertambahnya umur,
organ, dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi dan otot
dinding melemah (Lotfy, 2009).
3) Anemia
Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan
granulasi dan penurunan tingkat hemoglobin mempengaruhi
penyembuhan luka.
4) Hippoproteinemia
Hipoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam
penundaan penyembuhan, seseorang yang memiliki tingkat protein
serum dibawah 6g/dl memiliki risiko burst abdomen.
5) Defisiensi vitamin C
Vitamin C sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam
penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu
penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan luka.
6) Kortikosteroid
Steroid memiliki peranan dalam menghambat proses inflamasi,
fungsi mmakrofag, proliferasi kapiler, dan fibroblast. Selain itu
kortikosteroid juga dapat menurunkan sistem imun.
7) Merokok
Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang
persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdomen.
8) Hypoalbuminanemia (serum albumin <3 mg%)
Keadaan hipoalbuminemia ini akan mengurangi sintesa komponen
sulfas mukopolisarida dan kolagen yang merupakan bahan dasar
penyembuhan luka. Defisiensi tersebut akan mempengaruhi proses
fibroblasi dan kolagenisasi yang merupakan proses awal
penyembuhan luka.
9) Operasi yang bersifat emergensi
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan dengan
terjadinya burst abdomen. Hal ini mungkin lebih disebabkan karena
keadaan hemodinamik pasien yang tidak stabil dibandingkan
dengan persiapan operasi yang terencana.
10) Diabetes (GDP>140 mg/dl atau GDA>200 mg/dl)
Pada orang dengan diabetes, proses penyembuhan luka berlangsung
lama (Lotfy,2009). DM berkaitan dengan gangguan metabolisme
pada jaringan ikat hal tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh
pada daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses
penyembuhan luka operasi.
Anemia
Tipe insisi Batuk
Penurunan Hb
Penekanan Intra Abdomen
Midline incision
Suplay oksigen ke
Ketegangan pada luka
jaringan menurun Titik lemah abdomen
BURST ABDOMEN
MK : Nyeri
Intake makanan ↓ MK : Pola Pertahanan tubuh
nafas tidak berespon : Inflamasi
Nutrisi tidak adekuat
efektif
5. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien burst abdomen adalah nyeri
pada daerah sekitar luka operasi di perut akibat membukanya luka
bekas operasi atau akibat perut distended dikarenakan adanya infeksi
b. Riwayat Penyakit sekarang
Mengkaji perjalanan penyakit pasien saat ini dari awal gejala muncul
dan penanganan yang telah dilakukan hingga saat dilakukan
pengkajian. Menguraikan jenis insisi bedah pada klien.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat penyakit yang
berhubungan dengan burst abdomen. Seperti anemia, DM,
hipoproteinemia, defesiensi vitamin C, hipoalbumin, dan lain-lain.
6. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breath) : Terdapat RR yang meningkat
b. B2 (Blood) : Jika terjadi pendarahan bisa timbul tekanan darah
menurun, nadi meningkat namun lemah, akral teraba basah, pucat dan
dingin serta takikardia.
b. B3 (Brain) :-
c. B4 (Bladder) :-
d. B5 (Bowel) : Nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah, bibir
kering. Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut dimulai dengan :
Inspeksi : adakah pembesaran abdomen,
peregangan atau tonjolan dan apakah ada
distensi abdomen. Pada pasien hipertermi luka
post operasi biasanya sedikit bengkak an
terdapat rembesan darah.
Palpasi : pada permukaan perut untuk menilai
kekuatan otot-otot perut, nyeri 2 cm pada
sekitar luka
Perkusi : normal atau tidak normal
Auskultasi : bising usus normal
f. B6 (Bone) : Lemah, turgor jelek
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X Abdomen
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam
usus atau obstruksi usus.
b. Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui resiko yang dapat
memperparah penyakit. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi
pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah.
c. CT scan atau MRI
Untuk mendiagnosa kelainan-kelainan yang terdapat dalam tubuh
manusia, juga sebagai evaluasi terhadap tindakan atau operasi
maupun terapi yang akan dilakukan terhadap pasien
d. Tes BGA
Hemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea.
Hitung darah lengkap dan serum elekrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putuh, dan ketidakseimbangan elektrolit.
8. Analisa Data
Sesak
DS: - Luka post operasi Hipertermi
DO: Akral hangat, CRT <
3 detik, suhu 37,8°C Post de entri kuman
Timbul luka
Pertahanan tubuh
berespon : inflamasi
Hipoksia sel
Lemas
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Respiratory Status (3350)
selama 1x24 jam pola nafas klien 1. Memantau kecepatan, irama,
dapat kembali normal, dengan kriteria kedalaman, dan upaya pernapasan
2. Memantau pola pernapasan (mis,
hasil:
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
Respiratory Status (0415)
Cheyne-Stokes pernapasan, apneustic)
1. Respiratory rate (041501)
3. Memantau saturasi oksigen
2. Irama pernapasan (041502)
4. Pantau adanya kelelahan otot
3. Kedalaman inspirasi (041503)
4. Saturasi Oksigen (041508) diafragma, seperti ditunjukkan oleh
5. Sesak saat istirahat (041514)
gerak paradoks
5. Lakukan auskultasi bunyi nafas,
mencatat daerah menurun atau tidak
ada ventilasi dan adanya bunyi
adventif
6. Pantau adanya dyspnea dan keadaan
yang meningkatkan dan memperburuk
pernapasan
7. Lakukan pengobatan terapi
pernapasan (misalnya, nebulizer),
sesuai yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA