D. Manifestasi klinis
1. Defisit Motorik
a. Hemiparese, hemiplegia
b. Distria (kerusakan otot-otot bicara)
c. Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)
2. Defisit Sensori
3. Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian besar pada
hemisfer serebri)
a. Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah
bidang pandang pada sisi yang sama)
b. Diplopia (penglihatan ganda)
c. Penurunan ketajaman penglihatan
d. Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
e. Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi
(pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
4 Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)
a. Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap
ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan unilateral)
b. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
c. Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek
dengan tepat)
d. Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui
indera)
e. Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang, memperkirakan
ukurannya dan menilai jauhnya
f. Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
g. Disorientasi kanan kiri.
5. Defisit Bahasa/Komunikasi
a. Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola
bicara yang dapat difahami)dapat berbicara dengan menggunakan
respons satu kata
b. Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu
untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan
tidak sadar tentang kesalahan ini)
c. Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) – tidak mampu
berkomunikasi pada setiap tingkat
d. Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
e. Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
tulisan)
6. Defisit Intelektual
a. Kehilangan memori
b. Rentang perhatian singkat
c. Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
d. Penilaian buruk
e. Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke
situasi yang lain
f. Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir
secara abstrak
g. Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
h. Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau tidak
tepat)
i. Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
j. Penurunan toleransi terhadap stres
k. Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
l. Kekacauan mental dan keputusasaan
m. Menarik diri, isolasi
n. Depresi
7. Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
a. Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan kontrol
partial kandung kemin, sehingga klien sering mengalami berkemih,
dorongan dan inkontinensia urine.
b. Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi kerusakan
lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian atas kandung
kemih dengan kehilangan semua kontrol miksi
c. Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung kemih sangat
baik
d. Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat kesadaran,
dehidrasi dan imobilitas
e. Konstipasi dann pengerasan feses
8. Gangguan Kesadaran
Selain itu, adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien
stroke, yakni antara lain :
1. Manifestasi awal Stroke Trombotik
a. Hemiparesis
b. Kehilangan bicara
c. Parestesia satu sisi tubuh
2. Manifestasi umum yang ditemukan pada perdarahan otak pada pasien
hipertensi:
a. Nyeri kepala hebat (dibelakang leher)
b. Vertigo (pusing) / sinkop
c. Parestesia (sensasi abnormal)
d. Paralisis
e. Epistaksis
f. Perdarahan retina
3. Penemuan Secara Umum
a. Nyeri kepala
b. Muntah
c. Kejang
d. Perubahan mental
e. Demam
f. Perubahan ECG : Gelombang T, interval P-R memendek, interval Q-R
memanjang, kontraksi ventrikel premature, sinus bradikardia dan
ventrikel dan supra ventrikel, takikardi.
Manifestasi klinik berhubungan dengan penyebabnya
1. Trombosis : Cenderung berkembang selama tidur atau dalam 1 jam
bangun tidur, Iskemia secara berangsur-angsur oleh karena itu
manifestasi klinik berkembang lebih lambat, Kesadaran relatif terpelihara,
Tensi naik atau hipertensi
2. Embolisme
a. Tidak dapat dilihat pola waktu, tidak berhubungan dengan aktivitas.
b. Manifestasi klinis terjadi cepat dalam 10 - 30 detik dan sering kali
tanpa tanda, tidak nyeri kepala.
c. Kemungkinan dapat meningkat cepat
d. Kesadaran relatif terpelihara
e. Tensi normal
3. Hemoragik
a. Khas terjadi selama aktif, jam kerja
b. Sakit kepala berat (bila klien mampu melaporkan gejala)
c. Serangan cepat dari hemiplegia komplit, terjadi beberapa menit-1jam
bentuk umumnya fatal.
d. Biasanya menghasilkan kehilangan fungsi permanen secara perlahan,
rendahnya penyembuhan secara sempurna.
e. Cepat terjadi koma
f. Kekakuan nuchal (belakang leher)
E. Patofisiologi
1. Stroke trombotik
Saat darah yang mengalir ke bagian otak terhambat akibat trombus
dan embolus maka deprivasi oksigen jaringan serebrak mulai terjadi.
Deprivasi selama 1 menit dapat menyebabkan gejala reversible seperti
kehilangan kesadaran. TIA (trancient ischemic attack) sering terjadi
sebelum stroke trombotik benar-benar terjadi. Devrivasi oksigen dalam
periode yang lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis pada
neuron. Trombus dalam perjalanannya untuk menimbulkan stroke melalui
terjadinya iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh vaskular
yang bersangkutan, kemudian menyebabkan terjadinya edema dan
kongesti di sekitar area. Keadaan ini dapat berkembang dalam waktu 24
jam atau beberapa hari (Morton 2011).
Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang
terbentuk dari luar otak. Aterosklerosis seringkali merupakan faktor yang
berefek pada otak, dimana plak aterosklerosis menyebabkan aliran darah
melambat (Corwin 2009)
2. Stroke hemoragik
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan
perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih
20 %adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah
perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral. Perdarahan
intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma ( Berry
aneurysm ) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di
daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik
menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer
mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut
berupa lipohialinosis, nekrosisfibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe
Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang
tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya
darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole
dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga.
Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar. Elemen -
elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah
yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik
timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan
nekrosis. Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah
disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke
ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan
oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang stroke menurut Stilwell (2011):
1. Angiografi Serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarakan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT Scan : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemik, dan
adanya infark.
3. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli serebral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menujukan adanya hemoragi suaraknoid
intrakranial. Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan
dengan adanya proses imflamasi.
4. MRI : Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik,
malformasi arteriovena (MAV)
5. EEG : Mengidentifikasi maslah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin adanya daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karptis
interna terdapat pada trombosis serebral.
7. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
system arteri karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik)
G. Penatalaksanaan
1. Stroke trombotik
Tujuannya adalah untuk perbaikan aliran serebral, pencegahan trombosis
berulang, perlindungan saraf dan perawatan suportif. Tiga unsur yang
paling penting untuk area tersebut adalah oksigenasi, glukosa dan suplai
darah (Morton 2011).
Dilakukan pula tindakan-tindakan yang menstabilkan tanda-tanda vital
dengan mempertahankan kepatenan jalan napas, yaitu dengan suction,
dan pemberian oksigenasi. Selain itu pengontrolan tekanan darah dan
jantung sangat penting untuk dilakukan.
Pemberian antikoagulan pada stroke iskemik perlu diberikan untuk
mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Anti platelet perlu untuk
mengurangi perlengketan platelet dan diberikan dengan tujuan mencegah
peristiwa trombotik.
2. Stroke hemoragik
Pada stroke hemoragik dapat dilakukan pengendalian hipertensi dan
PTIK. Metode lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti
hiperventilasi, retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari fleksi
kepala.
Pada stroke hemoragik dapat diberikan heparinoid dengan berat molekul
rendah yang bertujuan untuk menurunkan kecenderungan perdarahan.
Heparinoid harus diberikan dalam waktu 24 jam sejak gejala awal dan
diberikan secara intravena.
H. Komplikasi
1. Akibat mobilisasi yang terganggu menimbulkan keadaan yang rentan
terhadap infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan tromboflebitis
2. Akibat kondisi paralisis dapat menimbulkan nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas, dan terjatuh
3. Akibat adanya kerusakan pada otak menimbulkan epilepsy dan TIK
meningkat
4. Paralitis illeus
5. Atrial fibrilasi
6. Diabetus insipidus
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Yang sering muncul adalah kelemahan anggota
gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan
penurunan tingkat kesadaran.
2) Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke hemoragik seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain
3) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes
militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
4) Riwayat penyakit keluarga : Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
5) Riwayat psikososial : Stroke memang suatu penyakit yang sangat
mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga.
c. Pemeriksaan fisik (B1-B6)
Keadaan umum : Umumnya mengalami penurunan kesadaran. Suara
bicara kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara, dan tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat,
denyut nadi berariasi.
1) Breath (B1)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Pada auskultasi ditemukan adanya bunyi
napas tambahan, seperti : ronkhi pada klien dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun dimana
sering ditemukan pada pasien stroke yang mengalami penurunan
kesadaran koma.
Pada pasien dengan kesadaran compos mentis, pada saat inspeksi
tidak ditemukan adanya kelainan. Palpasi dan auskultasi tidak
terdapat kelainan/masalah.
2) Blood (B2)
Didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi. Tekanan
darah biasanya meningkat dan bisa terjadi adanya hipertensi massif
dimana ditemukannya Tekanan Darah > 200 mmHg.
3) Brain (B3)
Stroke menyebabkan terjadinya berbagai deficit neurologis
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak
dapat membaik sepenuhnya. Pemeriksaan tingkat kesadaran
sangat penting pada pasien stroke untuk mendeteksi disfungsi
persarafan. Pemeriksaan fungsi serebri juga harus dilalukan
meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal, hemisfer. Pemeriksaan saraf cranial meliputi saraf I sampai
dengan saraf XII. Pemeriksaan system motorik, pemeriksaan reflex,
pemeriksaan gerakan involunter dan pemeriksaan system sensorik.
4) Bladder (B4)
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan mengguanakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
5) Bowel (B5)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung
sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) Bone (B6)
Sering didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi apada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika
kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit jelek. Kaji juga tanda dekubitus terutama daerah
menonjol. Adaya kesukaran dalam beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensorik, atau paralisis/hemiplegia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah serebral
b. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kerusakan
neuromuskuler, kelemahan, hemiparese
d. Sindrim defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,
gangguan neuromuscular, kekuatan otot menurun, penurunan
koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi
e. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan suplai O2
menurun ke daerah tertekan
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Smeltzer, SC, Bare, BG, Hinkle, JL & Cheever, KH 2010, Text Book of Medical
Surgical Nursing, 12th edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia