A. PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal (Mufdillah & Hidayat,2011).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2010).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2014).
Persalinan adalah serangkaian kegiatan yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari ibu (Asrinah, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2012).
B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Prawirohardjo, 2014).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
–otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. KLASIFIKASI
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seuruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jlan lahir.
2. Persalinan buatan
Bila perslinan dengan bantuan tenaga diluar misalnya ekstraksi dengan
farceps atau dilakukan operasi section caesarea.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari lur
dengan rangsangan, misalnya pemberian pitocin atau prostaglandin dan
pemecahan ketuban.
E. FISIOLOGIS PERSALINAN
Partus menurut (Estiwidani, 2012) dibagi menjadi 4 kala.Pada kala I
serviks membuka sampai 10 cm. Kala I dinamakan kala pembukaan. Kala II
disebut kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan berkat kekuatan
mengejan janin dapat dilahirkan. Kala III adalah kala pengeluaran plasenta.
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam setelahplasenta lahir.
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody
show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(effacement).
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
smapai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
1) Nullipara : seorang wanita yang belum pernah melahirkan
dengan usia kehamilan lebih dari 28minggu/belum pernah
melahirkan janin yang mampu hidup diluar Rahim
2) Multipara: seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan
usia kehamilan minimal 28minggu dan telah melahirkan 2 kali
atau lebih.
b. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jampembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektores menimbulkan rsa mengedan, kare atekana pada rectum,
ibu mersa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin yang mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan
lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1
dan pada multi 1 jam.
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus terba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruuh plasenta terlepas.
Terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan dengan sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri, seluruh proses biasanya
berlangsung 15-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluara plasenta
biasanya disertai dengan darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV (kala pengawasan)
Adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum.
F. PATHWAY
Tanda-tanda impartus
Pembukaan
serviks Resiko infeksi
Reflek mengedan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut (Estiwidani, 2012) sebagai berikut:
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
Adalah pemerisaan jani menggunakan frekuensi gelombang suara
tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim
yang disebut sonogram.
2. Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan untuk mendapat
informasi tentang kesehatan pasien.
3. Pemeriksaamn NST adalah cara pemeriksaan janin dengan
menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan > 32. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut
jantung dengan gerakan janin . Pemeriksaan ini dapat dilakukan
baik pada saat kehamilan maupun persalinan
I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan umum :
a. Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
b. Lakukan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan
pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air
ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan
urine (asam)
c. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32
minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
d. Tentukan ada tidaknya infeksi
e. Tentukan tanda-tanda inpartus
2. Penanganan khusus
Konfirmasi diagnosis :
a. Bau cairan ketuban yang khas
b. Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian
c. Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai
apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks
posterior.
3. Penanganan konservatif:
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
c. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
d. Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi,tes busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37
minggu.
e. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24
jam
f. Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk
menghindari prolap tali pusat.
4. Penanganan aktif :
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri:
c. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi,
jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
d. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
1. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar
akan terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan
episiotomi.
3. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa
berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan
hebat.
4. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama
1 jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah
tyerdapat sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta
lahir.
5. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam
dinding lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan berhubungan dengan agen injury biologis (kontraksi
uterus)
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi adekuat
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX KEP NOC NIC
1. Nyeri persalinan Setelah diberikan asuhan Pain management:
berhubungan keperawatan selam 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian secara
dengan agen diharapkan nyeri klien berkurang komprehensif tentang nyeri
injury biologis / terkontrol dengan kriteria hasil : meliputi lokasi, karakteristik,
NOC: Pain level durasi, frekuensi, kualitas,
1. Mampu mengenali skala intensitas nyeri dan faktor
nyeri presipitasi.
2. Klien melaporkan nyeri 2. Observasi respon nonverbal
berkurang / terkontrol dari ketidaknyamanan
3. Wajah tidak tampak (misalnya wajah meringis)
meringis terutama ketidakmampuan
4. Klien tampak rileks, untuk berkomunikasi secara
dapat berisitirahat, dan efektif.
beraktivitas sesuai 3. Kaji efek pengalaman nyeri
kemampuan terhadap kualitas hidup (ex:
5. Tidak mengalami beraktivitas, tidur, istirahat,
gangguan tidur rileks, kognisi, perasaan, dan
hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi
progresif, latihan napas
dalam, imajinasi, sentuhan
terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan
suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan
kontrol analgetik, jika perlu.
2. Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Infection Control:
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital
diharapkan klien tidak 2. Lakukan perawatan vulva
mengalami infeksi. hygiene dan perawatan luka
Kriteria hasil: perineum
NOC: Risk Control 3. Jaga kebersihan pada area
1. Tidak ada tanda infeksi luka dan lakukan perawatan
2. Luka kering, tidak kateter
bengkak 4. Kolaborasi dengan dokter
3. TTV normal dengan pemberian antibiotik
4. Tidak ada kemerahan
5. Jumlah leukosit dalam
batas normal