Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

DI SUSUN OLEH

NAMA : MASLANG

NIM : 105111102119

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM D III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Definisi
Pengertian Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau
persepsi palsu (Prabowo, 2014). Halusinasi adalah kesalahan sensori
persepsi yang menyerang pancaindera, hal umum yang terjadi yaitu
halusinasi pendengaran dan pengelihatan walaupun halusinasi pencium,
peraba, dan pengecap dapat terjadi (Townsend, 2010). Halusinasi adalah
suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi yang
disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah
terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata oleh pasien (Stuart & Laraia, 2001).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Berdasarkan pengertian halusnasi diatas dapat disimpulkan bahwa,
halusinasi adalah gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.
B. Faktor Penyebab Halusinasi
Faktor Penyebab Halusinasi Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor
penyebab halusinasi, yaitu:
1. Faktor presdisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih
rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya
c. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih
suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Presipitasi
Faktor Presipitasi Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014)
dalam hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas
dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat
dari lima dimensi,yaitu:
a. Dimensi Fisik Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi
fisik seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup menentang sehingga
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual Dalam hal ini klien dengan halusinasi
mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan
usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial Klien mengalami gangguan interaksi sosial di dalam
fase awal dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata
sangat membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan
halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
e. Dimensi Spiritual Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas
beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan
tidak jelas tujuan hidupnya.
C. Jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis
dengan karakteristik tertentu, diantaranya
1. Halusinasi pendengaran (audotorik) Gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara-suara terutama suara orang. Biasanya mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi pengelihatan (visual) Stimulus visual dalam bentuk beragam
seperti bentuk pancaran cahaya,gambaran geometric, gambar kartun,
panorama yang luas dan bayangan yang menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (Olfaktori) Gangguan stimulus pada penghidu,
yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikan, tapi
kadang terhidu bau harum.
4. Halusinasi peraba (taktil) Gangguan stimulusyang ditandai dengan
adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatorik) Gangguan stimulus yang ditandai
dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis, dan menjijikan
6. Halusinasi sinestetik Gangguan stimulus yang ditandai dengan
merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,
makanan dicerna atau pembentuan urine.
D. Tanda dan gejala halusinasi
Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antara lain:

1. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri


2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
4. Disorientasi 18 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
5. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6. Cepat berubah pikiran
7. Alur pikiran kacau
8. Respon yang tidak sesuai
9. Menarik diri
10. Sering melamun

E. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

1) Pikiran logis 1) Kadang-kadang 1) Waham


2) Persepsi akurat proses pikir 2) Halusinasi
3) Emosi konsisten terganggu (distorsi 3) Sulit berespons
dengan pengalaman pikiran 4) Perilaku
4) Perilaku sesuai 2) Ilusi disorganisasi
5) Hubungan sosial 3) Menarik diri 5) Isolasi sosial
harmonis 4) Reaksi emosi
berlebihan
5) Perilaku tidak biasa
Sumber: Fitria, 2009
F. Proses terjadinya masalah halusinasi
Adapun tahapan-tahapan dalam halusinasi antara lain (Keliat & Akemat,
2011):
1. Fase Pertama/comforting/menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara
ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol
kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat
jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua/comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi
halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila
orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga/controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan
psikotik.Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat/conquering/panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu
singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika
tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang.

G. Pohon masalah

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan
berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat
makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasa
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
c. Isolasi sosial: menarik diri
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Rencana Keperawatan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Halusinasi

Sp pasien Sp Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi halusinasi : dengan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
mendiskusikan isi, frekuensi,waktu keluarga dalam merawat pasien
terjadi situasi pencetus, perasaan dan 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta
respon proses terjadinya halusinasi (gunakan
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : booklet)
hardik, obat, bercakap-cakap, 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
melakukan kegiatan. halusinasi.
3. Latih cara mengontrol halusinasi 4. Latih cara merawat halusinasi : hardik
dengan menghardik 5. Anjurkan membantu pasiensesuai jadwal
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk dan beri pujian.
latihan menghardik.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian merawat / melatih pasien menghardik beri
2. Latih cara mengontrol halusinasi pujian
dengan obat (jelaskan 6 benar obat, 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
jenis, guna, dosis, frekuensi, 3. Latih cara memberikan / membimbing
kontinuitas minum obat) minum obat
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
pada gangguan jiwa dan beri pujian
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum
sesuai program
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukan pada jadwal kegiatan
kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan obat. Beri pujian. merawat / melatih pasien dalam
2. Latih cara mengontrol halusinasi menghardik dan memberikan obat. Beri
dengan bercakap-cakap ketika pujian
halusinasi muncul 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk melakukan kegiatan untuk mengontrol
latihan menghardik, minum obat, dan halusinasi
bercakap-cakap. 3. Latih dan sediakan waktu untuk bercakap-
cakap dengan pasien terutama saat
halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegoatan keluarga merawat /
penggunaan obat dan bercakap-cakap. melatih pasien menghardik, memberikan
Beri pujian obat dan bercakap-cakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda
dengan melakukan kegiatan harian kambuh, rujukan.
(mulai 2 kegiatan) 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal.
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk Beri pujian.
latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dala merawat /
minum obat, bercakap-cakap, dan melatih pasien menghardik, minum obat,
melakukan kegiatan harian. Beri pujian bercakap-cakap, kegiatan harian dan
2. Latih kegiatan harian follow up. Beri pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ / PKM
Sumber: (Fitria, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2010.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosa Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Isaacs, Ann. 2002. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3.
Jakarta:EGC.
Keliat, BA &Akemat. 2011. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Stuart & Laraia. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA:
Mosby Compan
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.
Izzudin. 2006. Analisis Pengaruh Faktor Personality terhadap Asuhan
Keperawatan pada Perawat Rawat Inap RSJ dr. Amino Gondohutomo
Semarang. <http://eprints.undip.ac.id/17936/1/Izzudin_SD.pdf>.

Anda mungkin juga menyukai