Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONCHIALE

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten ,reversible dimana trakea
dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(Brunner&Suddarth, 2001)
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-
cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan .Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran nafas secara periodik dan reversible
akibat bronkospasme. Penyempitan jalan nafas ini disebabkan oleh bronkospasme,
edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental.(Silvia.A,1995).

2. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab dari asma bronchiale dapat meliputi infeksi virus/bakteri,
imunologik/alergik, dan imunologik. Sedangkan faktor pencetus dari asma
bonchiale meliputi :
a. Alergen utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrim
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Lain-lain seperti refluks gastro esophagus

3. Tanda dan Gejala


Setiap pengidap asma mungkin merasakan gejala yang berbeda dengan intensitas
nyeri yang berbeda pula. Bahkan, pemicu dan waktu kekambuhan gejala juga dapat
berbeda-beda. Anda mungkin dapat mengalami serangan secara berkala setiap hari,
hanya di malam hari, atau hanya setelah beraktivitas.

1
Secara umum, berikut beberapa tanda dan gejala asma paling khas yang perlu Anda
waspadai.

1. Batuk
Batuk dapat berupa batuk kering maupun berdahak (berlendir). Umumnya batuk
cenderung akan semakin parah pada malam hari dan membuat Anda sulit tidur.
2. Mengi
Mengi adalah suara berbunyi lirih seperti “ngik-ngik” yang terdengar setiap kali
Anda bernapas. Bunyi ini terjadi karena udara dipaksa keluar melalui saluran
pernapasan yang tersumbat.
3. Dada Sesak
Saluran udara yang tengah meradang dan tersumbat menyebabkan dada terasa
sesak atau sakit. Dada Anda mungkin terasa seperti ditekan atau ditindih
dengan benda yang sangat berat.
4. Sesak Nafas
Saluran udara yang meradang dan tersumbat akan membuat sulit bernapas.
Sulit bernapas lega kemudian dapat menyebabkan perasaan gelisah, yang
mungkin makin memperburuk gejala ini.
5. Gejala Lain
Selain yang sudah disebutkan di atas, orang dengan kondisi ini juga bisa
memunculkan gejala, seperti:
1. Badan lemas, lesu, dan tidak bertenaga
2. Suara sengau
3. Menghela napas terus-terusan
4. Rasa gelisah yang tidak biasa

4. Klasifikasi
a. Klasifikasi derajat asma

2
DERAJAT ASMA GEJALA GEJALA FUNGSI PARU
MALAM
INTERMITEN -Gejala <1x /minggu < 2 kali sebulan APE > 80%
Mingguan -Tanpa gejala diluar
serangan
-Serangan singkat
-Fungsi paru asimtomatik
dan normal luar serangan
PERSISTEN -Gejala >1x minggu tapi > 2 kali seminggu APE > 80 %
RINGAN <1x / hari Normal
Mingguan -Serangan dapat
mengganggu aktivitas
dan tidur

PERSISTEN -Gejala harian > sekali seminggu APE >60 % tetapi <
SEDANG -Menggunakan obat setiap 80 %
Harian hari Normal
-Serangan mengganggu
aktivitas dan tidur
-Serangan 2x / minggu,
bisa berhari-hari
PERSISTEN -Gejala terus menerus Sering APE < 80%
BERAT -Aktivitas fisik terbatas Normal
Kontinu -Sering serangan

b. Klasifikasi berdasarkan penyebab / pencetus


1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrinsik)
3 .Asma bronchiale campuran

5. Patofisiologi
a. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)

3
Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat pemaparan
allergen. Alergen yang masuk tubih melalui saluran pernafasan, kulit, saluran
pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag dan selanjutnya akan
merangsang pembentukan IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena
kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel
eosinofil ,makrofag dan trombosit juga memiliki resepotor untuk IgE tetapi
dengan afinitas yang lemah. Orangyang sudah memiliki sel-sel mastosit dan
basofil dengan IgE pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan
gejala.Orang tersebut sudah dianggap desentisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
allergen yang sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah
ada pada permukaan mastofit dan basofil.Ikatan tersebut akan menimbulkan
influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan
kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel .Dalam
proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang
sudah terkandung dalam granul-granul(preformed ) di dalam sitoplasma yang
mempunyai sifat biologic,yaitu histamin, Eosinofil Chemotactic Factor A(ECF-
A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera
terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin.
Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut ( konstriksi)
bila terpapar dengan bahan/ faktor dengan kadar yang rendah yang pada
kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa, misalnya polusi, asap
rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan lainnya baik yang berupa iritan maupun
bukan iritan. Dewasa ini telah diketahui bahwa hiperaktifitas bronkus
disebabakan oleh inflamasi brponkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama
eosinofil ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan bilaas bronkus pasien
asma bronchiale sebagai bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas
berhubungan dengan derajat berat penyakit.

4
Berdasarkan hal tersebut diatas penyakit asma dianggap secara klinik
sebagai penyakit bronkospasme yang reversible, secara patofisiologik sebagai
suatu hiperreaksi bronkus dan secara patologik sebagai suatu peradangan saluran
nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya ,infiltrasi sel
radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang menyebabkan getaran
silia dan mukus diatasnya sehingga salah satu daya pertahanan saluran nafas
menjadi tidak berfungsi lagi . Ditemukan pula pada pasien asma bronchiale
adanya penyumbatan saluran nafas oleh mukus terutama pada cabang-cabang
bronkus.
Akibat dari bronkospasme, oedema mukosa dan dinding bronkus serta
hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkus dan percabangannya
sehingga akan menimbulkan rasa sesak ,nafas berbunyi (wheezing) dan batuk
yang produktif.
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu
keadaan stress yang akan merangsang HPA axis.HPA axis yang terangsang akan
meningkatkan adeno corticotropik hormone (ACTH) dan kadar kortisol dalam
darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA) . Penurunan IgA menyebabkan
kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang direspon tubuh sebagai
suatu bentuk inflamasi pada bronkus sehingga menimbulkan asma bronkiale.

b. Asma bronchiale tipe non atopik (intrisik)


Asma non alergik (asma intrinsik ) terjadi bukan karena pemaparan allergen
tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas
,olah raga atau kegiatan jasmani yang berat ,serta tekanan jiwa atau stress
psikologik. Serangan asma terjadi akibat ganguan saraf otonom terutama
gangguan saraf simpatis yaitu blockade adrenergic beta dan hiperreaktifitas
adrenergik alfa. Pada sebagian penderita asma aktifitas adrenergic alfa diduga
meningkat yang mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga menimbulkan sesak
nafas.

5
c. Asma bronchiale campuran (mixed)
Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun
ekstrinsik
Secara singkat patofisilogi asma bronchiale sampai menimbulkan masalah
keperawatan dapat digambarkan sebagai berikut

Penyebab:
-Alergen
-Non allergen/idiopatik:
Common cold,infeksi
traktus Kontak terhadap tubuh
respiratorius,emosi,
latihan, dehidrasi,iritan
non spesifik Pembentukan antibody(IgE)
-Hipersensitif terhadap
penisilin
Ikatan antigen & antibody

Kurang informasi Menyerang sel-sel mast dalam paru

Kurang Pelepasan mediator (histamine,


pengetahuan
bradikinin,
Prostaglandin serta anafilaksis SRS-
A)

Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan


nafas

Pembengkakan membrane Bronkospasme


Pembentukan mukus
mukosa yang
banyak

6
Bersihan
jalan nafas Resiko
tidak efektif tinggi
infeksi

Penyempitan jalan nafas

Sesak nafas Expirasi lebih panjang


Ketidaksamaan ventilasi
dari inspirasi dan
perfusi

usah makan Pola nafas Kerusakan


Gangguan tidak efektif pertukaran gas
Resti istirahat
perubahan dan tidur
nutrisi
kurang dari Usaha nafas meningkat
kebutuhan
Cemas
tubuh
Pemakaian energi
meningkat

Kelemahan fisik

Intoleransi
aktivitas

Dari pohon masalah diatas masalah keperawatan yang mungkin muncul :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi mukus yang meningkat
2. Pola nafas tidak efektif b/d bronkospasme
3. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi
4. Cemas b/d ancaman kematian

7
5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
6. Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas
7. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d sesak nafas
8. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
9. Resiko tinggi infeksi b/d produksi mukus yang meningkat
6. Pathway

7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
- Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis (15.000 – 40.000/mm3 )
- Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi
CO2.
- darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)
- sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal Charcot –Leyden).
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks : Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus.
3. Lain –Lain
- Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan luas beratnya
penyakit , mendiagnosis keadaan .
- Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

8. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial:
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
 Saatnya serangan
 Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan dosisnya)
2. Pemberian obat bronchodilator
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
5. Setelah serangan mereda :

8
 Cari faktor penyebab
 Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

OBAT-OBATAN
1. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara
inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan
simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab
mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah
digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat
golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap
adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol )
mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping
kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin,
Isoprendlin)
 Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek
samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada
anak-anak dan dewasa. Mula-mua diberikan 2 sedotan dari suatu metered
aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan
dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada perbaikan sampai 10 - 15 menit
berikan aminofilin intravena.
 Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping
takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya
pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada
dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan.
Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30
menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.

9
 Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB
dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk
dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping TD
menurun bila tidak perlahan-lahan.

2. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan perbaikan,
dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg hidrokortison atau
dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang
2 - 4 jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti
pemberian 30 - 60 mg prednison atau dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara
oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.

3. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan dialirkan
melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti
Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka
intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi,
antibiotik diberikan bila ada infeksi.

9. Komplikasi
1. Gangguan Tidur
2. Produktivitas Terganggu
3. Gangguan Psikologis
4. Tubuh Cepat Lelah
5. Pneumonia
6. Pneumotoraks
7. Gagal Napas (Status Asmatikus)
8. Perubahan Struktur Saluran Pernapasan
9. Pertumbuhan Terhambat
10. Opname

10
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian (data Subyektif dan Obyektif)

Objektif :
 Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheezing
 Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
 Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
 Sianosis, takikardi, gelisah, pulse paradoksus
 Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)
 Klien tampak kepayahan

Subyektif :
 Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
 Klien mengatakan tidak bisa tidur
 Klien mengatakan tidak tahu penyebab penyakit dan kekambuhan

Psikososial :
 Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus yang ditandai
dengan os mengatakan batuk dan dahak sulit keluar,sputum warna putih kental,
os gelisah
2. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi yang
ditandai dengan os mengatakan nafas sesak , tampak retraksi otot bantu
pernafasan,RR > 20 kali /menit,PaO2 < 60 mmHg, Pa CO2 > 40 mmHg, os
tampak sianosis
3. Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme yang ditandai os mengatakan sesak
nafas, os gelisah, terdengar suara wheezing (+), tampak pembesaran vena
leher, takikardi, berkeringat.

11
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai dengan os mengatakan
badan lemah, os mengatakan nafas sesak,berkeringat
5. Cemas b/d takut ancaman kematian yang ditandai os gelisah, os mengatakan
tidak bisa bernafas,suara wheezing (+)
6. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d susah makan
7. Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas yang ditandai dengan os tampak
payah, os mengatakan sesak nafas, os mengatakan tidak bisa tidur ,retraksi otot
dada (+)
8. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi yang ditandai dengan os
mengatakan tidak tahu faktor penyebab penyakit dan kekambuhan
9. Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan produksi mukus

3. Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi


keperawatan
1.Bersihan jalan Setelah diberi - Auskultasi bunyi -Mengetahui
nafas tak efektif b/d tindakan perawatan nafas ,catat adanya luasnya obstruksi
peningkatan selama 3x 24 jam bunyi mengi, ronkhi oleh mukus
produksi mukus jalan nafas pasien
yang ditandai os efektif ,dengan KE: -Pantau frekuensi -Mengetahui tanda
batuk dan dahak -Bunyi jalan nafas pernafasan.catat rasio stress pernafasan
sulit keluar, sputum bersih/jelas inspirasi/ expirasi
warna putih -Pasien bisa batuk
kental,os gelisah efektif dan -Beri posisi nyaman, -Sekresi bergerak
mengeluarkan misal:peninggian sesuai gaya gravitasi
sekret kepala tempat akibat perubahan
tidur,duduk pada posisi dan
sandaran tempat tidur meningkatkan
kepala tempat tidur
akan memindahkan
isi perut menjauhi
diafragma sehingga
memungkinkan
diafragma untuk
berkontraksi
-Beri pasien 6-8
gelas /hari kecuali ada -Mengencerkan
indikasi lain sekret.

-Ajarkan dan berikan -Mengeluarkan


dorongan penggunaan sekret dan

12
teknik pernafasan meningkatkan
diafragma dan batuk patensi jalan nafas

-Lakukan drainage -Merontokkan


postural dengan sekret agar mudah
perkusi dan fibrasi dikeluarkan
pada pagi dan malam
sesuai yang
diharuskan

-Instruksikan pasien - Tidak merangsang


menghindari iritan pembentukan mukus
seperti asap , asap lagi
rokok, aerosol, cuaca
dingin

-Beri bronkodilator -Memfasilitasi


sesuai therapi pergerakan sekret.

2.Kerusakan Setelah diberi -Observasi frekuensi, -Mengetahui


pertukaran gas b/d tindakan perawatan kedalaman adekuatnya jalan
ketidaksamaan selama 3x24 jam pernafasan,catat nafas dan
ventilasi dan perfusi terjadi perbaikan penggunaan otot meningkatnya kerja
yang ditandai dalam pertukaran bantu nafas,nafas pernafasan
dengan os gas dengan KE: bibir,ketidakmampuan
mengatakan nafas -GDA dalam bicara/ berbincang
sesak , tampak rentang normal
retraksi otot bantu -Gejala disstres -Observasi tingkat -Mengetahui
pernafasan,RR > 20 pernafasan tidak kesadaran indikasi hipoksia
kali /menit,PaO2 < ada
60 mmHg, Pa CO2 -Tanda –tanda vital -Monitor AGD -Menentukan
> 40 mmHg, os dalam batas normal keseimbangan asam
tampak sianosis -Gelisah tidak ada basa ,dan kebutuhan
oksigen

-Atur pemberian -Menambah suplai


oksigen O2 sehingga
meningkatkan
pertukaran gas

-Beri posisi -Mengoptimalkan


duduk(fowler) kontraksi diafragma

-Dorong nafas dalam -Memfasilitasi


perlahan atau nafas pernafasan yang
bibir sesuai dalam sehingga O2
kemampuan yang masuk lebih
banyak

13
-Beri bronkodilator -Meningkatkan
sesuai therapy diameter jalan nafas
sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda vital, -Mengetahui


dan warna membrane adekuatnya suplai
mukosa kulit O2 ke paru-paru dan
jaringan

-Kolaboratif tindakan -Mempertahankan


intubasi dan ventilasi suplai O2 saat
mekanik bila perlu terjadi gagal nafas

3.Pola nafas tidak Setelah diberi -Observasi perubahan -Menentukan


efektif b/d tindakan perawatan pada RR dan adekuatnya pola
bronkospasme selama 3x24 jam dalamnya pernafasan nafas yang berefek
yangditandai os pola nafas pasien pada suplai O2 yang
mengatakan sesak efektif, dengan KE: masuk
nafas, os gelisah, -Tanda-tanda vital
terdengar suara dalam batas normal -Atur pemberian -Suplai O2 yang
wheezing (+), -Tidak terjadi oksigen cukup akan
tampak pembesaran sianosis dan tanda mengurangi kerja
vena leher, hipoksia pernafasan
takikardi, -Bunyi nafas bersih
berkeringat. -Dorong nafas dalam -Memfasilitasi
perlahan atau nafas pernafasan yang
bibir sesuai dalam sehingga O2
kemampuan yang masuk lebih
banyak
-Beri bronkodilator -Meningkatkan
sesuai therapy diameter jalan nafas
sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda vital, -Mengetahui


dan warna membrane adekuatnya suplai
mukosa kulit O2 ke paru-paru dan
jaringan

-Beri posisi -Mengoptimalkan


duduk(fowler) kontraksi diafragma

4.Intoleransi Setelah diberi -Evaluasi respon -Menentukan

14
aktivitas b/d tindakan perawatan pasien terhadap kemampuan pasien
kelemahan fisik selama 3x24 jam aktivitas dalam melakukan
yang ditandai pasien aktivitas
dengan os menunjukkan
mengatakan badan peningkatan -Catat adanya -Menentukan
lemah, os toleransi terhadap dispnea, peningkatan periode istirahat
mengatakan nafas aktivitas, dengan kelelahan dan pasien dan aktivitas
sesak,berkeringat KE: perubahan tanda vital yang menimbulkan
-Pasien dapat dan selama dan setelah kelelahan pasien.
mau melakukan aktivitas.
aktivitas sesuai
kemampuannya -Berikan kepada -Memenuhi
-Tanda tanda vital pasien aktivitas sesuai kebutuhan pasien
dalam batas normal kemampuannya tanpa menimbulkan
kelelahan

-Pertahankan obyek -Memudahkan


yang digunakan pasien dalam
pasien agar mudah penggunaan
terjangkau sehingga
mengurangi
penggunaan O2

-Bantu pasien -Semua kebutuhan


melakukan aktivitas pasien dapat
dengan melibatkan terpenuhi
keluarga

-Observasi vital sign -Tanda vital yang


normal mendukung
pasien untuk
beraktivitas
5. .Cemas b/d takut Setelah diberi -Kaji tingkat cemas -Petunjuk intervensi
ancaman kematian tindakan perawatan pasien(ringan ,sedang, yang terapeutik
yang ditandai os 2x 30 menit rasa berat,panik)
gelisah, os cemas pasien
mengatakan tidak berkurang dengan, -Bantu pasien -Bisa
bisa bernafas,suara KE : menggunakan koping menghilangkan
wheezing (+) -Pasien mengatakan yang efektif cemas ,membantu
sudah bisa bernafas pasien
-Pasien mengatakan menggunakan
merasa nyaman pikiran yang sehat
-Pasien tidak kedepan.
gelisah dan merasa
aman -Berikan informasi -Pengetahuan
tentang tindakan dan meningkat akan
prosedur therapy yang mengurangi cemas
dilakukan

15
-Tetap disamping -Pasien merasa
pasien selama fase aman dan
akut mengurangi
ketakutan

-Batasi pengunjung -Membantu


bila perlu mengurangi rasa
cemas

6.Resiko tinggi Setelah diberikan -Lakukan prosedur -Sesak dan produksi


perubahan nutrisi tindakan perawatan terapi sesuai advis mukus berkurang
kurang dari 1x 24 jam pasien
kebutuhan tubuh b/d tidak mengalami -Beri informasi -Pasien termotivasi
susah makan perubahan nutrisi tentang pentingnya untuk mau makan
kurang dari nutrisi untuk
kebutuhan tubuh pemulihan
dengan KE:
-Pasien mau makan -Anjurkan keluarga -Kebutuhan pasien
-Sesak nafas dan untuk membantu akan nutrisi
batuk berkurang pasien makan terpenuhi
-Pasien tahu
pentingnya nutrisi -Beri diet lunak TKTP -Makanan mudah
untuk pemulihan dicerna dan
kebutuhan kalori
terpenuhi

7. Gangguan Setelah diberikan -Ciptakan lingkungan -Suasana tenang dan


istirahat dan tidur tindakan perawatan yang nyaman dan pemakaian O2
b/d sesak nafas yang 2x 24 jam batasi pengunjung ruangan tidak
ditandai dengan os kebutuhan istirahat berbagi sehingga os
tampak payah, os dan tidur pasien bisa istirahat
mengatakan sesak terpenuhi dengan
nafas, os KE : -Beri KIE pentingnya -Os mau untuk
mengatakan tidak -Os mengatakan tidur untuk pemulihan istirahat dan tidur
bisa tidur ,retraksi sudah dapat tidur
otot dada (+) -Os mengatakan -Delegatif pemberian -Melonggarkan
sesak berkurang teraphy sesuai dosis jalan nafas dan
-Retraksi otot dada sesak berkurang
berkurang
-RR 16- 24 x/ menit -Delegatif pemberian -Suplai O2
O2 meningkat sehingga
sesak berkurang

-Libatkan satu -Os merasa aman


anggota keluarga sehingga bisa
untuk menemani istirahat dengan

16
tenang

8.Kurang Setelah diberikan -Beri KIE tentang -Os tahu tentang


pengetahuan b/d tindakan perawatan pengertian dan sakitnya dan tahu
kurang informasi 2 x 30 menit penyebab / pencetus faktor penyebab /
yang ditandai pengetahuan pasien dari penyakit pencetus penyakit
dengan os bertambah dengan
mengatakan tidak KE : -Beri KIE cara - Os tahu dan bisa
tahu faktor -Os tahu tentang menghindari menghindari faktor
penyebab penyakit penyakitnya kekambuhan seperti: pencetus kambuh
dan kekambuhan -Os tahu penyebab/ menghindari cuaca
pencetus penyakit dingin dan debu,
-Os tahu cara memakai baju
menghindari penghangat dan
kekambuhan masker hidung,
mengurangi aktivitas /
latihan berlebih.

-Beri KIE untuk -Os tahu


kontrol ulang perkembangan
penyakitnya penyakit sehingga
 resiko kambuh
berkurang

9 Resiko tinggi Setelah diberi -Kaji batuk dan -Mengetahui


infeksi b/d tindakan perawatan pengeluaran dahak pengurangan
peningkatan 3 x 24 jam pasien selama 24 jam produksi mukus
produksi mukus tidak mengalami
infeksi dengan KE: -Observasi perubahan -Dahak purulen
-Batuk dan dahak warna dahak tanda infeksi
berkurang
-Tidak ada dahak -Cek vital sign -Mengetahui tanda-
purulen tanda infeksi
- Vital sign dalam
batas normal -Anjurkan minum air - Dahak encer
putih 2-3 liter/ hari sehingga mudah
keluar
-Delegatif pemberian -Kuman penyakit
antibiotika tidak bisa
berkembang biak
sehingga tidak
terjadi infeksi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif ,dkk (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta : Media
Aesculapius.

Lynda Juall Carpenito ,(1998). Diagnosa Keperawatan Ed. 6. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth ,(2001) Keperawatan Medikal Bedah . Ed 8. Jakarta : EGC

Silvia A Price ,(1995) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8. Jakarta :
EGC

Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP Sanglah (2007) .Standar Asuhan


Keperawatan Penyakit Dalam .

18

Anda mungkin juga menyukai