Epidemiologi
Insiden asma dewasa di Indonesia 5-7%, anak 7%-30%.
Etiologi
Belum diketahui. Factor pencetus adalah alergen, infeksi (terutama saluran nafas
bagian atas), iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks gastroesofagus, dan psikis.
Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai
teori sudah diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya
gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan Simpatis (blok
pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).
Klasifikasi
Derajat Gejala Gejala malam Faal
paru
Intermiten Gejala kurang dari 1x/minggu Kurang dari 2 kaliAPE >
Asimtomatik dalam sebulan 80%
Mild -Gejala lebih dari 1x/minggu tapi Lebih dari 2 kali APE
persistan kurang dari 1x/hari dalam sebulan >80%
-Serangan dapat menganggu
Aktivitas dan tidur
Moderate -Setiap hari, Lebih 1 kali dalamAPE 60-
persistan -serangan 2 kali/seminggu, bisa seminggu 80%
berahari-hari.
-menggunakan obat setiap hari
-Aktivitas & tidur terganggu
Severe - gejala Kontinyu Sering APE
persistan -Aktivitas terbatas <60%
-sering serangan
Gejala Klinis
Penyakit asma mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk penyempitan
yang meluas pada saluran udara pernafasan yang dapat sembuh spontan atau
sembuh dengan terapi. Penyakit ini brsifat episodik dengan eksaserbasi akut
yang diselingi oleh periode tanpa gejala.
Keluhan utama penderita asma adalah sesak napas mendadak
disertai inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase
ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai
serangan sesak napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita
asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas
penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-
tiba menjadi berat. Hal ini sering terjadi terutama pada penderita dengan
rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian atas. Sedangkan pada
sebagian besar penderita keluhan utama ialah sukar bernapas disertai rasa tidak
enak di daerah retrosternal.
Diagnosis banding
1. Bronkitis kronis
Ditandai dengan batuk kronik menegluarkan sputum 3 bulan dalam
setahun paling sedikti terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai
sputum biasanya terjadi pada penderita > 35 tahun dan perokok berat.
Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama disertai mengi,
menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan
sianosis dan tanda-tanda kor pumonal.
2. Emfisema paru
Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan
mengi jarang menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan
asma, emfisema biasanya tida ada fase remisi, penderita selalu merasa
sesak pada saat melakukan aktivitas. Pada pemeriksaan fisik di dapat
dada seperti tong, gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak hati
menurun, suara vesikuler sangat lemah. Pada foto dada di dapat adanya
hiperinflasi.
3. Gagal jantung kiri
Gejala gagal jantung yang sering terjadi pada malam hari dikenal
sebagai paroksisimal dispneu. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam
hari karena sesak, tetapi sesak berkurang jika penderita duduk. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya kardiomegali dan udem paru.
4. Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung
dan tromboflebitis dengan gejala sesak nafas, pasien terbatuk-batuk
disertai darah, nyeri pleura, keringat dingin, kejang, dan pingsang. Pada
pemeriksaan fisik didapat ortopnea, takikardi, gagal jantung kanan,
pleural friction, gallop, sianosis, dan hipertensi.
Penatalaksanaan
1. Tujuan pengobatan asma
a. Menghilangkan & mengendalikan gejala asma
b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan & mempertahankan faal paru optimal
d. Mengupayakan aktivitas normal (exercise)
e. Menghindari ESO
f. Mencegah airflow limitation irreversible
g. Mencegah kematian
2. Terapi awal
a. Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.
b. Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan
pemberian dapat diulang dalam 1 jam.
c. Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat
ini dalam 12 jam sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.
d. Anti inflamasi (kortikosteroid) menghambat inflamasi jalan nafas dan
mempunyai efek supresi profilaksis
e. Ekspektoran à adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di
dalam saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan
asma, oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan, misalnya
dengan obat batuk hitam (OBH), obat batuk putih (OBP), gliseril
guaiakolat (GG)
f. Antibiotik à hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau
disertai oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai
dengan suhu yang meninggi.
4. Pencegahan
a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari kelelahan
c. Menghindari stress psikis
d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e. Olahraga renang, senam asma
Rehabilitasi
1) Fisioterapi
Diberikan terutama untuk memobilisasi reak, bermanfaat pada penderita
asma kronik dengan produksi sputum yang kental. Fisioterapi juga dapat
berbentuk latihan pernapasan/senam pernapasan. Hal ini selain mengefektifkan
kerja otot-otot pernapasan juga memberikan rasa percaya diri yang besar para
penderita.
2) Rehabilitasi psikis
Pendekatan psikis berguna untuk mengurangi stres dan menstabilkan
emosi penderita. Terutama pada penderita- penderita dengan emosi labil atau
bila faktor emosi sangat berperan dalam mencetuskan serangan.
Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Pneumodiastinum dan emfisema subcutis
3. Atelektasis
4. Gagal nafas