NIM : 1961050091
Kelompok : 3B
Tanggal : Senin, 19 Oktober 2020
Motorcycle Accident
A man, a 55-year-old male was involved in a collision and was taken to the emergency room
with complaints of left chest pain and difficulty breathing. From vital signs, blood pressure
130/80 mmHg, respiratory rate: 30x / minute, temperature 36.5 oC, pulse 110 x / minute. Chest
examination revealed decreased breath sounds and hyper resonance in the left hemithorax. BGA
pH 7.59, PO2 89 mmHg. PCO2 30 mmHg, HCO3: 24 mEq / L, BE: +3, SO2: 93%
Task : What phenomenon happened to this man?
Pria berusia 55 tahun mengalami kecela kaan (ditrabak motor) kemudian dibawa ke ruang gawat
darurat dengan keluhan nyeri pada dada sebelah kiri dan sulit bernapas. Dari pemeriksaan TTV,
didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, Iaju napas 30 kali/menit, suhu 36.5 C, dan denyut nadi
110 kali/menit. Pada pemeriksaan dada ditemukan penurunan suara napas dan hipersonor pada
hemithorax sebelah kiri. BGA pH 7.59, PO2 89 mmHg. PCO2 30 mmHg, HCO3: 24 mEq / L,
BE: +3, SO2: 93%.
SEVEN JUMP
Kata Kunci :
● Pria, 55 tahun
● Terlibat kecelakaan
● Keluhan nyeri dada sebelah kiri dan sesak napas
● Tanda-tanda vital : tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi napas 30x/ menit, suhu
36,5ºC, denyut nadi 110x/ menit
● Penurunan bunyi napas
● Hiper resonansi di hemitoraks kiri
● BGA pH 7.59, PO2 89 mmHg, PCO2 30 mmHg, HCO3: 24m = mEq / L, BE: +3,
SO2: 93%
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan TTV dan AGD pada pasien tersebut?
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kemungkinan fenomena apa yang terjadi?
3. Bagaimana patogenesis dari fenomena yang terjadi?
4. Apa saja pemeriksaan lanjutan yang mungkin diperlukan untuk menegakan diagnosis pasti
dari fenomena tersebut?
5. Apa saja yang dapat menjadi diagnosis banding dari fenomena tersebut?
Yang mana, secara fisiologi, fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan
negatif thorax ke dalam paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan
pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran adalah -2
sampai -5 H2O, sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu
inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
Klasifikasi pneumothorax berdasarkan dengan penyebabnya adalah sebagai
berikut:
(a) Pneumothorax Spontan
Pneumothorax spontan adalah setiap pneumothorax yang terjadi tiba-tiba
tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenik), ada 2 jenis yaitu:
- Pneumothorax Spontan Primer
Keadaan ini disebabkan oleh ruptur kista kecil udara subpleura di apeks
(“bleb”) tetapi jarang menyebabkan gangguan fisiologis yang
signifikan. Biasanya menyerang laki-laki (L:P 5:1) muda (20-40 tahun)
bertubuh tinggi tanpa penyakit paru penyebab.
- Pneumothorax Spontan Sekunder
Pneumothorax spontan sekunder dihubungkan dengan penyakit
respirasi yang merusak arsitektur paru, paling sering bersifat obstruktif
(misalnya penyakit paru obstruktif kronik/PPOK, asma) fibrotik atau
infektif (misalnya pneumonia) dan kadang-kadang gangguan langka
atau herediter (misalnya sindrom Marfan, Fibrosis kistik).
(b) Pneumothorax Traumatik
Pneumothorax tersebut terjadi setelah trauma toraks tumpul (misalnya
kecelakaan lalu lintas) atau tajam (misalnya fraktur iga, luka tusuk).
Berdasarkan kejadiannya pneumothorax traumatik dibagi 2 jenis yaitu:
- Pneumothorax traumatik bukan iatrogenik
Adalah pneumothorax yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya
jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup.
- Pneumothorax traumatik iatrogenik
Adalah pneumothorax yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan
medis, pneumothorax jenis ini pun masih dibedakan menjadi 2 yaitu:
(1) Pneumothorax traumatik iatrogenik aksidental, adalah
pneumothorax yang terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan
parasentesis dada, biopsi pleura, biopsi transbronkial,
biopsi/aspirasi paru perkutaneus, kanulasi vena sentral, barotrauma
(ventilasi mekanik).
(2) Pneumothorax traumatik iatrogenik artifisial (deliberate), adalah
pneumothorax yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara
ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell
box. Biasanya untuk terapi tuberkulosis.
Klasifikasi pneumothorax berdasarkan jenis fistulnya adalah sebagai berikut:
(a) Pneumothorax Tension
Pneumothorax tension dapat menyulitkan (menjadi komplikasi)
pneumothorax spontan primer atau pneumothorax sekunder tetapi paling
sering terjadi selama ventilasi mekanis dan setelah pneumothorax traumatik.
Pneumothorax tersebut terjadi bila udara menumpuk dalam rongga pleura
lebih cepat daripada yang dapat dikeluarkan. Peningkatan tekanan
intratoraks 9 menyebabkan aliran balik vena, dan syok yang disebabkan
oleh penurunan curah jantung. Keadaan tersebut merupakan kegawatan
medis dan fatal jika tidak dihilangkan secara cepat dengan drainase.
(b) Pneumothorax Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pneumothorax tertutup yaitu suatu pneumothorax dengan tekanan udara di
rongga pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada
sisi hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dan
tekanan atmosfir. Pada jenis ini tidak didapatkan defek atau luka terbuka
dari dinding dada.
(c) Pneumothorax Terbuka (Open Pneumothorax)
Pneumothorax terbuka terjadi karena luka terbuka pada dinding dada
sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut. Pada
saat inspirasi, mediastinum dalam keadaan normal tetapi pada saat ekspirasi
mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking
wound).
3. Patogenesis pneumothorax
Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan untuk
melakukan proses ventilasi dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang–tulang
yang menyusun struktur pernapasan seperti tulang klavikula, sternum, scapula.
Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat berperan pada
proses inspirasi dan ekspirasi. Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami
kerusakan, akan berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi. contoh
kasusnya, adanya fraktur pada tulang iga atau tulang rangka akibat kecelakaan,
sehingga bisa terjadi keadaan flail chest atau kerusakan pada otot pernapasan
akibat trauma tumpul, serta adanya kerusakan pada organ viseral pernapasan
seperti, paru-paru, jantung, pembuluh darah dan organ lainnya di abdominal
bagian atas, baik itu disebabkan oleh trauma tumpul, tajam, akibat senapan atau
gunshot.
Pada keadaan normal rongga pleura dipenuhi oleh paru–paru yang mengembang
pada saat inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaan (tekanan
negatif) antara kedua permukaan pleura, adanya udara pada rongga potensial di
antara pleura viseral dan pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai
dengan jumlah udara yang masuk kedalam rongga pleura tersebut, semakin
banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura akan menyebabkan paru–paru
menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang masuk meningkat tekanan pada
intrapleura. Secara otomatis terjadi juga gangguan pada proses perfusi oksigen ke
jaringan atau organ, akibat darah yang menuju ke dalam paru yang kolaps tidak
mengalami proses ventilasi, sehingga proses oksigenasi tidak terjadi.
Jadi yang menyebabkan masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma
yang mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau visceral, atau
disebabkan kelainan kongenital adanya bula pada subpleura yang akan pecah jika
terjadi peningkatan tekanan pleura.
LANGKAH 3
Diagnosis :
Pencegahan penatalaksana Pemeriksaan penunjang
pneumoniathorax
LANGKAH 4 HIPOTESIS
Kemungkinan pria berumur 55 tahun tersebut menderita pneumothorax akibat kecelakaan yang
dialaminya.
LANGKAH 5
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
1. Apa saja penyebab pneumothorax?
2. Bagaimana terjadinya pneumothorax?
3. Mengapa bisa terjadi nyeri dada?
4. Apa artinya penurunan bunyi napas dan hiper resonansi?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang diagnosis?
6. Bagaimana tatalaksana pneumothorax?
LANGKAH 6
Learning Objective
1. Definisi Pneumothorax
2. Etiologi Pneumothorax
3. Patofisiologi Pneumothorax
4. Factor risiko
5. Penegakan Diagnosa Pneumothorax
6. Penanganan Pneumothorax
7. Pencegahan Pneumothorax