Anda di halaman 1dari 17

Skenario 2 Paru-Paru Basah

Bapak L berusia 52 tahun dirawat di ruang paru-paru dengan kondisi dada berbentuk tong dan tachipnoe. Tiga mingu yang lalu sudah berobat ke dokter spesiais paru disarankan untuk menghentikan konsumsi rokok karena beliau perokok berat. Saat ini kondisi tachipnoe dan dipasang Water Seal Drainage dengan system 2 botol pada Inter Costa ke 5 bagian dada kanan. Setelah dilakukan pemasangan WSD keluar, dokter menyarankan agar di fhoto thorax ulang untuk mengevaluasi kondisi paru dan letak selang WSD. Cairan pleura yang kelur transundat serta warna seperti campur darah dan produksi pleura 1000cc dalam waktu 2 jam setelah pemasangan. Nafas mulai bradipnoe dan dokter langsung menyarankan untuk dirawat di ruang Intensive Care Unit untuk perawatan lanjutan. Bapak semakin gelisah dank arena pasien yang disebelahnya baru saja meninggal karena gagal nafas.

Step I

1. Tachipnoe 2. Transundat 3. Cairan pleura 4. Bradipnoe 5. Fhoto thorax 6. Ruang Intensive Care Unit 7. Paru-paru berbentuk tong 8. WSD dengan sistim 2 boto 9. Gagal nafas 10. Inter costa

Tachipnoe Adalah peningkatan frekuensi pernafasan 24x/i .

Transundat Adalah cairan yang di dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik / turun protein plasma intravascular.

Cairan pleura Cairan yang ada di dalam rongga paru-paru.

Bradipnue Penurunan frekuensi pernafasan 10x/i.

Fhoto thorax Pemeriksaan diagnostic untuk menilai kelainan pada paru dan digunakan untuk memastikam letak dari WSD.

Ruang Intensive Care Unit Adalah unit perawatan inap di Rumah Sakit yang memberikan perhatian khusus yang lebih intensive seperti: gangguan pernafasan.

Paru-paru berbentuk Tong Adalah terjadi akibat adanya pembesaran volume paru karna obstruksi aliran udara.

WSD Adalah pemasangan selang pada paru yang bertujuan untuk menghisap cairan pleura dan untuk mengatasi hematorak dan pleura. Gagal nafas

Adalah ketidakmampuan seseorang untuk bernafas disebabkan karna ada gangguan pada saluran pernafasan.

Inter costa Adalah sela antar tuang iga.

Step II

1. Mengapa seteah 2 jam pemasangan WSD nafas bradipnue? 2. Apa yang sebenarnya terjadi pada Bapak L? 3. Apa yang menyebabkan paru-paru Bapak L dengan kondisi dada berbentuk tong dan takipnue? 4. Apa hubungan peroko berat dengan kondii kesehatan sekarang? 5. Bagaimana cirri-ciri cairan pleura normal? 6. Mengapa merokok dapat menyebabkan paru-paru basah? 7. Mengapa cairan pleura yang dikeuarkan bercampur darah ? 8. Bagaimana hubungan peningkatan cairan pleura dengan takipnue? 9. Apakah pemasangan WSD intercosta 5 sebelah kanan atau tergantung penyakitnya?

Step III

1. Karena cairan yang menumpuk sudah dikeluarkan dan menyebabkan bradipnue 2. => Efusi pleura karena ada penumpukan cairan di rongga pleura =>Emfisema karena ada riwayat merokok =>Pneumonia 3. Karena pembesaran volume paru akibat obstruksi aliran udara . 4. LO 5. Ciri-ciri cairan pleura: -Bewarna bening -Tidak berbau 6. LO 7. Karena ada penurunan dari protein plasma

8. Jika peningkatan cairan pleura menyebabkan paru susah mengembang sehingga untuk mencukupi nafas terjadilah sesak. 9. Di pasang di sebelah kanan karena penumpukan nya cairan nya berada di sebelah kanan.

Step IV

Definisi

Etiologi

Klasifikasi

Patofisiologi Efusi Pleura Manifestasi Klinis Pemeriksaan Diagnostik Farmakologi Petalaksanaan Medis Askep Non Farmakologi

Step V

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Mengetahui definisi efusi pleura. Mengetahui etiologi efusi pleura. Mengetahui klasifikasi efusi pleura. Mengetahui patofisiologi efusi pleura. Mengetahui manifestasi klinis efusi pleura Mengetahui pemeriksaan diagnostic efusi pleura. Mengetahui penatalaksaan efusi pleura baik farmakologi maupun non farmakologi. Mengetahui askep efusi pleura.

Step VI
1. Definisi Efusi Pleura suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan didalam rongga pleura berupa

transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi dikapiler dan pleura viseralis.( Tembayong, Dr. Jan. 2009.
Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC)

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal.( Brunner and suddarth edisi 8 volume 1, 2001) Efusi pleura adalah kumpulan cairan abnormal pada rongga pleura yang dihasilkan dari produksi cairan yang berlebih atau penurunan penyerapan. (rubins,2012)
Kesimpulan: pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan

visceral dan parietal, dimana terdapat penumpukan cairan didalam rongga pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi dikapiler dan pleura viseralis. 2. Etiologi Efusi Pleura: CHF : meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler sistemik atau sirkulasi paru Atelektasis, pengerutan paru : menurunkan tekanan pleura pada rongga pleura sehingga paru tidak dapat mengembang. Efusi Pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkan: a. Transudat: dari pembuluh darah yang bocor ke dalam rongga pleura akibat peningkatan hidrostatik (spt CHF) atau penurunan tekanan osmotik intravaskuler.

Contoh penyebab: gagal jantung, obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal. b. Eksudat: yang bersifat inflamasi (peradangan). Contoh penyebab: infeksi( pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, abses ), neoplasma, emboli/infark paru, penyakit kolagen (SLE dan rhematoid artritis), penyakit gastrointestinal, trauma (hemothoraks) (Graber, Mark A. 2006. Buku Saku Kedokteran Keluarga. Jakarta: EGC.) Secara patologis, efusi pleura di sebabkan oleh keadaan-keadaan: a. b. c. d. e. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung) Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia) Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri) Berkurangnya absorbsi limfatik Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

3. Klasifikasi berdasarkan lokasi cairan: a. Unilateral :tidak mempunya ikaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya. b. Efusi bilateral : ditemukan pada penyakit-penyakit : Kegagalan jantung kongestif Sindrom anefrotik Infark paru Lupus eritematosus sistremik Tumor / tuberkolosis Klasifikasi berdasarkan jenis cairan: a. Hemotoraks (darah di dalamrongga pleura) biasanyaterjadikarnacerdera di dada Penyabab : Pecah sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darah ke dalam rongga pleura Kebocoran aneurisma aorta( daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura Gangguan pembekuan darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna b. Eplema ( nanah di dalam rongga pleura) bias terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura c. Kilotoraks (cairansepertisusu di dalamrongga dada) disebabkan suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada ( duktustorakikus) atau oleh penyumbatan saluran karna adanya tumor.() Klasifikasi efusi pleura berdasarkan cairan yang terbentuk:

a.

Transudat Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik. Transudasi menandakan kondisi seperti asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.

b.

Eksudat Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai akibat inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma dada, infeksi virus. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif. TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik. (Suzanue C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).

4. Pathway yang disebabkan oleh gagal jantung Gagal Jantung

Darah yang dialirkan

Peningkatan tekanan hidrostaltik

Hipertensi pembuluh kapiler sistemik

Cairan pada pembuluh darah bocor

Terjadi

absorbsi cairan oleh kelerjar limfe

Penumpukan cairan di rongga pleura yang tidak normal

Patofisiologi: Pada gagal jantung kongestif menyebabkan darah yang dialirkan keseluruh tubuh tidak maksimal sehingga terjadi peningkatan tekanan hidrostatik di pembuluh kapiler, kemudian terjadi hipertensi pembuluh kapiler sistemik. Akibatnya cairan pada pembuluh darah bocor dan masuk kedalam pleura dan juga terjadi penurunan absorpsi cairan oleh kelenjar limfe dipleura yang akan menyebabkan penumpukan cairan di rongga pleura yang tidak normal. Pathway yang disebabkan oleh keganasan(tumor)

Karsinoma/keganasan

Meningkatnya permeabilitas kapiler paru dan menurunnya reabsorbsi oleh visceral

Akumulasi cairan di pleura

Efusi pleura

Gangguan kerja paru seperti ventilasi 5. Manifestasi klinis: Ruang interkosta menonjol (efusi yang berat) Perkusi redup diatas efusi pleura Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas(dispneu) Batuk Bloody sputum berhubungan dengan pneumonia Nyeri dada Disebabkan adanya iritasi pleura Peningkatan suhu tubuh apabila terjadi infeksi 6. Pemeriksaan diagnostic:

Biopsy untuk mengetahui keganasan. Jika dengan torakosentesis tidak dapt ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsy, dengan cara mengambil lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang). Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. (Muttaqin, Arif. Asuhan keperwatan dengen klien gangguan pernafasan. Jakarta : salemba medika)

7. Penatalaksaan medis: Tirah baring : menurunkan kebutuhan oksigen. Pleudoresis Pada efusi karena keganasan diberikan obat tetrasiklin melalui interkostalis untuk melekatkan lapisan kedua pleura dan mencegah terjadinya cairan terakumulasi kembali. Pemasangan WSD WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.

1. Indikasi a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks c. Torakotomi

d. Efusi pleura e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

2. Tujuan Pemasangan Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

3. Tempat pemasangan Apikal Basal Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura Letak selang pada interkosta III mid klavikula Dimasukkan secara antero lateral Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

4. Jenis WSD Sistem satu botol Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan simple pneumotoraks Sistem dua botol Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua adalah botol water seal. System tiga botol Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

(Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002)

8. Askep efusi pleura: Pengkajian : 1. Biodata Umur, alamat, pekerjaan 2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama Nyeri dada, takipnue, sesak nafas, hipoksemia b. Riwayat penyakit sekarang: Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik. c. Riwayat penyakit dahulu Pada pasien efusi pleura perlu TBC,gagal jantung. d. Riwayat penyakit kluarga 3. Pola fungsional Gordon yang terkait : a. Pola nutrisi dan metabolisme Biasanya pada efusi pleura keadaan umumnya lemah nutrisi dan metabolik b. Pola sensori dan kognitif Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga menimbulkan nyeri c. Pola aktivitas dan latihan Akibat sesak nafas, kebutuhan jaringan akan kurang terpenuhi dan akan cepat

mengalami kelelahan pada aktivitas minimalnya. d. Istirahat dan tidur Karena adanya sesak nafas, nyeri dadapeningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat. 4. Pemeriksaan fisik: a. Keadaan umum: pasien tampak sesak nafas

b. Tingkat kesadaran: composmentis c. TTV: RR: takipnea N: takikardia S: jika ada infeksi bias hipetermia TD: bisa hipotensia d. Kepala: mesochepal e. Mata: konjungtiva anemis f. Hidung : sesak nafas, cuping hidung g. Dada : gerakan pernafasan berkurang h. Pulmo(paru-paru): Pemeriksaan fisik pada paru-paru: a. inspeksi Pasien efusi pleura bentuk hemitorak yang sakit mencembung, kosta mendatar, ruang interkosta melebar, pergerakan pernafasan menurun. b. palpasi Pada palpasi ditemukan vokal premitus menurun dan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. c. perkusi Suara perkusi yang ditemukan redup sampai pekak bergantung pada jumlah cairannya. d. auskultasi Didapatkan suara nafas menurun sampai menghilang. 5. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan torak sinar b. Torasentesis c. Biopsy pleura d. GDA

Diagnosa keperawatan: 1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi. Dibuktikan oleh adanya: dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA tidak normal.

Tujuan : pola nafas efektif Kriteria hasil : Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia

Intervensi : 1. Identifikasi etiologi atau factor pencetus 2. Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital) 3. Auskultasi bunyi napas 4. Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus. 5. Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur 6. Bila selang dada dipasang : a. periksa pengontrol penghisap, batas cairan b. Observasi gelembung udara botol penampung c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran d. Awasi pasang surutnya air penampung e. Catat karakter/jumlah drainase selang dada. 7. Berikan oksigen melalui kanul/masker (Muttaqin, Arif. Asuhan keperwatan dengen klien gangguan pernafasan. Jakarta : salemba medika)

2. gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru dan atalektasi intervensi: NOC a. gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak bermasalah b. pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator: - tidak ada dyspnea saat istirahat dan aktivitas - tidak ada kegelisahan , siamosios, dan keletihan NIC a. kaji bunyi paru, frekuensi napas kedalaman, usaha bernapas b. pantau saturasi O2 dan oksimeter

c. pantau hasil analisa gas darah d. ajarkan batuk efektif e. ajarkan teknik bernafas dan relakasasi 3. gangguan rasa nyeri berhubungan dengan nyeri dada Tujuan: agar nyeri dada tidak ada Kriteria khusus: -keluhan nyeri dada berkurang -skala nyeri menurun

Intervensi: a. kaji perkembangan nyeri Rasional: untuk mengetahui adanya komplikasi b. ajarkan pasien tehnik relaksasi: Rasional: agar meringankan nyeri c. Beri posisi yang nyaman Rasional: untuk memberikan kenyamanan pasien d. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk mengurangi rasa sakit

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Tujuan : agar tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Criteria khusus: nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastic Intervensi: a. Observasi nafsu makan klien Rasional: porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan kurang baik b. Beri makan klien sedikit tapi sering Rasional : meningkatkan masukan secara perlahan c. Beritahu klien pentingnya nutrisi Rasional: klien mampu memahami penting nya nutrisi dan mau meningkatkan masukan nutrisi.

5. Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas). Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan. Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit. Intervensi : a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler. Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya. Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak kerjasama dalam perawatan. a. Ajarkan teknik relaksasi Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada. Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stress. c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan. e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya. Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui. (Somantri, irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien denga Gangguan Sistem Pernapasan, edisi 2. Jakarta : Salemba Medika)

MAKALAH TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL 2 Efusi Pleura

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Jamin Pepi handayani Sulastri Syarifah nazifah Dewi septiani Judika Yessi Sara Manalu Yuni Elita Sari Nori Nofrianty Neftriani Azrul Selma salsabila

11. 12. 13. 14. 15.

Suriani Fratiwi Anisa rahmi M. fadil Gustia marliyuna Armona sari

UNIVERSITAS RIAU PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TA 2012/2013

Anda mungkin juga menyukai