Anda di halaman 1dari 81

Modul 6

Kegawatdaruratan Sistem Respirasi

Tiba-Tiba Tak Bisa Bernafas


Dani, seorang laki-laki berusia 20th dibawa orangtuanya ke
puskesmas dengan keluhan sesak nafas sejak setengah jam yang lalu
dan semakin meningkat. Dari anamnesis dokter diketahui tidak ada
riwayat menderita penyakit paru, bentuk tubuh asthenis dan
mempunyai kebiasaan merokok. Sesak bukan saat beraktifitas, terjadi
secara tiba-tiba. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit
berat, dispneu dan hipotensi. Inspeksi toraks ditemukan unilateral
prominence pada hemitoraks dextra. Palpasi didapatkan fremitus
kanan menghilang. Perkusi dada kanan hipersonor, kiri sonor.
Auskultasi paru, suara nafas kanan menghilang, suara nafas kiri
normal. Apeks jantung 3 jari lateral midclavicularis sinistra RIC
lima.
Dokter menerangkan adanya kelainan di rongga dada yang
membutuhkan tindakan segera, karena kalau penatalaksaan terlambat
dapat menyebabkan kematian. Setelah persetujuan keluarga, dokter
melakukan tindakan dekompresi paru kanan dan diberikan pengobatan.
Setelah kondisi pasien stabil dirujuk ke rumah sakit Cut Meutia untuk
dilakukan pemeriksaan foto toraks PA dan pemeriksaan lain. Hasil foto
toraks terlihat daerah hiperradiolusen tanpa corakan paru dan batas paru
kolaps pada hemitoraks dextra, apeks jantung terdorong ke arah kiri.
Dokter mengatakan, Dani harus dirawat karena penyakitnya berat dan
harus segera dikonsulkan ICU untuk tatalaksana selanjutnya untuk
menghindari komplikasi.
Pada hari yang sama masuk dua orang pasien, salah satunya henti
nafas dan dilakukan resusitasi jantung paru. Satu lagi pasien tenggelam
dan meninggal di IGD, kemudian dibawa ke bagian forensik.
Bagaimana anda menjelaskanapa yang terjadi pada Dani dan dua
pasien yang lain?
JUMP 1
TERMINOLOGI
Terminologi
1. Asthenis: Bentuk tubuh langsing, kurus, dada kecil-sempit
2. Unilateral prominence hemithoraks dextra: Penonjolan di bagian
dinding dada sebelah kanan
3. Hiperradiolusen: Gambaran udara bebas yang memenuhi paru
4. RJP: Upaya mengembalikan fungsi nafas yang berhenti dan
memulihkan kembali kedua fungsi jantung dan paru ke dalam
keadaan normal
5. Dekompresi paru: Usaha untuk membebaskan tekanan agar tidak ada
sumbatan pada aliran udara
JUMP 2 & 3
RUMUSAN MASALAH &
HIPOTESA
1. Apakah ada hubungan usia, jenis kelamin dan riwayat
meroko dengan keluhan yang dialami Dani?
• Usia  Faktor utama penyebab penyakit yang menyerang usia
produktif tersebut adalah pola hidup yang tidak seimbang, jarang
berolahraga, dan adanya peningkatan konsumsi rokok di
kalangan muda.
• Jenis Kelamin  Merokok meningkatkan resiko 20 kali lipat
pada pria, setara dengan jumlah rokok yang dikonsumsi per hari.
Habitus pria tubuh tinggi kurus antara usia 20-40 memiliki
tingkat insidensi tertinggi.
2. Mengapa Dani sesak napas yang semakin meningkat?
• Adanya udara pada rongga potensial diantara pleura viseral
& pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan
jumlah udara yang msuk ke dalam ronga pleura tersebut. Semakin
banyak udara masuk  meningkatkan tekanan intra pleura 
sesak.
3. Apa interpretasi dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
Dani?
• Sakit berat  karena pada area paru terdapat banyak jaras sensorik
sehingga ketika terjadi penekanan akan menimbulkan nyeri di dada
• Dispneu  karena ketika terjadi tekanan intrapleura yang meningkat 
terjadi penekanan paru  kesulitan bernapas.
• Hipotensi  karena berkaitan dengan ketidak mampuan bernapas
sehingga TD akan menurun
• Unilateral prominence  karena adanya tekanan intrapleura yang
meningkat  udara lebih banyak  sehingga lebih menonjol
• Fremitus kanan menghilang  pemadatan di dalam paru menurun 
getaran pada pemeriksaan palpasi kurang bergetar atau hilang.
• Apex cordis 3 jari lateral linea midcalvicularis sinistra RIC 5  adanya
pendorongan jantung atau trakea kearah jantung yang sehat,
dikarenakan tekanan intrapleura  sehingga mediastinum terdorong
kearah kontralateral.
4. Apa diagnosis dan diagnosis banding yang tepat untuk Dani?
• Diagnosis  Tension Pneumothorax
• Diagnosis banding  efusi pleura, emfisema paru, giant cavity,
emboli paru, pneumonia
5. Pemeriksaan penunjang apakah yang dapat dilakukan pada
Dani selain dari skenario?
• AGD (analisis gas darah)  menilai derajat hipoksia
• CT-scan thorax  untuk membedakan antara pneumothorax
thorax spontar primer atau sekunder
• EKG
6. Apakah interpretasi hasil pemeriksaan foto thorax?
• Gambaran hipAerradiolusen tanpa corakan paru  adanya udara
yang terakumulasi di rongga pleura kanan
7. Tatalaksana yang diberikan pada Dani?
• Dekompresi segera
• Pemberian O2 konsentrasi tinggi
• Terapi definitif
• Torakotomi/pembedahan
8. Komplikasi dan prognosis apa yang mungkin terjadi pada Dani?
• Komplikasi  kolaps paru, pneumothorax kronik, fistel bronkopleura,
emfisema, kematian
• Prognosis  Baik jika diagnosis dini dan pengobatan segera. Secara
keseluruhan prognosis tergantung pada cedera mobiditas
9. Apa saja indikasi henti napas?
• Ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan 
dilakukan tindakan bantuan hidup dasar (RJP),
• Dengan bantuan RJP dapat membantu menjalankan sirkulasi dengan lebih
baik.
10.Apa tujuan dekompresi paru, serta bagaimana tata cara melakukan
dekompresi paru?
• Tujuan : untuk mengurangi tekanan intrapleura dengan membuat hubungan
antara rongga pleura dengan luar dengan cara sebagai berikut.
a) Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura
b) Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil
1) Jarum infus set ditusuk ke dinding thorax sampai ke rongga pleura
2) Abbocath : jarum abbocath no.14 ke rongga pleura dan setelah mandrin dicabut,
hubungkan dengan infus set
3) WSD (Water Scaled Drainage) : pipa khusus yang steril dimasukkan ke rongga
pleura
11.Bagaimana pencegahan untuk penyakit yang diderita Dani?
1) Berhenti merokok
2) Pengobatan penyakit paru
3) Meningkatkan imun tubuh dengan mengkonsumsi nutrisi yang cukup dan sesuai
bagi tubuh
4) Hindari latihan fisik yang terlalu berat
12.Apa tindakan forensik terhadap pasien yang meninggal
karena tenggelam?
a) Pemeriksaan dari luar tubuh : siasonis pada kuku dan bibir,
mata merah, terkadang lidar menjulur
b) Pemeriksaan dari dalam tubuh : adanya lumpur, pasir, atau
benda asing pada saluran napas, darah gelap dan encer, jantung
kanan berisi darah dan jantung kiri kosong.
c) Laboratorium : berupa pemeriksaan diatom, dengan cara
mengambil getah paru dengan menggunakan teknik destruksi.
JUMP 4
SKEMA
Kegawatdaruratan sistem respirasi Aspek medikolegal

Kegawatdaruratan nontrauma Kegawatdaruratan trauma

Pemeriksaan fisik & penunjang


Farmako
Tatalaksana
Nonfarmako
Komplikasi & prognosis • RJP
• Ventilasi
JUMP 5 : LEARNING
OBJECTIVE
1. Kegawatdaruratan sistem respirasi karena trauma
2. Kegawatdaruratan sistem respirasi non-trauma
3. Aspek medikolegal kegawatdaruratan sistem respirasi
4. RJP
KEGAWATDARURATAN
SISTEM RESPIRASI
KARENA TRAUMA
Fraktur costae
Fraktur pada iga (costae) adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang / tulang rawan yang disebabkan oleh ruda paksa
pada spesifikasi lokasi pada tulang costa.

Di Indonesia, kasus kecelakaan lalu-lintas merupakan penyebab tersering yang


menyebabkan fraktur pada tulang, khususnya fraktur iga. Menurut data
kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan
mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142
orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data
itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
30 orang meninggal dunia.
Etiologi

Bukan
Trauma Trauma
Patofisiologi

Krepitasi

Trauma kompresi
Lengkung iga >
anteroposterior FRAKTUR IGA
kearah lateral
dari rongga thorax

Dorongan fraktur Kerusakan


masuk ke rongga struktur dan
pleura jaringan
Tanda dan Gejala

Nyeri tekan, Nyeri tajam


Luka terbuka
krepitasi, pada daerah
diatas fraktur
deformitas fraktur

Adanya Nafas cepat,


Perdarahan →
gerakan dangkal dan
syok
paradoksal tersendat

Tampak Tanda
ketakutan dan insuffisiensi
kecemasan pernafasan
Anamnesis

MEKANISME TRAUMA

NYERI

SESAK

BATUK
Pemeriksaan fisik

Airway: L: benda- benda Breathing: L: pergerakan


asing di jalan nafas, fraktur dinding dada, warna kulit,
tulang wajah, fraktur laring, memar, deformitas. L:
farktur trakea. L: dapat vesikuler paru, suara
bicara, ngorok, berkumur2, jantung, suara tambahan. F:
stridor krepitasi, nyeri tekan

Disability: tingkat
Circulation: tingkat
kesadaran, respon pupil,
kesadaran, warna kulit,
tanda- tanda lateralisasi,
tanda- tanda syok
tingkat cedera spinal
Pemeriksaan penunjang

Pulse
Monitor oksimetri
laju nafas,
Ekg analisis
gas darah

Rontgen
torax
Radiologi
Diagnosis banding

Contusio dinding dada

Respirasi (infeksi, emboli paru)

Cardiac (perikarditis)

Fraktur (stress fraktur, F. Strenum, F. vertebra)


KOMPLIKASI

• Atelektasis
• Hematothorax
• Pneumothorax
• Cedera a. Intercostalis, pleura viceralis, paru dan jantung
• Pneumonia
• Laserasi jantung
PENATALAKSANAAN

a. Airway dengan kontrol


• Lakukan chin lift dan atau jaw thrust
dengan kontrol servikal in-line immobilisasi
• Bersihkan pernapasan dari benda asing.
b. Breathing dan ventilasi
1) Pemberian oksigen
2) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri dan
membantu pengembangan dada: Morphine Sulfate.
Hidrokodon atau kodein yang dikombinasi dengan aspirin
atau asetaminofen setiap 4 jam.
3) Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri berat akibat fraktur costae
• Bupivacain (Marcaine) 0,5% 2 sampai 5 ml,
diinfiltrasikan di sekitar n. interkostalis pada costa yang
fraktur serta costa-costa di atas dan di bawah yang
cedera
• Tempat penyuntikan di bawah tepi bawah costa,
antara tempat fraktur dan prosesus spinosus. Jangan
sampai mengenai pembuluh darah interkostalis dan
parenkim paru
C. Circulation
1) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
2) Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus
mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia
darah
3) Beri cairan kristaloid 1-2 liter
4) Transfusi darah jika perdarahan masif dan tidak ada
respon terhadap pemberian cairan awal.
5) Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi
jaringan.
4. Disability
• Menilai tingkat kesadarn memakai GCS
• Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks
cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi

5. Exposure/environment
•Buka pakaian penderita
•Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan
tempatkan di rungan yang hangat
HEMATOTHORAX
DEFINISI

Hematotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat


penumpukan darah dari dalam cavum pleura diantara pleura
parietalis dan pleura viseralis.
PATOFISIOLOGI
Trauma Nyeri
pada thorax Inflamasi
daerah
trauma V a
a r
Laserasi paru + laserasi pembuluh darah s t
intrakostalis / arteri mamae interna o e
k r
Kehilangan o i
Perdarahan  darah darah dari n o
terakumulasi di rongga pleura tubuh s l
t
Menekan Cardiac r
Fibrin + kontaminasi i
deposit paru output ↓
bakteri k
s
Gangguan Tekanan darah i
Fibrothorax bakterimia ↓
pengembangan paru

Hambat Gangguan Aliran darah


pengembangan Septic shock ventilasi ke perifer ↓
paru

O2 ↓, CO2↑
GEJALA KLINIS

Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah :


 Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak
dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas
tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.
 Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam
pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak
pernapasan.
 Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
 Denyut jantung meningkat.
 Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
PEMERIKSAAN FISIK

 Inspeksi :
a. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
b. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
 Palpasi :
a. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
b. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
 Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi yang sakit pekak
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi
 Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran Radiologik :
1. Pada keadaan dini dimana cairan yang ada di
dalam cavum pleura masih kurang dari 200 cc,
maka pada foto tegak dengan posisi PA belum
terlihat bayangan cairan secara radiologis,
karena terletak di belakang difragma. Kadang-
kadang hanya terlihat sebagai sinus yang tumpul.
Tetapi, pada foto dengan posisi lateral.
2. Bila cairan sudah banyak (lebih dari 300 cc),
akan terlihat gambaran radiologis yang klasik,
berupa :
a. Perselubungan padat dengan sinus yang
tertutup.
b. Permukaan atas cairan yang berbentuk
concave
c. Bila cairan cukup banyak akan mendorong
jantung, mediastinum atau trachea ke sisi
yang lain.
2. Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi
meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien
dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan
mortalitas sebesar 10%.

3. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan


dalam jumlah kecil.
PENATALAKSANAAN
PNEUMOTHORAX
Pneumothorax
Udara bebas di rongga pleura

Etiologi
Traumatic
1. Open pneumothorax ( terbuka )
2. Closed pneumothorax (tertutup )
3. Tension pneumothorax ( ventil )

Spontaneus pneumothorax
1. SIMPLE PNEUMOTHORAX ( tb, rokok )
2. COMPLICATED PNEUMOTHORAX
Gejala
Nyeri dada tiba tiba
Sesak nafas
Kadang batuk kering
Bila timbul perlahan tidak ada gejala
Gagal nafas
Kolaps sirkulasi ( syok )

Pem. Fisik
Deviasi trakea ke sisi sehat
Hemithorax yg sakit
Bentuk cembung / normal
Gerakan tertinggal
Sela iga melebar / normal
Vf menurun
Perkusi hiper sonor
Vbs menghilang ( - )
Vr menurun
1. TENSION
PNEUMOTHORAX
PATOFISIOLOGI

• Udara masuk ke rongga pleura, tidak ada jalan keluar (


mekanisme ventil ).
• Tekanan dalam rongga pleura akan terus bertambah
Tension Pneumothorax.
• Tekanan paru-paru = 1 atm = udara luar , tekanan rongga
pleura < dari 1 atm
• Perbedaan tekanan Paru-paru mengembang
ETIOLOGI

1. Luka tusuk dada


2. Trauma tumpul dengan kerusakkan parenchym paru.
3. Ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi
4. Pneumothorax spontan akibat pecahnya bleb.
GEJALA KLINIK

1. Gangguan pernafasan berat


2. Hipotensi Sampai syok
3. Hilangnya suara paru pada sisi yang terkena.
4. Hypersonor
5. JVP meningkat
6. Trachea terdorong ke sisi normal.
PENANGANAN/PENATALAKS
ANAAN

1. Proteksi diri
2. Bebaskan jalan nafas
3. Berikan O2 10 – 12 L/menit dengan NRBM
4. Dekompresi/ needle paracenthesis/needle
decompresion. ICS II, linea Mid Clav.
5. Pasang Chest Tube Segera.
Lokasi needle
decompresion
2.OPEN
PNEUMOTHORAX
• Sucking Chest Wound
• Defek besar pada dinding dada tekanan di rongga pleura = tekanan
atmosfir.
• Jika defek > 2/3 Ø trakhea , udara cenderung mengalir melalui defek
Ventilasi terganggu Hipoksia dan hiperkapnia.
GEJALA

• Pada sisi yang terkena :


- Pergerakkan tertinggal
- Hiper sonor
- Terdengar sucking chest wound
- Vbs menurun/(-)
RESUSITASI

• Tutup defek dengan kasa oklusif steril , yang diplester hanya


3 sisinya (flutter type valve )

Plester

Kasa
• Setelah itu segera pasang Chest tube.
• Jahit luka primer.
Open Kasa ,tutup 3 sisi
Pneumothorax

Pasang chest tube

Jahit luka primer


FOTO THORAX
PENGOBATAN

WSD
OBAT TERGANTUNG ETIOLOGI

Cairan lymph ( chylous )


• Proteksi diri
• Bebaskan jalan napas
• Berikan oksigen 10-12 liter/menit dengan NRBM
• Dekompresi/needle thoracocentesis di ICS II linea midclavicula  u/ mengeluarkan
udara  me↓ tekanan intrapleura & mengubah tension pneumothorax menjadi
simple pneumothorax
• Pasang chest tube pada ICS V diantara garis anterior dan midaxillaris
• Shock
• Asidosis metabolik
ARDS

• Definisi ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh


peningkatan permeabilitas membran alveolar-kapiler
terhadap air, larutan dan protein plasma, disertai kerusakan
alveolar difus, dan akumulasi cairan yang mengandung
protein dalam parenkim paru.

ARDS juga dikenal dengan edema paru non kardiogenik.


Sindrom ini merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan
penurunan progresif kandungan oksigen di arteri yang
terjadi setelah penyakit atau cedera serius. ARDS biasanya
membutuhkan ventilasi mekanik yang lebih tinggi dari
tekanan jalan nafas normal
Etiologi
• a. Kerusakan paru akibat inhalasi (mekanisme tidak langsung)
Penyebabnya : kelainan paru akibat kebakaran, inhalasi gas oksigen,
aspirasi asam lambung, tenggelam, sepsis, syok (apapun penyebabnya),
DIC, dan pankreatitik idiopatik.
• b. Obat-obatan Penyebabnya : heroin dan salisilat.
• c. Infeksi Penyebabnya : virus, bakteri, jamur, dan TB paru.
• d. Sebab lain Emboli lemak, emboli cairan amnion, emboli paru
trombosis, rudapaksa (trauma), radiasi, keracunan, oksigen, tranfusi
massif, kelainan metabolik (uremia), dan bedah mayor
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
a. Dispnea yang bermakna.
b. Penurunan daya regang paru.
c. Pernafasan yang dangkal dan cepat pada awal proses penyakit, yang menyebabkan alkalosis
respiratorik karena karbondioksida banyak terbuang. Selanjutnya, karena individu mengalami
kelelahan, upaya pernapasan menjadi lebih lambat dan jarang
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Analisa Gas Darah
b. Radiologi : Foto toraks, CT Scan

Penatalaksanaan
a. Pemberian oksigen, PEEP, dan ventilasi tekanan positif.
b. Walaupun ARDS seringkali di anggap kegagalan nafas primer, kegagalan multi organ non paru
dan infeksi adalah penyebab utama kematian.
c. Pengaturan ventilasi mekanik yang hati-hati terutama volume tidal terbukti berakibat
komplikasi yang lebih jarang dan merupakan satu-satunya tata laksana yang memperbaiki
survival.
d. Prognosisnya buruk apabila penyebab dasarnya tidak diatasi atau tidak ditangani dengan baik.
Komplikasi
a. Kematian.
b. Pneumonia.
c. Gagal ginjal.
d. Stress ulcer
e. DIC
ASPEK MEDIKOLEGAL
KEGAWATDARURATAN SISTEM
RESPIRASI
SUMB ATAN JALAN NAFAS

*ALAMIAH --> PENYAKIT --> WAJ AR


* KECELAKAAN, BUNUH DIRI, DAN PEMBUNUHAN -
-> TIDAK WAJ AR
(KEMATIAN TIDAK WAJ AR --> HARUS DILAKUKAN
PEMERIKSAAN FORENSIK TERLEBIH DAHULU -->
SURAT KETERANGAN KEMATIAN TIDAK BOLEH
DIKELUARKAN SEBELUM DILAKUKAN
PEMERIKSAAN FORENSIK)
Asfiksia mekanik
1. Pembekapan
2. gagging dan choking
3. pencekikan
4. penjeratan
5. Gantung/hanging
6. Traumatik asfiksia
(A) GANGGING DAN CHOKING
SUMB ATAN/BENDA DISALURAN PERNAFASAN
*GANGGING --- OROPHARING
*LARINGOPHARING
(B) PENCEKIKAN
*LUKA LECET KECIL -KECIL PADA LEHER (BEKAS
KUKU)
(C) PENJERATAN/STRANGULASI
* JERAT --- JEJAS SIMPUL MATI
*JEJAS = LUKA LECET TEKAN
(JEJAS JERAT --- TALI PENJERAT ---
JELAS/KASAR, KECIL, KERAS)
(C) GANTUNG (HANGING)
*JEJAS JERAT :
- MENGARAH KEARAH SIMPUL
- SIMPUL HIDUP (ATIPIKAL DAN TIPIKAL)
*LEB AM MAYAT PADA UJUNG EXTERNA DAN --
- GENETALIA EXTRENA
DROWNING (TENGGELAM)
JENIS DROWNING :
1. WET DROWNING
2. DRY DROWNING
3. IMMERSION DROWNING
4. IMMERSION SYNDROM

(A) TENGGELAM YANG AIR TAWAR


(HYPOTONIK)
(B) TENGGELAM AIR ASIN (HYPERTONIK)
RJP
(RESUSITASI JANTUNG PARU)
DEFENISI

• RJP adalah : suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan


sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi
optimal guna mencegah kematian biologis

TIDAK
DAPAT O2 3- MATI
9 MENIT

72
Jika jalan nafas • 2-3’ kemudian oksigen paru
tersumbat habis

Jika oksigen • 2-3’ kemudian oksigen darah


paru habis habis

Jika oksigen • 2-3’ kemudian jantung berhenti


darah habis

Tubuh tidak pernah memiliki cadangan/ simpanan


OKSIGEN
OKSIGEN harus selalu di suplai terus menerus. 73
Airway/ jalan nafas, harus dipertahankan BEBAS
TUJUAN & INDIKASI

INDIKASI TUJUAN

1. Mencegah berhentinya
sirkulasi/pernafasan
HENTI
NAFAS 2. Memberikan bantuan
external terhadap sirkulasi
HENTI dan ventilasi pada korban
JANTUNG yang mengalami henti
jantung/henti nafas

74
LANGKAH-LANGKAH RJP

D • Danger Pastikan keamanan

R • Response Cek Respon Pasien

S • Shout Call EMS Minta Bantuan, Aktifkan EMS

Cek nadi, cek nafas


C • Circulation Kompresi 30 x/i

A • Airway Bebaskan jalan Nafas

B • Breathing Beri bantuan Nafas 752x


EVALUASI

• Sesudah 5 siklus  evaluasi


1. Jika tidak ada nadi karotis, lakukan kembali
kompresi dan ventilasi 30 : 2.
2. Jika nadi teraba dan napas tidak ada, berikan
bantuan napas sebanyak 10x/menit dan monitor nadi
setiap 2 menit.
3. Jika nadi teraba dan napas ada, beri posisi mantap
(recovery position)

• Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti


napas kembali, jika terjadi segera terlentangkan pasien
dan lakukan napas buatan kembali.
76
POSISI MANTAP DILAKUKAN
APABILA SUDAH ADA TANDA
KEHIDUPAN (ROSC)ADA NADI ADA
NAFAS, POSISI MANTAP

Posisi
Mantap

77
KOMPLIKASI RJP

Akibat Bantuan Napas Akibat Kompresi

Inflasi gaster Fraktur iga

Regurgitasi Pneumothorak

Hemothoraks

Kontusio Paru

Laserasi hati & limpa

Emboli lemak
78
RJP DIHENTIKAN BILA ????

Sirkulasi & Penolong


Ventilasi Spontan kelelahan

STOP !!!

DNR (Do Not


Tanda Kematian
Resuscitation)
79
EVALUASI COBA SAUDARA JELASKAN RJP ?

80
THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai