Anda di halaman 1dari 65

MODUL 3

S E S A K N A PA S

Alifira R. Sarah 2017730005 Nazila Meidyta 2017730085


Assipa Nurkudsiyah 2017730015 Novita Tan 2017730089
Clara Ashilah 2017730028 Putri Khalilah 2017730091
Hanif Dwi Irfandi 2017730054 Sandra Kirana A. 2017730107
M. Elvon Daily 2017730064 Ufaira Nadila Ardi 2017730123
Muhammad Bilal 2017730072
SKENARIO
Skenario 3

Seorang laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang
memberat sejak 3 hari SMRS. Sesak napas dirasakan semakin memberat
terutama saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada di sebelah
kanan terutama saat bernapas, batuk berdahak, nafsu makan menurun dan
sering berkeringat terutama malam hari. Pasien dengan riwayat merokok
indeks brinkman sedang. Pasien pemeriksaan fisik didapatkan suara napas
vesikuler melemah di hemitoraks kanan dan terdapat rhonkhi. Pada
pemeriksaan rontgen toraks didapatkan fibroinfiltrat di lobus atas paru kiri
dan daerah avaskuler di hemitoraks kanan.
KATA SULIT
1. Hemotoraks : efusi pleura yang mengandung darah
2. Fibroinfiltrat : fibrosa yang menembus sela-sela jaringan
3. Indeks brinkman : derajat berat merokok
4. Avaskuler : tidak berpembuluh darah
KALI MAT KUNCI
1. Laki-laki usia 50 tahun, 7. Sering berkeringat terutama
2. Sesak napas memberat sejak 3 malam hari,
hari SMRS, 8. Riwayat merokok dengan IB
3. Sesak napas memberat saat sedang,
beraktivitas, 9. Pemeriksaan fisik didapatkan
4. Nyeri dada sebelah kanan saat vesikuler melemah di hemitoraks
bernapas, kanan dan terdapat rhonkhi, dan
5. Batuk berdahak, 10. Pemeriksaan rontgen toraks
fibroinfiltrat di lobus atas paru
6. Nafsu makan menurun, kiri dan daerah avaskuler di
hemitoraks kanan.
MI N D MAP
P E R TA N YAA N
1. A. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak napas?
B. Mengapa sesak napas semakin memberat saat beraktivitas?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya suara napas vesikuler melemah
dan terjadinya rhonkhi?
3. Mengapa pasien merasakan nyeri dada sebelah kanan saat
bernapas?
4. Mengapa pasien batuk berdahak?
5. Mengapa nafsu makan pasien menurun?
6. Mengapa pasien sering berkeringat terutama pada malam hari?
7. Jelaskan pemeriksaan rontgen toraks pasien terdapat fibroinfiltrat
di lobus atas paru kiri dan daerah avaskuler di hemitoraks kanan!
P E R TA N YAA N
8. A. Jelaskan alur diagnosis!
B. Bagaimana anamnesis pasien pada skenario?
9. DD 1 (WD) : TB Paru
a) Apa etiologi dari DD 1?
b) Bagaimana epidemiologi dari DD 1?
c) Bagaimana patomekanisme dari DD 1?
d) Apa tanda dan gejala dari DD 1?
e) Bagaimana pemeriksaan fisik dari DD 1?
f) Apa pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada DD 1?
g) Bagaimana penatalaksanaan dari DD 1?
h) Bagaimana pencegahan dari DD 1?
i) Bagaimana prognosa dari DD 1?
P E R TA N YAA N
10. DD 2 : Pneumothorax 11. DD 3 : Pneumonia
a) Apa etiologi dari DD 2? a) Apa etiologi dari DD 3?
b) Bagaimana epidemiologi dari DD 2? b) Bagaimana epidemiologi dari DD 3?
c) Bagaimana patomekanisme dari DD c) Bagaimana patomekanisme dari DD
2? 3?
d) Apa tanda dan gejala dari DD 2? d) Apa tanda dan gejala dari DD 3?
e) Bagaimana pemeriksaan fisik dari e) Bagaimana pemeriksaan fisik dari
DD 2? DD 3?
f) Apa pemeriksaan penunjang yang f) Apa pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan pada DD 2? dibutuhkan pada DD 3?
g) Bagaimana penatalaksanaan dari g) Bagaimana penatalaksanaan dari
DD 2? DD 3?
h) Bagaimana pencegahan dari DD 2? h) Bagaimana pencegahan dari DD 3?
i) Bagaimana prognosa dari DD 2? i) Bagaimana prognosa dari DD 3?
M E K A N I S M E S E S A K N A PA S

Harrison.1999. Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed 13. Jakarta.


M E K A N I S M E S E S A K N A PA S
1. Kemoresptor 2. Metaboreseptor

Perubahan pH, P𝐶𝑂2 , dan P𝑂2 Metaboreseptor terdapat pada


pada sirkulasi darah arteri dapat otot polos dan dipercaya berespons
dirasakan oleh kemoreseptor di sentral terhadap perubahan lokal di jaringan
maupun perifer dan merupakan suatu melalui produk metabolisme.
stimulus yang mengakibatkan Metaboreseptor merupakan sumber
peningkatan aktivitas motorik respirasi. sinyal saraf eferen yang menyebabkan
Stimulus reseptor ini mengakibatkan munculnya rasa sesak pada saat aktivitas
peningkatan aktivitas motorik respirasi. berat dengan peningkatan ventilasi pada
Aktivitas motorik respirasi ini dapat orang sehat tanpa disertai adanya
menyebabkan hiperkapnia dan hipoksia, hipoksemia maupun hiperkapnia.
sehingga memicu terjadinya dispnea.
M E K A N I S M E S E S A K N A PA S

3. Mekanoreseptor

Terletak di paru-paru dan di stimulasi oleh bronkokonstriksi dan


hiperinflasi. Jika terjadi bronkokonstriksi dan hiperinflasi maka akan
menyebabkan sesak napas

Harrison.1999.Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Ed 13.Jakarta.


S E S A K N A PA S M E M B E R AT
S AAT B E R A K T I V I TA S

Ketika melakukan aktivitas terjadi peningkatan kerja dari otot-


otot pernapasan (sternokleidomastoideus, scalenus, interkostalis
eksterna, otot- otot abdominal, interkostalis interna). Semakin lama otot-
otot pernapasan bekerja maka otot pernapasan menjadi lemah sehingga
akan menimbulkan dyspnea/ sesak napas.

A. Price Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6. Jakarta: EGC
S UARA VE S I K U LE R ME LE MAH &
T E R D A PAT R H O N K H I
• Rhonkhi adalah bunyi / suara kontinu seperti mengorok pada
tenggorokan atau tabung bronkial, terjadi karena obstruksi parsial.
• Rhonkhi timbul bila terdapat cairan didalam bronkus dan terdapat
kolaps saluran nafas distal dan alveolus.
• Rhonkhi paling sering disebabkan oleh edema paru-paru, gagal
jantung kongestif dan fibrosis paru (salah satu penyebabnya adalah
kebiasaan merokok).
• Keadaan yang terjadi pada rhonkhi dapat menjadi penyebab suara
vesikuler melemah.

Swartz, Mark H. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.


N Y E R I D A D A S E B E LA H K A N A N
S AAT B E R N A PA S
PLEURA INFILTRASI
RADANG PLEURITIS

GESEKAN KEDUA
PLEURA

INSPIRASI EKSPIRASI

Referensi: Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : Interna Publishing. Hal 869
N Y E R I D A D A S E B E LA H K A N A N
S AAT B E R N A PA S
• Pneumonia dan pleuritis
• Pneumothorax
• Emboli paru
• Cedera pada tulang, otot, dan saraf di dada
- Tulang iga kanan yang patah
- Otot dan tendon yang berada di antara tulang rusuk kanan juga bisa
mengalami cedera karena batuk yang terlalu keras atau karena pergerakan
• Gangguan jantung seperti penyakit jantung koroner, serangan
jantung, perikarditis, kardiomiopati hipertrofik, angina, dan diseksi aorta

Referensi: Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : Interna Publishing. Hal 869
Pasien Batuk
• Batuk adalah ekspulsi udara dari dalam paru yang tiba-tiba sambil
mengeluarkan suara berisik.
• Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi
percabangan trakeobronkial.
• Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk
membersihkan saluran napas bagian bawah. Namun, batuk >3 minggu
harus diselidiki untuk memastikan penyebabnya.
• Rangsangan yang menimbulkan batuk adalah: rangsangan mekanik,
kimia, peradangan, debu, dll

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Pasien Berdahak
• Mukus diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan normal
silia yang melapisi saluran pernapasan.
• Mukus berlebih akan mengakibatkan proses normal pembersihan tidak
efektif lagi, sehingga akhirnya mukus tertimbun
• Pembentukan mukus berlebih disebabkan oleh gangguan fisik,
kimiawi, atau infeksi pada membran mukosa
• Terjadinya penimbunan mukus mengakibatkan membran mukosa akan
terangsang dan mukus dibatukkan keluar sebagai seputum.

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
FAK T O R NAF S U MAKAN M E N U R U N
1. Jenis Kelamin 2. Riwayat Merokok

Laki-laki lebih banyak mengalami Dalam sirkulasi pasien yang


anoreksia daripada wanita. Hal ini juga merokok akan terjadi penurunan jumlah
dapat disebabkan karena gangguan dan aktifitas monoamine oxidase (MAO).
hormonal dan inflamasi sistemik yang MAO memiliki peranan dalam mengatur
meningkatkan insiden nafsu makan dan perilaku dan nafsu makan, ketika
kejadian kehilangan berat badan yang seseorang merokok maka fungsi
tidak diinginkan. pengecapan akan terganggu oleh adanya
Selain itu terjadi hiperinfalasi nikotin dalam sirkulasi sehingga dapat
rongga dada maupun pendataran menurunkan aktifitas neuron-neuron
diafragma yang dapat menekan pada lidah terhadap sensitifitas stimulus
lambung sehingga menimbulkan sensasi makanan.
rasa cepat kenyang. Merokok dan kejadian anoreksia
dikaitkan dengan inflamasi sistemik,
peningkatan kadar penanda inflamasi
seperti leptin dalam sirkulasi yang
mungkin menyebabkan perubahan rasa
dan nafsu makan.
FAK T O R NAF S U MAKAN M E N U R U N
3. Usia 4. Hubungan Obat dengan Nafsu Makan

Penurunan nafsu makan pada lansia Seperti pemberian bronkodilator


karena adanya perubahan pada hampir inhalasi dapat menyebabkan mukosa
seluruh fungsi organ tubuh seperti mulut menjadi kering yang pada akhirnya
perubahan gastrointestinal (masalah dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
kesehatan mulut yang buruk, penurunan
kemampuan mengunyah dan menelan
akibat berkurangnya jumlah gigi maupun
atropi oesofagus, atropi lambung, merasa
cepat kenyang), perubahan fungsi sensori
(penurunan sensitifitas pengecapan
maupun penciuman terhadap makanan),
perubahan kondisi fisik (menderita
penyakit kronis, ketidakmampuan
menyediakan makan) maupun perubahan
psikologis (depresi, kecemasan,
keputusasaan, kesendirian) dan perubahan
sosialekonomi (tidak bekerja/pensiun
maupun kemiskinan)
FAK T O R NAF S U MAKAN M E N U R U N
5. Produksi Sputum 6. Hubungan dukungan keluarga
dengan nafsu makan
Kondisi ini dapat menyebabkan
anoreksia dan intake makanan Keluarga tidak memelihara
yang tidak adekuat. kesehatan anggota keluarganya
yang seharusnya diwujudkan
dengan memberi bantuan secara
fisik, psikis, sosial maupun
spiritual.

• Koehler, F., Doehner, W., Hoernig, S., Witt, C., Anker, S.D., & John, M. (2006). Anorexia in chronic obstructive pulmonary disease –
Association to cachexia and hormonal derangement. International Journal of Cardiology. (119): pp 83-89
• Potter, P.A & Perry, P. (2005). Fundamental Of Nursing: Study guide and skills performance checklists, 6th ed. Australia: Elseiver-Mosby
• Carrasco, G.P., Miguel, D.J., Rejas, G.J., Martin, C.A., Gobartt, V.E., & Hernandez, B.V. et al (2009). Characteristic of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease in Spain from gender perspective. BMC Pulmonary Medicine, (2): pp 1-8
PA S I E N S E R I N G B E R K E R I N G AT
T E R U TA M A M A LA M H A R I

Keringat malam adalah suatu keluhan subyektif berupa berkeringat pada


malam hari yang diakibatkan oleh irama temperatur sirkadian normal
yang berlebihan. Suhu tubuh normal manusia memiliki irama sirkadian
di mana paling rendah pada pagi hari sebelum fajar yaitu 36.1°C dan
meningkat menjadi 37.4 °C atau lebih tinggi pada sore hari sekitar pukul

(journal tuberculosis.Young, 1988; Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997)


Keringat malam pada pasien tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon
salah satu molekul sinyal peptida yaitu tumour necrosis factor alpha (TNF- α)
yang dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun di mana mereka bereaksi terhadap
bakteri infeksius (M.tuberculosis). Monosit yang merupakan sumber TNF- α
akan meninggalkan aliran darah menuju kumpulan kuman M.tuberculosis dan
menjadi makrofag migrasi.
Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri secara
keseluruhan, tetapi pada orang imunokompeten makrofag dan sel-sel sitokin
lainnya akan mengelilingi kompleks bakteri tersebut untuk mencegah
penyebaran bakteri lebih lanjut ke jaringan sekitarnya. TNF-α yang
dikeluarkan secara berlebihan sebagai respon imun ini akan menyebabkan
demam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan berat badan di mana
semua ini merupakan karakteristik dari tuberkulosis (Tramontana et al, 1995).
GAMBARAN DAERAH
AVAS K U LE R H E M I T H O RAK S
Referensi: William Herring-Learning Radiology Recognizing the basics Elsevier 2016
GAM BARAN I N FI LT RAT
ANAMN E S IS
Identitas Pasien: Keluhan Utama:
Sesak nafas memberat sejak 3 hari lalu
SMRS
1. Nama: Bpk. –
2. Kelamin: Laki-laki
Riwayat Penyakit Sekarang :
3. Umur : 50 tahun
Sesak nafas sejak 3 hari, memberat
4. TTL: - terutama saat beraktivitas, nyeri dada
5. Alamat: - sebelah kanan terutama saat bernafas,
6. Suku/ras: - batuk berdahak, nafsu makan turun,
sering berkeringat terutama saat
7. Agama:- malam.
8. Status pernikahan:-
9. Pekerjaan:-
ANAMN ES I S
Riwayat pengobatan:- Riwayat Psikososial:
Riwayat merokok indeks brinkman
Riwayat Penyakit dahulu:- sedang

Riwayat Penyakit Keluarga:- Riwayat Alergi:-

Riwayat Sistem:- Diagnosis Diferensial:


1) TB Paru,
2) Pneumothorax,
3) Pneumonia.
E T I O L O G I T B PA R U
• Infeksi Mycobacterium tuberculosis
• Host
• Transmisi
• Pasien dengan kelainan yang melemahkan sistem kekebalan
• Orang yang memiliki kontak dekat dengan penderita TB aktif
• Orang yang hidup atau bekerja di daerah padat penduduk
• Pengguna obat-obatan terlarang dan alkohol
• Orang yang berpergian ke daerah dimana kasus TB mewabah

Referensi: Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : Interna Publishing. Hal 865
E P I D E M I O L O G I T B PA R U
• Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 terdapat 9
juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta
penduduk dunia terinfeksi kuman TB. Jumlah kasus TB paru terbanyak berada
pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah
Mediterania Timur (17%). wilayah Mediterania Timur (17%)
• Hasil Riskesdas 2013, prevalensi TB di Indonesia berdasarkan diagnosis sebesar
0,4% dari jumlah penduduk.
• menurut Global Tuberculosis Control, estimasi insiden semua tipe TB tahun 2013
yang sebesar 183 per 100.000 penduduk mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2010 yang sebesar 189 per 100.000 penduduk.
• Di Sulawesi Tenggara tahun 2014 proporsi kasus TB paru yaitu sebanyak 231 per
100.000 penduduk
• Juga dengan rentan usia: 15-50 tahun

Kemenkes RI. 2015. Pofil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PAT O M E K A N I S M E TB PA R U
Rubin E, Reisner HM,. 2007. Essentials of Rubin’s Pathology. 5th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
TA N D A & G E J A LA T B PA R U

Definisi Tanda & gejala

TB adalah suatu penyakit infeksi Demam, batuk disertai darah,


kronik yang sudah sangat lama sesak napas, nyeri dada, dan
dikenal pada manusia. malaise. Penurunan nafsu makan,
nafas melemah, rhonchi.

• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
P E M E R I K S AA N F I S I K
T B PA R U
• Keadaan Umum Pasien
• Perkusi
Konjungtiva mata atau kulit pucat,
demam, bb menurun
1. Perkusi redup karena adanya
• Inspeksi infiltrat pada apeks paru
1. Atrofi dan retraksi otot-otot
interkostal 2. Perkusi hipersonor jika kavitas paru
2. Bila TB mengenai paru: Paru yang
sakit terlihat mengecil dan menarik cukup besar
isi mediatinum lainnya
3. Bila TB mengenai pleura: Paru yang
sakit terlihat agak tertinggal dalam
pernapasan
P E M E R I K S AA N F I S I K
T B PA R U
• Auskultasi
1.Terdengar suara nafas bronkial, 4. Suara amforik jika kavitas
2.Suara nafas tambahan: ronki paru cukup besar, dan
basah, kasar dan nyaring, 5. Suara pekak jika efusi pleura
3.Jika infiltrat diikuti penebalan (TB mengenai pleura)
pleura, suara napasnya menjadi
vesikular melemah,
P E M E R I K S AA N P E N U N J A N G
T B PA R U
• Pemeriksaan Laboratrium
1. Darah
Hasil pemeriksaan: jumlah leukosit meninggi, anemia ringan dengan gambaran
normokrom dan normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium menurun (tidak
spesifik nilai pemeriksaannya)
2. Sputum
Hasil pemeriksaan: ditemukan kuman BTA (5.000 kuman dalam 1 mL sputum) bisa
diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan pleura, dll.
3. Tes Tuberkulin
Dipakai tes mantoux
First strenght: 5 T.U (Tuberculin Unit) (intermediate strength)
Second strenght: 250 T.U
Hasil pemeriksaan: Mantoux positif

Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed. VI. Jakarta: Interna Publishing
• Pemeriksaan Radiologis
1. Lesi TB umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah) dengan gambaran radiologis
bercak-bercak seperti awan dengan batas-batas tidak tegas
(infiltrat)
2. Gambaran TB milier seperti bercak halus yang tersebar di seluruh
lapangan paru
3. Garis fibrotik, kavitas maupun atelektasis
P E N ATA LA K S A N AA N T B PA R U
Tujuan: Medika (antibiotic):
1) Mencegah kematian dengan mengobati 1. isoniazid 5mg/kg (max 300mg)
tb, juga mencegah kemunculan resisten 1x/hari, oral obat ini harus
terhadap obat. dikombinasikan dengan obat lain
2) Menghentikan transmisi dengan 2. Rifampin 10mg/kg (max 600mg)
membuat pasien tidak menularkan. 1x/hari, oral untuk mencegah
penyebaran bakteri
Non-medika: 3. Pyrazinamide 25mg/kg (max 2g),
Berdiam dirumah atau tinggal di RS 2-4 oral harus dikombinasikan
minggu sampai tidak dapat menularkan
4. Ethambutol  15mg/kg, oral
mencegah pertumbuhan bakteri

Sumber: Kasper,dkk.2015.Harrison’s Principle’s of Internal Medicine 19th ed. US:McGraw-Hill US National Library of
Medicine.Pulmonary Tuberculosis
P E N C E G A H A N T B PA R U
• Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar
dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB
aktif.
• Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan
tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih
kurang, buka jendela dan gunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan
ke luar.
• Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut
kapan saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan
lupa untuk membuang masker secara teratur.
• Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan
(air sabun).
• Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan.

Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 3 jilid 2,2001:balai penerbit FKUI ,Jakarta
P R O G N O S I S T B PA R U
Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu,
keadaan immunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB sebelumnya.
Pada suatu penelitian TB di Malawi, 12 dari 199 orang meninggal, dimana
faktor risiko terjadinya kematian diduga akibat BMI yang rendah, kurangnya
respon terhadap terapi dan keterlambatan diagnosa. Kesembuhan sempurna
biasanya dijumpai pada kasus non-MDR dan nonXDR TB, ketika regimen
pengobatan selesai.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi dengan sistem DOTS
memiliki tingkat kekambuhan 0-14 %. Pada negara dengan prevalensi TB
yang rendah, kekambuhan biasanya timbul 12 bulan setelah pengobatan
selesai dan biasanya diakibatkan oleh relaps. Hal ini berbeda pada negara
dengan prevalensi TB yang tinggi, dimana kekambuhan diakibatkan oleh
reinfeksi.
• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
DD 2 : PNEUMOTHORAX
ETI O LO G I PN E U M OTH ORAX
• Akibat dari beberapa kelainan toraks dan paru, misalnya emfisema
atau iga yang patah
• Ruptur lesi paru ( emfisema, abses paru, tuberculosis, karsinoma)
• Ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi
• Paru-paru pecah, udara keluar dari paru-paru ke ruang pleura
• Pecahnya kista kecil pada permukaan paru-paru
• Emfisema
• Kelainan genetik langka (Sindrom Birt-Hogg-Dube)

Referensi: Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : Interna Publishing. Hal 1643-1644
E PI DE M I O LO G I PN E U MOTH O RAX

Pneumotoraks spontan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.


Kejadian tahunan
• pneumotoraks spontan primer 18-28 per 100.000 (laki-laki) dan 1,2-6,0
(wanita).
• Pneumotoraks spontan sekunder 6,3 per 100.000 (laki-laki) dan 2,0
(wanita).
Kematian dari pneumotoraks sangat jarang statistik inggris mengungkapkan
kematian tahunan sebesar 1,26 per 1000.000 (laki-laki) dan 0,62 (wanita)
• Juga dengan rentan usia ≥ 50 tahun

• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi. Jakarta: Interna Publishing.
PAT O M E K A N I S M E P N E U M O T H O R A X
Patofisiologi Pnemothoraks adalah yaitu udara terakumulasi dan memisahkan
pleura viseral dan pleura parietal. Tekanan negatif hilang, yang mempengaruhi daya rekoil
elastis, paru rekoil dan kolaps ke hilus. Pada Pnemothoraks terbuka udara atmosfir
mengalir langsung ke rongga pleura yang mengakibatkan kolaps paru pada area yang
terkena. Pada Pnemothoraks tertutup, udara masuk ke rongga pleura dari dalam paru,
sehingga meningkatkan tekanan pleura dan mencegah ekspansi paru. Pada tensions
Pnemothoraks udara dalam rongga pleura memiliki tekanan lebih tinggi dari udara di paru.
Udara masuk ke rongga pleura melalui ruptur pleura hanya ketika inspirasi. Tekanan udara
ini menyababkan tekanan-tekanan barometik, menyebabkan atelektasis kompresi.
Peningkatan tekanan dapat menggeser jantung dan pembuluh darah beserta menyebabkan
pergeseran mediastinum.
Penatalaksanaan
• Observasi dan pemberian tambahan oksigen
Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari hemitoraks. Laju
resorbsinya diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks per hari.laju resorbsi
tersebut akan meningkat jika diberikan tambahan oksigen.

• Aspirasi dengan Jarum dan Tube Torakostomi


Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks yang luasnya>15%.
Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara dari rongga pleura (dekompresi).Dapat
dilakukan dengan cara:
1.Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga
tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran kontra ventil.

• Torakoskopi
Adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks dengan alat bantu
torakoskop.
• Torakotomi
Tindakan pembedahan ini dilakukan jika dengan torakoskopi gagal,tindakan torakotomi
ini efektif untuk reseksi bleb atau bulla.
TA N D A & G E J A LA
PNEUMOTHORAX

Definisi Tanda & gejala

Pneumotoraks ialah kumpulan Nyeri dada, sesak napas, batuk,


udara atau gas dalam rongga pernafasan cepat, dan kelelahan.
pleura dari dada antara paru-paru Suara nafas melemah, rhonchi,
dan dinding dada. krepitasi

• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
P E M E R I K S AA N F I S I K P N E U M O T H O R A X

Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan:


1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper
ekspansi dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya
tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau
melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang
sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan
tidak menggetar
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila
tekanan intrapleura tinggi
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai
menghilang
b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta
bronkofoni negative
P E M E R I K S AA N P E N U N J A N G P N E U M O T H O R A X
1. Rontgen
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru.
Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis,
akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa


radio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini
menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru
tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.

c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,


spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan
tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau
trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah
terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang
tinggi.
• Ct scan
Dalam pneumotoraks primer dapat diidentifikasi lesi kistik

• Ultrasonography
Biasanya digunakan dalam evaluasi orang-orang yang telah berkelanjutan trauma fisik

• Endoskopi
Derajat 1 : pneumotoraks dengan gambaran paru yang mendekati normal (40%)
Derajat 2: pneumotoraks dengan perlengketan disertai hemotoraks (12%)
Derajat 3 : pneumotoraks dengan diameter bulla
Derajat 4 : pneumotoraks dengan banyan bulla yang besar
P E N ATA LA K S A N AA N P N E U M O T H O R A X

• Pengeluaran udara dengan jarum aspirasi untuk mengeluarkan udara


seluruhnya.
• Pleurodesis: menghilangkan ruang pleura ntuk mencegah efusi pleura
berulang/ pneumothorax.
• Chest tube biasa untuk trauma pneumothorax.
• Stop merokok, latihan terus-menerus fungsi pernafasan, latihan
pernafasan, latihan ekspektorasi.

Sumber: US National Library of Medicine National Institutes


of Health. 2014. Journal of Thoracic Disease: Approach of
the treatment for pneumothorax
PE N C E GAHAN PN E U M OTH O RAX
Pnemothorax yang ringan artinya hanya sebagian kecil paru-paru
yang kolaps dan tanpa gangguan pernapasan yang berat, kondisi pasien
akan dipantau secara seksama. Pemberian oksigen melalui masker akan
dilakukan jika pasien mengalami kesulitan bernapas. Selama masa
pemantauan yang berlangsung selama satu minggu hingga 10 hari ini,
dokter akan meminta pasien menjalani rontgen secara berkala hingga
bentuk paru-paru pulih.
Pasien dengan kondisi kolaps paru-paru yang lebih luas
membutuhkan penanganan untuk mengeluarkan udara yang tertimbun.
Cara ini dilakukan dengan menggunakan jarum untuk membantu
memasukkan selang ke rongga dada agar tekanan berkurang dan bentuk
paru-paru kembali seperti semula.

Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 3 jilid 2,2001:balai penerbit FKUI ,Jakarta
PROGNOSI S PNEUMOTORAKS
Prognosis pneumotoraks tergantung pada tingkat dan jenis
pneumotoraks. Sebuah pneumotoraks spontan kecil umumnya akan
hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Sebuah pneumotoraks
sekunder yang terkait dengan penyakit yang mendasarinya, bahkan
ketika kecil, jauh lebih serius dan membawa kematian 15% (kematian)
tingkat. Sebuah pneumotoraks sekunder membutuhkan perawatan
mendesak dan segera. Setelah satu pneumotoraks meningkatkan risiko
mengembangkan kondisi lagi. Tingkat kekambuhan untuk kedua
pneumotoraks primer d a n sekunder adalah sekitar 40%; kambuh paling
banyak terjadi dalam waktu 1,5 sampai dua tahun.

• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi. Jakarta: Interna Publishing.
DD 3 : PNEUMONIA
ETIOLOGI PNEUMONIA
• Infeksi melalui droplet : Streptococcus pneumoniae
• Infeksi melalui selang infus : Staphylococcus aureus
• Infeksi pada pemakaian ventilator : P.aeruginosa dan Enterobacter
• Gangguan kekebalan
• Penyakit kronik
• Polusi lingkungan
• Penggunaan antibiotik yang tidak tepat

Referensi: Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : Interna Publishing. Hal 1612-1613
EPIDEMIO LOGI PNEUMONIA
• Pada pneumonia kasus yang serius terjadi 15-20%.
• Sekitar 25% dari seluruh infeksi terjadi di ICU dan 90% terjadi pada
saat ventilasi mekanik
• Pneumonia sering dijumpai pada lansia dan penderita PPOK. Selain
itu faktor pendorong pneumonia adalah: kebiasaan merokok, pasca
infeksi virus, Diabetes melitus, kelainan atau kelemahan struktur organ
dada dan penurunan kesadaran.
• Juga dengan rentan usia > 65 tahun

• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi. Jakarta: Interna Publishing.
TA N D A & G E J A LA P N E U M O N I A

Definisi Tanda & gejala

Pneumonia adalah infeksi saluran Demam, sesak napas, ronki


napas bawah akut (ISNBA). nyaring, dan suara pernapasan
bronkial.
Takipnea, sianosis, batuk
berdahak, berkeringat

• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
P E M E R I K S AA N F I S I K
PNEUMONIA
• Pursed-lips breathing (mulut
Inspeksi setengah terkatup mencucu)

• Pemeriksaan vokal
Palpasi premitus

• Terdapat
Perkusi Ronchi
• Hipersonor

• Suara nafas bronkovesikular sampai


bronkial dapat disertai ronkhi basah
Auskultasi yang menjadi kasar pada stadium
resolusi)
P E M E R I K S AA N P E N U N J A N G
PNEUMONIA

1. Radiologi
Tanda Khas pada pneumonia adalah berselubung homogen, sillhoutte
sign(+), tampak deviasi.
2. LED meningkat: pada laki-laki normalnya 10 dan perempuan 20.
3. Leukositosis.
P E N ATA LA K S A N AA N P N E U M O N I A

Antibiotik: Non-antibiotic:

• Fluoroquinolone + B(beta)- • Kortikosteroid


lactam
• Ampicillin

Sumber: US National Library of Medicine National Institutes of Health. 2010 Community-acquired pneumonia in elderly patients
PE N C E GAHAN PN E U M O N IA
Pneumonia Komunitas
Di luar negeri dianjurkan pemberian vaksinasi influenza dan
pnuemokokus terhadap orang dengan resiko tinggi misalnya dengan
gangguan imunologis, penyakit berat, termasuk penyakit paru kronik,
hati dan ginjal.

Pneumonia Nosokomial
Pencegahan PN berkaitan erat dengan prinsip umum pencegahan infeksi
dengan cara penggunaan peralatan invasive yang tepat. Perlu dilakukan
terapi agresif terhadap penyakit pasien yang akut atau dasar.

Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 3 jilid 2,2001:balai penerbit FKUI ,Jakarta
PROGNOSIS PNEUMONIA
Pneumonia Komunitas Pneumonia Nosokomial

Kejadian PK di USA adalah 3.4- Angka mortalitas PN dapat


4juta kasus pertahun,dan 20% di antaranya mencapai 33-50%, yang bisa mencapai 7 0
perlu dirawat di RS. Secara umum angka % bila termasuk yang meninggal akibat
kematian pneumonia oleh pneumokokkus penyakit dasar yang dideritanya. Penyebab
adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat kematian biasanya adalah akibat bakteriemi
pada orang tua dengan kondisi yang buruk. terutama oleh Ps. Aeruginosa atau
Pneumonia dengan influenza di USA Acinobacter spp.
merupakan penyebab kematian n o . 6
dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian
besar pada lanjut usia yaitu sebesar 89%.
Mortalitas pasien CAP yang dirawat di ICU
adalah sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi
ini berkaitan dengan "faktor perubah" yang
ada pada pasien.

• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
TANDA DAN GEJALA TB PARU PNEUMOTHORAX PNEUMONIA
Sesak napas + + +

Demam + - +

Batuk berdahak + - +

Nyeri dada + + -

Nafsu makan menurun + - -

Berkeringat di malam hari + - +

Suara nafas vesikuler melemah + + -

Rhonkhi + + +

Fibroinfiltrat di lobus paru kiri + - +

Avaskuler di hemitoraks kanan + + -


Usia 50 tahun + + -
K E S I M P U LA N
Sesuai dengan skenario 3 , diagnosis kerja pada pasien dilihat dari tanda dan
gejala, usia pasien 50 tahun, hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan rontgen thorax
yang ada pada skenario adalah penyakit TB Paru. Pemeriksaan fisik dengan inspeksi,
perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan laboratrium
berupa darah, sputum, dan tes tuberkulin & pemeriksaan radiologis. Penatalaksanaan
yang diberikan salah satunya adalah pemberian:
• Isoniazid
• Rifampin
• Pyrazinamide
• Ethambutol
. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah pemberian vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai