Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS TB PARU

Disusun Oleh :

Asep Syarifuddin (CKR0180119)


Dinda Reza M. (CKR0180125)
Galura Yusuf K. (CKR0180131)
Maemunah (CKR0180137)
Nur Ismi A. (CKR0180143)
Siti Rohmah (CKR0180149)
Yufianeu Nur F. (CKR0180155)

Keperawatan Reg. D

Mata Kuliah : Konsep Dasar Keperawatan II


Dosen Pengampu : Ns. Ronny Suhada, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KUNINGAN
DEFINISI
DEFINISI

CONTOH
CONTOH PENYEBAB
PENYEBAB
ASKEP
ASKEP

TB
PARU

GEJALA
GEJALA DAN
DAN
PENGOBATAN
PENGOBATAN PENULARAN
PENULARAN
DEFINISI

• Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa kronik yang telah


dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis.
• TBC adalah penyakit multisistemik dengan bentuk klinis yang bermacam-macam.
TBC merupakan salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia
terkait dengan penyakit menular.
• Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis karena selain
dapat menimbulkan penyakit pada manusia, basil Mycobacterium juga dapat
menimbulkan penyakit pada berbagai macam hewan misalnya sapi, anjing, babi,
unggas, biri-biri dan hewan primata, bahkan juga ikan (Soedarto, 2007).
PENYEBAB
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
ini terbilang bandel karena tak sekedar bersarang di paru-paru, namun juga di organ-
organ lain selain paru-paru, mulai dari selaput otak hingga tulang.
Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo
Actinomycetales. Mycobacterium tuberculosis merupakan sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/µm dan tebal 0,3-0,6/µm. Mycobacterium
tuberculosis adalah suatu basil Gram-positif tahan asam dengan pertumbuhan sangat
lamban.

Mycrobacterium
tuberculosis
GEJALA

Berikut adalah 10 gejala umum pada penderita TB paru:


1) Batuk. Jenis batuk yang dialami biasanya batuk berdahak dan berlangsung selama lebih dari
21 hari.
2) Hemoptisis (batuk darah). Pada tahap selanjutnya, batuk bisa menghasilkan dahak berwarna
abu-abu atau kuning yang bisa bercampur dengan darah.
3) Tidak napsu makan
4) Berat badan turun
5) Mudah lelah
6) Demam
7) Berkeringat di malam hari
8) Panas dingin
9) Nyeri dada, yang bisa menyebabkan sesak napas
10) Warna urin berubah warna menjadi kemerahan atau keruh.
CARA PENULARAN

Penyakit TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas
dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (droplet infection) yang
mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita TBC terbuka. Atau juga karena
adanya kontak antara tetes ludah/dahak tersebut dan luka di kulit.
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernapasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TBC.
PENGOBATAN

Dokter biasanya mengobati penyakit TBC dengan menggunakan kombinasi 4 obat,


seperti isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (P), dan ethambutol (E).
Kombinasi obat-obat TBC ini dianggap sebagai pengobatan lini pertama yang
berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Hal ini sangat penting untuk mematuhi
pemakaian dengan meminum obat-obat ini secara teratur tanpa putus seperti yang telah
ditentukan oleh dokter. Hal ini sangat penting untuk mencegah agar bakteri tidak
resisten atau kebal terhadap obat tersebut.

Adapun jenis-jenis obat TBC yang umum diberikan oleh dokter, yaitu :
1) Isoniazid (INH)
2) Rifampicin
3) Pirazinamid
4) Ethambutol
5) streptomicin
Referensi obat-obatan lain (obat tradisional)
Obat tradisional untuk TBC harus memperhatikan beberapa hal yaitu obat
tersebut harus mengandung antioksidan yang menangkal radikal bebas dan antibakteri
agar bakteri penyebab TBC dapat dilumpuhkan. Berikut ini beberapa tanaman obat
untuk mengobati TBC :

Lempuyang wangi Buah kelapa hijau


Daun sirih merah Sambiloto Bawang putih

Bunga sepatu Daun sisik naga Bambu tali Bidara upas singawalang
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan. Dalam pengumpulan data ada
urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
• Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
• .Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini.
• Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan
dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
• Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga
diteruskan penularannya.
• Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang
ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis
paru yang lain.
• Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
 Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.
 Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi : Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.
 Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan.
 Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
 Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
 Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
 Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456
 Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia.
• Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar
getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus atas
paru – paru atau pada segmen superior lobus bawah.
2) Pemeriksaan laboratorium
• Darah
Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putih yang meningkatkan serta laju endap darah meningkat
terjadi pada proses aktif.
• Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita tuberkulosis
paru yang biasanya diambil pada pagi hari.
• Test Tuberkulosis
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau belum. Tes
menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein
Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26, dengan cara
mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5
tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 –
9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 – 72 jam
tuberkulosis disuntikkan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :
1) Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya
batuk.
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keletihan, anorerksia
atau dispnea.
3) Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
resiko potongan.
4) Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan dirumah.
5) Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kelemahan dan
upaya untuk batuk.
6) Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan efektif
proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler.
7) Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan nyeri dada.
3. INTERVENSI
 Pola napas efektif
- Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap perubahan.
- Kaji kualitas sputum : warna, bau, konsistensi.
- Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam.
- Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi.
- Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam.
- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat – obatan.
 Peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi
- Catat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual / muntah atau diare.
- Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak.
- Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodic.
- Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
- Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.
 Penurunan potensi untuk menularkan penyakit
- Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.
- Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang
tepat.
- Kaji tindakan, kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.
- Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis.
- Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
- Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.
 Klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya
- Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan lingkungan, media yang terbaik bagi klien.
- Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas.
- Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama,kaji potensial interaksi
dengan obat lain.
- Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.
- Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata.
- Berikan intruksi dan informasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat.

 Peningkatan bersihan jalan napas.


- Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot aksesori
- Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
- Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas dalam.
- Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
- Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.
- Lembabkan udara respirasi.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid.
 Pertukaran gas berlangsung normal
- Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada,
- Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa.
- Tujukkan / dorong untuk bernapas bibir selama ekshalasi.
- Batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
- Awasi segi GDA / nadi oksimetri.
- Berikan oksigen tambahan yang sesuai.

 Kebutuhan tidur terpenuhi


- Kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit.
- Observasi efek obat – obatan yang dapat di derita klien.
- Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita.
- Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
- Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaboras. Pelaksanaan
keperawatan/Implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
dan perencanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan
keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu tindakan mandiri, tindakan observasi,
tindakan health education, dan tindakan kolaborasi. Pada tahap implementasi terdiri dari
berbagai kegiatan yaitu :
• Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi.
• Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat.
• Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
• Dokumentasi intervensi dan respon klien.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses pemberian asuhan keperawatan. Semua
tahap proses keperawatan harus di evaluasi dengan melibatkan klien, perawatan dan
anggota tim kesehatan lainnya, dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam
perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang jika
tindakan belum berhasil.
Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak
dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :
• Tujuan tercapai
• Tujuan tercapai sebagian
• Tujuan tidak tercapai

Anda mungkin juga menyukai