Anda di halaman 1dari 6

Pengertian TBC Usus

Thursday, February 19th 2015. | TBC

Pengertian TBC Usus » Pernah mendengar istilah penyakit TBC Usus?, orang sering
mengatikannya denga penyakit TBC yang banyak diidap pada mereka TBC paru-paru yang
menyerang paru-paru. memang TBC pada organ utama pernapasan itu erat sekali kaitannya
denga penyakit TBC usus. Malahan kuman-kuman dari TBC paru disinyalir sebagai penyabab
utama munculnya penyakit TBC usus tersebut.

Gejala TBC Usus

Gejala penyakit tbc usus hampir mirip dengan penyakit tuberkulosa di paru yakni adalah:

 Demam
 Nafsu makan menurun
 Berat badan menurun
 Nyeri perut
 Adanya benjolan di dalam perut
 Susah buang air besar
 Radang usus buntu

Penyakit TBC Usus adalah salah-satu jenis penyakit yang menahun yang berarti sudah ada
dan terjadi denga perlahan sampai berat. Selain itu juga, jika TBC paru biasanya akan
menyebabkan penderita menjadi susah bernapas karena organ pernapasan yang mengalami
serangan bakteri dan juga kuman pada TBC Usus makan kuman ini juga akan menyerang
usus. Selain itu, selain organ usus yang diserang penyakit TBC adalah seperti otak, ginjal, dan
juga saluran perncernaan, tulang, kelenjar getah bening dan juga yang lainnya.

http://obattbcparu.web.id/pengertian-tbc-usus/
j. Tuberkulosis usus
Pasien tuberculosis paru menelan sputumnya. Kuman TB dalam sputum akan
menginfeksi dinding usus dan menimbulkan ulserasi. Infeksi dapat menyebar ked ala
rongga abdomen dan menyebabkan asites. Gejalanya adalah berat badan menurun,
nafsu makan berkurang, nyeri perut, adanya masa dalam abdomen, batuk.
Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai
untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui system limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lainya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainya (lobus
atas).
System imun berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal
biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan. (Smeltzer, Suzanne C, et
al.2001)
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
. Croflon, John, et al. (2002) mengajukan beberapa jenis pemeriksaan untuk
menegakkan diagnose tuberculosis paru pada orang dewasa yaitu Pemerisaan dahak
pada sediaan langsung :
a. Pemeriksaan dilakukan dengan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN) atau dipusat-pusat
kesehatan yang lebih lengkap dengan menggunakan sinar ultraviolet.
b. Biakan dahak dapat meningkatkan jumlah yang positif, tetapi mungkin memerlukan 4-8
minggu sebelum anda mendapat hasilnya.
c. Tes resintesi obat hanya dapat dilakukan di laboratium khusus
d. Seka laring dilakukan pada pasien-pasien yang tidak mempunyai dahak
e. Cairan lambung (sering diambil pada “lavemen” atau “cuci lambung”)
f. Bronskopi, mengumpulkan bahan dari bronkus melalui specimen yang di ambil dengan
bronskokop.
g. Cairan pleura
2.10 Komplikasi
Beberapa penyulit lanjut tuberculosis paru seperti halnya disebutkan danusantoso,
Halim (2000) adalah sebagai berikut :
a. Batuk Darah
Karena pada dasarnya proses TB adalah proses nekrosis, kalau diantara jaringan
yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh darah, besar kemungkinan penderita
akan mengalami batuk darah, yang dapat bervariasi dari jarang sekali sampai
sering atau hampir tiap hari.
b. TB larings
Basil tersangkut di laring dan menimbulkan proses TB di tempat tersebut
c. Pleuritis eksudatif
Bila terdapat proses TB di bagian paru yang dekat sekali dengan pleura, pleura
akan ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat.
d. Pneumotoraks
Bisa saja terjadi bahwa proses TB di bagian paru yang dekat sekali dengan pleura,
pleura ikut mengalami nekrosis dan bocor, sehingga terjadi pneumotoraks.
e. Hidropnemonotoraks, Empiema?piotoraks, dan piopnemotoraks
Kalau pleuritis eksudatif dan pneumotoraks terjadi bersama-sama maka disebut
hidropneumotoraks, dan bila cairanya mengalami infeks sekunder, terjadilah
piopnemotoraks
f. Abses paru
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrosis itu langsung, sehingga
akan terjadi abses paru.
g. Cor pulmonale
Destruksi parah meluas dan proses fibrotic di paru meluas, resistensi perifer dalam
paru akan meningkat. Resistensi ini akan menjadi beban bagi jantung kanan,
sehingga akan terjadi hipertrofi.

2.11 Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agens
antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan
digunakan: isoniazid (INH), rifampycin (RIF), sreptomicyn (SM), etambutol (EMB) dan
pirazinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, etionamid, nantrium para-aminosalisilat,
amikasin dan siklisin merupakan obat-obat garis kedua. (Smeltzer, Suzanne C, et al.
2005).
Tabel 2.1 Dosis Obat yang dipakai di Indonesia (Amin, Zikifli, et al 2006)
Nama Obat Dosis harian Dosis berkala 3 x seminggu
BB< 50 kg BB>50 kg

Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg


Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid 1000 mg 2000 mg 2-3 mg
Stertomisin 750 mg 1000 mg 1000 mg
Etambunatol 750 mg 1000 mg 1-1,5 mg
Etionamid 500 mg 750 mg

Evaluasi Pengobatan :
a. Klinis
Biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara
klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan-keluhan pasien seperti batuk-batuk
berkurang, batuk darah hilang, nafsu makan bertanbah, berat badan meningkat dll.
b. Bakteriologi
Setelah 2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai menjadi negative. Pemeriksaan
control sputum BTA dilakukan sekali dalam sebulan.
http://syuhadapoenya.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-tb.htmlOleh SAMSURIDJAL
DJAUZI

Saya lelaki (32) menderita penyakit tuberkulosis pada usus (peritonitis). Mula-mula saya
merasa nyeri di perut. Demam hilang timbul, nafsu makan pun menurun tajam sehingga
berat badan juga ikut turun. Saya hanya mengira keadaan ini disebabkan oleh penyakit
mag. Namun, setelah beberapa kali berkonsultasi dengan dokter keluarga akhirnya saya
dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan
cairan pada rongga perut saya (asites). Dari data yang ada, dokter menyimpulkan bahwa
saya menderita peritonitis tuberkulosa yaitu tuberkulosis pada dinding perut
(peritoneum).
Setahu saya tuberkulosis menyerang paru-paru. Namun pada pemeriksaan rontgen dada,
paru-paru saya bersih. Bagaimana sampai terjadi tuberkulosis usus? Apakah kuman
tuberkulosisnya beredar melalui darah? Menurut informasi yang saya peroleh, saat ini
pengobatan tuberkulosis paru hasilnya baik. Jika patuh minum obat selama enam bulan
maka sebagian besar pasien akan sembuh. Bagaimana dengan penyembuhan
tuberkulosis usus? Apakah biasanya hasil pengobatan juga baik? Adakah komplikasi
peritonitis tuberkulosa ini? Apakah penyakit tuberkulosis usus ini juga mudah menular
seperti pada tuberkulosis paru ? Terima kasih atas penjelasan dokter.

(M di J)

Jawaban

Penyakit tuberkulosis dapat terjadi baik di paru maupun di luar paru. Tuberkulosis di luar
paru dapat terjadi di tulang, selaput otak, di usus atau selaput usus yang disebut
peritoneum. Walaupun jarang, tuberkulosis bahkan juga dapat terjadi di kulit.

Tuberkulosis pada umumnya disebabkan oleh kuman Mycobacterim tuberculosis.


Penderita paru yang tak diobati dapat mengeluarkan butiran ludah (droplet) yang
mengandung kuman tuberkulosis. Butiran tersebut dapat terhirup orang lain dan masuk
ke dalam paru-paru. Kuman akan bersarang di sana dan kemudian juga dapat menyebar
melalui kelenjar bening dan darah. Penyebaran melalui darah memungkinkan terjadinya
tuberkulosis di luar paru seperti peritonitis tuberkulosa (radang selaput usus karena
tuberkulosis), seperti yang Anda alami.

Gejala, pengobatan

Gejala umum peritonitis ini hampir sama pada penyakit tuberkulosa di paru yaitu
demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun. Selain itu, juga akan terdapat gejala
khusus yang berkaitan dengan gangguan fungsi usus seperti nyeri perut, ada benjolan di
perut atau gangguan buang air besar. Pada keadaan akut dapat terjadi peritonitis
tuberkulosa yang disangka appendicitis (radang usus buntu). Pada operasi akan didapati
usus buntu namun terdapat bercak putih pada selaput dinding perut yang menyerupai
keju.

Diagnosis peritonitis tuberkulosa lebih sulit ditegakkan daripada tuberkulosis paru. Di


samping pemeriksaan klinis diperlukan juga pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
ultrasonografi, CT Scan abdomen, bahkan mungkin pemeriksaan laparaskopi. Oleh karena
itu, memang biasanya diagnosis agak lambat. Untunglah, terapi peritonitis tuberkulosa
pada prinsipnya sama dengan tuberkulosis paru.

Hasil pengobatan juga baik namun diperlukan kepatuhan minum obat. Setelah dua
minggu minum obat biasanya gejala mulai berkurang, nafsu makan membaik, dan
kemudian pasien merasa sehat. Berat badan juga akan meningkat. Meski sudah merasa
sehat namun jangan sampai obat tuberkulosis dihentikan. Berkonsultasilah dengan
dokter dan pahami obat-obat yang digunakan serta berapa lama obat tersebut perlu
digunakan.

Obat tuberkulosis dewasa ini umumnya jarang menimbulkan efek samping. Jika terjadi
efek samping biasanya ringan. Karena itu jangan sampai menghentikan obat sendiri jika
terjadi efek samping. Segeralah berkonsultasi dengan dokter agar dapat dicarikan obat
pengganti atau obat yang sama akan tetap diberikan namun dalam dosis bertahap.

Penularan

Penularan tuberkulosis biasanya melalui butiran ludah seperti dikemukan sebelumnya.


Pada umumnya seseorang yang mengalami peritonitis tuberkulosa, setelah kuman
tuberkulosa di udara terhirup masuk ke paru, kemudian kuman tersebut akan menyebar
ke luar paru. Namun ada beberapa faktor yang memudahkan penularan kuman
tuberkulosis yaitu lingkungan udara yang pengap, adanya sumber penularan berupa
penderita tuberkulosis paru yang tidak diobati, atau diobati namun tidak tuntas, serta
orang sekitar yang kekebalan tubuhnya rendah misalnya karena kurang gizi. Karena itu
tuberkulosis lebih banyak dijumpai di permukiman padat, kumuh dengan penduduk yang
kekebalan tubuhnya rendah.

Perbaikan lingkungan serta keadaan kesehatan penduduk yang baik akan mampu
mengurangi penularan tuberkulosis. Salah satu usaha terpenting adalah menemukan
penderita tuberkulosis paru dan mengobatinya sehingga tidak lagi menjadi sumber
penularan. Selain itu, keadaan lain yang juga perlu diperhatikan adalah gejala batuk. Jika
batuk lebih dari dua minggu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan
evaluasi, apakah batuk tersebut memang disebabkan oleh tuberkulosis paru. Peritonitis
tuberkulosa jika tidak diobati, dapat menimbulkan komplikasi serius, misalnya
perlengketan usus yang dapat menyebabkan usus menjadi tersumbat.

Jadi, untuk menjaga agar keluarga Anda tidak tertular tuberkulosis adalah dengan
menjaga kesehatan pada umumnya, seperti: gizi yang baik, istirahat yang cukup, serta
lingkungan sekitar dengan udara yang bersih. Imunisasi untuk mencegah penularan
tuberkulosis diberikan pada semua anak dalam bentuk program imunisasi nasional
melalui penyuntikan BCG.

Anda mungkin juga menyukai