Anda di halaman 1dari 12

Askep TB Paru Aplikasi Nanda NIC NOC

 Ana Nurkhasanah  Sunday, October 18, 2015  Askep KMB

Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan


olehMycobacterium tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansyoer, 1999,
hal 472).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.


Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian
lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne & Smelzher, 2001, hal 584).

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakterimycobakterium tuberkulosis,


yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke orang, dan
mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus (Elizabeth, 2000, hal. 414).

Etiologi

Tuberkulosis paru disebabkan oleh basil tuberkulosis (Mycobacterium tuberkulosis


humanis). Bakteriologinya adalah :  

Mycobacterium tuberculosis familie Nycobakterium yang


mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycobakterium yang salah satu
spesiesnya adalah M. Tuberculosis.
M. Tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis.
Basil Tuberkulosis mempunayi dinding sel lipid sehingga tahan asam (Halim, 1998, hal
97).

Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai
untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area paru-paru lainnya.
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan
banyak bakteri: limfosit spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan
normal.

Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan


bronkopneomoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu stelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif.

Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa
ini disebut tuberkel Ghon. Bahan menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi
dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif (Suzanne & Smeltzer, 2001, hal. 2428).

Manifestasi klinis

Gejala utama tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.

Pasien tuberkulosis paru menampakkan gejala klinis, yaitu :


 Tahap asimtomatis.
 Gejala tuberkulosis paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi.
 Eksaserbasi yang memburuk.
 Gejala berulang dan menjadi kronik.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :


 Tanda-tanda infiltrate (redup, bronkial, ronki basah dan lain-lain)
 Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
 Sekret di seluruh saluran nafas dan ronki.
 Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan
bronkus (Mansyor, 1999, hal.473).

Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu:
 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan
napas.
 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan sputum (S-P-S)

Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan tersebut


akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini
mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas).

Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang
tidak batuk atau batuk yang non produktif, dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak +2 liter dan diajarkan
melakukan refleks batuk.

Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau


dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum
dapat diperoieh dengan cara bronkoskopi diambil dengan brushing atau bronchial
washing atau BAL (bronchn alveolar lavage).

BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering
dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang
akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman BTA
pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat
proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA
mudah ke luar.

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman


BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum.
Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) di bawah mikroskop memerlukan kurang
lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk mendapatkan kuman (+) pada biakan
yang merupakan diagnosis pasti, dibutuhkan sekitar 50-100 kuman/ml sputum. Hasil
kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6-8 minggu dengan angka sensitiviti 18-
30%.

Rekomendasi WHO skala IUATLD:


 Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan :negative
 Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
 Ditemukan 10-99 BTA : 1+
 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
 Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+

Pemeriksaan tuberculin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk


menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan
dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji
tuberkulin adalah lebih dari 90%.

Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun
51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil
uji tuberkulin semakin kurang spesifik.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang


cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½
bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
daripembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan
kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada
gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada
di sekitar hilus.

Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya
bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang
kurang jelas ini sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang
akan tampak lebih jelas dengan pemberian kontras.

Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan


dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat
antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons dari klien.

Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini adalah
observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling
menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya dianggap
berasal dari tingkat eksudatif yang besar.

Pemeriksaan CT  Scan

Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil


yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal,
kalsifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler,
bronkhiektasis, dan emifesema perisikatriksial.

Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif tidak


dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal, namun
selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan secara serial
setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen
thoraks biasa.

Radiologis TB Paru Milier

TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru milier
subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti
oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit
akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil
pemeriksaan rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.

Nodul-nodul dapat terlihat pada rontgen akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim
sehingga cukup terlihat sebagai nodul-nodul kecil. Pada beberapa klien, didapat bentuk
berupa granul-granul halus atau nodul-nodul yang sangat kecil yang menyebar secara
difus di kedua lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-
nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-masing berupa garis-garis tajam.

Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui
isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan
yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai
media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan
tehadap binatang percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen Mycobacterium.

Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif
adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya
disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.

Penatalaksanaan

Obat anti tuberkulosis (OAT)

OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain:
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
strelisasi.
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.

Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2 fase:


Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah denga cepat.
Fase lanjutan, melalui kegiatan strelisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konversional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z),

Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)


Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatau strategi
yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan
menyembuhkan pasien tuberkulosis. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu:
Dukungan politik para pimpinan wilayah disetiap jenjang sehingga program ini menjadi
salah satu prioritas dan pendanaanpun akan tersedia.

Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa tuberkulosis melalui


pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.

Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai baik oleh pasien
maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya
sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharakan sembuh
pada akhir masa pengobatan.

Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem
surveilans penyakit ini sehingga pemamtauan pasien dapat berjalan.

Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka
waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk
terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini (Mansyor, 1999, hal 474).

Data Fokus Pengkajian Keperawatan menggunakan  13 domain nanda


Promosi kesehatan

Kesadaran perhadap kesehatan atau mengurus kesehatan


Subjektif: Objektif:
Klien biasanya tidak tahu tentang Tampak sakit sedang hinga
penyakitnya berat

Nutrisi

Konsumsi/digesti/absormsi/metabolisme/hidrasi
Subjektif: Objektif:
BB biasanya mengalamu BB turun
perubahan atau turun dari waktu
ke waktu

Nafsu makan biasanya menurun

Eliminasi

Sistem urinarius
Subjektif: Objektif:
- -

Sistem gastrointestinal
Subjektif: Objektif:

Sistem integumen
Subjektif: Objektif:

Aktivitas dan istirahat

Tidur dan istirahat


Subjektif: Objektif:
Tidur biasanya terganggu -
Aktivitas
Subjektif: Objektif:
Cepat lelah -

Kasdiovaskular
Subjektif: Objektif:
TD biasanya dapat naik atau TD tampak mengalami
normal perubahan
Takikardi

Respirasi
Subjektif: Objektif:
Batuk berdahak hingga Tampak napas pendek
berdarah
Napas pendek hingga sesak
Persepsi atau kognisi

Perhatian dan orientasi


Subjektif: Objektif:
- -

Persepsi/sensasi
Subjektif: Objektif:
- -

Komunikasi
Subjektif: Objektif:
- -

Persepsi diri

Konsep dan gambaran diri


Subjektif: Objektif:
Klien merasa malu dengan -
penyakitnya

Peranan hubungan

Peran dalam keluarga


Subjektif: Objektif:
- -

Seksualitas

Subjektif: Objektif:
- -

Koping/toleransi stress

Subjektif: Objektif:
Klien biasanya merasa malu Tampak menutup diri
dengan kondisinya
Prinsip hidup

Nilai dan kepercayaan


Subjektif: Objektif:
- -

Keamanan/perlindungan

Subjektif: Objektif:
Klien biasanya mengalami Suhu tubuh dapat meningkat
demam

Kenyamanan

Subjektif: Objektif:
Biasanya dapat mengalami nyeri Tampak berhati-hati saat batuk
dada karena intensitas batuk
meningkat

Pertumbuhan/perkembangan

Subjektif: Objektif:

DATA PENUNJANG
Laboratorium : Pemeriksaan BTA I Sampai III biasanya positif
Rontegen toraks didapatkan hasil paru-paru yang tampak putih atau kotor

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret
darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental,
edema bronchial.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang didapat
tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif

Intervensi Keperawatan NIC


Untuk melihat bagaimana intervensi keperawatan diagnosa keperawatan diatas
silahkan klik diagnosa dibawah ini.
1. Bersihan jalan napas tidak efektifberhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batukburuk, edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungandengan berkurangnya keefektifan permukaan
paru, atelektasis, kerusakan membranalveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi,pengobatan, pencegahan berhubungan dengan tidak
ada yang menerangkan,interpretasi yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak
akurat,terbatasnya pengetahuan/kognitif

Sumber:
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin Ilmu Keperawatan.
Anonymous.(2010). Tuberkulosis.Retrieved: Kamis, 11 Maret 2010,
fromhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Kamis, 11 Maret 2010,
from http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm
Doengoes,  Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Media Aescullapius.
Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi:  Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar  Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai