Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai
untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area paru-paru lainnya.
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan
banyak bakteri: limfosit spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan
normal.
Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa
ini disebut tuberkel Ghon. Bahan menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi
dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif (Suzanne & Smeltzer, 2001, hal. 2428).
Manifestasi klinis
Gejala utama tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu:
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan
napas.
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
Pemeriksaan penunjang
Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang
tidak batuk atau batuk yang non produktif, dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak +2 liter dan diajarkan
melakukan refleks batuk.
BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering
dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang
akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman BTA
pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat
proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA
mudah ke luar.
Pemeriksaan tuberculin
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun
51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil
uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan
kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada
gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada
di sekitar hilus.
Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya
bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang
kurang jelas ini sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang
akan tampak lebih jelas dengan pemberian kontras.
Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini adalah
observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling
menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya dianggap
berasal dari tingkat eksudatif yang besar.
TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru milier
subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti
oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit
akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil
pemeriksaan rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.
Nodul-nodul dapat terlihat pada rontgen akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim
sehingga cukup terlihat sebagai nodul-nodul kecil. Pada beberapa klien, didapat bentuk
berupa granul-granul halus atau nodul-nodul yang sangat kecil yang menyebar secara
difus di kedua lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-
nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-masing berupa garis-garis tajam.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui
isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan
yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai
media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan
tehadap binatang percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif
adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya
disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.
Penatalaksanaan
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain:
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
strelisasi.
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai baik oleh pasien
maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya
sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharakan sembuh
pada akhir masa pengobatan.
Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem
surveilans penyakit ini sehingga pemamtauan pasien dapat berjalan.
Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka
waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk
terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini (Mansyor, 1999, hal 474).
Nutrisi
Konsumsi/digesti/absormsi/metabolisme/hidrasi
Subjektif: Objektif:
BB biasanya mengalamu BB turun
perubahan atau turun dari waktu
ke waktu
Eliminasi
Sistem urinarius
Subjektif: Objektif:
- -
Sistem gastrointestinal
Subjektif: Objektif:
Sistem integumen
Subjektif: Objektif:
Kasdiovaskular
Subjektif: Objektif:
TD biasanya dapat naik atau TD tampak mengalami
normal perubahan
Takikardi
Respirasi
Subjektif: Objektif:
Batuk berdahak hingga Tampak napas pendek
berdarah
Napas pendek hingga sesak
Persepsi atau kognisi
Persepsi/sensasi
Subjektif: Objektif:
- -
Komunikasi
Subjektif: Objektif:
- -
Persepsi diri
Peranan hubungan
Seksualitas
Subjektif: Objektif:
- -
Koping/toleransi stress
Subjektif: Objektif:
Klien biasanya merasa malu Tampak menutup diri
dengan kondisinya
Prinsip hidup
Keamanan/perlindungan
Subjektif: Objektif:
Klien biasanya mengalami Suhu tubuh dapat meningkat
demam
Kenyamanan
Subjektif: Objektif:
Biasanya dapat mengalami nyeri Tampak berhati-hati saat batuk
dada karena intensitas batuk
meningkat
Pertumbuhan/perkembangan
Subjektif: Objektif:
DATA PENUNJANG
Laboratorium : Pemeriksaan BTA I Sampai III biasanya positif
Rontegen toraks didapatkan hasil paru-paru yang tampak putih atau kotor
Sumber:
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin Ilmu Keperawatan.
Anonymous.(2010). Tuberkulosis.Retrieved: Kamis, 11 Maret 2010,
fromhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Kamis, 11 Maret 2010,
from http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Media Aescullapius.
Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC