Anda di halaman 1dari 10

1.

Anatomi colli
Regio colli dibagi menjadi 2 bagian yaitu trigonum anterior dan trigonum posterior yang
dipisahkan oleh M. sternocleidomastoideus
Anterior
Trigonum Digastric
Trigonum Submental
Trigonum Muscular
Trigonum Carotid
Posterior
Trigonum Occipital
Trigonum Supraclavicular

- Vaskularisasi
Arteri carotis communis dan Vena jugularis interna & externa
- Innervasi
N. cranialis N. VII, N. IX, N. X, N. XI, N. XII
Plexus cervicalis:
o N. cervicalis transversus (cabang dari ramus anterior n. spinalis C2 dan C3)
o Ansa cervicalis cabang n. spinalis C1-C3 bergabung dengan N. XII setelah keluar dari
cranium
Saraf simpatis C2-C8.

- Aliran limfe
Nodus lymphaticus cervicalis superficialis sebagian bermuara ke v. jugularis externa, sebagian
ke nl. cervicalis profunda
Nodus lymphaticus cervicalis profunda bermuara ke truncus jugularis ductus lymphaticus
(kanan) dan ductus thoracicus (kiri)
Aliran limfe dari nodus lymphaticus cervicalis superficialis dan profunda akan bermuara ke vena
subclavia sinistra dan dextra.
Differential diagnosis

1. Tuberkulosis Kelejar
a. Definisi
Tb Kelejar Getah Bening merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pembesaran kelenjar
getah bening leher hanya di satu sisi, tidak terasa sakit tetapi berpotensi membesar dan menjadi
banyak. Pada umumnya merupakan metastase secara limfogen dari TB paru.

b. Epidemiologi

Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 450.000 penderita TB menular setiap tahunnya (atau
suatu prevalensi sebesar 300/100.000) dengan angka insidens 225.000 kasus pertahunnya. Survei
prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa
prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi
TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
c. Patomekanisme timbulnya benjolan pada leher (Pembesaran kelenjar getah bening leher)

Ketika M. tuberculosis mencapai paru-paru, kuman tersebut di makan oleh makrofag di dalam
alveolus dan sebagian dari kuman akan mati atau tetap hidup dan bermultiplikasi. Waktu yang diperlukan
sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa
inkubasi. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4 8 minggu. Pada masa inkubasi
tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103 104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang
respon imunitas seluler.

Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang-biak, akhirnya akan menyebabkan makrofag
mengalami lisis, dan kuman TB membentuk koloni di tempat tersebut. Koloni kuman di jaringan paru ini
disebut fokus primer Ghon. Pada stadium ini belum ada gejala klinis yang muncul.

Kemudian kuman TB menyebar melalui saluran kelenjar getah bening terdekat menuju ke
kelenjar getah bening regional secara limfogen. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya limfangitis dan
limfadenitis. Sehingga terbentuklah kompleks primer yang terdiri dari fokus primer Ghon, limfangitis,
dan limfadenitis. Pada saat terbentuk kompleks primer ini ditandai oleh hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein, sehingga timbul respon positif terhadap uji tuberkulin.

Di daerah ini reaksi jaringan parenkim paru dan kelenjar getah bening sekitar akan menjadi
semakin hebat dalam waktu kira-kira 2 12 minggu, selama kuman-kuman tersebut tumbuh semakin
banyak dan hipersensitivitas jaringan terbentuk. Setelah kekebalan tubuh terbentuk, fokus primer akan
sembuh dalam bentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi.

Kelenjar getah bening regional juga mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tapi tidak akan sembuh
sempurna. Kuman TB dapat hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.

Pada anak 70% lesi dalam paru terdapat di subpleura, walaupun juga bisa terdapat di seluruh
lapang kedua paru. Pembesaran kelenjar getah bening regional lebih banyak terjadi pada anak dibanding
orang dewasa. Dan pada anak, biasanya penyembuhan lebih banyak ke arah kalsifikasi, sedangkan pada
orang dewasa ke arah fibrosis.

Penyebaran kuman TB dapat terjadi secara limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen,
kuman melalui kelenjar getah bening membentuk kompleks primer. Pada penyebaran hematogen, kuman
TB masuk ke aliran sirkulasi darah dan menyebar keseluruh tubuh dan terjadi manifestasi extrapulmonal,
seperti otak, ginjal, tulang, dan lain-lain.

Proses infeksi TB tidak lansung memberikan gejala. Uji tuberculin biasanya positif dalam 4-8
minggu setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada awal terjadinya infeksi TB, dapat dijumpai demam
yang tidak tinggi dan eritema nodosum, tetapi kelainan kulit ini berlansung singkat sehingga jarang
terdeteksi. sakit TB primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini.

d. Gejala klinis

Gejala sistemik/umum:

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Gejala ini sering
ditemukan. Batuk terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang keluar produk produk radang. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu minggu atau berbulan bulan sejak awal

peradangan 2. Sifat batuk dimulai dari batuk kering ( non-produktif ) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ). Keadaan yang lanjut adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah

pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus 2.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Nafsu makan berkurang.
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik setelah
penanganan gizi adekuat.
Diare kronik yang tidak ada perbaikan setelah ditangani.

Gejala khusus:

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.

e. Pemeriksaan penunjang

Uji tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam "Screening
TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Radiologis

Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer terjadi di paru-paru
maka secara rutin foto thorax harus dilakukan. Komplek primer lebih banyak ditemukan pada foto torax
paru bayi dan anak kecil daripada dewasa. Gambaran rontgen paru pada TB tidak khas. Kelainan
radiologis tersebut dapat juga dijumpai pada penyakit lain. Sebaliknya foto rontgen paru yang normal
(tidak terdeteksi) tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang lain
mendukung. Akan tetapi, pemeriksaan rontgen paru saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis
tuberkulosis.

Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai berikut :

pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan / tanpa infiltrate


konsolidasi segmental / lobar
milier
klasifikasi
atelektasis
kavitas
efusi pleura

Foto rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral. Jika dijumpai tidak ketidaksesuaian antara
gambaran klinis ( ringan ) dengan gambaran radiologis ( berat ) , harus dicurigai TB. Pada keadaan foto
rontgen paru tidak jelas, bila perlu dilakukan pemeriksaan pencintraan lain seperti CT- scan toraks.

Patologi Anatomik

Pemeriksaan patologi anatomik dapat menunjukkan gambaran Granuloma yang ukurannya kecil,
terbentuk dari agregasi sel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Granuloma tersebut mempunyai
karakteristik perkijuan atau area nekrosis kaseosa di tengah granuloma. Gambaran khas lainnya adalah
ditemukannya multinucleated giant cell (sel datia Langerhans). Diagnostik histopatologik dapat
ditegakkan dengan menemukan perkijuan (kaseosa), selepiteloid, limfosit, dan sel datia Langerhans.

Bakteriologis

Dengan ditemukannya kuman Mycobacterium tuberculosis dari kultur merupakan diagnostik TBC yang
positif. Pemeriksaan mikrobiologis yang dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu pemeriksaan mikroskopis
hapusan langsung untuk menemukan basil tahan asam (BTA) dan pemeriksaan biakan kuman M.
Tuberculosis.

f. Penatalaksanaan

Isoniazid (INH)

INH adalah obat antituberkulosis yang sangat efektif saat ini, bersifat bakterisid dan sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang dan bersifat
bakteriostatik terhadap kuman yang diam. Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman. INH cukup
murah dan sangat efektif untuk mencegah multiplikasi basil tuberkulosis. Terdapat dalam sediaan oral dan
intramuskuler (i.m). Dalam sediaan oral, kadar obat dalam plasma, sputum dan cairan seresrospinal dapat
dicapai dalam beberapa jam saja dan bertahan minimal 6 8 jam. INH diberikan secara oral, dosis harian
yang biasa diberikan (5 15 mg/kgbb/hari), maksimal 300 mg/hari, diberikan satu kali pemberian.

Efek toksik:

Neuritis perifer, ini terjadi karena inhibisi kompetitif pada piridoksin. Pada orang-orang
malnutrisi dan orang-orang dengan diit tidak adekuat perlu diberikan supplemen piridoksin.
Dosis supplemen piridoksin adalah 25 50 mg/hari atau 10 mg piridoksin setiap 100 mg
INH.
Hepatotoksik, jarang terjadi pada anak-anak. Sebaiknya kita memantau kadar transaminase
dari hepar (SGOT & SGPT).
Intoleransi traktus digestivus; ini akan menimbulkan rasa mual dan ingin muntah.

Rifampisin
Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ektrasel, dapat memasuki semua jaringan, dapat
membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh INH. Obat ini diserap tubuh saat
lambung kosong. Ekskresi yang utama lewat traktus biliaris. Pada kebanyakan pasien yang memakai
rifampisin, air mata, ludah, urin, faeces akan menjadi berwarna merah. Ini disebabkan oleh metabolit dari
rifampisin. Rifampisin diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 10 20 mg/kgbb/hari, dosis maksimal
600 mg/hari, dengan dosis pemberian satu kali perhari.

Efek toksik:
Hepatitis
Leukopenia
Trombositopenia

Perlu diingat bahwa ketiga efek toksik rifampisin di atas sangat jarang terjadi.

Jika menghendaki memberikan Rifampisin bersama dengan INH, maka salah satu dosis dari obat diatas
harus dikurangi menjadi dosis agar tidak mengganggu fungsi hepar (hepatotoksik).

Pirazinamid

Pirazinamid adalah derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh termasuk
SSP, LCS, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam, diresorbsi baik pada saluran pencernaan.
Obat ini juga resisten terhadap kuman Mycobacterioum bovis. Obat ini juga dapat mencapai cairan
serebrospinal. Efek dari pirazinamid sudah dapat dilihat pada awal bulan ke 2 menjalani terapi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemakaian dosis tinggi tetapi jarang pada dosis normal. Pirazinamid
juga dapat mengakibatkan meningkatnya asam urat serum. Pemberian secara oral denga dosis 15 30
mg/kgbb/hari dengan dosis maksimal 2 gram/hari.

Efek toksik:

Flushing
Hipersensitivitas pada kulit
Athralgia
Gout
Iritasi saluran cerna

Etambutol

Etambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata. Peran utama dari obat ini
adalah untuk mencegah resistensi obat lain. Dengan dosis 15 20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1,25
gram/hari. Sifat etambutol adalah bakteriostatik dan bakterisidal. Toksisitas utama adalah neuritis optika
berupa kebutaan terhadap warna merah-hijau ( red-green color blindness). Efek ini cukup sering dijumpai
pada orang dewasa. Insidensi dari toksisitas optalmologika cukup rendah. Oleh karena pemeriksaan
lapang pandang dan warna pada anak-anak cukup sulit dilakukan maka etambutol tidak direkomendasikan
untuk terapi rutin pada anak-anak.

Streptomisin

Streptomisin bersifat bakteriosid dan bakteriostatik kuman ekstraselular pada keadaan basa atau netral,
jadi efektif membunuh kuman intraseluler. Streptomisin dapat diberikan secara intramuskular dengan
dosis 15 40 mg/kgBB/hari, maksimal dosis 1 gram/hari. Obat ini dapat melewati selaput otak yang
meradang, berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura, diekskresi melalui ginjal. Toksisitas
utama dari streptomisin terjadi pada nervus kranial VIII yang mengganggu keseimbangan dan
pendengaran berupa tinismus dan pusing.

Dosis Obat Antituberkulosis (OAT)

Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu


(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)

INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)

Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)

Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)


djjjtjy

Anda mungkin juga menyukai