Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

Definisi Tb Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansyoer, 1999, hal 472).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru.Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian lainnya, termasuk meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne & Smelzher, 2001, hal 584).

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakterimycobakterium


tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke
orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus (Elizabeth, 2000, hal. 414).

Etiologi

Tuberkulosis paru disebabkan oleh basil tuberkulosis (Mycobacterium


tuberkulosis humanis). Bakteriologinya adalah :

Mycobacterium tuberculosis familie Nycobakterium yang mempunyai berbagai


genus, satu diantaranya adalah Mycobakterium yang salah satu spesiesnya adalah
M. Tuberculosis.

M. Tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis. Basil
Tuberkulosis mempunayi dinding sel lipid sehingga tahan asam.

Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.Bakteri


dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan
mulai untuk memperbanyak diri.Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan
aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area
paruparu lainnya.Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi
inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri: limfosit spesifik tuberkulosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal.

Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,


menyebabkan bronkopneomoni.Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu
stelah pemajanan.Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag
yang membentuk dinding protektif.

Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa
fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan menjadi nekrotik, membentuk massa
seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar
kolagenosa.Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif
(Suzanne & Smeltzer.

Manifestasi klinis

Gejala utama tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau
tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk
darah.

Pasien tuberkulosis paru menampakkan gejala klinis, yaitu :

1. Tahap asimtomatis.
2. Gejala tuberkulosis paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi.
3. Eksaserbasi yang memburuk.
4. Gejala berulang dan menjadi kronik.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :

1. Tanda-tanda infiltrate (redup, bronkial, ronki basah dan lain-lain)


2. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
3. Sekret di seluruh saluran nafas dan ronki.
4. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus (Mansyor, 1999, hal.473).

Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada


penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu:

1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan sputum (S-P-S)

Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan


tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan.Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di
lapangan (puskesmas).

Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien


yang tidak batuk atau batuk yang non produktif, dalam hal ini dianjurkan satu hari
sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak +2 liter dan
diajarkan melakukan refleks batuk.

BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering
dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum
yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah
didapat.kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman dapat ditemukan
bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum
yang mengandung kuman BTA mudah ke luar.

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang


kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1
mil sputum. Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) di bawah mikroskop
memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk
mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti,
dibutuhkan sekitar 50-100 kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu
tidak kurang dan 6-8 minggu dengan angka sensitiviti 18-30%.

Rekomendasi WHO skala IUATLD:

a. Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan :negative


b. Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
c. Ditemukan 10-99 BTA : 1+
d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
e. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+

2. Pemeriksaan tuberculin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk


menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering
digunakan dalam "Screening TBC".Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC
dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.Penderita anak umur kurang dari 1
tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%,
2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase
tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin
semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke
dalamkulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan
diukur diameter daripembengkakan (indurasi) yang terjadi.

3. Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelainan pada paru.Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu
kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di lobus
bawah dan biasanya berada di sekitar hilus.Karakteristik kelainan ini terlihat
sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi
yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering
diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih
jelas dengan pemberian kontras.

Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil


pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri
tuberkel terhadap obat antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons
dari klien.

Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini adalah
observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap.Hal ini tampak
paling menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya
dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.

4. Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB


inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik
ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan adenopati,
perubahankelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan emifesema
perisikatriksial.

Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif


tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal,
namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan
secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk
mendeteksiadanya pembentukan kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada
pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.

5. Radiologis TB Paru Milier

TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru
milier subakut (kronis).Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer.TB milier
akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta
mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal
sebelum penggunaan OAT.Hasil pemeriksaan rontgen thoraks bergantung pada
ukuran dan jumlah tuberkel milier.

Nodul-nodul dapat terlihat pada rontgen akibat tumpang tindih dengan lesi
parenkim sehingga cukup terlihat sebagai nodul-nodul kecil.Pada beberapa klien,
didapat bentuk berupa granul-granul halus atau nodul-nodul yang sangat kecil
yang menyebar secara difus di kedua lapangan paru.Pada saat lesi mulai bersih,
terlihat gambaran nodul-nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-
masing berupa garis-garis tajam.

6. Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi


melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang
satu dengan yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat
biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan
kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap binatang percobaan, dan
percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang
sensitif adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED
biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.

Penatalaksanaan

A. Obat anti tuberkulosis (OAT)

OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain:
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah
pengobatan dengan kegiatan strelisasi.Menghilangkan atau mengurangi gejala
dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.

Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2 fase: Fase awal intensif,


dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah
denga cepat. Fase lanjutan, melalui kegiatan strelisasi kuman pada pengobatan
jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konversional. OAT
yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z).

B. Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)

Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatau


strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk
mendeteksi dan menyembuhkan pasien tuberkulosis. Strategi ini terdiri dari 5
komponen, yaitu: Dukungan politik para pimpinan wilayah disetiap jenjang
sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaanpun akan
tersedia.

Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa tuberkulosis melalui


pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai baik oleh
pasien maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien minum seluruh
obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan
diharakan sembuh pada akhir masa pengobatan.Pencatatan dan pelaporan
dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga
pemamtauan pasien dapat berjalan.

Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan
jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan.Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini
(Mansyor, 1999, hal 474).

Askep Tb Paru

1) Pengkajian Keperawatan

Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien
disini dapat menjadi penunjang informasi dalam memberikan
asuhan keperawatan.

Keluhan Utama
Pasien dengan tb paru biasanya sering mengeluhkan gejala seperti
batu-batuk yang berbulan-bulan dan dapat disertai darah, serta
terjadi penurunan berat badan yang drastic dalam beberapa bulan
terakhir.Jika kondisi penyakit sudah parah biasanya dapat timbul
gejala sesak napas.
Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat adanya penyakit pernapasan seperti pneumonia dan lain-
lain ada atau tidak.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP TB PARU

a) Promosi kesehatan.

Data Subjektif:

Klien biasanya tidak tahu apa penyakitnya dan bagaimana cara


mencegahnya.

Data Objektif:

KU klien tergantung dari derajat berat atau ringannya penyakit tb paru


tersebut, ada yang KUnya baik da nada juga KUnya sudah memburuk.
TD bisa naik atau normal Nadi juga bisa naik atau nirmal RR biasanya
jika sudah kronis akan meningkat atau sesak Suhu tubuh biasanya tinggi
atau juga dapat normal.

b) NUTRISI

DS:

BB biasanya mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.


Perubahan selera makan biasanya menjadi anoreksia

DO:

BB biasanya turun dari sebelumnya Intake atau output setiap hari


biasanya kurang jika sudah parah

Anda mungkin juga menyukai