Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN TB PARU

DI RUANG ZAMBRUD RSUD DR.SLAMET GARUT

Oleh :

Aris Munandar

211FK01010

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

TAHUN 2023
Definisi
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB
(mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ
tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti kelenjar limfe, saluran
pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian,
2015).TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan
di tempat tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan
terhadap peningkatan jumlah kasus TB (Ganis indriati, 2015).

Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan
sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe
human dan bovin. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila
menghirup bercak ludah ini (Nurrarif & Kusuma, 2015).
Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut:
1. Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif.
2. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya kanker, lansia,
HIV.
3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme.
4. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan
gizi, gagal ginjal kronis.
5. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal
Asia Tenggara, Haiti.
6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart.
7. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan.
8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai
misalnya tunawisma atau miskin.
Patofisiologi
Menurut Darliana (2011), Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB
paru ketika pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil
TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara.
Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat Mikrobacterium Tuberkulosa
berhasil menginfeksi paruparu maka dengan segera akan tumbuh koloni
bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis, bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri
TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentukdormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem
imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil
dan makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tuberkulosis melisis
(menghancurkan)
basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan
eksudat dalam alveoli, yang menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal
terjadi dalam 2-10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan basil yang
masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan -jaringan fibrosa,
bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan menjadi
nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi,
membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyakit aktif. Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karna gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem
imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri
dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti
keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan
penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerang membentuk
jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak,
mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsunga. Untuk diagnosis dilakukan
pemeriksaan dahak mikroskopislangsung, penderita TB diperiksa contoh uji
dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu).b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila
minimal satu dari pemeriksaan hasilnya BTA positif.
2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsungPemeriksaan dilakukan dengan
cara mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu) : Dahak ditampung saat pasien TB datang berkunjung pertama kali
ke pelayanan kesehatan. Saat pulang pasien membawa sebuah pot dahak
untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari kedua,setelah bangun tidur. Pot
dibawa dan diserahkan kepada petugas pelayanan kesehatan
.S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah saat menyerahkan
dahak pagi.
b. Pemeriksaan biakanPemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi
mycbacterium tuberculosis.
3. Pemeriksaan uji kepekaan obat Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan
ada tidaknya resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT.
Pemeriksaan uji kepekaan obat harus dilakukan oleh laboratorium yang telah
lulus uji pemantapan mutu atau quality assurance. (Kemenkes,2014).
4. Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
TB paru meliputi :
a. Laboratorium darah rutinLED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTAUntuk memastikan diagnostik paru, pemeriksaan
ini spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru berdasarkan pemeriksaan
ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.d. Tes
Mantoux/TuberkulinYaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik Polymerase Chain ReactionDeteksi DNA kuman melalui amplifikasi
dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen dapat
mendeteksi adanya resistensi.
f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC)Deteksi Growth
Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
kuman TB.
g. Pemeriksaan RadiologiGambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis
TB paru yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical lobus
bawah.
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
3) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru

Penatalaksanaan
• Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambilan keputusan
dalam penanggulangan TB.
• Diagnosis TB melalui perneriksaan dahak secara mikroskopik
langsung sedeang pemeriksaan penunjangh lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilakukan di unit pelayanan
yang memiliki sarana tersebut.
• pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawaSan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMA)
khwsusnya dalah 2 bulan pertama dimana penderita harus minum
obat setiap hari.
• Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang
cukup.
Pencatatan dan pelaporan yang baku

Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI. 2002)
:

Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) Yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.


Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktii) pada
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga Pleura) spontan kolaps
Sl%3ntan karena kcrusakan jaringan paru.

penyebaran infeksi ke organ Iain seperti Otak, tulang, ginjal dan


sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insumciency)

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juan. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku K\cfdokteran EGC. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGVC.
Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
-Proses Penyakit Edisi Empat Buku Kedua. Jakarta: Penerbit Buk-u
Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Edisi 8 Volume I.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai