TB PARU
A. Tinjauan Tentang TB Paru
1. Pengertian
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan
dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling
banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi
jaringan. Penyakit tuberculosis ini sifat menahun dan bisa menular dari si
2. Etiologi
yaitu tipe human dan tipe Bovin. Basil tipe Bovin berada dalam susu sapi
dibercak ludah(droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan
pertahanan tubuh.
bisa terdapat tulang panjang, vetebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfae,
c. Fase 3
dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar keorgan
kuman batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um,
f. Pada anak
2019)
3. Patofisiologi
tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang
di sebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati
bentuk menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian tengah bagian masa tersebut
di sebut ghontubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk
4. Pathway
Infeksi primer
Kurang informasi
Defisit Pengetahuan
merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain
karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila
terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap
lain. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin,
6. Pemeriksaan Diagnosis
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua
kepada petugas.
b. Pemeriksaan Bactec
oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan
c. Pemeriksaan darah
spesifik untuk Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam
penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang
d. Pemeriksaan radiologis
indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus
a. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Kasus TB Paru dapat menyerang siapa saja dari anak-anak sapai orang
dewasa, begitu pula dengan jenis kelamin kasus TB ini lebih banyak
3) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
(Somantri,2019)
(Somantri,2019).
e) Riwayat kesehatan keluarga
(Somantri,2019).
4) Pemeriksaan fisik
berikut :
a) Keadaan umum
(Somantri,2019).
b) Sistemik
badan, dan keringat malam. Pada kondisi akut diikuti gejala demam
c) Sistem pernapasan
Dikaji dari mulai bentuk hidung ada tidaknya sekret pada lubang
d) Sistem pencernaan
(Somantri, 2019).
5) Data psikososial
diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri).
(Somantri,2019).
7) Data penunjang
adanya antibodi.
(Somantri, 2019).
keperawatan yaitu:
a) Subjektif
b)Objektif
9) Analisa data
benar analisa ini juga merupakan langkah yang terakhir dalam suatu
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
TabelIntervensi Keperawatan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan melalui
mulut dengan bibir
mencucu ( membulat )
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi
tarik nafas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke – 3
Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas :
efektif tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, 1. Monitor pola nafas
diharapkan pasien ( frekuensi,
mampu memenuhi kedalaman, usaha
kriteria hasil : napas )
1. Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi nafas
meningkat tambahan
2. Kapasitas vital 3. Monitor sputum
meningkat ( jumlah, warna,
3. Diameter thoraks aroma )
anterior posterior Terapeutik
meningkat 1. Pertahankan
4. Tekanan ekspirasi kepatenan jaan napas
meningkat dengan head – till dan
5. Tekanan inspirasi chin lift ( jaw trust
meningkat jika dicurigai trauma
6. Dispnea menurun sevikal )
7. Penggunaan otot 2. Pertahankan semi
bantu nafas fowler atau fowler
menurun 3. Berikan minum hangat
8. Penunjangan fase 4. Lakukan fisioterapi
ekspirasi menurun dada
9. Ortopnea 5. Lakukan pengisapan
menurun lendir kurang dari 15
10. Pernapasan purse- detik
lipmenurun 6. Lakukan
11. Pernapasan hiperoksigenasi
cuping hidung sebelum diakukan
menurun endotrakeal
12. Frekuensi nafas 7. Keluarkan sumbatan
membaik benda padat dengan
13. Kedalaman nafas forsep McGill
membaik 8. Berikan oksigen
14. Ekskursi dada Edukasi
membaik 1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkolidator,ekspekto
ran, mukolitik.
3 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
faktor psikologis tindakan intervensi Observasi :
keenggaan untuk selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi status
makan makan status nutrisi nutrisi
mambaik dengan 2. Identifikasi alergi dan
kriteria hasil: intoleransi mkanan
1. Porsi makanan 3. Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
2. berat badan 4. Identifikasi kebutuhan
mambaik kalori dan jenis nutrisi
3. indeks masa tubuh 5. Identifikasi perlunya
(imt) membaik menggunakan selang
4. Frekuensi makan nasogastrik
membaik 6. Monitor asupan
5. Nafsu makan makanan
membaik 7. Monitor berat badan
6. Bising usus 8. Monitor hasil
mambaik pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi penentuan
pedoman diet
(mis.piramida
makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan maknan tinggi
serat untuk mencegah
kostipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
1. Anjurkan posisi
duduk. Jika perlu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antipemetik)
jika perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan
d. Implementasi Keperawatan
koping.
a. Tindakan Observasi
b. Tindakan Mandiri
d. Tindakan Kolaborasi
e. Evaluasi
sasaran dari rencana keperawatan telah dapat diterima (Suara & Dkk,
2019).
diamana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PNI. 2018. Standar Daignosa Keperawatan Indonesia
Smeltzer. 2019. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12.