Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU
A. Tinjauan Tentang TB Paru

1. Pengertian

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang di sebabkan

mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan

dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling

banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi

bakteri tersebut. (sylvia A. Price. 2018)

Tuberculosis adalah jenis penyakit infeksius yang menyerang paru-

paru, di tandai dengan pembentukan granuloma dan timbulnya necrosis

jaringan. Penyakit tuberculosis ini sifat menahun dan bisa menular dari si

penderita ke orang lainnya (santa dkk : 2019)

2. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tubercolosis. Basil ini

tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar

matahari,dan sinar uktraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis

yaitu tipe human dan tipe Bovin. Basil tipe Bovin berada dalam susu sapi

yang menedrita mastitis tuberkulosis usus.Basil tipe human bisa berada

dibercak ludah(droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan

orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.(Wim de jong.

2019). Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat

bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui


aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi

laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun.

Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 3 fase : (Wim de jong. 2018)

a. Fase 1 (fase tuberculosis primer)

Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi

pertahanan tubuh.

b. Fase 2 ( fase laten)

Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun /seumur hidup) dan

beraktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan

bisa terdapat tulang panjang, vetebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfae,

leher, dan ginjal.

c. Fase 3

dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar keorgan

yang lain dan yang kedua keginjal setelah paru.

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis

kuman batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um,

sebagian besar kuman terdiri atas lemak (lipid), peptidoglikan dan

arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap

asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), Manifestasi Klinis

a. Demam 40-41°C, ada batuk berdarah.

b. Sesak napas dan nyeri dada.

c. Malaise, keringat malam.

d. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada


e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.

f. Pada anak

1) Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang

jelas atau gagal tumbuh.

2) Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.

3) Batuk kronis >3 minggu, dengan atau tanpa wheezing.(Wim de jong.

2019)

3. Patofisiologi

infeksi di awali karena seorang menghirup basil Mycobacterium

Tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu

berkembang biak dan terlihat tertumpuk. Perkembangan Mycobacterium

Tuberculosisjuga dapat menjangkau sampai ke arah lain dari paru

(lobusatas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan

melakukan reaksi inflamasi. Neutrofi dan makrofag melakukan aksi

fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberculosis

menghancurkan (meliliskan) basil dan jaringan normal infeksi awal

biasanya timbul dala waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.

Interaksi antara Mycobacterium Tuberculosisdan sistem kekebalan

tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang

di sebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati

dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah

bentuk menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian tengah bagian masa tersebut

di sebut ghontubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk

seperti keju (necrotizingcaseosa).

4. Pathway

Invasi kuman TBC

Infeksi primer

sistem imun menurun Bakteri dorman

Anoreksia Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Asupan nutrisi kurag adekuat Reaksi infeksi/inflamasi,kavitas Perubahan cairan


dan merusak parenkim paru intrapleura
Penurunan BB
Produksi secret meningkat sesak nafas

Defisit Nutrisi Batuk produktif/batuk darah penggunaan otot

Cadangan energi menurun Kesulitan mengeluarkan dahak bantu nafas

kelemahan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pola Nafas Tidak


Efektif
Intoleransi Aktifitas Risiko penularan

Kurang informasi

Defisit Pengetahuan

(Sumber: Mukty. 2019 : 76)


5. Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan

dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Mikobakteri

merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain

karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila

terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap

kuman yang cepat membelah dibandingkan dengan kuman yang lambat

membelah. Sifat lambat membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan penemuan obat

antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan antibakteri

lain. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin,

Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin,

Amikasin, Kuinolon.(Wim de jong. 2018).

6. Pemeriksaan Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala

klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program

tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak

mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti

radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang

diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan

mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.


Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,

sehingga sering terjadi overdiagnosis.

a. Pemeriksaan dahak mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari

kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi sewaktu (SPS).

1. S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis

datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa

sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua

2. P (pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,

segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri

kepada petugas.

3. S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi hari.

b. Pemeriksaan Bactec

Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode

radiometrik. Mycobacterium tuberculosa memetabolisme asam lemak

yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya

oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan

biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan


melakukan uji kepekaan.Bentuk lain teknik ini adalah dengan memakai

Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).

c. Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang

spesifik untuk Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam

kedua dibutuhkan. Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat

kestabilan keadaan nilai keseimbangan penderita, sehingga dapat

digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta

kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita.

Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh

penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang

normal juga tidak menyingkirkan diagnosa TBC.

d. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas

indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus

dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak

diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan hapusan positif perlu

dilakukan foto toraks bila:

1. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)

2. Hemoptisis berulang atau berat

3. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +


B. Askep TB Paru

1. Tahapan proses Keperawatan

Menurut (Somantri,2019) tahapan dalam proses keperawatan

meliputi,antara lain sebagai berikut:

a. Pengkajian

1) Identitas klien

2) Kasus TB Paru dapat menyerang siapa saja dari anak-anak sapai orang

dewasa, begitu pula dengan jenis kelamin kasus TB ini lebih banyak

menyerang laki-laki (Profil Kesehatan Indonesia,2016).

3) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering didapatkan pada pasien TB Paru

adalah Batuk berdahak dan Sesak napas (Somantri, 2010).

b) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang sering dirasakan pasien TB Paru pada saat

pengkajian yaitu : demam, batuk, sesak napas, nyeri dada, malaise,

napsu makan berkurang, berkeringat pada malam hari tanpa sebab

(Somantri,2019)

c) Riwayat kesehatan dahulu

d) Perluh di tanyakan apakah sebelumya klien pernah mengalami

penyakit dan keluhan yang sama dan apakah klien pernah

melakukan pengobatan selama 6 bulan apakah berhasil atau putus

(Somantri,2019).
e) Riwayat kesehatan keluarga

Perluh untuk ditanyakan dengan siapa klien tinggal, karena

biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit

keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular

(Somantri,2019).

4) Pemeriksaan fisik

Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi,

terhadap berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal sebagai

berikut :

a) Keadaan umum

Pada pasien dengan kasus TB paru didapatkan kondisi meliputi,

klien mengalami kelemahan, kebersihan dan perawatan diri

menurun, penurunan berat badan dan kesadaraan composmentis

(Somantri,2019).

b) Sistemik

Proses ini akan di temukan malaise, anoreksia, penurunan berat

badan, dan keringat malam. Pada kondisi akut diikuti gejala demam

tinggi seperti flu dan mengigil, sedangkan kondisi kronik timbul

gejala seperti demam akut, sesak napas, sianosis, dan konjungtiva

dapat terlihat pucat karena anemia (Somantri, 2019).

c) Sistem pernapasan

Dikaji dari mulai bentuk hidung ada tidaknya sekret pada lubang

hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernafas, auskultasi bunyi


nafas Ronchi terjadi akibat adanya peningkatan produksi sekret

pada saluran pernapasan serta frekuensi nafas lebih dari 20x/menit,

pada perkusi terdengar bunyi Hipersonor/timpani bila terdapat

kavitas yang cukup,bila mengenai pleura terjadi efusi pleura

terdengar suara pekak. Pada palpasi tanda-tanda adanya infiltrat

terdapat fremitus mengeras. Pada inspeksi bentuk dinding dada

Pectus karinatum (Somantri, 2019).

d) Sistem pencernaan

Meningkatnya sputum pada saluran napas secara tidak langsung

akan mempengaruhi sistem persyarafan khususnya saluran cerna.

Klien akan mengeluh tidak napsu makan di karenakan menurunnya

keinginan untuk makan, disertai dengan batuk, dan pada akhirnya

klien akan mengalami penurunan berat badan yang signifikan

(Somantri, 2019).

5) Data psikososial

Pengkajian yang dilakukan pada data ini yaitu mengenai konsep

diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri).

Dan hubungan klien baik dengan anggota keluarganya maupun di

mana ia berada. Adanya perubahan diri pada konsep terjadi secara

perlahan-lahan yang mana dapat di kendalikan melalui observasi

terhadap adanya perubahan yang kurang wajar dalam status

emosional. Perubahan tingkah laku, menurunnya kemmampuan dalam

pemecahan masalah dan perubahan status tidur (Somantri,2019).


6) Data spiritual

Yang perlu di kaji yaitu tentang agama dan kepribadaiannya,

keyakinan-keyakinan, harapan seta semangat yang terkandung dalam

diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhannya

(Somantri,2019).

7) Data penunjang

Pemeriksaan diagnostic : kultur, tes kulit, dan foto thorax.

a) Kultur sputum yaitu menunjukan hasil positif untuk

Mycobacterium tubrculosis pada stadium aktif.

b) Tes kulit yaitu reaksi yang mengindikasikan infeksi lama dan

adanya antibodi.

c) Foto thorax dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di

bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer

yang membaik atau cairan pada efusi. Perubahan mengindikasikan

TB yang lebih berat, dapat mencakup area berlubang dan fibrosa

(Somantri, 2019).

8) Pengelompokan data/klasifikasi data

Pengumpulan data/klasifikasi data merupakan kegiatan dalam

meghimpun atau mencatat data-data yang ada pada klien saat

melakukan pengkajian untuk menentukan masalah kesehatan atau

keperawatan yaitu:

a) Subjektif

b)Objektif
9) Analisa data

Analisa data merupakan arahan pada identifikasi masalah yang

merupakan tahap perlu di lakukan asuhan keperawatan secara

komprehensif sehingga dapat diketahui masalah secara teratur dan

benar analisa ini juga merupakan langkah yang terakhir dalam suatu

pengkajian seperti DS : pasien mengeluh batuk berdahak, DO : Pasien

tampak demam, sesak nafas (Somantri,2019).

b. Diagnosa keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan secret

2) Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan ekspansi paru

3) Defisit nutrisi b/d faktor psikologis keenggaan untuk makan

4) Intoleransi aktifitas b/d kelemahan

5) Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

c. Intervensi Keperawatan

TabelIntervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif :
nafas tidak efektif tindakan keperawatan Observasi :
selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi
maka diharapkan kemampuan batuk
pasien mampu 2. Monitor adanya
memenuuhi kriteria retensi sputum
hasil : 3. Monitor tanda dan
1. Pasien mampu gejala infeksi saluran
melakukan batuk nafas
efekif 4. Monitor input dan
2. Produksi sputum output cairan
3. Dispnea menurun
4. Sianosis menurun Terapeutik
5. Tidak ada 1. Atur posisi semi
kesulitan bicara fowler atau fowler
6. Frekuensi nafas 2. Pasang perlak dan
membaik bengkok dipangkuan
7. Pola nafas pasien
membaik 3. Buang sekret pada
tempat sputum

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan melalui
mulut dengan bibir
mencucu ( membulat )
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi
tarik nafas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke – 3

Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas :
efektif tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, 1. Monitor pola nafas
diharapkan pasien ( frekuensi,
mampu memenuhi kedalaman, usaha
kriteria hasil : napas )
1. Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi nafas
meningkat tambahan
2. Kapasitas vital 3. Monitor sputum
meningkat ( jumlah, warna,
3. Diameter thoraks aroma )
anterior posterior Terapeutik
meningkat 1. Pertahankan
4. Tekanan ekspirasi kepatenan jaan napas
meningkat dengan head – till dan
5. Tekanan inspirasi chin lift ( jaw trust
meningkat jika dicurigai trauma
6. Dispnea menurun sevikal )
7. Penggunaan otot 2. Pertahankan semi
bantu nafas fowler atau fowler
menurun 3. Berikan minum hangat
8. Penunjangan fase 4. Lakukan fisioterapi
ekspirasi menurun dada
9. Ortopnea 5. Lakukan pengisapan
menurun lendir kurang dari 15
10. Pernapasan purse- detik
lipmenurun 6. Lakukan
11. Pernapasan hiperoksigenasi
cuping hidung sebelum diakukan
menurun endotrakeal
12. Frekuensi nafas 7. Keluarkan sumbatan
membaik benda padat dengan
13. Kedalaman nafas forsep McGill
membaik 8. Berikan oksigen
14. Ekskursi dada Edukasi
membaik 1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkolidator,ekspekto
ran, mukolitik.
3 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
faktor psikologis tindakan intervensi Observasi :
keenggaan untuk selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi status
makan makan status nutrisi nutrisi
mambaik dengan 2. Identifikasi alergi dan
kriteria hasil: intoleransi mkanan
1. Porsi makanan 3. Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
2. berat badan 4. Identifikasi kebutuhan
mambaik kalori dan jenis nutrisi
3. indeks masa tubuh 5. Identifikasi perlunya
(imt) membaik menggunakan selang
4. Frekuensi makan nasogastrik
membaik 6. Monitor asupan
5. Nafsu makan makanan
membaik 7. Monitor berat badan
6. Bising usus 8. Monitor hasil
mambaik pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi penentuan
pedoman diet
(mis.piramida
makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan maknan tinggi
serat untuk mencegah
kostipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
1. Anjurkan posisi
duduk. Jika perlu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antipemetik)
jika perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan
d. Implementasi Keperawatan

Menurut (Wilkinson,2018).Implementasi keperawatan adalah

insiatif dari rencana tindakan untuk membantu klien dalam mencapai

tujuan yang telah di tetapkan yang telah mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi

koping.

Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini

disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksaan keperawatan

ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :

a. Tindakan Observasi

b. Tindakan Mandiri

c. Tindakan healt education

d. Tindakan Kolaborasi

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,

evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap akhir proses keperawatan.

Pada tahap evaluasi perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap

intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah

sasaran dari rencana keperawatan telah dapat diterima (Suara & Dkk,

2019).

Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh

mana tujuan dapat dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektifitas


tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan

diamana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan

perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui.

Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang

menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :

a. Masalah klien dapat dipecahkan.

b. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.

c. Masalah klien tidak dapat dipecahkan.

d. Dapat muncul masalah baru


DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia

Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan. DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PNI. 2018. Standar Daignosa Keperawatan Indonesia

Edisi 1. Jakarta Selatan. DPP PPNI

Smeltzer. 2019. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12.

Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai