Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS HIPERTENSI

DI RUANGAN IGD RSUD TORABELO KABUPATEN SIGI


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SUHAIMI KADER


NIM : 2021032109

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Ella Yunita, S.Kep Ns. Ni Nyoman Elfiyunai, S.Kep., M.Kes


NIP. 199409082019012001 NIK. 20210901130

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
A. Tinjauan Teori Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah secara
persisten dalam dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
pada saat kondisi cukup istirahat /tenang dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama dan tidak
dideteksi secara dini dapat menyebabkan gagal ginjal, penyakit jantung
koroner dan stroke.
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
1. Genetik : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport  Na.
2. Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer), Penyebab tidak diketahui namun
banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin,
efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder, Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim
renal/ vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil.
Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. 
3. Pathofisologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer. Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut
akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ
seperti jantung.
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
1. Sakit kepala
2. Pusing / migraine
3. Rasa berat ditengkuk
4. Penyempitan pembuluh darah
5. Sukar tidur
6. Lemah dan lelah
7. Nokturia
8. Azotemia
9. Sulit bernafas saat beraktivitas
5. Pathway

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

Penyumbatan pembuluh darah HIPERTENSI Krisis situasional

Perubahan status
Kerusakan vaskuler pembuluh darah kesehatan
\ Koping individu yang tidak efektif

Perubahan struktur Paparan informasi


kurang Ansietas
Gangguan sirkulasi vasokonstriksi ( mis interpretasi)

Kurang pengetahuan

otak Pembuluh darah


Nyeri akut

Resistensi pembulu
darah otak sistemik koroner
vasokonstriksi
Nyeri akibat adanya
tekanan pembulu darah
Afterload MeningkatIskemi miocard Nyeri dada
Terjadi peningkatan
tekanan intrakranial

Merangsang pusat penurunan curah jantung Fatique Intoleransi aktivitas


sensori nyeri
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas,
anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar
ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
13. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal, perbaikan ginjal.
d) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan
e) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
2. Latihan fisik (olahraga)
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )Tujuan
pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
3) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation
And Treatment Of High Blood Pressure, Usa) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
(perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan
darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa
didiskusikan lebih dahulu Sedapat mungkin tindakan terapi
dimasukkan dalam cara hidup penderita Ikutsertakan keluarga
penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1
x sehari atau 2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadiyakinkan
penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
h. Mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
Diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman
dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1) Kelemahan
2) Letih
3) Napas pendek
4) Gaya hidup monoton
Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
1) Kenaikan TD
2) Nadi : denyutan jelas
3) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4) Bunyi jantung : murmur
5) Distensi vena jugularis
6) Ekstermitas
7) Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer),  pengisian
kapiler mungkin lambat
3. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda :
1) Letupan suasana hati
2) Gelisah
3) Penyempitan kontinue perhatian
4) Tangisan yang meledak
5) otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
6) Peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, 
riwayat penyakit ginjal )
5. Makanan / Cairan
Gejala :
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
2) Mual
3) Muntah
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
1) BB normal atau obesitas
2) Edema
3) Kongesti vena
4) Peningkatan JVP
5) Glikosuria
6. Neurosensori
Gejala :
1) Keluhan pusing / pening, sakit kepala
2) Episode kebas
3) Kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
5) Episode epistaksis
Tanda :
1) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
2) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
3) Perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
1) nyeri hilang timbul pada tungkai
2) sakit kepala oksipital berat
3) nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala :
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
2) Takipnea
3) Ortopnea
4) Dispnea nocturnal proksimal
5) Batuk dengan atau tanpa sputum
6) Riwayat merokok
Tanda :
1) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
2) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
3) sianosis
9. Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :
1) Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM penyakit serebrovaskuler, ginjal
2) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
3) Penggunaan obat / alkohol
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, va-
sokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Penurunan toleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit
C. Intervensi keperawatan
Tujuan dan Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Rasional
NOC NIC

1 Penurunan curah jantung a. Cardiac Pump effectiveness Perawatan jantung (4040)


berhubungan dengan b. Circulation Status 1. Monitor tanda-tanda vital secara rutin 1. mengetahui keadaan umum klien
peningkatan afterload, c. Vital Sign Status 2. Monitor EKG, adakah perubahan 2. mengetahui aktivitas jantung klien
vasokonstriksi, hipertro- Kriteria Hasil: segmen ST, sebagaimana mestinya 3. mencegah terjadinya kelelahan
fi/rigiditas ventrikuler, 1. Tanda Vital dalam rentang 3. Monitor toleransi aktivitas pasien 4. mengetahui karakteristik nyeri
iskemia miokard normal (Tekanan darah, Nadi, 4. Evaluasi episode nyeri dada 5. mengetahui sirkulasi perifer yang
respirasi) (intensitasi, lokasi, radiasi, durasi, adekuat
2. Dapat mentoleransi aktivitas, dan factor yang memicu serta 6. mengetahui aktivitas abnormal
tidak ada kelelahan meringankan nyeri) jantung
3. Tidak ada edema paru, perifer, 5. Lakukan penilaian komprehensif 7. menambah pengetahuan pasien
dan tidak ada asites pada sirkulasi perifer (cek nadi tentang nyeri
Tidak ada penurunan kesadaran perifer, edema, pengisian ulang 8. membantu mengatasi penurunana
kapiler, warna dan suhu curah jantung
6. Catat tanda dan gejala penurunan
curah jantung
7. Instruksikan pasien tentang
pentingnya untuk segera melaporkan
bila merasakan nyeri dada
8. Kolaborasi: sediakan terapi
antiaritmia sesuai kebijakan unit
(misalnya obat antiaritmia,
kardioversi atau defibrilasi)
sebagaimana mestinya ekstremitas)
2 Penurunan toleransi Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas (4310)
aktivitas berhubungan keperawatan selama ..x.. jam 1. Kaloborasikan dengan tenaga 1. Untuk dapat memberikan program
dengan diharapkan energi psikologis rehabilitasi medik dalam merencanakan yang sesuai dan tepat
ketidakseimbangan maupun fisiologi pasien terpenuhi program terapi yang tepat 2. Untuk mengetahui kemampuan
suplai dan kebutuhan dengan kriteria hasil : 2. Bantu pasien mengidentifikasikan pasien dalam melakukan suatu
oksigen. 1. Mempu melakukan aktivitas aktivitas yang mampu dilakukan aktivitas
seharihari secara mandiri 3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan 3. Untuk membantu pasien dalam
2. Tanda tanda vital normal aktivitas seperti kursi roda beraktivitas
3. Mampu berpindah: dengan atau 4. Bantu pasien dan keluarga untuk 4. Untuk dapat mengetahui
tanpa bantuan mengidentifikasi kekurangan dalam kekurangan pasien dalam
4. Status kardiopulmonari adekuat aktivitas beraktivitas dan memberikan
5. Sirkulasi status baik 5. Bantu pasien mengembangkan penanganan yang tepat
Status respirasi: pertukaran motivasi dan peguatan 5. Untuk bisa membuat pasien selalu
gas dan ventilasi adekuat 6. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan termotivsi dan besemangat
spiritual 6. Untuk mengetahui kesanggupan
dan keinginan pasien dalam
melakukan aktivitas
3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan
Menejemen nyeri (1400)
berhubungan dengan keperawatan selama ..x.. jam 1. Meminimalkan stimulasi
1. Pertahankan tirah baring selama fase
peningkatan tekanan diharapkan nyeri teratasi dengan meningkatkan relaksasi
akut.
vaskuler serebral kriteria hasil : 2. Tindakan yang menurunkan
2. Beri tindakan non farmakologi untuk
a. Skala nyeri berkurang tekanan vaskuler serebral dengan
menghilangkan sakit kepala,
b. Nyeri teratasi menghambat/memblok respon
misalnya: kompres dingin pada dahi,
c. Pasien nyaman simpatik, efektif dalam
pijat punggung dan leher.
Kriteria Hasil : menghilangkan sakit kepala dan
3. Hilangkan/minimalkan aktivitas
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu komplikasinya.
vasokontriksi yang dapat
penyebab nyeri, mampu 3. Aktivitas yang meningkatkan
meningkatkan sakit kepala : mengejan
menggunakan tehnik vasokontriksi menyebabkan sakit
saat BAB, batuk panjang, dan
nonfarmakologi untuk kepala pada adanya peningkatkan
membungkuk.
mengurangi nyeri, mencari tekanan vakuler serebral.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
bantuan) 4. Meminimalkan penggunaan
2. Melaporkan bahwa nyeri kebutuhan. oksigen dan aktivitas yang
berkurang dengan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam berlebihan yang memperberat
menggunakan manajemen nyeri pemberian obat analgetik, anti kondisi klien.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, ansietas, diazepam dll. 5. Analgetik menurunkan nyeri dan
intensitas, frekuensi dan tanda menurunkan rangsangan saraf
nyeri) simpatis.
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang
normal
4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keper-
Pengurangan kecemasan (5820)
dengan krisis awatan selama 3 x 24 jam,   cemas 1. Hubungan saling percaya
1. Bina hubungan saling percaya antara
situasional sekunder pasien berkurang dengan kriteria adalah dasar hubungan terpadu
perawat-pasien
adanya hipertensi yang hasil: yang mendukung klien dalam
2. Pahami rasa takut/ ansietas pasien
diderita klien 1. Menunjukan teknik untuk mengatasi perasaan cemas
3. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan
mengontrol cemas teknik nafas 2. perasaan adalah nyata dan
penyebab bila mungkin.
dalam membantu pasien untuk terbuka
4. Temani atau atur supaya ada
2. Postur tubuh pasien rileks dan sehingga dapat mendiskusikan
seseorang bersama pasien sesuai
ekspresi wajah tidak tegang dan menghadapinya
3. Mengungkapkan cemas indikasi. 3. Identifikasi masalah spesifik
berkurang 5. Kaji ulang keadaan umum pasien dan akan meningkatkan
4. TTV TTV kemampuan individu untuk
TD = 110-130/ 70-80 mmHg 6. Berikan waktu pasien untuk menghadapinya dengan lebih
RR = 14 – 24 x/ menit mengungkapkan masalahnya dan realistis.
N   = 60 -100 x/ menit dorongan ekspresi yang bebas, 4. dukungan yang terus menerus
S    = 365 – 375 0C misalnya rasa marah, takut, ragu mungkin membantu pasien
7. Berikan penjelasan pada pasien mengurangi ansietas/ rasa takut
tentang penyakitnya. ke tingkat yang dapat diatasi.
8. Jelaskan semua prosedur dan 5. Sebagai indikator awal dalam
pengobatan menentukan intervensi
9. Diskusikan perilaku koping alternatif berikutnya
dan tehnik pemecahan masalah 6. Agar pasien merasa diterima
7. Dapat mengurangi rasa cemas
pasien akan penyakitnya
8. Ketidaktahuan dan kurangnya
pemahaman dapat
menyebabkan timbulnya
ansietas
9. Mengurangi kecemasan pasien
5 Kurang pengetahuan a. Kowlwdge : disease process 1. Kaji pengetahuan kliententang 1. Mempermudahdalam
berhubungan dengan b. Kowledge : health Behavior penyakitnya memberikan penjelasan pada
kurangnya informasi Kriteria Hasil : 2. Jelaskan tentang proses penyakit klien
tentang proses penyakit 1. Pasien dan keluarga (tanda dan gejala),identifikasi 2. Meningkatan pengetahuan dan
menyatakan pemahaman kemungkinan penyebab. Jelaskan mengurangi cemas
tentang penyakit, kondisi, kondisitentangklien 3. Mempermudahintervensi
prognosis dan program 3. Jelaskan tentang program pengobatan 4. Untuk mengurangai dan mence-
pengobatan dan alternatif  pengobantan gah terjadinya komplikasi berla-
2. Pasien dan keluarga mampu 4. Diskusikan perubahan gaya hidup jut.
melaksanakan prosedur yang yang mungkin digunakan  untuk 5. Mencegah keparahan penyakit
dijelaskan secara benar mencegah komplikasi 6. Memberigambaran tentang
3. Pasien dan keluarga mampu 5. Diskusikan tentang terapi dan pilihanterapi yang bisa digunakan
menjelaskan kembali apa yang pilihannya 7. Untuk mengetahui seberapa jauh
dijelaskan perawat/tim 6. Instruksikan kapan haruske pelayanan klien mengetahui penyakit yang
kesehatan lainnya 7. Tanyakan kembali pengetahuan klien di derita.
tentang penyakit, prosedur
perawatandan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
Tahun 2015. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH.
Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.
Brunner & Suddarth. (2017). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Santosa, Budi. 2018. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA NIC
NOC 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Sapitri, N., Suryanto, & Butar-Butar, W. R. (2016). Analisis faktor risiko kejadian
hipertensi pada masyarakat di pesisir Sungai Siak Kecamatan Rumbai
Kota Pekanbaru. Jom FK, Vol.3 No.1
Soeparman dkk, (2017)  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Triyanto, Endang. (2016). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai