Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PRAKTIK LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATAN


KEPERAWATAN GERONTIK
DI BR. TERUNA, BLAHBATUH, GIANYAR
TANGGAL 21 DESEMBER 2022 S/D/ 26 DESEMBER 2022

OLEH
Ni Putu Rahayu Kurnianingsih
(193213042)

DOSEN PEMBIMIBING
Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATAN
KEPERAWATAN GERONTIK

PUSKEMAS BLAHBATUH II DI BANJAR TERUNA


TANGGAL 21 S/D/ 26 DESEMBER 2022

Menyetujui,
Clinical instructure Mahasiswa

Ns. Ni Nyoman Ariani.S.Kep.,M.Kes NI Putu Rahayu Kurnianingsih


NIP. 196805271988032006 NIM. 193213042

Mengesahkan,
Program Studi Keperawatan Program Sarjana Menyetujui,
Ketua, Clinical Teacher

Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep. Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati,S.Kep.,M.Kep
NIK. 2.04.10.403 NIK. 2.04.10.276.2
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN. “D” DENGAN HIPERTENSI DI BR. TERUNA,

BLAHBATUH, GIANYAR

21-26 DESEMBER 2022

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah seseorang secara berkelanjutan. Secara klinis, hipertensi dapat didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah di atas batas yang ditentukan oleh pedoman. Pada
kondisi hipertensi, tekanan darah meningkat disebabkan karena darah dipompa melalui
pembuluh darah dengan kekuatan yang berlebihan. Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg. dan tekanan darah
diastolik > 90 mmHg. Pada pasien hipertensi, mengalami peningkatan tekanan darah di
atas batas normal dimana tekanan darah normal 110/90 mmHg. Tekanan darah
dipengaruhi oleh curah jantung, resistensi perifer pembuluh darah, dan jumlah atau
kandungan darah yang bersirkulasi. Penyebab hipertensi diklasifikasikan menjadi
factor yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur,
serta faktor yang dapat dikontrol seperti gaya hidup, obesitas, aktivitas fisik, merokok,
mengkonsumsi alkohol, kebiasaan pola tidur ( Suhadi, 2016 ) .
2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dapat di bagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder.
a. Hipertensi Primer
Hipertensi Primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang
pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau
bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena tekanan darah tinggi.
Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyabab timbulnya hipertensi
primer, termasuk factor lain yang diantaranya adalah factor stress, alcohol, dan
merokok.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.
Sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan
berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau
gemuk (Irwan, 2018).
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut AHA 2018
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal <130 mmHg < 85 mmHg
Prehipertensi 120-129 mmHg < 85 mmHg
Hipertensi stadium I 130 -139 mmHg 80 – 89 mmhg
Hipertensi stadium II >140 mmHg > 90 mmHg
Hipertensi stadium III >180 mmHg > 120 mmHg

4. Patofisiologi Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah dalam arteri dapat terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya, arteri besar dapat kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, yaitu
dinding arterinya telah menebal dan kaku yang disebabkan oleh arterioskalierosis.
Dengan cara sama, tekanan darah juga meningkat ketika terjadi vasokonstriksi,
yaitu apabila arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerutkarena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal tersebut terjadi apabila terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak biasa membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan oleh perubahan di dalam fungsi
ginjal dan sisten saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi
tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara, antara lain apabila tekanan darah meningkat,ginjal akan
menambah pengeluaran garam dan air yang dapat mengakibatkan berkurangnya
volume darah dan mengebalikan tekanan darah ke normal, sedangkan apabila tekanan
darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume
darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal dapat meningkatkan tekanan darah yang menghasilkan enzim yang
disebut renin,yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjtnya akan
memicupelepasan hormon aldosterone. Ginjal merupakan organ penting dalam
mengendalikan tekanan darah, oleh karena itu berbagai penyakit serta kelainan pada
ginjal dapat mengakibatkan tejadinya tekanan darah tinggi, seperti penyempitan arteri
yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) dapat menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal dapat juga mengakibatkan
naiknya tekanan darah (Cahyani, 2020).
5. Pathway

Usia Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas


Jenis Kelamin

Elastisitas, arteriosklerosis

Hipertensi

Perubahan status Krisis situasional


Kerusakan vaskuler pembuluh darah
kesehatan Paparan infomasi
Perubahan struktur kurang

Ansietas Menujukan
Penyumbatan pembuluh darah
persepsi yang
keliru tentang masalah
Vasokontruksi

Defisit
pengetahuan
Gangguan Sirkulasi

Otak Peningkatan tekanan Retina


pembuluh darah

Resistensi pembuluh Suplai O2 Spasme


darah otak menurun Sakit, nyeri
arteriole
Sakit kepala, Tampak meringis,
Sinkop
pusing gelisah, frekuensi Diplopia
nadi meningkat
Resiko perfusi
Gangguan pola serebral tidak
tidur Resiko jatuh
efektif Nyeri Akut

6. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan
yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala
umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada
pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder
hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi
dengan peningkatan berat badan, factor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan
penderita bepergian dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas
aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi
kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah,
mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi,
intoleransi panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas
sentral, wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang,
dan tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder
(Adrian, 2019).
7. Komplikasi
Menurut Nugraha (dalam Prasetyo, 2019) beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan
oleh hipertensi antara lain:
a. Retinopati Hipertensif
Retinopati merupakan kondisi rusaknya retina yang disebabkan oleh tingginya
tekanan intra ocular akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Tekanan darah yang
tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil retina sehingga menyebabkan
penebalan pada dinding pembuluh darah. Penebalan tersebut menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah yang berdampak pada penurunan aliran darah
yang melaluinya. Akibatnya adalah suplai darah ke retina berkurang sehingga
terjadi kerusakan di berbagai area retina tersebut. Gejala yang dapat dirasakan oleh
penderita adalah penglihatan ganda, penurunan daya lihat, nyeri kepala, hingga
kebutaan.
b. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita hipertensi ini adalah
penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensif. Penyakit jantung
koroner terkait dengan berbagai gejala yang muncul akibat terganggunya suplai
darah ke otot jantung sehingga menimbulkan kerusakan, mulai dari iskemia, cedera
hingga kematian otot jantung tersebut. Peregangan yang berlebihan pada dinding
pembuluh darah ini akan menyebabkan luka kecil pada endothelium yang dikenal
dengan lukamikroskopik. Meskipun demikian, luka tersebut sudah dapat memicu
respons pembekuan sehingga pada akhirnya terbentuk thrombus pada area tersebut.
Jika thrombus tersebut terkelupas, maka akan menyisakan pembuluh darah yang
tipis. Seiring perjalanan waktu penipisan dinding pembuluh darah tersebut dapat
memicu aneurisma yaitu penonjolan dinding pembuluh darah seperti kantong.
Aneurisma ini sangat rentan untuk pecah yang dapat berakibat fatal.Selain itu
tingginya resistensi sistemik pada hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih
keras lagi supaya aliran darah dapat tetap terjaga. Jika hal ini berlangsung lama,
akan menyebabkan pembesaran otot jantung (hipertrofimiokard) yang
menyebabkan penurunan fungsi jantung itu sendiri.
c. Hipertensi Serebrovaskular (Stroke)
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling penting penyakit stroke
baik karena perdarahan maupun emboli. Risiko stroke akan semakin bertambah
dengan semakin tingginya tekanan darah. Tingginya regangan pada dinding
pembuh darah akan menyebabkan luka mikroskopik yang dapat menjadi pemicu
terbentuknya thrombus pada area tersebut. Thrombus yang terbentuk menyebabkan
penyempitan pada lumen pembuluh darah sehingga bisa menurunkan aliran darah
serebral. Demikian pula ketika thrombus terlepas dan ikut bersama aliran darah,
maka ia akan menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah dengan diameter yang
lebih kecil. Penurunan aliran darah ini akan menyebabkan iskemia hingga kematian
sel-sel otak. Kondisi seperti ini dikenal dengan stroke non hemoragik. Selain itu,
luka akibat regangan pada dinding pembuluh darah atau luka bekas dari thrombus
yang terlepas menyebabkan kelemahan pada lokasi dinding pembuluh darah
tersebut. Akibatnya daerah tersebut mudah mengalami aneurisma atau ruptur,
sehingga menimbulkan perdarahan di area otak. Perdarahan diotak yang
menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak disebut stroke hemoragik.
d. Ensefalopati (Kerusakan Otak)
Hipertensi merupakan sindrom yang ditandai oleh perubahan neurologis secara
mendadak akibat peningkatan tekanan darah arteri. Sindrom tersebut akan hilang
jika tekanan darah dapat diturunkan kembali. Gejala yang sering muncul biasanya
nyeri kepala hebat, bingung, lamban, muntah, mual, dan gangguan penglihatan.
Gejala ini umumnya bertambah berat dalam waktu 12- 48 jam, pasien dapat
mengalami kejang, penurunan kesadaran, hingga kebutaan. Kondisi ini sering
terjadi pada hipertensi maligna yang mengalami peningkatan tekanan darah secara
cepat.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipikoagulabilitas.
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
5) 200 EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
6) IUP : meginditifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan ginjal.
7) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
9. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg, Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alcohol natrium tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi.
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria, perokok) atau bila
tekanan darah diastoliknya menetap , diatas 85 atau 95 mmHG dan sistoliknya diats
130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai dengan terapi obat-obatan .
1) Terapi nonfarmakologis hipertensi
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
• Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
• Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
• Penurunan berat badan
• Penurunan asupan etanol
• Menghentikan merokok
• Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
• Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
• Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut
nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur.
• Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan.
• Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5x
perminggu.
c. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi Farmakologis Hipertensi
Tujuan : Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal dengan cara termudah
dengan efek samping sekecil mungkin bagi penderita.
10. Pencegahan
Ada tiga cara lain untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat penting dalam
pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat beresiko tinggi
terkena penyakit hipertensi. Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya
merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak mengandung kolesterol,
makanan yang gurih dengan kadar garam berlebih, minuman berkafein, dll.
Sementara pada saat yang sama kurang berolahraga atau kurang beraktifitas, sering
stress, minim air putih, serta kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu diartikan
mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu penyakit, misalnya
pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut pencegahan / pemeriksaan secara medis
(medical check up). Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor
keturunan atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri tekanan
darahnya ke dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi atau hipertensi bila
tidak segera diatasi adalah pra kondisi bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan
demikian, mencegah darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari penyakit lain.
Jika dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang dokter
akan memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti ditemukan
gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat tradisional. Beberapa
diantara tanaman tradisional (serta hasilnya) yang bisa menurunkan tekanan darah
misalnya : bayam, biji bungan matahari, kacang-kacangan, dark coklat, pisang,
kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri, belimbing, pace
atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan lain-lain. Beberapa tanaman
diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya
melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan
darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari
homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari
mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh.
Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah tinggi, karena dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi
kuaci segar yang tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif
menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat
tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang
bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa
satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan.
Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi.
Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak
sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat
tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat
oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan
menyebabkan aliran darah meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol.
Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk kesehatan
jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga
dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi, misalnya
terapi bekam. Bekam merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal,
dan bermanfaat untuk pencegahan berbagai macam penyakit

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Diri
Meliputi nama, umur (usia lansia karena banyak klien lansia yang mengalami
masalah istirahat/tidur), jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua
data mengenai identitas klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien hipertensi adalah klien mengeluh
sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan pengkajian.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah hipertensi sebelumnya
dan bagaimana penanganannya.
e. Genogram
Gambaran keturanan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal
bersama pasien.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami hipertensi seperti
yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang mempengaruhi tekanan
darah tinggi.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami hipertensi biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda Vital:
a) Suhu dalam batas normal (37 0C)
b) Nadi meningkat atau normal (N:70-82x/ menit)
c) Tekanan darah biasanya menurun
d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami peningkatan
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas
normal.
b) Sistem sirkulasi (B2: Bleeding)
Dapat ditemukan adanya perubahan frekuensi nadi (meningkat) atau masih
dalam batas normal, tekanan darah biasanya menurun.
c) Sistem persyarafan (B3: Brain)
Klien apatis, gangguan konsentrasi, tidak adanya gangguan persepsi sensori,
d) Sistem perkemihan (B4: Bleder)
Tidak ada gangguan dalam pola berkemih, tidak ada dysuria atau polyuria.
e) Sistem Pencernaan (B5: Bowel)
Tidak ada gangguan pada sistem pencernaan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada makan berlebih, klien mengalami penurunan nafsu makan, perubahan
berat badan.
f) Sistem Muskuluskletal (B6: Bone)
Klien mengeluh nyeri otot, nyeri pada seluruh badan.
h. Pola Fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktifitas apa saja yang biasa dilakukan:
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah kesehatannya.
2) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami penurunan nafsu makan
3) Pola eliminasi
Klien tidak mengalami polyuria atau dysuria, dan juga tidak mengalami
konstipasi.
4) Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami kesulitan memulai tidur, terbangun dengan waktu yang lama.
5) Pola aktifitas dan istirahat
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena
kelemahan akibat gangguan tidur. Pengkajian kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan pengkajian table
Indeks KATZ atau Modifikasi dari Barthel Indeks.
6) Pola hubungan dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan
masalah keuangan. Pengkajian hubungan dan peran klien dapat menggunakan
pengkajian table APGAR Keluarga.
7) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat dan
motivasi. Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakukan pengkajian
menggunakan table SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner) atau
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam).
8) Pola persepsi dan konsep diri
Klien biasanya tidak mengalami gangguan konsep diri. Untuk mengkaji tingkat
depresi klien dapat menggunakan table Geriatric Depression Scale.
9) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan kebutuhan seksual.
10) Pola Mekanisme/ penanggulangan stress dan koping
Biasanya klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialami.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan hipertensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
6. Resiko jatuh ditandai dengan dengan usia >65 tahun

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Resiko perfusi Setelah diberikan Pemantuan tekanan 1. Untuk mengetahui
serebral tidak asuhan keperawatan intrakanial apakh terjadi
efektif ditandai selama…..x 24 jam, 1. Monitor peningkatakan
dengan hipertensi diharapkan perfusi peningkatakan tekanan darah
serebral membaik tekanan darah 2. Untuk mengetahui
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor perfusi serebral
1. Sakit kepala tekanan perfusi mengalami
menurun serebral penekanan atau
2. Tekanan darah 3. Jelaskan tujuan tidak
sistolik pemantuan 3. Untuk mengetahui
membaik 110- 4. Informasikan hasil dari tekanan
130 mmHg hasil dara
3. Tekanan pemantuan. 4. Untuk mengetahui
diatolik hasil dari setiap
membaik pemeriksaan.
2 Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen nyeri 1) Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan 1) Identifikasi skala tingkat rasa nyeri
dengan selama ...x24 jam nyeri yang dialami
agen pencedera diharapkan nyeri 2) Berikan tekhnik pasien
fisiologis pasien berkurang nonfarmakologis 2) Untuk mengurangi
dengan kriteria hasil : untuk mengurangi rasa nyeri yang
1) Keluhan nyeri rasa nyeri dirasakan
menurun,skala (akupresure) 3) Untuk mengetahui
nyeri berkurang 2- 3) Jelaskan strategi cara meredakan
3 meredakan nyeri rasa nyeri
2) Tidak tampak 4) Kolaborasi 4) Untuk membantu
meringis pemberian proses
3) Tidak gelisah analgetic jika perlu penyembuhan
4) Tidak mengalami pasien untuk
kesulitan tidur mengurangi rasa
nyeri
3 Gangguan pola tidur Setelah di lakukan Dukungan tidur 1) Untuk
berhubungan asuhan keperawatan 1)Identifikasi pola mengetahui factor
dengan kurang selama ...x24 jam aktivitas dan tidur pengganggu tidur
control tidur diharapkan pola tidur 2) Sesuaikan jadwal pasien
pasien kembali normal pemberian obat 2) Agar siklus tidur
dengan kriteria hasil : dan/atau tindakan terjaga
1) Tidak mengalami untuk menunjang 3) Untuk
keluhan sulit tidur siklus tidur- terjaga menurunkan
2) Tidak mengalami 3) Lakukan prosedur gangguan pola
keluhan sering untuk tidur
terjaga meningkatkan 4) agar klien
3) Tidak mengalami kenyamanan mengetahui
keluhan tidak puas 4) Ajarkan factor - faktor- factor
tidur faktor yang yang
4) Tidak mengalami berkontribusi berkontribusi
keluhan pola tidur terhadap gangguan terhadap
berubah pola tidur
gangguan pola
tidur
4 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan 1) Untuk
berhubungan asuhan keperawatan 1) Identifikasi mengetahui
dengan kurang selama ...x24 jam kesiapan dan kesiapan dan
terpapar informasi diharapkan tingkat kemampuan kemampuan
pengetahuan pasien menerima pasien dalam
meningkat dengan informasi menerima
kriteria hasil : 2) Sediakan materi dan informasi
1) Perilaku sesuai media Pendidikan 2) Materi dan
anjuran kesehatan media
2) Kemampuan 3) Berikan kesempatan Pendidikan untuk
menjelaskan untuk bertanya membantu
pengetahuan 4) Jelasakan factor mempermudah
tentang hipertensi resiko yang dapat pasien dalam
3) Kemampuan mempengaruhi menerima
menggambarkan kesehatan informasi
pengalaman kesehatan
sebelumnya 3) Untuk
tentang hipertensi memberikan
kesempatan pada
pasien untuk
bertanya hal yang
belum di pahami
4) Untuk
meningkatkan
pemahaman
tentang hal apa
saja yang
mempengaruhi
kesehatan
5 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas: 1.Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan 1) Monitor tanda- tanda perubahan pada
dengan selama ...x24 jam ansietas tingkat ansietas
krisis situasional diharapkan tingkat 2) Motivasi 2.Untuk dapat
ansietas berkurang mengidentifikasi mengetahui
dengan kriteria hasil : situasi yang memicu situasi apa saja
1) Prilaku gelisah kecemasan yang
berkurang Prilaku 3) Latih kegiatan menyebabkan
tegang berkurang pengalihan untuk atau memicu
2) Keluhan pusing mengurangi ansietas
berkurang ketegangan 3. Untuk dapat
3) Frekuensi nadi 4) Kolaborasi mengurangi
kembali normal pemberian obat ketegangan dari
antiansietas klien mengenai
masalah yang
sedang alami
4.Untuk dapat
meringankan
gejala yang
diderita klien
6 Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh 1) Mengenal perilaku
ditandai asuhan keperawatan 1) Identifikasi factor dan faktor- faktor
dengan dengan usia selama ...x24 jam resiko jatuh yang berpotensi
>65 tahun diharapkan tingkat 2) Pasang handrail mengakibatkan
jatuh menurun dengan tempat tidur jatuh.
kriteria hasil : 3) Gunakan alat bantu 2) Untuk mencegah
1) Jatuh saat berjalan resiko jatuh
berdiri 4) Anjurkan 3) Untuk menjaga
berkurang menggunakan alas keseimbangan
2) Jatuh saat kaki yang tidak licin paseien saat
berjalan berjalan
berkurang 4) Alas kaki karet
mengurangi
3) Jatuh saat gesekan yang
membungkuk dapat mengurangi
berkurang resiko jatuh

4.Implementasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2013) adapun sebagai berikut: Implementasi adalah


pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang pesifik. Tahap
Implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor -faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari implementasi adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan. Pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping
perencanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi keperawatan. Selama
tahap implementasi, perawat melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasi. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam,
2013).
DAFTAR PUSTAKA

Adrian,S.J.2019. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada Dewasa.


Cermin Dunia Kedokteran, 46(3), 172-178.

Ardiansyah, M. 2012. Keperawatan medikal bedah. Yogjakarta:DIVA Press

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI

PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil keperawatan,
edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018).Standar intervensi keperawatan Indonesia z; Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Udjianti, Wajan Juni.2013. Keperawatan Kardiovaskular. Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit


Salemba Medika.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA Tn. D DENGAN HIPERTENSI
DI BR. TERUNA, BLAHBATUH, GIANYAR
TANGGAL 21 – 26 DESEMBER 2022

I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA :
A. IDENTITAS/DATA BIOGRAFIS KLIEN
1. Nama : Tn. D
2. No. Rekam Medis :-
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Tempat Tanggal Lahir : Blahbatuh, 31-12-1948
5. Umur : 74 th
6. Agama : Hindu
7. Status Perkawinan : Menikah
8. Pekerjaan : Tidak bekerja
9. Pendidikan Terakhir : SD
10. Alamat Rumah : Br. Teruna, Blahbatuh, Gianyar
11. Orang yang dekat dihubungi : Tn. B
12. Hubungan dengan klien : Anak
13. Tanggal masuk ke RS :-

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sakit kepala

C. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Pada tanggal 23 Desember 2022, saat pengkajian klien mengatakan sedang sakit
kepala, klien juga mengatakan merasakan nyeri Ketika sakit kepala muncul, klien
tidak ada mengkonsumsi obat. Klien mengatakan tidak tau akan penyakitnya dan
tidak tau akibat dari sakit yang dirasakan.

D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Klien juga
mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
E. GENOGRAM

Keterangan :

: Laki- Laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.

G. RIWAYAT PEKERJAAN
Klien mengatakan dirinya dulu adalah seorang supir, dikarenakan faktor usia jadi
beliau memutuskan untuk selesai bekerja dan kini hanya tinggal dirumah.

H. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


1) Type tempat tinggal
Klien tinggal dirumah pribadi dan permanen
2) Kamar
Klien memiliki 4 kamar , yang terdiri dari 1 kamar untuk klien, 3 kamar untuk
anak dan menantunya.
3) Kondisi tempat tinggal
Kondisi tempat tinggal klien bersih dengan ventilasi yang cukup dan tata ruang
bagus serta terdapat tanaman yang menghiasi halaman rumah.
4) Jumlah orang yang tinggal di dalam rumah
Tidak terkaji
5) Derajat privasi
Klien memiliki ruang kamar sendiri untuk beristirahat

I. RIWAYAT REKREASI
1) Hobby/ minat
Klien mengatakan memiliki kebiasaan bersepeda untuk sekedar mengisi waktu
luangnya.
2) Keanggotaan dalam berorganisasi : -
3) Liburan / perjalanan
Keluarga klien mengatakan klien jarang melakukan rekreasi/ perjalanan jauh.

J. SISTEM PENDUKUNG
1) Perawat / bidan / dokter / fisioterapi
Saat sakit klien biasa berobat ke puskesmas atau dokter dekat rumahnya.
2) Jarak dari rumah : sekitar 1 km
3) Puskesmas : Puskesmas Blahbatuh II sekitar 1 km dari rumah
4) Rumah sakit : RS Sanjiwani Gianyar > 5 km dari rumah
5) Klinik : -
6) Pelayanan kesehatan di rumah
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki pelayanan kesehatan untuk
dirumahnya
7) Makanan yang dihantarkan
Klien mengatakan biasanya mengambil makanan sendiri di dapur.
8) Perawatan sehari – hari yang dilakukan keluarga
Klien mengatakan tidak mempunyai perawatan khusus yang dilakukan untuk
mengatasi keluhan yang dirasakan.
K. SPIRITUAL/KULTURAL
1. Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan menganut agama hindu dan melaksanakan persembahyangan
setiap hari dan rutin sembahyang di hari raya atau rahinan.
2. Keyakinan tentang kesehatan : -
L. PEMERIKSAAN FISIK
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum : Klien terlihat lemas
2. Tingkat kesadaran (Composmetis/Apatis/Somnolen/Supor/Coma)
3. Glasgow Coma Scale : E : 4 M: 5 V : 6
4. Tanda-Tanda Vital :
a. Suhu : 36,00C
b. Nadi : 96 x/menit
c. Tekanan darah : 170/100 mmHg
d. Pernafasan : 22 x/menit
e. Saturasi oksigen : 98 %
5. Tinggi badan : 160 cm
6. Berat badan : 60
7. IMT : 23,4 kg/m2
8. Sistem Kardiovaskuler
• I : Bentuk dada simetris, bibir lembab, CTR< 2 detik
• P : Tidak terdapat pembengkakan pada daerah dada, vena jugularis
teraba.
• A : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan (murmur), bunyi jantung S1
terdengar kuat dan irregular dan S2 terdengar kuat
• P : Terdengar suara perkusi jantung dullness
9. Sistem Pernafasan
• I : Pengembangan dada simetris saat inspirasi, tidak terdapat kelainan
bentuk pada dada, tidak ada pernafasan cuping hidung.
• P : Tidak dapat benjolan, teraba adanya ictus cordis, vocal fremitur sama
dikedua lapang paru.
• P : Terdengar suara sonor di kedua lapang paru.
• A : RR : 22 x/menit, irama napas teratur, tidak terdengar suara mengi
10. Sistem Integument
• Inspeksi : Tidak terjadi lesi/luka, tidak terjadi perubahan
pigmentasi pada kulit, terjadi perubahan pada rambut yaitu berwarna
sawo matang, dan tidak terjadi perubahan kuku.
• Palpasi : Perubahan tekstur kulit klien yaitu kendur, keriput dan
tidak elastis
11. Sistem Perkemihan
• Klien memiliki kebiasaan BAK 4-6 kali sehari, karakteristik warna urin
kekuningan, dengan bau khas urine.
• Inspeksi : pada sistem perkemihan tidak terjadi disuria (nyeri saat
BAK), tidak terjadi hematuria
• Palpasi : tidak ada nyeri saat BAK
12. Sistem Musculoskeletal
Pada sistem musculoskeletal klien tidak terjadinya massa otot. Tidak adanya
nyeri tekan.
13. Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin tidak terdapat goiter, klien tidak mengalami polifagi dan
tidak terjadi polyuria.
14. Sistem Gastrointestinal
• I : abdomen tampak simetris tidak ada benjolan
• P : tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
• P : terdengar suara tympani
• A : Terdengar bising usus 7x/menit
15. Sistem Reproduksi
Tidak terdapat lesi pada area kemaluan, tidak terdapat nyeri tekan.
16. Sistem Neurosensori
Klien mengeluh berdenyut, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)
• Inspeksi : kondisi lelah dan lemah
• Palpasi : syaraf cranial berfungsi dengan normal.

M. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
ADL (Activity Daily Living)
Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari/Activity Daily Living
1. INDEKS KATZ

Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
A
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
C
tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
D
satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
E
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
F
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu.
2. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS

Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega,
2
dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
1
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, 1
dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal mengancing baju) 2
2 = Mandiri
5 Buang air 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
kecil terkontrol
2
(Bladder) 1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6 Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar (Bowel) 1 = Kadang inkotinensia (sekali seminggu) 2
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
2
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
3
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
3
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang
3= Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Berdasarkan kriteria hasil di atas klien memperoleh total nilai 20, maka dapat disimpulkan
klien mampu melakukan ADL secara mandiri.

N. PENGKAJIAN KOGNITIF
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status Questioner
(SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan

Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1 Tanggal berapa hari ini? 23 Desember

√ 2 Hari apa sekarang? Jumat

√ 3 Apa nama tempat ini? Rumah

√ 4 Berapa nomor telepon Anda? tidak memiliki


Dimana alamat Anda? hp, alamat Br.
(tanyakan bila tidak memiliki telepon) Teruna
√ 5 Berapa umur Anda? 74 th

√ 6 Kapan Anda lahir? 1948


√ 7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? jokowi

√ 8 Siapa Presiden sebelumnya? SBY


√ 9 Siapa nama Ibu Anda? Bu nyoman
√ 10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya 17
sampai bilangan terkecil)
Keterangan :
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Score : 0
Berdasarkan pertanyaan di atas klien mampu menjawab semua pertanyaan dengan
benar, dengan 0 kesalahan maka dapatcdisimpulkan bahwa klien memiliki fungsi
intelektual utuh.

2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Orientasi
5 4 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang?)
5 5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota)
(rumah sakit) (lanatai)?
Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk mengtakan
masing-masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban
yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 4 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Mengingat
3 3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 5 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau tetapi
(1 poin)
24 Nilai total

Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
(Klien mendapatkan nilai 24, yang dimana klien tidak terindikasi adanya defisit
gangguan kognitif)

O. PENGKAJIAN STATUS EMOSIONAL


Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur? (tidak)
b.Apakah klien sering merasa gelisah? (tidak)
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri? (tidak)
d.Apakah klien sering was-was atau khawatir? (tidak)

Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
(tidak)
b. Ada atau banyak pikiran? (tidak)
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain? (tidak)
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? (tidak)
e. Cenderung mengurung diri? (tidak)
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”MASALAH EMOSIONAL POSITIF
(+)
(Klien tidak mengalami masalah emosional)
P. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan memiliki hubungan baik dengan anggota keluarga dan tetangga
di dekat rumahnya. Klien mengatakan sering bertukar cerita dengan teman seusianya
apabila bertemu dan klien aktif mengikuti kegiatan lansia, seperti senam lansia dan
nguopan di sekitar lingkungannya

Q. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Klien mengatakan menganut agama hindu dan melaksanakan persembahyangan atau
mebanten setiap hari di lingkungan rumahnya. Selain itu klien juga rutin mengikuti
persembahyangan di pura ketika ada rahinan dan hari raya keagamaan.

R. PENGKAJIAN DEPRESI (menggunakan Geriatric Depression Scale)


NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas dengan √
kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau √
kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ kosong di dalam √
hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? √
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai harapan yang baik di √
masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang √
mengganggu terus menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat yang baik setiap saat? √
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi √
pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia sebagian besar waktu? √
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa- √
apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah dan gelisah? √
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal dirumah dari pada √
keluar dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa depan? √
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini sering pelupa? √
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Bapak/ Ibu sekarang ini √
menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih dan putus asa? √
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini? √
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa lalu? √
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini mengembirakan? √
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk memulai kegiatan yang √
baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh semangat? √
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada √
harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik √
keadaanya daripada Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena hal- hal yang sepele? √
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin menangis? √
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? √
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagi √
hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial? √
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat suatu keputusan? √
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah dalam √
memikirkan sesuatu seperti dulu?

Ket: Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1

Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi

Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan

Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat

Score : 8

Dari pengkajian menggunakan Geriatric Depression Scale didapatkan total skor klien yaitu
8, maka dapat disimpulkan bahwa klien tidak menunjukan tanda depresi.

S. PENGKAJIAN RISIKO JATUH


1. Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)
NO LANGKAH
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke
kursi, ukur waktu dalam detik
Ket:
Skor

>12 detik : risiko jatuh tinggi


≤ 12 detik : risiko jatuh rendah
Dari hasil pengkajian menggunakan The Timed Up and Go (TUG) didapatkan hasil
bahwa klien mampu menghabiskan waktu kurang dari 12 detik untuk menyelesaikan
test TUG, maka klien termasuk ke dalam risiko jatuh rendah.

T. APGAR keluarga

NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG - TIDAK


(2) KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi 2
Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu apabila saya
mengalami kesulitan (adaptasi)

2 P: Partnership 2
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dan mengungapkan masalah
dengan saya (hubungan)

3 G: Growth 2
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (pertumbuhan)

4 A: Afek 2
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons terhadap
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5 R: Resolve 2
Saya puas dengan cara teman atau keluarga saya dan
saya menyediakan waktu bersama-sama
mengekspresikan afek dan berespon

JUMLAH 10

Penilaian:

Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi

Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang

Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga

Berdasarkan pengkajian di atas klien memperoleh nilai 10, maka klien dapat disimpulkan
bahwa klien tidak ada disfungsi keluarga
U. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 Ds : Hipertensi Resiko Perfusi
Klien mengeluh sakit Serebral Tidak efektif
kepala Gangguan sirkulasi
Do :
TD : 170/100 mmHg Suplai O2 menurun
RR : 22x/mnt
HR : 96x/mnt Sinkop
SPO2 : 98%
S : 36,00C Resiko perfusi
serebral tidak efektif
2 Ds : Hipertensi Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri
ketika sakit kepala muncul Gangguan Sirkulasi
P : nyeri saat sakit kepala
muncul Peningkatan tekanan
Q : seperti diremas pembuluh darah
R : bagian kepala
S : skala nyeri 3 Sakit kepala
T : hilang timbul
Do : Nyeri akut
Klien tampak meringis
TD : 170/100 mmHg
RR : 22x/mnt
HR : 96x/mnt
SPO2 : 98%
S : 36,00C

3 Ds : Hipertensi Defisit Pengetahuan


Klien mengatakan tidak tau
akan penyakitnya dan tidak Perubahan status
kesehatan
tau akibat dari sakit yang
dirasakan
Do : Krisis situasional
Menujukan persepsi yang
keliru tentang masalah
Paparan informasi
kurang

Menunjukan persepsi
yang keliru

Defisit Pengetahuan

V. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan hipertensi


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien
mengeluh sakit kepala
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
W. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Resiko perfusi Setelah diberikan Pemantuan tekanan 1. Untuk
serebral tidak asuhan keperawatan intrakanial mengetahui
efektif ditandai selama 3 x 24 jam, 1. Monitor apakh terjadi
dengan hipertensi diharapkan perfusi peningkatakan peningkatakan
serebral membaik tekanan darah tekanan darah
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor tekanan 2. Untuk
1. Sakit kepala perfusi serebral mengetahui
menurun 3. Jelaskan tujuan perfusi serebral
2. Tekanan darah pemantuan mengalami
sistolik 4. Informasikan penekanan atau
membaik 110- hasil pemantuan. tidak
130 mmHg
3. Tekanan 3. Untuk
diatolik mengetahui hasil
membaik dari tekanan dara
4. Untuk
mengetahui hasil
dari setiap
pemeriksaan.
2 Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan 1. Identifikasi tingkat rasa nyeri
dengan agen selama 3 x24 jam skala nyeri yang dialami
pencedera diharapkan nyeri pasien 2. Berikan tekhnik pasien
fisiologis ditandai berkurang dengan nonfarmakologis 2. Untuk mengurangi
dengan klien kriteria hasil : untuk rasa nyeri yang
mengeluh sakit 1. Keluhan nyeri mengurangi rasa dirasakan
kepala menurun,skala nyeri 3. Untuk mengetahui
nyeri berkurang (akupresure) cara meredakan
2- 3 3. Jelaskan strategi rasa nyeri
2. Tidak tampak meredakan nyeri 4. Untuk membantu
meringis 4. Kolaborasi proses
3. Tidak gelisah pemberian penyembuhan
4. Tidak analgetic jika pasien untuk
mengalami perlu mengurangi rasa
kesulitan tidur nyeri
3 Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan 1. Untuk mengetahui
pengetahuan asuhan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan selama 3 x24 jam kesiapan dan kemampuan
dengan kurang diharapkan tingkat kemampuan pasien dalam
terpapar informasi pengetahuan pasien menerima menerima
ditandai dengan meningkat dengan informasi informasi
menunjukan kriteria hasil : 2. Sediakan materi 2. Materi dan media
persepsi yang 1. Perilaku sesuai dan media Pendidikan untuk
keliru terhadap anjuran Pendidikan membantu
masalah kesehatan mempermudah
2. Kemampuan 3. Berikan pasien dalam
menjelaskan kesempatan menerima
pengetahuan untuk bertanya informasi
tentang 4. Jelasakan factor kesehatan
hipertensi resiko yang 3. Untuk
3. Kemampuan dapat memberikan
menggambarkan mempengaruhi kesempatan pada
pengalaman kesehatan pasien untuk
sebelumnya bertanya hal yang
tentang belum di pahami
hipertensi 4. Untuk
meningkatkan
pemahaman
tentang hal apa
saja yang
mempengaruhi
kesehatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

Masalah : Hipertensi

Pokok Pembahasan : Hipertensi

Sasaran : Keluarga Tn.D

Jam : 09.00 - Selesai

Waktu : 20 Menit

Tanggal : 25 Desember 2022

Tempat : Kediaman Tn.D

Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh
darah vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3 Milyar
orng di Dunia menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di Dunia
terdiagnosis menderita Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018 Hipertensi
mengalami kenaikan jika di bandingkan hasil riskesdas 2013 dari 25,8% menjadi
34,1%.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Keluarga Tn,D mampu memahami
dan mengerti tentang Hipertensi.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Hipertensi, diharapkan
Keluarga Tn.D dapat:
1) Menjelaskan pengertian
2) Menyebutkan penyebab
3) Menyebutkan tanda dan gejala
4) Menyebutkan upaya pencegahan
5) Menjelaskan kenapa hipertensi harus di cegah
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1 Pembukaan 3 menit 1) Mengucapkan salam 1) Menjawab salam Leaflet
2) Memperkenalkan 2) Mendengarkan
diri dan menyimak
3) Menyampaikan 3) Bertanya
tentang tujuan pokok mengenai
materi perkenalan dan
4) Meyampakaikan tujuan jika ada
pokok pembahasan yang kurang jelas
5) Kontrak waktu
2 Pelaksanaan 12 menit Penyampaian Materi 1) Mendengarkan Leaflet
1) Menjelaskan dan menyimak
pengertian 2) Bertanya
2) Menjelaskan mengenai hal-hal
penyebab yang belum jelas
3) Menjelaskan tanda dan dimengerti
dan gejala
4) Menjelaskan faktor
resiko
5) Menjelaskan upaya
pencegahan
3 Penutup 5 menit 1) Tanya jawab 1) Sasaran dapat Leaflet
2) Memberikan menjawab tentang
kesempatan pada pertanyaan yang
peserta untuk diajukan
bertanya 2) Mendengar
3) Melakukan evaluasi 3) Memperhatikan
4) Menyampaikan 4) Menjawab salam
kesimpulan materi
5) Mengakhiri
pertemuan
danmengucapkan
salam

H. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1) Menjelaskan pengertian Hipertensi
2) Menyebutkan penyebab Hipertensi
3) Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4) Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Hipertensi
5) Menjelaskan Kenapa hipertensi harus di cegah
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan darah sistolik
> 140 mmHg. dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Pada pasien hipertensi, mengalami
peningkatan tekanan darah di atas batas normal dimana tekanan darah normal 110/90
mmHg. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, resistensi perifer pembuluh darah,
dan jumlah atau kandungan darah yang bersirkulasi. Penyebab hipertensi diklasifikasikan
menjadi factor yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur,
serta faktor yang dapat dikontrol seperti gaya hidup, obesitas, aktivitas fisik, merokok,
mengkonsumsi alkohol, kebiasaan pola tidur.
B. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Factor yang
mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis system
rennin. Antigiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
C. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut AHA 2018
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal <130 mmHg < 85 mmHg
Prehipertensi 120-129 mmHg < 85 mmHg
Hipertensi stadium I 130 -139 mmHg 80 – 89 mmhg
Hipertensi stadium II >140 mmHg > 90 mmHg
Hipertensi stadium III >180 mmHg > 120 mmHg

D. Upaya Pencegahan
1) Cek Kesehatan secara berkala
2) Hindari Kegemukan
3) Hindari rokok dan alkohol.
4) Hindari stress
5) Olah raga teratur / Aktifitas fisik
6) Batasi pemakaian garam
7) Istirahat cukup
E. Diet Hipertensi.
1. Pengertian.
Diet Hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan untuk membatu
menurunkan takanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal,
selain itu diet hipertensi juga bertujuan untuk menurunkan factor resiko hipertensi
lainnya seperti berat badan berlebih, tinggi kolestrol dan Asam Urat dalam darah.
2. Tujuan.
Membantu Menghilangkan Nutrisi garam / mengurangi air dalam jaringan tubuh
dan menurunkan tekaan darah pada hipertensi.
3. Syarat- Syarat Diet.
a. Cukup energy, Protein, Mineral dan Vitamin
b. Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaan penyakit
c. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat ringannya Hipertensi
d. Makanan yang dianjurkan / Boleh di konsumsi :
• Pisang
• Sayuran Hijau kecuali daun singkong , daun melinjo dan bijinya
• Buah- buahan kecuali buah durian
• Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendah lemak
• Susu Skim
• Oatmeal
• Ikan
4. Makanan yang di Hindari /Dibatasi
a. Makanan yang mengandung garam, seperti makanan cepat saji, makanan
kemasan.
• Makanan yang banyak mengandung Gula
• Makanan Berlemak
• Makanan dan Minuman mengandung Alkohol
• Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat dan di peroleh bahan –bahan
nya :
• Jus Apel dan Seledri
1 buah apel ukuran sedang di tambah 2-3 sendok irisan seledri
• Jus belimbing dan Timun
3- 4 iris belimbing buah di tambah 5-7 iris mentimun segar bisa di tambah
perasan jeruk nipis sesuai selera
• Jus timun Seledri
5-7 iris mentimun segar ditambah 2-3 sendok irisan seledr
FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai