DENGAN HIPERTENSI
OLEH
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi wanita
pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung daripada pria
pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh oleh hormone
estrogen yang berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2013).
4. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods Preassure (JNC)
ke-VIII yaitu <130 mmHg untuk tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk
tekanan darah diastole (Smeltzer dan Bare, 2013)
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub Grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≤ 180 ≥110
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang
dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Berdasarkan
pertimbangan gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2013 ).
6. Pathway
Faktor resiko
Gangguan sirkulasi
Ginjal
Otak Peembuluh darah
Vasokontriksi pembuluh
darah ginjal Resistensi pembuluh Sistemik
darah otak meningkat
Afterload meningkat
Blood flow darah
Tekanan intra vaskuler
meningkat
menurun Merangsang Penurunan
curah
Pergeseran struktur nyeri jantung
aldosteron
dalam intrakranial
Retensi Natrium
Nyeri akut
Gangguan mekanisme
regulasi
Edema
Hipervolemia
7. Tanda dan Gejala
a. Tidak ada gejala
Tanda dan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
Menurut Crowin (2010) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya
terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain
8. Komplikasi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung
mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras
jantung untuk memompa darah.
e. Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan
saraf pada mata.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Pengelolaan penyakit hipertensi
meliputi :
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita
hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan rentang
18,5 – 24,9 kg/m2.
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam yaitu
tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau
dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu
sendok teh setiap harinya.
3) Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1 gelas
per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau
menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah
(PERKI, 2015).
4) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam
tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah
5) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.
Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara
relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem
saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi
b. Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat
sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah istem saraf yang dengan
segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan
tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat bisa
menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.
d. Riwayat Keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan penyakit ini
sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua mempunyai riwayat
hipertensi maka anaknya memilik resiko tinggi menderita penyakit seperti orang
tuanya
e. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan sumbersumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
f. Riwayat Lingkup Hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal di rumah,
derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
g. Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby atau minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
h. Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti dokter,
perawat atau klinik
i. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Kardiovaskuler
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti atau
katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan
denyut. Frekuensi : takikardia, berbagai disritmia.
2) Sistem Pernafasan
Gejala :Dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
3) Sistem Integument
Tanda dan gejala : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin
lambat atau tertunda.
4) Sistem Musculoskeletal
Nyeri berat tiba – tiba/ mungkin terlokalisasi pada area jaringan, dapat berkurang
pada imobilisasi, kontraktur atropi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
5) Sistem Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala, gangguan penglihatan
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi, proses fikir atau
memori.
Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan
j. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
ADL (Activity Daily Living)
Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
kehdupan sehari-hari/Activity Daily Living
1. INDEKS KATZ
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
A
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
B
tersebut
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
C
fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian
D
dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
E
ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
F
ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan 9-
11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
k. PENGKAJIAN KOGNITIF
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status Questioner
(SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
K (tanyakan bila tidak memiliki telepon)
e 5 Berapa umur Anda?
t 6 Kapan Anda lahir?
e 7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
r 8 Siapa Presiden sebelumnya?
a 9 Siapa nama Ibu Anda?
n 10 Berapa 20 dikurangi 3? 17-3? 15-3?
gTotal skor
a
n
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien Jawaban
Orientasi
5 4 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa sekarang?)
5 3 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah
sakit) (lanatai)?
Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk mengtakan
masing-masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang
benar
Perhatian dan kalkulasi
5 0 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti setelah 5
jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Mengingat
3 3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas. Berikan
1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 0 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau tetapi (1
poin)
Nilai total
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
l. PENGKAJIAN STATUS EMOSIONAL
Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a.Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
Jawab :
b.Apakah klien sering merasa gelisah?
Jawab :
c.Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
Jawab :
d.Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Jawab :
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu
bulan? Jawab :
b. Ada atau banyak pikiran?
Jawab :
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga
lain? Jawab :
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran
dokter? Jawab :
e. Cenderung mengurung
diri? Jawab :
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”MASALAH EMOSIONAL POSITIF
(+)
m. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap klien pada orang lain,
harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
n. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian, harapan-
harapan klien, dan lain-lain
Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
Catatan:
1. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit,
dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode:
a. Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF
b. Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
c. Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer) dengan
kode: WT
d. Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
e. Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
Ket:
Skor
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh rendah
q. APGAR keluarga
NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG TIDAK
(2) -KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu apabila saya
mengalami kesulitan (adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya
(hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau keluarga
saya dan saya menyediakan waktu bersama-
sama mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH
Penilaian:
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Penurunan curah jantung b.d Perubahan irama jantung, perubahan frekuensi
jantung. Perubahan afterload
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera fisik (trauma, prosedur
operasi, terpotong
3) Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan, kelebihan
asupan natrium
4) Ansietas b.d krisis situasional, kurang terpapar informasi, kebutuhan tidak terpenuhi
5) Defisit pengetahuan b.d gangguan fungsi kognitif, kurang terpapar informasi,
kurang mampu mengingat
1) Rencana Tindakan
Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi/NIC Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tanda/gejala 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x primer penurunan curah tanda/gejala primer
kunjungan diharapkan curah jantung penurunan curah jantung
jantung tidak mengalami seperti dyspnea, kelelahan,
penurunan dengan kriteria hasil edema
: 2. Posisikan pasien semi-Fowler 2. Membantu sirkulasi agar
1. Kekuatan nadi perifer atau Fowler dengan kaki berjalan lebih lancer
meningkat kebawah atau nyaman
2. Palpitasi menurun 3. Anjurkan beraktifitas fisik 3. Agar tidak memicu kerja
3. Edema menurun sesuai toleransi jantung yang berlebihan
4. Tekanan darah membaik 4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengatasi denyut
5. CRT <3s aantiaritmia, jika perlu jantung bila tidak teratur
2. Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi reaksi nonverbal 1. Untuk mengetahui reaksi
keperawatan selama 3 x nonverbal dan
kunjungan diharapkan nyeri ketidaknyamanan pasien
akut pasien berkurang dengan 2. Lakukan pengkajian nyeri 2. Untuk mengetahui lokasi,
kriteria hasil : secara komprehensif termasuk karakteristik, durasi
1. TTV dalam rentang normal lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas nyeri
N: 60-100 x/mnt frekuensi, kualitas nyeri
3. Setelah dilakukan asuhan 5. Periksa tanda dan gejalan 1. Adanya tanda edema,
keperawatan selama 3 x hypervolemia JVP/CVP meningkat dapat
kunjungan diharapkan menunjukan bahwa adanya
hipervolemi pasien berkurang peningkatan cairan tubuh
dengan kriteria hasil : 6. Identifikasi penyebab 2. Untuk mengetahui penyebab
1. Edema menurun hypervolemia maupun faktor risiko yang
2. Tekanan darah membaik menyebabkan hypervolemia
(100-120/70-80 mmHg) 7. Monitor intake dan output 3. Mengukur keseimbangan
3. Turgor kulit membaik cairan cairan tubuh
4. Haluaran urin meningkat 8. Batasi asupan cairan dan 4. Mngurangi asupan cairan
garam dan garam
9. Ajarkan cara membatasi 5. Agar pasien mengetahui
cairan cara membatasi cairan
6.
10. Kolaborasi pemberian diuretik
4. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor ptanda-tanda ansietas 1. Tanda ansietas dapat
keperawatan selama 3 x diidentifikasi dari tanda
kunjungan diharapkan ansietas verbal dan nonverbal pasien
pasien berkurang dengan 2. Motivasi mengidentifikasi 2. Ketika pemicu kecemasan
kriteria hasil : situasi yang memicu dapat diketahui maka dapat
1. Pola tidur membaik kecemasan menentukan tindakan untuk
2. Perilaku tegang menurun mengatasinya
3. Perilaku gelisah menurun 3. Anjurkan keluarga untuk tetap 3. Adanya keluarga yang
4. RR : 12-20x/menit bersama pasien mendampingi pasien dapat
5. Nadi : 60-100x/menit meringankan ansietas pasien
4. Latih teknik relaksasi 4. Latihan relaksasi dapat
memperingan ansietas
5. Kolaborasi pemberian oabat 5. Meringankan ansietas secara
antiasnietas farmakologis
5. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui apakah
keperawatan selama … x kemampuan menerima klien siap menerima
menit/jam diharapkan defisit informasi informasi yang akan
pengetahuan teratasi dengan diberikan
kriteria hasil: 2. Jadwalkan pendidikan 2. Agar klien mengetahui
1. Verbalisasi minat dalam kesehatan sesuai kesepakatan kapan akan diberikan
belajar meningkat pendidikan mengenai
2. Pertanyaan tentang kesehatan
masalah yang dihadapi 3. Berikan kesempatan untuk 3. Memberikan kesempatan
menurun bertanya klien mengetahui lebih
3. Persepsi yang keliru banyak informasi
terhadap masalah menurun 4. Jelaskan faktor resiko yang 4. Agar klien mengatahui
4. Menjalani pemeriksaan dapat memperngaruhi faktor resiko yang akan
yang tepat kesehatan mempengaruhi
kesehatannya
5. Ajarkan perilaku hidup bersih 5. Membantu klien dalam
dan sehat menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat
2) Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien yang
bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon yang dapat
ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan. Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat (Debora, 2013).
3) Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan terakhir yang
berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan menentukan apakah seluruh
proses keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil dengan baik
(Debora, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer C Suzanne & Bare G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC