S
DI PANTI WREDA CEPIRING
Disusun Oleh :
Arista Ratna Putri
SK 321008
1. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Amin &
Hardhi 2015).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-
gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2015)
B. ETIOLOGI
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany
Gunawan, 2016 ).
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani, 2014) :
a) Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini
tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya
hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi
konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam
tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah.
Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh
darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal
atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya
peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan
dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa
putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi
alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan
darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya
hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan
ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan
aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal
yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).
C. KLASIFIKASI
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik kurang
dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan
hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg.
Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg
Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-90 mmHg
Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdormen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap vasokonstriksi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin, yang merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon yang menyebabkan retensi natrium yang menyebabkan peningkatan
intravaskuler. Semua faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Udjianti, 2017).
E. PATHWAYS
Vasokonstriksi
Hipertensi
restensi natrium
Intoleransi
aktivitas
edema
(Udjianti, 2017)
Risiko
ketidakseimbangan
cairan
F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala umum
yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang,
bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri kepala
sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi
pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut
akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin)
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin
c) Glukosa
d) Kalium serum
e) Kalsium serum
f) Kolesterol dan trigliserid serum
g) Pemeriksaan tiroid
h) Kadar aldosteron urin/serum
i) Asam urat
j) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
k) Foto dada / rontgen
Pemeriksaan lanjutan
a) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter.
b) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c) USG untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
(Ardiansyah, 2016 )
H. KOMPLIKASI
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka panjang
akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah
dari arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,
2014)
a) Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b) Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa
memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung,
dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c) Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan
tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal
jantung.
d) Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem
penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan
tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg
dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau
dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-farmakologis,
antara lain:
1) Pengaturan diet
Beberapa studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-obatan
yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel
kiri. Beberapa diet yang dianjurkan :
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien dengan
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas.
Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur
d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume
sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat
efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka
panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung. (Aspiani, 2016)
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Identitas klien
Nama,umur,tempat tanggal lahir,jenis kelamin,alamat, pekerjaan,suku/bangsa,
agama,status perkawinan,tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register,dan
diagnose medik.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien
c) Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain : nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
d) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit
kepala , pusing, penglihatan buram,mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
e) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi,penyakit jantung,penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masalalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
f) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi ,penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,dan penyakit menurun
seperti diabetes militus,asma,dan lain-lain
g) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
h) Sirkulasi
Gejala
1) Riwayat hipertensi, aestroklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit
serebrovaskuler
2) Episode palpitasi
Tanda :
1) Peningkatan tekanan darah
2) Nadi denyutan jelas dari karotis, ugularis, radialis, takikardi
3) Murmur stenosis vulvular
4) Distensi vena jugularis
5) Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
6) Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
i) Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : ketupan suasana hati, hgelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak,
otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
j) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal pada
masa lalu.
k) Makanan / cairan
Gejala :
1) Makanan yang disukai yang mencangkup makanan tinggiu garam, lemak serta
kolestrol
2) Mual, mutah dan perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
3) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya edema
3) Glikosuria
4) Neurosensori
l) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Sakit kepala
m) Pernapasan
Gejala : Disnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea. Dyspnea,
Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, Riwayat merokok
Tanda : distress pernaoasan/ penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tambahan (mengi), sianosis
n) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural (Muttaqin, 2017)
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin)
2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin
3) Glukosa
4) Kalium serum
5) Kalsium serum
6) Kolesterol dan trigliserid serum
7) Pemeriksaan tiroid
8) Kadar aldosteron urin/serum
9) Asam urat
10) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan,
dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
11) Foto dada
b. Pemeriksaan lanjutan
1) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) USG untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
(Ardiansyah, 2018)
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Pengkajian Fisik
A. Riwayat Kesehatan
1. Data biografi
a. Nama : Ny.S
b. Alamat : purwokerto
c. Telepon :-
d. Tempat dan tanggal lahir : purwokerto
e. Pendidikan : SD
f. Orang yang paling dekat dan dapat dihubungi : Anak
g. Alamat dan telepon : purwokerto
h. Tanggal masuk panti wreda : 6 Agustus 2015
B. Riwayat keluarga
1. Pasangan :
a. Hidup : Ny. S menagatakan suainya sudah meninggal
b. AKS :-
c. Status kesehatan : Tidak tau
d. Umur :-
e. Jika sudah meninggal kapan meninggalnya : -
f. Penyebab kematian : -
2. Anak-Anak :
a. Jumlah anak : Ny S mengatakan anaknya ada 1
b. Alamat : Ny S mengatakan anaknya tinggal di purwokerto
c. Apakah ada anak yang sudah meninggal: Tidak ada
d. Tahun meninggal :-
e. Penyebab kematian :-
C. Genogram
Keterangan
: Penerima Manfaat (PM)
: Laki-laki
: Perempuan
Keterangan :
Berdasarkan data tersebut Ny.S mempunyai kemandirian dalam beraktifitas sehari-
hari. Dikatakan mandiri karena Ny.S melakukan aktifitas tanpa pengawasan,
pengarahan, bantuan aktiif dari orangn lain, seseorang yang menolak untuk melakukan
sesuatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia diaggap mampu.
2. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS Termasuk manakah klien ?
KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
Makan - 10 Frekuensi 3 kali sehari
Jumlah 1 porsi
Jenis lauk dan sayur
Minum - 10 Frekuensi 8 gelas
Jumlah 1600 cc
Jenis Air putih
Berpindah dari kursi roda - 15 Mandiri bisa berjalan walaupun terbatas
ketempat tidur / sebaliknya
Personal toilet(cuci muka, - 5 Mandiri bisa melakukan semuanya sendiri
menyisir rambut, gosok gigi)
Keluar masuk toilet(mencuci - 10 Frekuensi 4 kali
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
Mandi - 10 2 kali pagi dan sore
Jalan dipermukaan datar - 5 Sering
Naik turun tangga - - Tidak pernah
Mengenakan pakaian - 10 Mandiri
Control bowel(BAB) - 10 Frekuensi 1 kali
Konsistensi padat
Control bladder(BAK) - 10 Frekuensi 9 kali
Warna kuning agak putih
Olah raga/ latihan - - Frekuensi tidak ada
Rekreasi/ pemanfaatan waktu - - Frekuensi tidak ada
Keterangan:
130 : mandiri
65 – 125 : ketergantungan sebagian
60 : ketergantungan total
Keterangan :
Dari hasil penilaian Indeks Barthel yaitu menilai tentang Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, di dapatkan hasil 95 itu
artinya tingkat mandiri Ny S ketergantungan sebagian.
Pengkajian Status Mental Gerontik
1. Identifikasitingkat intelektual dengan short portable mental status questioner (SPSMQ)
INSTRUKSI :
a. Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
b. Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan
Keterangan :
Berdasarkan data tersebut Ny.S mempunyai fungsi intelektual utuh. Dikatakan intelektual
utuh karena Ny.S masih bisa mengingat tentang diri sendiri, orang lain, mengingat hari,
tempat dan berhitung.
Total 30 26
Interprestasi hasil
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
>18 – 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
>17 : Terdapat kerusakan asfek fungsi mental berat
Keterangan :
Dari hasil penilaian MMSE yaitu menilai tentang aspek kognitif, di dapatkan hasil 26 itu artinya
Ny.S memiliki Aspek kognitif dari fungsi mental baik.
FORMAT ANALISA DATA