Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Disusun oleh:

DEWI MELLIYUNITA (1807006)

Dosen Pengampu:
Ns. Chandra Hadi P., S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PENDAHULUAN
I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi berarti tekanan darah di dalam
pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi yang merupakan pengangkut darah dari
jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh
(Aryantiningsih & Silaen, 2018).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian /mortalitas (Trianto, 2014).

B. Etiologi/ Predisposisi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan
lebih ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :

1. Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih
banyak dari kulit putih).
3. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g),
kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum
obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat
stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan
renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung 14
meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu
tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit
cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-
nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap
sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2016).

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-18 ganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua
factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).

D. Pathways Keperawatan
E. Manifestasi Klinik
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan
yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala
umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada
pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder
hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan
untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan
peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan
penderita bepergian dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas
aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi
kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah,
mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi,
intoleransi panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas
sentral, wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang,
dan tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder (Adrian, 2019).
Anamnesis penderita hipertensi :

Faktor Risiko
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal pribadi dan di
keluarga
Riwayat faktor risiko pribadi dan di keluarga (contoh: hiperkolesterolemia
familial)
Riwayat merokok
Kurang aktivitas fisik/ gaya hidup tidak aktif Riwayat disfungsi ereksi
Riwayat tidur, merokok, sleep apnoea (informasi juga dapat diberikan oleh
pasangan)
Riwayat hipertensi pada kehamilan/pre-eklampsia

Kemungkinan Hipertensi Sekunder


Awitan hipertensi derajat 2 atau 3 usia muda (< 40 tahun), perkembangan
hipertensi tiba-tiba, atau tekanan darah cepat memburuk pada pasien usia tua
Riwayat penyakit ginjal/traktus urinarius
Penggunaan obat/penyalahgunaan zat/terapi lainnya: kortikosteroid,
vasokonstriktor nasal, kemoterapi, yohimbine, liquorice
Episode berulang berkeringat, nyeri kepala, ansietas, atau palpitasi, sugestif
phaeochromocytoma
Riwayat hipokalemia spontan atau terprovokasi diuretik, episode kelemahan otot,
dan tetani (hiperaldosteronisme)
Gejala penyakit tiroid/ hiperparatiroidisme
Riwayat kehamilan saat ini dan/atau penggunaan kontrasepsi oral
Riwayat sleep apnoea

Riwayat Dan Gejala Hypertension Mediated Organ Damage (HMOD),


Penyakit Kardiovaskuler, Stroke, Penyakit Ginjal
Otak dan mata: Nyeri kepala, vertigo, sinkop, gangguan penglihatan, transient
ischemic attact (TIA), defisit motorik atau sensorik, stroke, revaskulerisasi karotis,
gangguan kognisi, demensia (pada lanjut usia)
Jantung: Nyeri dada, sesak napas, edema, infark miokard, revaskulerisasi koroner,
sinkop, riwayat berdebar-debar, aritmia (terutama AF), gagal jantung
Ginjal: Haus, poliuria, nokturia, hematuria, infeksi traktus urinarius
Arteri perifer: Ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten, jarak berjalan bebas
nyeri, nyeri saat istirahat, revaskulerisasi perifer
Riwayat Penyakit Ginjal Kronis (contoh: penyakit ginjal polikistik) pribadi atau
keluarga

Penggunaan Obat Anti-hipertensi


Penggunaan obat antihipertensi sekarang/dahulu, termasuk efektivitas dan
intoleransi pengobatan sebelumnya
Ketaatan berobat

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal.
2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
3. Darah perifer lengkap.
4. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa).
b. EKG
1. Hipertrofi ventrikel kiri.
2. Iskemia atau infark miocard.
3. Peninggian gelombang.
4. Gangguan konduksi.
c. Foto Rontgen
1. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2. Pembendungan, lebar paru.
3. Hipertrofi parenkim ginjal.
4. Hipertrofi vascular ginjal.
(Aspiani, 2016)
G. Komplikasi
1) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2) Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Hipertensi 18 kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
4) Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.
5) Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan saraf pada mata.
H. Pengkajian Fokus
A. Riwayat Klien
1. Nama
2. Alamat
3. Telp
4. Tempat tanggal lahir dan umur
5. Jenis kelamin
6. Suku
7. Agama
8. Status perkawinan
9. Pendidikan
10. Alamat
11. Orang yang paling dekat dihubungin
B. Riwayat Keluarga
1. Genogram
2. Keterangan
C. Riwayat Pekerjaan
1. Status pekerjaan saat ini
2. Pekerjaan sebelumnya
3. Sumber – sumber
4. Pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan
D. Riwayat Lingkungan Hidup
1. Tipe tempat tinggal
2. Jumlah kamar
3. Jumlah orang yang tinggal dirumah
E. Riwayat Rekreasi
1. Hobi / minat
2. Keanggotaan organisasi
3. Liburan / perjalanan
F. Sumber / Sistem Pendukung Yang Digunakan
1. Dokter
2. Rumah sakit
3. Pelayanan kesehatan dirumah
4. Makanan yang dihantarkan
G. Deskripsi Harian Khusus
1. Kebiasaan waktu tidur
H. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan kesehatan utama
2. Status kesehatan umum
3. Selama 1 tahun yang lalu
4. Selama 5 tahun yang lalu
5. Pengetahuan / pemahaman dan penatalaksanaan
6. Masalah kesehatan
I. Obat - obatan
1. Obat – obatan
2. Dosis
3. Bagaimana / kapan menggunakannya
J. Alergi
1. Obat – obat
2. Makanan
3. Kontak substansi
4. Faktor lingkungan
K. Nutrisi
1. Diet khusus, pembatasan makanan
2. Riwayat peningkatan / penurunan BB
3. Pola konsumsi makanan (bantuan/mandiri)
4. Masalah yang mempengaruhi masukan makanan
L. Status Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit masa anak-anak
2. Penyakit serius / kronik
3. Perawatan dirumah sakit
4. Operasi
M. Tijauan Sistem
1. Keadaan umum
2. Tingkat kesadaran
3. Skala koma glasglow
4. Tanda – tanda vital (TD, RR, Nadi, Suhu)

INTEGUMEN
Lesi / luka
Pruritus
Perubahan pigmentasi
Perubahan tekstur
Sering memar
Perubahan rambut
Perubahan kuku

HEMOPEATIK
Perdarahan / memar
Abnormal
Pembengkakan kelenjar
Limfa
Anemia

KEPALA
Sakit kepala
Trauma masa lalu
Pusing
Gatal pada kepala

MATA
Perubahan penglihatan
Kaca mata / kontak lensa
Nyeri
Air mata berlebihan
Pruritus
Bengkak sekitar mata
Kabur
Fotofobia
Riwayat infeksi
Konjungtiva
Sklera

TELINGA
Perubahan pendengaran
Tinnitus
Vertigo
Riwayat infeksi

HIDUNG DAN SINUS


Rinorea
Epistaksis
Obstruksi
Nyeri pada sinus
Riwayat infeksi

MULUT DAN TENGGOROKAN


Sakit tenggorokan
Lesi / ulkus
Kesulitan menelan
Perdarahan gusi
Karies
Riwayat infeksi
Pola menggosok gigi

LEHER
Kekakuan
Nyeri / nyeri tekan
Benjolan / massa
Keterbatasan gerak

PERNAFASAN
Batuk
Sesak nafas
Hemoptisis
Sputum
Asma / alergi pernafasan
Suara nafas
Suara nafas tambahan

KARDIOVASKULER
Nyeri dada
Palpitasi
Sesak nafas

GASTROINTESTINAL
Nyeri ulu hati
Mual / muntah
Hematemesis
Perubahan nafsu makan
Benjolan / massa
Diare
Konstipasi
Melena
Hemoroid
Perdarahan rectum
Pola defecasi biasanya

PERKEMIHAN
Frekuensi
Menetes
Hematuria
Poliuria
Nokturia
Inkontinensia
Nyeri saat berkemih
Batu infeksi

MUSKUSKELETAL
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Kram
Kelemahan otot
Masalah cara berjalan

SISTEM SARAF PUSAT


Sakit kepala
Paralysis
Paresis
Masalah koordinasi
Tic/temor/spasme
Parastesia
Cedera kepala
Masalah memori

SISTEM ENDOKRIN
Goiter
Polifagia
Polyuria

STATUS FUNGSIONAL
Indeks katz

STATUS KOGNITIF
Short portable mental status questionare (SPMSQ)
Mini – mental state exam (MMSE)
Inventaris depresi beck (IDB)

STATUS FUNGSIONAL SOSIAL


APGAR keluarga

I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Memori berhubungan dengan Proses Penuaan (D.0062)
2. Defisit Pengetahuan berhubangan dengan Kurang Mampu Mengingat
(D.0111)
3. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Hipertensi
(D.0015)
4. Resiko Jatuh berhubungan dengan Riwayat Jatuh (D.0143)

J. Fokus Intervensi
1. Gangguan Memori berhubungan dengan Proses Penuaan (D.0062)
Intervensi Keperawatan
Latihan Memori (I. 06188)
Tujuan : Mampu mengingat beberapa informasi atau perilaku
Tindakan
Observasi
- Identifikasi masalah memori yang dialami
- Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
- Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi

Terapeutik
- Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
- Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali
diucapkan, jika perlu
- Koreksi kesalahan orientasi
- Fasilitas mengingat kembali pengalaman masa lalu, jika perlu
- Fasilitas tugas pembelajaran (mis. mengingat informasi verbal dan
gambar)
- Fasilitas kemampuan konsentrasi (mis. bermain kartu pasangan), jika
perlu
- Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi (mis.
bertanya kemana saja ia pergi akhir-akhir ini), jika perlu

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat (mis. imajinasi visual, perangkat
memorik, permainan memori, isyarat memori, teknik asosiasi, membuat
daftar, komputer, papan nulis.

Kolaborsi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu

2. Defisit Pengetahuan berhubangan dengan Kurang Mampu Mengingat


(D.0111)
Intervensi Keperawatan
Edukasi Kesehatan (I. 12383)
Tujuan : Mampu pengelolaan faktor resiko penyakit
Tindakan :
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
 Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Terapeutik
 Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan.
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan.
 Berikan kesempatan untuk bertanya.

Edukasi
 Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan.
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.

3. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Hipertensi


(D.0015)
Intervensi Keperawatan
Pencegahan Syok (I.02068)
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan.
Kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun.
2. Meringis menurun.
3. Sikap protektif menurun.
4. Gelisah menurun.
5. Kesulitan tidur menurun.
6. Frekuensi nadi membaik.

Tindakan :
Observasi
 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
napas, TD, MAP).
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD).
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT).
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil.
 Periksa riwayat alergi.

Terapeutik

 Berikan oksigenasi untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%.


 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu.
 Pasang jalur IV, jika perlu.
 Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu.
 Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi.

Edukasi
 Jelaskan penyebab/factor risiko syok.
 Jelaskan tanda dan gejala awal syok.
 Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok.
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
 Anjurkan menghindari allergen.
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu.


 Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu.
 Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu.

4. Resiko Jatuh berhubungan dengan Riwayat Jatuh (D.0143)


Intervensi Keperawatan
Pencegahan Jatuh (I.14540)
Tujuan : Menurunkan risiko terjatuh
Tindakan :
Observasi
 Identifikasi faktor risiko jatuh
 Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau selesai dengan
kebijakan institusi
 Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis. lantai
licin, penerangan kurang)
 Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis. Fall Morse Scale,
Humpty Dumpty Scale), jika perlu
 Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik

 Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga


 Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
 Pasang handrall tempat tidur
 Atur tempat tidur meknis pada posisi terendah
 Tempat pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat dari
nurse station
 Gunakan alat bantu jalan (mis. kursi roda, walker)
 Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien

Edukasi

 Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk


berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
 Anjurkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat

K. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor
risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan
obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non-farmakologis, antara lain :
a. Pengaturan diet Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
 Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai
anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol
atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
 Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat
pada dinding vascular.
 Diet kaya buah dan sayur.
 Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban
kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri.
Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan
tekanan darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung. (Aspiani, 2016).

L. Daftar Pustaka

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.
Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal
Ipteks Terapan, 12(1), 64. https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i1.1483
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Trianto, (2014). Pelayanan Keperawatan Pagi Penderita Hipertensi. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai