Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO


PROVINSI JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH:
NIKITA NUR BAITILAH (2208009)

Dosen Pembimbing: Ns. Mariyati, M.Kep,Sp.Kep.J

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. Pengertian
Deficit perawatan diri merupakan ketidakmampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017)

Perawatan diri adalah perawatan sendiri yang dilakukan setiap orang dan
ditentukan oleh nilia-nilai praktek individu, seperti: hygiene tubuh secara umum,
mandi, eliminasi, dan berhias. (Lilik Pranata, 2021) Personal hygiene atau memelihara
kebersihan diri.Personal hygiene diambil dari bahasa yunani yaitu personal yang
mempunyai arti perorangan dan hygiene yang mempunyai arti sehat.Personal hygiene
merupakan kegiatan untuk memelihara kebersihan diri bukan hanya membersihkan
diri, tetapi juga menggosok gigi dan kebersihan mulut, keramas untuk menjaga
kebersihan rambut, kebersihan pakaian, dan kebersihan kaki, kuku, telinga, mata dan
hidung.(Optimization, Development, and Hebei 2021)

Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kedekatan baik secara fisik maupun
psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya ;
budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan tentang perawatan diri,
serta persepsi terhadap perawatan diri. (Lucia Ani Kristanti, 2019) . Deficit perawatan
diri merupakan tuntutan dari diri untuk melakukan perawatan, namun agen perawatan
diri tidak dapat melaksanakan perawatan diri sesuai dengan permintaan.. (Deborah
Siregar, 2020) . Deficit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, toileting, makan). Dampak dari deficit
perawatan diri secara fisik yaitu: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, serta gangguan fisik pada kuku, juga berdampak pada masalah
psikososial seperti gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktialisasi diri, dan ganggan interaksi sosial. (Sasmita
and - 2012)

B. Rentang respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut :

Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan diri

seimbang kadang tidak pada saat

stress Gambar 2.1 Rentang Respon

a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.

C. Tanda dan
gejala
a. Gejala fisik
Akan terlihat dan dirasakan dimana badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit
kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor di sertai mulut baud an penampilan tidak
rapid an wangi.
b. Gejala psikologi
Pasien akan terlihat malas tidak ada inisiatif, menarik diri isolasi diri, merasa
tidak berdaya, rendah diri dan merasa dirinya hina.
c. Gejala sosial
Dimana interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
dengan norma, cara makan tidak teratur, tidak pernah merawat diri sendiri, BAB
dan BAK sembarang tempat, gosok gigi mandi tidak mampu mandiri.
Gejala yang timbul pada pasien tersebut akan berdampak pada kesehatannya
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan denganbaik dan gangguan fisik
yang sering terjadi gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Serta dampak
psikososialnya masalah sosial yang berhubungan dengan kebutuhan personal
hygiene gangguan kebutuhan aman nyaman, dan kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan pada intoleransi sosial.(Ilmiah
2020)
D. Penyebab
Deficit perawatan diri dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain:
A. Faktor predisposisi
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diri
adalah :
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
E. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurangnya atau menurunnya
motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami
individu tidak peduli dengan perawatan dirinya.(Ilmiah 2020)
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain
g) Kondisi fisik atau psikos
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.(Astuti 2019)

F. Sumber koping
Gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat mejengkelkan yang
membutuhkan penyesuaikan oleh pasien dan keluarga. Sumber daya keluarga,
seperti pemahaman orang tua tentnag penyakit, keteresdiaan keuangan,
ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan yang
berkelanjutan, mempengaruhi jalannya penyesuaikan setelah gangguan jiwa
terjaid. Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari empat tahap
dan dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:
1) Disosinansi kognitif
Disosinansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk
menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilih
kenyataan dari ketidak nyataan setelah episode pertama. Hal ini dapat
memakan waktu 6-12 bulan.
2) Pencapaian wawasan
Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan
terhadap kenyataan yang dapat dipercaya. Hal ini memakan waktu 6 sampai 18
bulan dan tergantung pada keberhasilan pengobatan dan hubungan yang
berkelanjutan.
3) Kognitif yang konstan
Kognitif konstan termasuk melanjutkan hubungan interpersonal yang normal
dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan
dengan sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1-3 tahun
4) Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan
Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan
harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum
gangguan jiwa. Fase ini berlangsung minimal 2 tahun. (Struart, 2016)

G. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Mekanisme koping adaptive
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
2) Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri. (Iskandar, 2012)
H. Fokus pengkajian Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga yang dapat
dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-
acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental yang
diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri.Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi
dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya
kemampuan realitas sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan
situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
d. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain
g) Kondisi fisik atau psikos
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.(Astuti 2019)
e. Pemerisaan fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tandatanda vital (TTV),
pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang
biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
f. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan
pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau
perempuan , keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan
posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/ pekerjaan/
kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien
terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien terhadap penyakitnya.
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain sesuai
dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan orang lain, fungsi
peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
f) Hubungan sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu karena
penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari pasien.
Adanya hambatan dalam behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
g) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu karna
tidak menghirauan lagi dirinya.
b. Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien
menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara
berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
b. Cara bicara/pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering terhenti/bloking,
apatisserta tidak mampu memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motoric
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
d. Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
e. Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien berubah-
ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif, mudah
tersinggung, kontak kurang serta curiga yang menunjukan sikap atau
peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
g. Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-hal
kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan serta
halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau membersihkan
diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
h. Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial, kadang
tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan meloncat dari topik satu
ke topik lainnya dan kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
a. Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta
pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat
makan
b. Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa menggunakan
pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan
c. Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi,
tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh pasien tampak
kusam dan bdan pasien mengeluarkan aroma bau
d. BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat
tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah BAB/BAK.
e. Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapun setelah bangun tidur.
f. Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak
teratur.
g. Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di dalam
maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
j) Mekanisme koping
a. Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu berolahraga
karena pasien selalu malas.
b. Maladaptive
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan, pasien
tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.
c. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh
kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah
dengan sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
d. Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan
kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k) Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.Dukungan
sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang
efektif.
G. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan deficit perawatan diri adalah
sebagai berikut:
a. Deficit perawatan diri (D.0109) Berhubungan dengan tidak mampu melakukan
atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri ditandai dengan gangguan psikologis
atau psikotik
b. Harga diri rendah situasional (D.0087) Berhubungan dengan evaluasi atau
perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon
terhadap situasi saat ini ditandai dengan perubahan pada citra tubuh
c. Isolasi sosial (D.0121) Berhubungan dengan ketidakmampuan untuk membina
hubungan yang erat, hangat, terbuka dan interdependen dengan orang lain
Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1 DS : Deficit Gangguan
1. Pasien mengatakan menolak melakukan perawatan diri perawatan psikologis
diri
DO : (D.0109) dan psikotik
1. pasien tampak tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/ berhias/ secara mandiri
2. minat melakukan perawatan diri kurang

2 DS : Harga Diri Gangguan


1. menilai diri negative Rendah Psikiatri
2. merasa malu/bersalah Kronis
3. merasa tidak mampu melakukan apapun (D.0087)
4. meremehkan kemampuan mengatasi masalah
5. merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6. melebih-lebihkan penilaian negative tentnag diri sendiri
7. menolak penilaian positif tentang diri sendiri
DO :
1. enggan mencoba hal baru
2. berjalan menunduk
3. postur tubuh menunduk
3 DS : Isolasi Perubahn
1. Merasa ingin sendirian Sosial Status Mental
2. merasa tidak aman di tempat umum (D.0121)
DO :
1. Menarik Diri
2. Tidak berminat atau berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
3. Afek datar
4. Tidak ada kontak mata
5. Tidak bergairah atau lesu
Pohon Masalah

Causa : harga diri rendah kronis


Core problem : Deficit perawatan diri

Effect : isolasi sosial

Sumber : (Astuti 2019)

H. Intervensi

Diagnosa Luaran Intervensi


Deficit Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.11348 Dukungan Perawatan Diri
perawatan selama 3x24 jam diharapkan Perawatan
diri Diri L.11103 meningkat dengan kriteria Observasi
(D.0109) hasil : 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
1. Kemampuan mandi meningkat sesuai usia
2. Kemampuan mengenakan pakaian 2. Monitor tingkat kemandirian
meningkat 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
3. Kemampuan ke kebersihan diri, berpaiakan, berhias dan
toilet ( BAB/BAK) makan
4. Verbalitas keinginan melakukan
Terapeutik
perawatan diri meningkat
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
5. Minat melakukan perawatan diri
2. Siapkan keperluan pribadi
meningkat
3. Dampingi dalam melakukan perawatan
6. Mempertahankan Kebersihan diri
diri sampai mandiri
meningkat
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
7. Mempertahankan Kersihan mulut
ketergantungan
meningkat 5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika
tidak mampu melakukan perawatan
diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai

I.11352 Dukungan Perawatan Diri: Mandi


Observasi
1.Identifikasi usia dan budaya dalam
membantu kebersihan diri
1. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
2. Monitor kebersihan tubuh (mis. rambut,
mulut, kulit, kuku)
3. Monitor integritas kulit
Terapeutik
1. Sediakan peralatan mandi (mis. sabun,
sikat gigi, shampoo. pelembap kulit)
2. Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
3. Fasilitasi menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihkan diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian

Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandi terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
pasien, jika perlu

I.11350 Dukungan Perawatan Diri: Berpakaian


Observasi
1. Identifikasi usia dan budaya dalam
membantu berpakaian/bernias

Terapeutik
1. Sediakan pakaian pada tempat yang mudah
dijangkau
2. Sediakan pribadi, sesuai kebutuhan
3. Fasilitasi mengenakan pakaian, jika perlu
4. Fasilitasi berhias (mis. menyisir rambut,
merapikan kumis/jenggot)
5. Jaga privasi selama berpakaian
6. tawarkan untuk laundry, jika perlu
7. Berikan pujian terhadap kemampuan
berpakaian secara mandiri

Edukasi
1. Informasikan pakaian yang tersedia untuk
dipilih, jika perlu
2. Ajarkan mengenakan pakaian, jika perlu

1.11351 Dukungan Perawatan Diri:


Makan/Minum
Observasi

1. Identifkasi diet yang di anjurkan


2. Monitor status hidrasi pasien jika perlu

Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
selama makan
2. Atur posisi yang nyaman untuk
makan/minum
3. lakukan kebersihan mulut sebelum makan,
jika perlu
4. Letakan makanan di sisi mata yang sehat
5. Sediakan sedotan untuk minum , sesuai
kebutuhan makanan dengan suhu yang
meningkatkan nafsu makan
6. Sediakan makan/minum yang di sesuai
7. Berika bantuan saat makan/minum sesuai
tingkat kemandirian jika perlu
8. Motivasi untuk makan di ruang makan,
tersedia

Edukasi
4. Jelaskan posisi makanan pada pasien yang
mengalami gangguan penglihatan dengan
menggunakan arah jarum jam (mis. Sayur
di jam 12, rending di jam 3 )

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat (
mis.analgetik,antiemetic) sesuai
indikasi

I.11349 Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK


Observasi

1. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB


sesuai usia
2. Monitor integritas kulit pasien

Terapeutik
1. Buka pakaian yang diperlukan untuk
memudahkan eliminasi
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal secara
konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Ganti pakaian setelah eliminasi, jika perlu
5. Bersihkan alat bantu BAK/BAK setelah
digunakan
6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
7. Sediakan alat bantu (mis. kateter ekstemal,
urinoir), jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
Harga diri Setelah dilakukan keperawatan tindakan 1.12463 Manajemen Perilaku
rendah keperawatan dalam waktu 3x24 jam Harga
situasional Observasi
(D.0087) Diri L.09069 dapat di atasi dengan kriteria 1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan
hasil: perilaku
Terapeutik
1. Penilaian diri positif meningkat
1. Diskusikan tanggung
2. Perasaan memiliki jawab terhadap perilaku
kelebihan/kemampuan meningkat 2. Jadwalkan kegiatan terstruktur
3. Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan
3. Positif terhadap diri sendiri meningkat kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
4. Minat mencoba hal baru meningkat 4. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
5. Berjalan menampakkan kemampuan
5. Batasi jumlah pengunjung
wajah meningkat 6. Bicara dengan nada rendah dan tenang
6. Postur tubuh menampakan 7. lakukan kegiatan terhadap sumber agitasi
8. Cegah perilaku pasif dan agresif
wajah meningkat
9. Beri penguatan posistif untuk
7. Konsertasi tidur meningkat mengendalikan perilaku
8. Kontak mata meniingkat 10. Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
11. Hindari bersikap menyudutkan dan
9. Gairan aktivitas aktif meningkat menghentikan pembicaraan
10. Percaya diri berbicara meningkat 12. Hindari sikap mengancam dan berdebat
11. Perilaku asertif meningkat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan
12. Kemampuan membuat keputusan Edukasi
meningkat 1. Informasikan keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan kognitif
13. Perasaan malu menurun
14. Perasaan bersalah menurun I.09308 Promosi Harga diri
15. Perasaan tidak mampu
Observasi
melakukan apapun menurun 1. budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan
16. Meremehkan kemampuan usia terhadap harga diri
mengatasi masalah menurun 2. Monitor verbalisasi yang merendahkan
diri sendiri
17. Ketergantungan pada penguatan 3. monitor tingkat harga diri setiap waktu,
secara berlebihan sesuai kebutuhan
Terapeutik
18. Pencarian penguatan secara
1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
berlebihan menurun untuk diri sendiri
2. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
3. Diskusikan pemyataan tentang harga diri
Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian
diri
4. Diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri
5. Diskusikan persepsi negatif diri
6. Diskusikan alasanmengkritik diri atau rasa
bersalah
7. Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk
mencapai harga diri yang lebih tinggi
8. Diskusikan bersama keluarga untuk
menetapkan harapan dan batasan yang jelas
9. Berikan umpan balik positif atas
peningkatan mencapai tujuan
10. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang
meningkatkan harga diri
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan konsep
positif diri pasien
2. Anjurkan Mengidentifikasi kekuatan yang
dimiliki
3. Anjurkan kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain
4. Anjurkan membuka diri terhadap kritik
negatif
5. Anjurkan mengevaluasi perilaku
6. Ajarkan cara mengatasi bullying
7. Latih peningkatan tanggung jawab untuk
diri sendiri
8. Latih pernyataan/kemampuan positif diri
9. Latih cara berfikir dan berperilaku positif
10. Latih meningkatkan kepercayaan dan
kemampuan dalam menangani situasi

I.09312 Promosi Koping

Observasi
1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
panjang sesuai tujuan
2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Identifikasi sumber daya yang tersedia
untuk memenuhi tujuan
4. Identifikasi pemahaman proses penyakit
5. Identifikasi dampak situasi terhadap peran
dan hubungan
6. Identifikasi solusi pemecahan masalah
7. ldentifikasi masalah dan keinginan
terhadap dukungan sosial

Terapeutik
1. Diskusikan perubahan peran yang di alami
2. Gunakan pendapat yang tenang dan
menyakin
3. Diskusiakan alasan enerapkan pendekatan
mengkritik diri sendiri
4. Diskusikan tindakan untuk
mengklarifikasi diskusikan perilaku tidak
dilakukan sendiri
5. Diskusikan konsekuensi menggunakan
rasa dan rasa malu
6. Diskusikan risiko yang mungkin terjadi
pada diri sendiri Fasiltasi dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan
7. Berkan pilihan realistis mengenai aspek-
aspek tertentu dalam perawatan
8. Motivasi untuk menentukan harapan yang
realistis
9. Tinjau kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
10. Hindari mengambil keputusan saat pasien
berada di bawah tekanan
11. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
12. Motivasi Mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
13. Dampingi saat berduka (mis. penyakit,
kecacatan)
14. Perkenalkan dengan orang atau kelompok
yang berhasil mengalami pengalman yang
sama
15. Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
16. Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancaman

Edukasi
1. Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang
sama
2. Anjurkan penggunaan sumber spiritual
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
4. Arjurkan keluarga yang terlibat
5. Arjurkan membuat tujuan yang lebih
spesifik
6. Ajarkan cara mermecahkan masalah secara
konstruktif -Latih penggunaan teknik
relaksasi
7. Latih keterampian sosial, sesuai kebutuhan
8. Latih mangermbangkan penilaian objektif
Isolasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.13498 Pomosi Sosialisasi
sosial selama 3x24 jam diharapkanKeterlibatan
(D.0121) social L.13116 Meningkat dengan kriteria Observasi
Hasil: 1. Identifikasi kemampuan melakukan
interaksi dengan orang lain
1. Minat interaksi verbalisasi tujuan 2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi
yang jelas minat terhadap aktivitas dengan orang lain
meningkat Teraupetik
2. Verbalisasi isolasi verbalisasi 1. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam
ketidakamanan di tempat umum suatu hubungan
meningkat 2. Motivasi kesabaran dalam
3. Perilaku menarik diri meningkat mengembangkan suatu hubungan
4. Verbalisasi persaan berbeda 3. Motivasi berpatisipasi dalam aktivitas baru
dengan orang lain menurun dan kegiatan kelompok
5. Verbalisasi preokupasi dengan 4. Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
pikiran sendiri menurun (mis, jalan-jalan, ke toko buku)
6. Evek munrung/sedih munurun 5. Diskusikan kekuatan danketerbatasan
7. Perilaku bermusuhan menurun dalam berkomunikasi denganorang lain
8. Perilaku sesuai dengan harapan 6. Diskusikan perencanaan kegiatan di masa
orang lain meningkat depan
9. Perilaku bertujuan kontak mata 7. Berikan umpan balik positif dalam
membaik perawatan diri
10. Tugas perkembangan sesuai usia 8. Berikan umpan balik positif pada setiap
membaik peningkatan kemampuan
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta kegiatan social dan
kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi pengalaman dengan
orang lain
4. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan
menghormati hak orang lain
5. Anjurkan penggunaan alat bantu (
mis.kacamata dan alat bantu dengar )
6. Anjurkan membuat perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan khusus
7. Latih bermain peran untuk meningkatkan
ketrampillan komunikasi
8. Latih mengekspresikan marah dengan tepat

I.05186 Terapi aktivitas

Observasi

1. Identifikasi aktivitas berpartisipasi dalam


aktivitas tertentu
2. Identifikasi sumber waktu untuk aktivitas
yang diinginkan
3. Identifikasi strategi untuk meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
4. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu luang
5. Monifator respon emosional, fisik, sosial,
dan spiritual aktivitas

Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan
defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan social
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia fasilitas makna aktivitas yang dipilih
5. Fasiltasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
6. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
7. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis,
ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
8. Fasilitasi aktivitas pengganti mengalami
keterbatasan waktu, energi, atau gerak
9. fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
10. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
11. Fasilitas aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
12. Fasilitas aktivitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (mis.
keagamaan khusus) untuk pasien demensia,
jika sesuaidengan
13. Libatkan dalam permainan kelompok yang
tiddak kompetitif, terstruktur, dan aktif
14. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi dan untuk menurunkan kecemasan
(mis. vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, tugas sederhana) , permainan
sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan teka-teki dan kartu)
15. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
perlu
16. Fasilitas mengembangkan motivasi dan
memperkuat diri
17. Fasilitasi pasien dan keluarga menyatukan
kemajuannya sendiri untuk mencapai
tujuan
18. jadwal aktivitas dalam rutinitas sehari-
hari
19. Berikan penguatan positif atas partisipasi
dalam
20. aktivitas

Evaluasi

Menurut (surya, 2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu: evaluasi
proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi
hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien dan
tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut

a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan dapat diukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat
tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
d. P :Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien
yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.

Rencana tindakan lanjut dapat berupa :

a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah.


b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil belum memuaskan.
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnose lama dibatalkan.
d. Rencana atau diagnose selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memlihara.Pada evaluasi sangat
diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang positif. Pasien dan
keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-reinforcement (prabowo, 2014)

Berdasarkan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019), evaluasi dari kasus harga diri
rendah kronis sebagai berikut :
a) Deficit perawatan diri (D.0109) Berhubungan dengan kondisi seseorang
yang mengalami kelemahan,kemampuan dalam melengkapi aktivitas
keperawatan diri secara mandiri seperti Mandi, Makan ,Berhias dan
BAK/BAB.

Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dan kemampuan untuk


untuk melakukan atau menyelesaikan suatu aktivitas kehidupan sehari hari
secara Mandiri.
Evaluasi yang dapat diberikan pada kasus masalah keperawatan Deficit
Keperawatan diri (L.11103) dengan ekspektasi meningkat yang terdiri dari:
1. Kemampuan mandi meningkat
2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3. Kemampuan ke toilet
4. ( BAB/BAK)
5. Verbalitas keinginan melakukan perawatan diri meningkat
6. Minat melakukan perawatan diri meningkat
7. Mempertahankan Kebersihan diri meningkat
8. Mempertahankan Kersihan mulut meningkat

b) Harga diri rendah situasional (D.0087) berhubungan dengan gangguan


psikiatri dibuktikkan dengan menilai diri negatif, merasa malu / bersalah,
merasa tidak mampu melakukan apapun, meremehkan kemampuan
mengatasi masalah, merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan
positif, melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri, menolak
penilaian positif tentang diri sendiri, enggan mencoba hal baru, berjalan
menunduk, dan postur tubuh menunduk.

Evaluasi yang dapat diberikan pada kasus masalah Harga diri rendah
situasional (L.09069) dengan ekspektasi meningkat yang terdiri dari :
1. Penilaian diri positif meningkat
2. Perasaan memiliki kelebihan/kemampuan meningkat
3. Positif terhadap diri sendiri meningkat
4. Minat mencoba hal baru meningkat
5. Berjalan menampakkan wajah meningkat
6. Postur tubuh menampakan wajah meningkat
7. Konsertasi tidur meningkat
8. Kontak mata meniingkat
9. Gairan aktivitas aktif meningkat
10. Percaya diri berbicara meningkat
11. Perilaku asertif meningkat
12. Kemampuan membuat keputusan meningkat
13. Perasaan malu menurun
14. Perasaan bersalah menurun
15. Perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun
16. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun
17. Ketergantungan pada penguatan secara berlebihan
18. Pencarian penguatan secara berlebihan menurun
c) Isolasi sosial (D.0121) berhubungan dengan perubahan status mental
dibuktikkan dengan merasa ingin sendirian, merasa tidak aman di tempat
umum, menarik diri, dan tidak berminat / menolak berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan.

Evaluasi yang dapat diberikan pada kasus masalah keperawatan isolasi


sosial dengan menggunakan luaran keterlibatan sosial (L.13115) dengan
ekspektasi meningkat yang terdiri dari :
1. Minat interaksi verbalisasi tujuan yang jelas minat terhadap aktivitas
meningkat
2. Verbalisasi isolasi verbalisasi ketidakamanan di tempat umum
meningkat
3. Perilaku menarik diri meningkat
4. Verbalisasi persaan berbeda dengan orang lain menurun
5. Verbalisasi preokupasi dengan pikiran sendiri menurun
6. Evek munrung/sedih munurun
7. Perilaku bermusuhan menurun
8. Perilaku sesuai dengan harapan orang lain meningkat
9. Perilaku bertujuan kontak mata membaik
10. Tugas perkembangan sesuai usia membaik
SISTEMATIKA STRATEGI PELAKSANAAN 1
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat : “Assalamualaikum, perkenalkan saya perawat Nikita yang akan bertugas
pada pagi hari ini. Baik pak, coba mba perkenalkan diri terlebih dahulu agar saya bisa
memanggil dengan nama yang mba ita
b. Evaluasi tanda gejala
Perawat : “bagaimana mba hari ini
perasaannya?” Perawat : “kurang baik ya pak?”
Perawat : “apa yang dirasakan pak?”
Perawat : “oh gatal, saya lihat pak garuk2 tangannya terus, pasti itu gatal sekali ya?”
Perawat : “selain itu apa lagi yang bapak rasakan?”
Perawat : “bau dan lengket2 di badan ya mba? Jadi itu yang dirasakan bapak hari ini
ya?”
c. Validasi kemampuan
Perawat : “sebelumnya bapak, kebiasaan untuk mandi itu berapa kali sehari?”
Perawat : “oh tidak pernah (mandi) ya, kalau gosok gigi dan memotong kuku
bagaimana?”
Perawat : “oh tidak pernah juga ya, saya lihat juga kuku nya bapak panjang2 ya”
d. Kontrak waktu, tempat, tujuan
Perawat : “jadi di sini saya akan mengajarkan bapak cara merawat diri yang baik dan
benar, bapak mau berapa lama?”
Perawat : “10 menit ya?, baik 10 menit saja, kalau begitu tempatnya mau di mana?”
Perawat : “di sini saja ya. Baik”
2. Fase Kerja : sesuai tindakan
Perawat : “bapak, biasanya dalam perawatan diri hambatan seperti apa ya yang bapak
rasakan?”
Perawat : “oh tidak memiliki hambatan ya mba, tapi memang mba sendiri yang tidak
ingin melakukan perawatan diri.”
Perawat : “baik bapak, sebelumnya kita diskusikan terlebih dahulu tentang manfaat
membersihkan diri, diantaranya membuat tubuh menjadi lebih segar, tidak lengket dan
tidak gatal. Sedangkan kerugiannya adalah tubuh menjadi gatal2 seperti yang bapak
rasakan”

Perawat : “baik sekarang akan saya ajarkan cara mandi yang benar, kita mulai dari
persiapan alatnya terlebih dahulu ya, di sini ada gayung, sabun, sampo, dan handuk.
Pertama kita guyurkan air ke seluruh tubuh, lalu kita usapkan sabun keseluruh tubuh, dari
tangan, badan, sampai ke kaki, setelah itu kita bilas menggunakan air sampai bersih,
kemudian kita keringkan tubuh menggunakan handuk.
Perawat : “yang ke dua adalah cara menggosok gigi, kita siapkan sikat gigi dan pasta gigi
terlebih dahulu, letakkan pasta gigi secukupnya di atas sikat gigi, kemudian kita mulai
berkumur lalu menggosok gigi, dari gigi belakang bagian bawah dan atas, lalu bagian
depan serta samping kanan dan kiri gigi.
Perawat : “yang ke tiga adalah keramas rambut menggunakan sampo, caranya adalah kita
tuangkan sampo secukupnya di tangan, lalu basahi rambut dengan air dan usapkan sampo
tersebut sambil di pijat sela2 rambutnya, setelah di rasa cukup.. mba dapat membilas
kembali menggunakan air. Dan di keringkan menggunakan handuk
Perawat : “yang ke empat adalah cara memotong kuku, kita siapkan potong kuku, lalu
kita potong kuku yang panjang dari ujung sisi ke sisi yang lain.
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
Perawat : “begitu bapak, sudah saya ajarkan cara merawat diri yang baik dan benar,
sekarang apakah bapak sudah mengerti?”
Perawat : “sudah ya bapak.”
b. Evaluasi objektif
Perawat : “kalau begitu apakah bapak bisa mempraktekkan cara melakukan perawatan
diri yang baik dan benar?
c. Rencana tindak lanjut : memberikan jadwal kegiatan harian
Perawat : “nah apa yang sudah bapak praktekkan benar sekali ya bapak. bapak setelah
ini tolong apa yang telah kita pelajari hari ini bisa di praktekkan setiap hari ya, mandi,
keramas, dan sikat gigi 2 kali sehari, jika kukunya sudah di rasa panjang bisa segera
di potong ya. Nah ini bapak saya memiliki lembar untuk mengisi kegiatan harian ya
mba, nah di sini ada kolom waktu dan kegiatan, seperti kolom mandi, sikat gigi,
keramas, missal bapak mandi nya jam 7, bapak tulis di sini ya “jam 7 bapak mandi,
gosok gigi, sarapan. Jika bapak melakukan nya mandiri maka di centang M, jika di
bantu maka centang B dan jika tidak dilakukan maka centang P, jadi semua kegiatan
bapak bapak harus dicatatan ini ya.
d. Kontrak selanjutnya: waktu , tempat , topic
Perawat:: “baik, besok kita akan bertemu kembali dan bercincang2 cara berdandan
agar bapak tambah cantik, untuk tempat dan waktunya mba mau dimana dan kapan
ya?”
perawat : “baik, di sini saja jam 10 pagi ya, kalau tidak ada yang ditanyakan saya izin
kembali keruang perawat ya bapak Assalamualaikum.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Leni Indi. 2019. “Gambaran Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Dengan Skizofrenia
Di Wisma Sadewa Rsj Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.” Akademi Keperawatan
“YKY.”
HASRA HARTINA. 2017. “Нской Организации По Разделу «Эпидемиологическая
БезопасностьNo Title.” Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan
Caput Succedaneum Di Rsud Syekh Yusuf Gowa Tahun 4: 9–15.
Ilmiah, Karya Tulis. 2020. “Program Studi Diploma Iii Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung 2020.”

Optimization, Allocation, Synergetic Development, and Beijing- Tianjin- Hebei. 2021. “京津
冀协同应对自然灾害应急资源配置优化研究 1 2 3.” 4: 459–70.
Sasmita, Heppi, and Asterina -. 2012. “Pengaruh Metode Token Economy Terhadap Aktifitas
Perawatan Diri Pada Pasien Defisit Perawatan Diri.” NERS Jurnal Keperawatan 8(1):
24.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai