Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH :
YOSSY GUSMITA, S.Kep
NIM.2008149010114

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS


STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. KONSEP DASAR

a. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2015).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2014).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2013).

b. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri seimbang kadang perawatan diri Tidak melakukan

kadang tidak perawatan saat stress

c. Faktor Penyebab

a) Faktor Predisposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.
2) Biologis.

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan

diri.

4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan

diri.

b) Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah

yang dialami individu sehingga menyebabkab individu kurang mampu

melakukan perawatan diri. ( Depkes,2000 :20 )

d. Proses Terjadinya Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya personal hygiene adalah :

1) Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.
2) Praktek Sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

3) Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat

gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan,misalnya pada pasien penderita diabetes melitus

harus menjaga kebersihan dirinya.

5) Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.

7) Kondisi Fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya. (Depkes,2000:59)

e. Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolaongan dibagi menjadi 2 :


1) Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan, belajar dan

mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bias memenuhi kebutuhan

perawatan diri secara mandiri.

2) Mekanisme koping Maladaptif

Mekanisme koping yang menghamabat fungsi integrasi, memecah

pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Kategorinya adalah tidak mau merawat diri ( Damaiyanti,2012)

f. Penatalaksanaan

Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan

medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan

terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

1) Meningktkan kesadaran dan kepercayaan diri

2) Membimbing dan menolong klien merawat diri

3) Ciptakan lingkungan yang mendukung (Herman Ade,2013)

g. Prinsip tindakan keperawatan

Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) Tindakan keperawatan pada pasien

deficit perawatan diri tindakan mandiri keperawatan pada pasien dengan deficit

perawatan diri yaitu:

1)      Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

2)      Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

3)      Membantu pasien mempraktikan cara menjaga kebersihandiri.

4)      Menjelaskan cara makan yang baik.

5)      Membantu pasien mempraktikan cara makan yang baik.


6)      Menjelaskan cara eliminasi yang baik.

7)      Membantu pasien mempraktikan cara eliminasi yang baik.

8)      Menjelaskan cara berdandan.

9)      Membantu pasien mempraktikan cara berdandan.

10)  Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Fokus intervensi keperawatan dalam hal ini terdiri dari dua, yaitu:

11)    Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien melakukan perawatan

diri.

12)     Membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang

tidak dapat dilakukan pasien

2. Asuhan KeperawatanTeoritis
a. Pengkajian

1) Identitas Klien

Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No MR, penaggung jawab

2) Alasan Masuk

Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak

berbicara dengan orang lain, terlihat murung.

3) Faktor Predisposisi

 Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

 Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

 Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan

realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan

termasuk perawatan diri.

 Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan dilingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

4) Pemeriksaan Fisik

 Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok,

keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.

 Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.

 Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah

 Hidung : Lihat kebersihan hidung, membrane mukosa

 Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan


 Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi

 Telinga : Lihat adakah kotoran, adakahlesi, adakah infeksi

 Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.

 Badanbau, pakaian kotor

 Kuku panjang dan kotor

 Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan

skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan

 Pakaian tidak rapi

5) Psikologis

 Malas, tidak ada inisiatif

 Menarik diri, isolasi diri

 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

6) Hubungan Sosial

 Interaksi kurang

 Kegiatan kurang

 Tidak mampu berperilaku sesuai norma

 Cara makan tidak teratur

 BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu

mandiri.

7) Spritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan.

Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan

yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa berdosa.


8) Status Mental

a) Penampilan

Penampilan klien kurang rapi,pakaian kurang rapi,pakaian kotor dan jarang mandi

b) Pembicaraan

Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat,jelas dan mudah

dimengerti.Namun klien tidak mampu untuk memulai pembicaraan kepada orang

lain.

c) Aktivitas motorik

Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien lebih sering berdiam diri dan sering

menghabiskan waktunya ditempat tridur.

d) Afek dan emosi

Afek tumpul,berespon apabila diberikan stimulus yang kuat. Emosi stabil atau

sedih

9) Kebutuhan persiapan pulang

Perawatan di rumah sakit akan lebih bermakna jika dilanjutkan dirumah.

Perencanaan pulang dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat dan

diintegrasikan didalam proses keperawatan. Jadi bukan persiapan yang dilaakukan

pada hari atau sehari sebelum klien pulang

Tujuan perencanaan pulang :

a) Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik,

b) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien melakukan perawatan diri.

c) Membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang tidak dapat

dilakukan pasien.

10) Mekanisme koping


Dalam menghadapi masalah biasanya pasien menyembunyikan masalahnya dan

menghindar dari masalah tersebut

11) Masalah Psikososial

Klien mempunyai masalah dengan lingkungannya,karena jarang berinteraksi

dengan orang lain.Klien lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang

lain

12) Pengetahuan

Klien tidak mengetahui dan bingung tentang obat yang diberikan kepadanya

b. DaftarMasalah

No Data Masalah
1 Data Subjektif Defisit Perawatan Diri
- Pasien merasa lemah
- Pasien mala suntuk beraktivitas
- Pasien merasa tidak berdaya
Data Objektif
- Rambut kotor, acak-acakan
- Badan, pakaian kotor dan bau
- Mulut dan gigi bau
- Kulit kusam dan kotor
- Kuku panjang dan tidak terawat
2 Data Subjektif : Penurunan kemampuan
- Klien tidak mampu mandi dan motivasi merawat
- Klien mengatakan tidak bisa diri
melakukan apa-apa
Data Obkeftif :
- Klien terlihat lebih kurang
memperhatikan kebersihan diri
- Badan bau
- Kulit kotor
3 Data Subjektif : Isolasi Sosial
- Klien mengatakan tidak mampu,tidak
bisa dan tidak tahu apa-apa
- Klien mengkritik diri sendiri
- Klien mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
Data Objektif:
- Klien terlihat lebih suka menyendiri
- Bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan
- Apatis
- Menolak berhubungan
- Kurang memperhatikan kebersihan

c. PohonMasalah

Effect Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

d. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

1) Defisit perawatan diri

2)  Isolasi sosial

3) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

e. Rencana Keperawatan

1) Defisit perawatan Diri

 Untuk Klien

Tujuan : Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti

mandi, berpakaian, makan dan BAB/BAK

Intervensi :

a) Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri

b) Memberikan cara melakukan mandi/ membersihkan diri, berhias.

Makan/minum, BAB/BAK secara mandiri

c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah kurang

perawatan diri.
 Untuk Keluarga

a) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan

oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri

b) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien dalam

merawat klien

c) Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam

merawat diri

2) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

 Untuk Klien

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk

memperhatikan kebersihan diri

Tujuan Khusus :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Kriteria evaluasi : Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya

pada perawat :

 Wajah cerah, tersenyum

 Mau berkenalan

 Ada kontak mata

 Menerima kehadiran perawat

 Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi

 Berikan salam setiap berinteraksi.

 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat

berkenalan.
 Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien

 Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

 Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

 Buat kontrak interaksi yang jelas.

 Dengar kanung kapan perasaan klien dengan empati.

 Penuhi kebutuhan dasar klien

 Untuk Keluarga

 Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi klien

untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga

 Beri reinforcement positif atas partisi pasiaktif keluarga

.         Strategi Pelaksanaan Tindakan

SP PadaPasien SP PadaKeluarga
SP 1p SP I k
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan 1. Mendiskusika nmasalah yang dirasakan
diri keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan cara menjaga 2.  Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
kebersihan diri deficit perawatan diri, dan jenis deficit
3. Melatih pasien cara menjaga perawatan diri yang dialami pasien
kebersihan diri beserta proses terjadinya
4.  Membimbing pasien memasukkan 3.  Menjelaskan cara-cara merawat pasien
dalam jadwal kegiatan harian. deficit perawatan diri
SP2p SP 2 k
1. Memvalidasi masalah latihan 1.  Melatih keluarga mempraktekkan cara
sebelumnya merawat pasien dengan deficit perawatan
2. Menjelaskan cara berdandan yang diri
baik 2.  Melatih keluarga melakukan cara merawat
3. Melatih pasien cara berdan dan yang langsung kepada pasien deficit perawatan
baik diri
4. Membimbing pasien dan
memasukan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP 3 p SP 3 k
1.  Memvalidasi masalah dan latihan 1. Membantu keluarga membuat jadual
sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan cara makan yang baik (discharge planning)
3.  Melatih pasien cara makan yang baik 2.  Menjelaskan follow up pasien setela
4. Membimbing pasien memasukkan hpulang
dalam jadwal kegiatan harian.
SP 4 p
1.  Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya.
2.  Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
3.  Melatih cara eliminasi yang baik.
4. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2015. Standar Pedoman Perawatan jiwa

Herman ade. 2014. bukuajarasuhankeperawatanjiwa.yogyakarta: nuhamedika.

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2014. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.

Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2015 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai