Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY. E DENGAN DIAGNOSA


MEDIS THYPOID DI RUANG DAHLIA I RSUD KABUPATEN CIAMIS

Disusun oleh :
IMAS MASITOH
1490122002

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Penyakit
Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
7hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang pada anak usia 12 – 13tahun (70% - 80% ), pada usia 30 - 40tahun
( 10%-20% ) dan juga diatas usia pada anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%).
(Mansjoer, Arif. 2010).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan juga
gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah
Noer, 2015). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan
gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella
type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2008).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endothelia /endokardial dan juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam
sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch
dan juga dapat menular pada orang lain melalui makanan /air yang
terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai
negara berkembang yang terutama terletak didaerah tropis dan subtropis.
(Simanjuntak, 2009). Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan juga gangguan
kesadaran. (Nursalam, 2005).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu /lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan /tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).

B. Etiologi
Etiologi pada demam thypoid yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi, bakteri tersebut merupakan mikroorganisme bakteri gram negatif, yang
bersifat aerob dan tidak membentuk spora, bakteri ini memiliki beberapa
komponen antigen, salah satunya yaitu :
a. Antigen dinding sel (O) yang bersifat spesifik group dan lipoolisakari.
b. Antigen flagella (H) bersifat spesifik dan komponene protein dalam
flagella.
c. Antigen virulen (Vi) adalah polisakarida yang berada di kapsul yang
berguna untuk melindungi seluruh permukaan sel .
d. Antigen Outer Membran Protein (OMP), bagian dari dinding sel terluar
yang berada di luar membran sitoplasma serta lapisan peptidoglikan
membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya.
Antigen ini berhubungan terhadap daya invasif bakteri serta efektivitas
vaksin. Pada bakteri Salmonela Typhi menghasilkan endotoksin yaitu bagian
terluar dari diding sel yang terdiri dari antigen O yang telah dilepaskan oleh
lipopolisakarida serta lipid A. Ketiga antigen yaitu O, H Vi saat berada
didalam tubuh akan membentuk antibodi aglutinin (Sucipta, 2015).
Menurut Inawati, (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari
infeksi oleh bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita
melalui pada sistem saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus 12
jari, usus halus, usus besar) yang akan masuk kedalam tubuh manusia bersama
bahan makanan atau minuman yang sudah tercemar.
Cara penyebarannya untuk bakteri ini yaitu pada:
a. Muntahan manusia
b. Urine
c. Kotoran-kotoran dari penderita thypoid kemudian dibawa oleh lalat
sehingga mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buahbuah
segar
Sumber utama yang akan terinfeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakitnya, baik ketika ia sedang
sakit atau sedang dalam masa penyembuhan demam thypoid, sehingga
penderita masih mengandung Salmonella didalam kandung empedu atau
ginjalnya. Bakteri Salmonella thypi ini hidup dengan baik pada suhu 37̊ C, dan
dapat hidup pada air beku atau dingin, air tanah, air laut dan debu selama
beberapa minggu maupun bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram
beku.

C. Tanda dan Gejala Klinis


1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10- 14hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeriperut
6. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeriotot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium / psikosis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan Bakteremia
insidious, tipepanas saluran cerna
stepladder yang
mencapai 39-40̊ c,
menggigil, nyeri
kepala.
Minggu 2 Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,
abdomen, diare atau splenomegali, hiperplasi pada
konstipasi, delirium hepatomegali peyer’s
pathches, nodul
typhoid, pada
limpa dan hati
Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada
perdarahan saluran ketegangan payer’s patches,
cerna, perforasi dan abdomen, koma nodul typhoid
syok pada limpa dan
hati
Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis,
relaps, penurunan berat, kakeksia carrier kronik
berat badan
Gejala dan Tanda Typhoid (Nurarif dan Kusuma, 2015)
D. Klasifikasi
Menurut WHO dalam Hasta, (2020) terdapat 3 macam klasifikasi
pada demam thypoid dengan perbedaan gejala klinik :
1. Demam typhoid akut non komplikasi
Adanya demam yang berkepanjangan pada demam typhoid akut terjadi
konstipasi pada penderita dewasa, diare pada anak-anak. Anoreksia,
malaise, serta nyeri kepala atau sakit kepala.
2. Demam typhoid dengan komplikasi
Demam typhoid akan menjadi komplikasi yang parah tergantung pada
kualitas dalam pengobatan yang diberikan kepada penderita, komplikasi
yang terjadi biasanya seperti perforasi usus, melena dan peningkatan
ketidaknyamanan abdomen.
3. Keadaan karier
Penderita demam typhoid dengan kedaan karier terjadi pada 1-5%
tergantung pada umur pasien, yang bersifat kronis dalam hal sekresi
salmonella typhi di feses.

E. Komplikasi
Komplikasi yang diakibatkan penyakit demam thypoid menurut
Lestari (2016) antara lain yaitu:
1. Perporasi usus, pendarahan pada usus dan illius paralitik
2. Anemia hemolitik
3. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
4. Pneumonia, empyeman dan pleuritis
5. Hepatitis, Koleolitis
Menurut Sodikin (2011) komplikasi untuk penyakit demam thypoid
sering terjadi pada bagi organ usus halus, untuk anak-anak komplikasi pada
bagian usus halus jarang terjadi apabila hal tersebut terkena pada anak-anak
akan membahayakan atau berakibat yang cukup fatal. Komplikasi yang
terjadi pada usus halus terdapat beberapa sebagai berikut yaitu:
1. Perdarahan usus
Pendarahan pada usus yang terjadi masih dalam jumlah yang sedikit dapat
dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, namun jika pendarahan
cukup banyak maka dikhawatirkan akan terjadi melena yang bisa juga
disertai dengan tanda nyeri perut.
2. Perforasi usus
Perforasi yang tidak disertai dengan gangguan peritonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu seperti pekak
hati menghilang dan terdapat adanya udara diantara diagfragma dan hati
pada saat dilakukan foto rongten pada bagian abdomen dengan keadaan
posisi penderita tegak.
3. Peritonitis
Pada peritonitis yang sering terjadi biasanya menyertai gangguan
perforasi usus, tetapi ada juga yang terjadi tanpa perforasi usus, akan
ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri pada perut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan terdapat nyeri pada saat
ditekan.
4. Komplikasi diluar usus
Komplikasi yang terjadi diluar usus ini merupakan terjadi akibat infeksi
sekunder yaitu dari bronkopnemonia, komplikasi yang terdapat lokalisasi
peradangan yang diakibatkan sepsis (bacteremia), yaitu seperti
Meningitis, Kolesitisis, Ensefalopati.
F. Clinical Pathways

G. Data Fokus Pengkajian


1. Pengkajian
Pengkajian adalah hal yang penting dan mendasar dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk hal ini dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang anak maupun keluarganya, baik saat penderita
penyakit baru pertama kali datang maupun selama penderita dalam masa
proses perawatan (Andra dan Yessi, 2013).
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada penderita penyakit dengan
thypoid yaitu sebagai berikut:
a. Identitas klien
Penyakit demam thypoid ini banyak ditemukan pada semua usia
baik itu mulai dari umur bayi di atas satu tahun hingga umur dewasa, di
dalam data umum berisi nama klien, jenis kelamin, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, golongan darah, asal suku, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, asuransi, nomor register, tanggal MRS
dan diagnosa medis (Wahid, 2013).
b. Riwayat penyakit
 Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu alasan utama masuk rumah sakit
biasanya pada penderita demam thypoid keluhan utama yang
dialami berupa demam tinggi (hipertermi) yang berkepanjangan,
merasa tidak enak badan, nafsu makan menurun, kurang
bersemangat terutama pada masa inkubasi, tubuh terasa lesu, nyeri
atau sakit pada kepala dan juga pusing, serta nafsu makan kurang
terutama pada masa inkubasi (Sodikin, 2011).
 Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari paling awal saat dirumah dan saat di
rumah sakit pada kasus demam thypoid terjadi demam yang
berlangsung selama kurang lebih 3 minggu, bersifat febris, dan
suhunya tidak terlalu tinggi sekali. Pada minggu pertama penderita
mengalami suhu tubuh yang berangsur angsur baik pada setiap
harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore atau malam hari, minggu kedua penderita berada dalam keadan
demam dan minggu ketiga, suhu tubuh berangsur turun dan berada
dalam keadaan normal kembali pada akhir minggu ketiga (Sodikin,
2011).
 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan berisi tentang
informasi yang berhubungan dengan adanya semua aspek status
kesehatan klien yang telah ada sebelumnya dan memfokuskan
untuk beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam pengkajian
riwayat orang dewasa, seperti riwayat kelahiran, riwayat pemberian
makanan secara rinci, imunisasi dan pertumbuhan dan
perkembangan (Wong, 2010).
Untuk mengetahui lebih lanjut riwayat dahulu apakah
sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, sebelumnya
masuk rumah sakit dan juga untuk mengetahui adanya relaps.
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga diperlukan data apakah pernah
terjadi penyakit demam typhoid pada anggota keluarga yang lain
yang memungkinkan terjadinya proses penularan dari anggota
keluarga yang lain.
c. Pengkajian pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat-sejahtera yang
dirasakan, pengetahuan tentang gay hidup dan berhubungan dengan
sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada
ketentuan media dan keperawatan. Biasanya anak-anak belum
menegrti tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari
orangtuanya.
d. Kebutuhan nutrisi
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien,
tipe makanan dan cairan, peningkatan/penurunan berat badan, nafsu
makan, pilihan makan.
e. Pola Eleminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan
alat bantu, pengunaan obat-obatan.
f. Pola Aktivitas
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi,
kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri,
bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernafasan saat melakukan
aktivitas.
g. Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,
bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur
dan penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
h. Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi
klien.
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya,
persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri,
identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri.
j. Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain.
Bagaimana kemampuan dalam menjalankan perannya.
k. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas.
l. Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam
menghadapi stress dan juga adanya sumber pendukung. Anak belum
mampu untuk mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari
keluarga.
m. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien.
n. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : pasien lemas dan akral panas
2) Tingkat kesadaran : penurunan kesadaran seperti apatis atau
somnolen
3) Pemeriksaan TTV
Pada Tekanan darah pada pasien demam thypoid biasanya
menuncukan angka normal yaitu berkisar 110/80-120/80 mmHg,
untuk suhu tubuh akan mengalami peningkatan hal tersebut
disebabkan oleh bakteri salmonella thypi hingga 39̊ C-40̊ C, untuk
respirasi pada pasien bisa mengalami peningkatan atau bisa juga
tidak karena pada pasien dengan demam thypoid bisa mengalami
sesak nafas, serta untuk nadi bisa normal/tidak tergantung dengan
pasien
4) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan kepala
- Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat lesi
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b) Pemeriksaan mata
- Inspeksi: konjungtiva anemis
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
c) Pemeriksaan hidung
- Inspeksi: tidak terdapat cuping hidung
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
d) Pemeriksaan mulut dan Faring
- Inspeksi: mukosa bibir pecah-pecah dan kering, ujung lidah
kotor dan tepinya berwarna kemerahan.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
e) Pemeriksaan paru
- Inspeksi: respirasi rate mengalami peningkatan
- Palpasi: tidak adanya nyeri tekan
- Perkusi : paru sonor
- Auskultasi: tidak terdapat suara tambahan
f) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi: ictus cordis tidak nampak, tidak adanya
pembesaran
- Palpasi: biasanya pada pasien dengan demam thypoid ini
ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi
didapatkan takikardi saat pasien mengalami peningkatan
suhu tubuh.
- Perkusi: suara jantung pekak
- Auskultasi: suara jantung BJ 1”LUB” dan BJ 2”DUB”
terdengar normal, tidak terdapat suara tambahan.
g) Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi: bentuk simetris
- Auskultasi: bising usus biasanya diatas normal (5-
35x/menit)
- Palpasi: terdapat nyeri tekan pada bagian epigastrium
- Perkusi: hipertimpani
h) Pemeriksaan integument
- Inspeksi: terdapat bintik-bintik kemerahan pada punggung
dan ekstermitas, pucat, berkeringat banyak
- Palpasi: turgor kulit, kulit kering, akral teraba hangat
i) Pemeriksaan anggota gerak
Pada penderita demam thypoid pada umumnya dapat
menggerakan anggota gerak ekstermitas atas dan bawak secara
penuh (Elyas, 2013).
j) Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus
Pasien demam thypoid bisanya mengalami gangguan
pencernaaan seperti diare atau konstipasi di sekitar anus atau
genetalia kotor atau bersih, adakah hemoroid atau tidak, saat di
palpasi terdapat nyeri tekan atau tidak (Muttaqin, 2014).
5) Data penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Sucipta (2015) yang sering
dilakukan untuk mendiagnosa penyakit demam thypoid terdiri dari :
a) Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan hematologi pada penderita demam thypoid tidak
spesifik, dapat ditemukan adanya anemia normokromik
normositer dalam beberapa minggu, anemia terjadi akibat
pengaruh dari berbagai sitokin dan mediator sehingga terjadi
depresi sumsum tulang.
b) Pemeriksaan serologis widal
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap antigen O dan H.S.
Typhi, pemeriksaan ini memiliki sensivitas dan spesifik rendah.
c) Pemeriksaan PCR
Polymerase Chain Reaction (PCR) mengguanakan primer H1-d
yang dapat digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik
bakteri Salmonella Typhi, pemeriksaan ini memiliki sensivita
untuk mendeteksi bakteri dalam beberapa jam dan pemeriksaan
ini terbilang cepat dan keakuratan baik.
d) Pemeriksaan Biakan darah
Isolasi kuman pada penderita demam thypoid dapat dilakukan
dengan cara mengambil biakan dari berbagai tempat dalam
tubuh, pemeriksaan biakan darah memberikan hasil positif 40-
60% .pemeriksaan ini akan menghasilkan senvitas yang baik
pada minggu pertama selama sakit
e) Pemeriksaan Tubex
Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengetahui penyakit demam thypoid secara lebih
diniyaitu dengan cara mendeteksi antigen spesifik dari kuman
Salmonella (lipopolisakarida 09) melalui pemeriksaan Igm anti
salmonella (Tubex TF). Pada pemeriksaan ini untuk hasil lebih
spesifik, sensitif dan lebih praktis (Hasta, 2020).
6) Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang dilakukan untuk penderita penyakit
demam thypoid yang dirawat di rumah sakit terdapat
pengobatan berupa suportif meliputi istirahat atau bedrest dan
pengaturan diet makanan yang dikonsumsi dan obat dalam
pengobatan (medikamentosa). Selama pasien di rawat
ditempatkan akan ditempatkan di ruang isolasi kontak selama
fase akut infeksi, untuk proses pembuangan tinja dan urine pada
penderita demam thypoid harus dibuang secara aman hal
tersebut dilakukan agar tidak bakteri yang terdapat dalam
kotoran tersebut tidak menginfeksi orang lain.
Pasien dengan demam thypoid diharuskan untuk istirahat
hal ini berguna untuk mencegah komplikasi penyakit yang lebih
parah serta istirahat dapat mempercepat dalam proses
penyembuhan. Penderita harus menjalani istirahat tirah baring
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 1
hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien, untuk program diet yang dikonsumsi serta
terapi penunjang lainnya, makanan yang diberikan pertama,
pasien diberikan bubur saring, selanjutnya diberikan bubur kasar
dan nasi sesuai dengan tingkat kemampuan atau kesembuhan
pada pasien, selain itu juga pasien perlu untuk diberikan vitamin
dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien (Widodo,
2014).
Penderita penyakit thypoid yang berat, disarankan
menjalani perawatan di rumah sakit. Antibiotika yang umum
digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid, saat waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.
Obat-obat pilihan pertama adalah Kloramfenikol,
Ampisilin/Amoksisilin dan Kotrimoksasol. Obat pilihan kedua
adalah Sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah
Meropenem, Azithromisin dan Fluorokuinolon. Kloramfenikol
diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Kloramfenikol
bekerja dengan mengikat ribosom dari kuman Salmonella,
menghambat pertumbuhannya dengan menghambat sintesis
protein. Kloramfenikol memiliki spectrum gram negatif dan
positif, bila terdapat kontra indikasi pemberian Kloramfenikol,
diberi Ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi 3-4
kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum obat selama
21 hari, atau Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2-3 kali pemberian, oral selama 14 hari.
Kasus demam thypoid berat dapat diberi Seftriakson
dengan dosis 50 mg/hari/berat badan dan diberikan 2 kali sehari
atau 80 mg/hari/berat badan sehari sekali, intravena, selama 5-7
hari. Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama
3 minggu sampai sebulan. Pengobatan penyakit tergantung
macamnya, untuk kasus berat dan dengan manifestasi
neurologik menonjol, diberi deksametason dosis tinggi dengan
dosis awal 3 mg/hari/berat badan, intravena perlahan (selama 30
menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1
mg/hari/berat badan dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali
pemberian (Widodo, 2014).
b) Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan untuk
penderita penyakit demam Thypoid Menurut Nugroho (2011)
yaitu :
1) Mencukupi kebutuhan pada cairan dan juga nutrisi
 Edukasi pentingnya nutrisi yang adekuat bagi tubuh
 Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan
adekuat, serta konsulkan kepada ahli gizi.
 Lakukan penimbangan BB secara berkala.
 Ciptakan suasana yang dapat membangkitkan selera
makan pada pasien seperti pada mengatur susasana
makan yang tenang, berada di lingkungan yang bersih,
cara penyajian makanan yang masih dalam keadaan
hangat, penampilan makanan yang menarik, makan
bersama.
 Pertahankan kebersihan mulut
 Anjurkan klien yang mengalami nafsu makan untuk:
makan makanan kering saat bangun, makan kapan saja
bila dapat ditoleransi, makan dalam porsi kecil tapi
sering.
 Pantau asupan makan klien dan pantau adanya tanda-
tanda komplikasi seperti : perdarahan, digestif dan
abdomen tegang
2) Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)
 Kaji penyebab hipertermi
 Jelaskan pada klien/keluarga pentingnya
mempertahankan masukan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi
 Ajarkan/lakukan upaya mengatasi hipertermi dengan
kompres hangat, sirkulasi cukup, pakaian longgar dan
kering dan pembatasan aktivitas
 Jelaskan tanda-tanda awal hipertermi: kulit kemerahan,
letih, sakit kepala, kehilangan nafsu makan.

H. Etiologi dan Masalah Keperawatan


Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1. Data subjektif : Salmonella thyposa Hipertermia
Data objektif : (D.0130)
- Suhu tubuh diatas nilai Masuk saluran pencernaan
normal
- Kulit merah Lambung
- Kejang
- Takikardi Diserap oleh usus
- Takipnea
- Kulit terasa hangat Masuk peradaran darah
Kondisi klinis terkait :
- Proses penyakit Kelenjar limfoid
- Hipertiroid
- Stroke Reaksi inflamasi
- Dehidrasi
- Trauma Reaksi inflamasi parasimpatik
- Prematuritas
Sel usus vili naik

Pelepasan zat piragen


Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

Meningkatkan set.point suhu


dihipotalamus

Demam

Hipertermi
2. Data subjektif Salmonella thyposa Gangguan rasa
- Mengeluh nyeri nyaman nyeri
- Mengeluh sulit tidur Masuk saluran pencernaan (D.0074)
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh Lambung
kedinginan/kepanasan
- Merasa mual Diserap oleh usus
- Merasa lelah
Data objektif Masuk peradaran darah
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Hati
- Gelisah
- Tekanan darah hepatomegali
meningkat
- Pola nafas berubah nyeri ulu hati
- Menarik diri
- Berfokus pada diri nyeri
sendiri
3. Data subjektif Salmonella thyposa Ketidak
- Kram/nyeri abdomen seimbangan
- Cepat kenyang stelah Masuk saluran pencernaan nutrisi
makan (D. 0019)
- Nafsu makan menurun Lambung
Data objektif
- BB menurun 10% Diserap oleh usus
dibawah ideal
- Bising usus hiperaktif Masuk peradaran darah
- Otot mengunyah lemah
- Otot menelan lemah Kelenjar limfoid
- Membrane mukosa
pucat Reaksi inflamasi
- Serum albumin turun
- Sariawan Reaksi inflamasi parasimpatik

Gangguan pencernaan

Anoreksia,Mual, muntah
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi
4. Faktor resiko Salmonella thyposa Defisit volume
- Ketidakseimbangan
cairan (D.0037)
cairan ( mis. Dehidrasi Masuk saluran pencernaan
dan intoksikasi air)
- Kelebihan volume Lambung
cairan
- Diare Diserap oleh usus
- Mual muntah
- disfungsi regulasi Masuk peradaran darah
endokrin
kondisi klinis terkait Kelenjar limfoid
- anoreksia nervosa
- gastroenteritis Reaksi inflamasi
- gagal ginjal
- diabetes melitus Reaksi inflamasi parasimpatik
- luka bakar
- trauma Gangguan pencernaan

Mual, muntah, diare

Output cairan berlebihan

Defisit volume cairan


Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
5. Data subjektif Salmonella thyposa Gangguan pola
- mengeluh sulit tidur
istirahat tidur
- mengeluh sering terjaga Masuk saluran pencernaan
- mengeluh tidak puas (D.0055)
tidur Lambung
- mengeluh pola tidur
berubah Diserap oleh usus
- mengeluh istirahat tidak
cukup Masuk peradaran darah
- mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun Hati
Data objektif
- Fisik lemah hepatomegali
Kondisi klinis terkait
- Nyeri nyeri ulu hati
- Kecemasan
- Penyakit PPOK nyeri
- Kondisi pasca operasi
gangguan pola istirahat tidur

6. Data subjektif Salmonella thyposa Intoleransi


- Mengeluh lelah
aktivitas (D. 0056)
- Merasa lemas Masuk saluran pencernaan
Data objektif
- Frekuensi jantung Lambung
meningkat
- Tekanan darah berubah Diserap oleh usus
- Sianosis
- Gambaran EKG Masuk peradaran darah
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas Kelenjar limfoid
- Gambaran EKG
menunjukkan iskemia Reaksi inflamasi

Reaksi inflamasi parasimpatik

Gangguan pencernaan

Anoreksia,Mual, muntah

Kelemahan

Intoleransi aktivitas
I. Diagnosa Keperawatan
Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus typhoid antara lain :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi (infeksi bakteri
Salmonella thypi).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, mual dan muntah.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
4. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan
mencerna makanan, anoreksia.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
6. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
pasien.
J. Nursing Care Plan
No SDKI SLKI SIKI
1. Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (1.15506)
proses inflamasi (infeksi bakteri selama 3x24jam diharapkan suhu tubuh O:
Salmonella thypi). (D.0130) membaik (L.14134), kriteria hasil : - Identifikasi penyebab hipertermia
- Menggigil menurun - Monitor suhu tubuh
- Kulit merah menurun - Monitor haluaran urin
- Suhu tubuh membaik - Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Suhu kulit membaik T:
- Tekanan darah membaik - Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis(keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberia antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
E:
- Anjurkan tirah baring
K:
- Kolaboraso pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan (I.03098)
berhubungan dengan diare, mual selama 3x24 jam diharapkan volume O:
dan muntah. (D.0037) cairan meningkat (L.03020), dengan - Monitor status hidrasi
kriteria hasil: - Monitor BB harian
No SDKI SLKI SIKI
- Asupan cairan meningkat - Monitor hasil pemeriksaan Lab
- Haluaran urin sedang T:
- Kelembaban membran mukosa - Catat intake-output dan hitung balans
meningkat cairan 24 jam
- Asupan makanan meningkat - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Dehidrasi menurun - Berikan cairan intravena, jika perlu
- Tekanan darah membaik K:
- Membran mukosa membaik - Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
- Turgor kulit membaik Manajemen Cairan (I.03098)
O:
- Monitor mual, muntah dan diare
T:
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
E:
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3. Gangguan rasa nyaman nyeri setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri (1.08238)
berhubungan dengan proses selama 3x24 jam, maka diharapkan O :
penyakit. (D.0074) tingkat nyeri menurun (L.08066), - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Monitor tanda-tanda vital
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Rasa mual menurun memperingan nyeri
No SDKI SLKI SIKI
- Fokus membaik T:
- Pola tidur membaik - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fisilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
E:
- Jelaskan penyebab, periodedan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi mengatasi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
K:
- Kolaborasi pemberian analgetik
4. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi (1.03119)
berhubungan dengan ketidak selama 3 x 24 jam, diharapkan status O:
mampuan mencerna makanan, nutrisi membaik (L.03030), dengan - Identifikasi status nutrisi
anoreksia. (D.0019) kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Porsi makan yang dihabiskan makanan
meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
- Kekuatan otot mengunyah - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
meningkat nutrisi
- Kekuatan otot menelan meningkat - Monitor asupan makanan
- Perasaan cepat kenyang menurun - Monitor BB
No SDKI SLKI SIKI
- Nyeri abdomen menurun - Monitor hasil LAB
- Sariawan menurun T:
- Diare menurun - Lakukan oral hygiene sebelum makan,
- Berat badan membaik jikaperlu
- IMT membaik - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
- Frekuensi makan membaik yang sesuai
- Nafsu makan membaik - Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggo
protein
- Berikan suplemen makan, jika perlu
E:
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
K:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jumlah
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (1.05178)
dengan kelemahan. (D.0056) selama 3x24 jam diharapkan toleransi O:
aktivitas meningkat (L.05047), dengan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yng
kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
- Keluhan lelah menurun - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor pola dan jam tidur
- Kemudahan dalam melakukan - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
aktivitas sehari-hari meningkat selama melakukan aktivitas
- Kecepatan berjalan meningkat T:
No SDKI SLKI SIKI
- Kekuatan tubuh bagian atas dan - Sediakan lingkungan yang nyaman dan
bawah meningkat rendah stimulus
- Dispnea saat dan setelah aktivitas- Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
menurun - Berikan aktifitas distraksi yang
- Tekanan darah membaik menenangkan
- Frekuensi nafas membaik E:
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
K:
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
6. Gangguan pola istirahat tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Tidur (1.05174)
berhubungan dengan nyeri yang selama 3x24 jam pola tidur membaik O:
dirasakan pasien. (D.0055) (L.05045), dengan kriteria hasil : - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Keluhan sering terbangun menurun - Identifikasi makanan dan minuman yang
- Keluhan pola tidurnya yang berubah mengganggu tidur
cukup meningkat - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
- Keluhan istirahat tidak cukup T:
menurun - Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
- Keluhan tidak puas tidur menurun posisi tidur, kebisingan, dll)
No SDKI SLKI SIKI
- Lakukan prosedur meningkatkan
kenyamanan
- Fasilitasi penghilang stres sebelum tidur
- Sesuaikan jadwal pemberian obat atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
E:
- Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
selama sakit
- Anjurkan menghindari makanan atau
minuman yang dapat mengganggu tidur
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenik dan cara
nonfarmakologi lainnya.
- Anjurkan pasien agar tetap tenang rileks,
dan berikan posisi yang nyaman pada
pasien
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/pdf. diakses pada tanggal 05 November 2022 pukul : 19.00


WIB
http://repository.ump.ac.id/pdf. diakses pada tanggal 05 November 2022 pukul : 19.00 WIB
http://eprints.umpo.ac.id/pdf. diakses pada tanggal 05 November 2022 pukul : 19.00 WIB
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/pdf. diakses pada tanggal 05 November 2022 pukul :
19.00 WIB
http://repo.stikesperintis.ac.id/pdf. diakses pada tanggal 05 November 2022 pukul : 19.00
WIB
https://www.academia.edu/30603578/Laporan_Pendahuluan_Thypoid_Fever_Demam_Tifoid
. diakses pada tanggal 05 November 2022 pukul : 19.00 WIB
https://www.academia.edu/11653058/LP_Typhoid. diakses pada tanggal 05 November 2022
pukul : 19.00 WIB
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muslim-indonesia/medical-faculty/lp-
demam-typhoid-1-laporan-pendahuluan. diakses pada tanggal 05 November 2022
pukul : 19.00 WIB
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Kepewatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai