Disusun oleh :
IMAS MASITOH
1490122002
A. Definisi Penyakit
Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
7hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang pada anak usia 12 – 13tahun (70% - 80% ), pada usia 30 - 40tahun
( 10%-20% ) dan juga diatas usia pada anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%).
(Mansjoer, Arif. 2010).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan juga
gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah
Noer, 2015). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan
gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella
type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2008).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endothelia /endokardial dan juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam
sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch
dan juga dapat menular pada orang lain melalui makanan /air yang
terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai
negara berkembang yang terutama terletak didaerah tropis dan subtropis.
(Simanjuntak, 2009). Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan juga gangguan
kesadaran. (Nursalam, 2005).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu /lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan /tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).
B. Etiologi
Etiologi pada demam thypoid yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi, bakteri tersebut merupakan mikroorganisme bakteri gram negatif, yang
bersifat aerob dan tidak membentuk spora, bakteri ini memiliki beberapa
komponen antigen, salah satunya yaitu :
a. Antigen dinding sel (O) yang bersifat spesifik group dan lipoolisakari.
b. Antigen flagella (H) bersifat spesifik dan komponene protein dalam
flagella.
c. Antigen virulen (Vi) adalah polisakarida yang berada di kapsul yang
berguna untuk melindungi seluruh permukaan sel .
d. Antigen Outer Membran Protein (OMP), bagian dari dinding sel terluar
yang berada di luar membran sitoplasma serta lapisan peptidoglikan
membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya.
Antigen ini berhubungan terhadap daya invasif bakteri serta efektivitas
vaksin. Pada bakteri Salmonela Typhi menghasilkan endotoksin yaitu bagian
terluar dari diding sel yang terdiri dari antigen O yang telah dilepaskan oleh
lipopolisakarida serta lipid A. Ketiga antigen yaitu O, H Vi saat berada
didalam tubuh akan membentuk antibodi aglutinin (Sucipta, 2015).
Menurut Inawati, (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari
infeksi oleh bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita
melalui pada sistem saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus 12
jari, usus halus, usus besar) yang akan masuk kedalam tubuh manusia bersama
bahan makanan atau minuman yang sudah tercemar.
Cara penyebarannya untuk bakteri ini yaitu pada:
a. Muntahan manusia
b. Urine
c. Kotoran-kotoran dari penderita thypoid kemudian dibawa oleh lalat
sehingga mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buahbuah
segar
Sumber utama yang akan terinfeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakitnya, baik ketika ia sedang
sakit atau sedang dalam masa penyembuhan demam thypoid, sehingga
penderita masih mengandung Salmonella didalam kandung empedu atau
ginjalnya. Bakteri Salmonella thypi ini hidup dengan baik pada suhu 37̊ C, dan
dapat hidup pada air beku atau dingin, air tanah, air laut dan debu selama
beberapa minggu maupun bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram
beku.
E. Komplikasi
Komplikasi yang diakibatkan penyakit demam thypoid menurut
Lestari (2016) antara lain yaitu:
1. Perporasi usus, pendarahan pada usus dan illius paralitik
2. Anemia hemolitik
3. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
4. Pneumonia, empyeman dan pleuritis
5. Hepatitis, Koleolitis
Menurut Sodikin (2011) komplikasi untuk penyakit demam thypoid
sering terjadi pada bagi organ usus halus, untuk anak-anak komplikasi pada
bagian usus halus jarang terjadi apabila hal tersebut terkena pada anak-anak
akan membahayakan atau berakibat yang cukup fatal. Komplikasi yang
terjadi pada usus halus terdapat beberapa sebagai berikut yaitu:
1. Perdarahan usus
Pendarahan pada usus yang terjadi masih dalam jumlah yang sedikit dapat
dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, namun jika pendarahan
cukup banyak maka dikhawatirkan akan terjadi melena yang bisa juga
disertai dengan tanda nyeri perut.
2. Perforasi usus
Perforasi yang tidak disertai dengan gangguan peritonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu seperti pekak
hati menghilang dan terdapat adanya udara diantara diagfragma dan hati
pada saat dilakukan foto rongten pada bagian abdomen dengan keadaan
posisi penderita tegak.
3. Peritonitis
Pada peritonitis yang sering terjadi biasanya menyertai gangguan
perforasi usus, tetapi ada juga yang terjadi tanpa perforasi usus, akan
ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri pada perut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan terdapat nyeri pada saat
ditekan.
4. Komplikasi diluar usus
Komplikasi yang terjadi diluar usus ini merupakan terjadi akibat infeksi
sekunder yaitu dari bronkopnemonia, komplikasi yang terdapat lokalisasi
peradangan yang diakibatkan sepsis (bacteremia), yaitu seperti
Meningitis, Kolesitisis, Ensefalopati.
F. Clinical Pathways
Demam
Hipertermi
2. Data subjektif Salmonella thyposa Gangguan rasa
- Mengeluh nyeri nyaman nyeri
- Mengeluh sulit tidur Masuk saluran pencernaan (D.0074)
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh Lambung
kedinginan/kepanasan
- Merasa mual Diserap oleh usus
- Merasa lelah
Data objektif Masuk peradaran darah
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Hati
- Gelisah
- Tekanan darah hepatomegali
meningkat
- Pola nafas berubah nyeri ulu hati
- Menarik diri
- Berfokus pada diri nyeri
sendiri
3. Data subjektif Salmonella thyposa Ketidak
- Kram/nyeri abdomen seimbangan
- Cepat kenyang stelah Masuk saluran pencernaan nutrisi
makan (D. 0019)
- Nafsu makan menurun Lambung
Data objektif
- BB menurun 10% Diserap oleh usus
dibawah ideal
- Bising usus hiperaktif Masuk peradaran darah
- Otot mengunyah lemah
- Otot menelan lemah Kelenjar limfoid
- Membrane mukosa
pucat Reaksi inflamasi
- Serum albumin turun
- Sariawan Reaksi inflamasi parasimpatik
Gangguan pencernaan
Anoreksia,Mual, muntah
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi
4. Faktor resiko Salmonella thyposa Defisit volume
- Ketidakseimbangan
cairan (D.0037)
cairan ( mis. Dehidrasi Masuk saluran pencernaan
dan intoksikasi air)
- Kelebihan volume Lambung
cairan
- Diare Diserap oleh usus
- Mual muntah
- disfungsi regulasi Masuk peradaran darah
endokrin
kondisi klinis terkait Kelenjar limfoid
- anoreksia nervosa
- gastroenteritis Reaksi inflamasi
- gagal ginjal
- diabetes melitus Reaksi inflamasi parasimpatik
- luka bakar
- trauma Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan
Anoreksia,Mual, muntah
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
I. Diagnosa Keperawatan
Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus typhoid antara lain :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi (infeksi bakteri
Salmonella thypi).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, mual dan muntah.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
4. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan
mencerna makanan, anoreksia.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
6. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
pasien.
J. Nursing Care Plan
No SDKI SLKI SIKI
1. Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (1.15506)
proses inflamasi (infeksi bakteri selama 3x24jam diharapkan suhu tubuh O:
Salmonella thypi). (D.0130) membaik (L.14134), kriteria hasil : - Identifikasi penyebab hipertermia
- Menggigil menurun - Monitor suhu tubuh
- Kulit merah menurun - Monitor haluaran urin
- Suhu tubuh membaik - Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Suhu kulit membaik T:
- Tekanan darah membaik - Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis(keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberia antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
E:
- Anjurkan tirah baring
K:
- Kolaboraso pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan (I.03098)
berhubungan dengan diare, mual selama 3x24 jam diharapkan volume O:
dan muntah. (D.0037) cairan meningkat (L.03020), dengan - Monitor status hidrasi
kriteria hasil: - Monitor BB harian
No SDKI SLKI SIKI
- Asupan cairan meningkat - Monitor hasil pemeriksaan Lab
- Haluaran urin sedang T:
- Kelembaban membran mukosa - Catat intake-output dan hitung balans
meningkat cairan 24 jam
- Asupan makanan meningkat - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Dehidrasi menurun - Berikan cairan intravena, jika perlu
- Tekanan darah membaik K:
- Membran mukosa membaik - Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
- Turgor kulit membaik Manajemen Cairan (I.03098)
O:
- Monitor mual, muntah dan diare
T:
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
E:
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3. Gangguan rasa nyaman nyeri setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri (1.08238)
berhubungan dengan proses selama 3x24 jam, maka diharapkan O :
penyakit. (D.0074) tingkat nyeri menurun (L.08066), - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Monitor tanda-tanda vital
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Rasa mual menurun memperingan nyeri
No SDKI SLKI SIKI
- Fokus membaik T:
- Pola tidur membaik - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fisilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
E:
- Jelaskan penyebab, periodedan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi mengatasi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
K:
- Kolaborasi pemberian analgetik
4. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi (1.03119)
berhubungan dengan ketidak selama 3 x 24 jam, diharapkan status O:
mampuan mencerna makanan, nutrisi membaik (L.03030), dengan - Identifikasi status nutrisi
anoreksia. (D.0019) kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Porsi makan yang dihabiskan makanan
meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
- Kekuatan otot mengunyah - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
meningkat nutrisi
- Kekuatan otot menelan meningkat - Monitor asupan makanan
- Perasaan cepat kenyang menurun - Monitor BB
No SDKI SLKI SIKI
- Nyeri abdomen menurun - Monitor hasil LAB
- Sariawan menurun T:
- Diare menurun - Lakukan oral hygiene sebelum makan,
- Berat badan membaik jikaperlu
- IMT membaik - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
- Frekuensi makan membaik yang sesuai
- Nafsu makan membaik - Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggo
protein
- Berikan suplemen makan, jika perlu
E:
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
K:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jumlah
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (1.05178)
dengan kelemahan. (D.0056) selama 3x24 jam diharapkan toleransi O:
aktivitas meningkat (L.05047), dengan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yng
kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
- Keluhan lelah menurun - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor pola dan jam tidur
- Kemudahan dalam melakukan - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
aktivitas sehari-hari meningkat selama melakukan aktivitas
- Kecepatan berjalan meningkat T:
No SDKI SLKI SIKI
- Kekuatan tubuh bagian atas dan - Sediakan lingkungan yang nyaman dan
bawah meningkat rendah stimulus
- Dispnea saat dan setelah aktivitas- Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
menurun - Berikan aktifitas distraksi yang
- Tekanan darah membaik menenangkan
- Frekuensi nafas membaik E:
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
K:
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
6. Gangguan pola istirahat tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Tidur (1.05174)
berhubungan dengan nyeri yang selama 3x24 jam pola tidur membaik O:
dirasakan pasien. (D.0055) (L.05045), dengan kriteria hasil : - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Keluhan sering terbangun menurun - Identifikasi makanan dan minuman yang
- Keluhan pola tidurnya yang berubah mengganggu tidur
cukup meningkat - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
- Keluhan istirahat tidak cukup T:
menurun - Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
- Keluhan tidak puas tidur menurun posisi tidur, kebisingan, dll)
No SDKI SLKI SIKI
- Lakukan prosedur meningkatkan
kenyamanan
- Fasilitasi penghilang stres sebelum tidur
- Sesuaikan jadwal pemberian obat atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
E:
- Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
selama sakit
- Anjurkan menghindari makanan atau
minuman yang dapat mengganggu tidur
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenik dan cara
nonfarmakologi lainnya.
- Anjurkan pasien agar tetap tenang rileks,
dan berikan posisi yang nyaman pada
pasien
DAFTAR PUSTAKA