DISUSUN OLEH :
2019012441
UNIVERSITAS AN NUUR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM TYPHOID
B. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella
parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat
mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15- 20 menit. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH (berasal
dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigenVi (berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya
aglutinin O dan juga H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi
titernya makin besar pasien menderita tifoid (Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing).
C. Petofisiologi
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak
bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan
dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam
jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus.
Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga kemudian
menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-
selM, selepitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi
Salmonellatyphi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran
kekelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai
kejaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di
dalam sel fagosit mononuklear didalam folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika, hati
dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis. Jakarta: IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka
Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun,
akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum
tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi
kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran
retrograd dari empedu. Ekskresi organisme diempedu dapat menginvasi ulang dinding
usus atau dikeluarkan melalui tinja.
Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti
dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam
hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan juga kelenjar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat
menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum
tulang belakang, kelainan pada darah dan jugamenstimulasi sistem imunologik
(Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.
Jakarta: IDAI).
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10- 14hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeriperut
6. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeriotot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium / psikosis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu 1 Panasa Gangguan Bakterimia
berlangsung saluran cerna
insidious, tipe
panas stepladder
yang mencapai
39-40oC,
mengigil, nyeri
kepala
Minggu 2 Rasa nyeri Rose sport, Vaskulitis,
abdomen, diare splenomegali, hiperplasi pada
atau konstipasi, hepatomegali peyer’s patches,
delirium nodul typhoid
pada limpa dan
hati
Minggu 3 Komplikasi Melena ilius, Ulterasi pada
pendarahan ketegangan payer’s
saluran cerna, abdomen, koma pathches, nodul
perforasi dan typhoid pada
syok limpa dan hati
Minggu 4 Keluhan Tampak sakit Kolelitiasis,
menurun, relaps, berat, kakeksia carrier kronik
penurunan berat
badan
Tabel 3.1 Gejala dan Tanda Typhoid (Nurarif dan Kusuma 2015)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi
maka penderita membuatantibody (agglutinin)
4. Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti Salmonella Typhi Ig M
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
F. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracatamol
2. Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh
yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh
(Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres
hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu
proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan
Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15
menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas
dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat
kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan
memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak (Ayu, 2015).
G. Pathway
b. Pemeriksaan serologis
c. Kultur dengan cara isolasi kuman, pada isolasi dan biakan salmonella
digunakan bahan pemeriksaan berua darah, urun, tinja, feses dan sumsum
tulang belakang. Kultur darah dianggap sebagai metode standar untuk
diagnosis bakteriemia tetapi hanya mendeteksi 40-70 % pasien demam
typhoid.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
kasus Demam Typhoid yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien dengue
hemorrhagic fever menurut (Erdin 2018). Dengan menggunakan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI DPP PPNI 2017).
1. Hipertermia (D.0130)
a. Pengertian
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
b. Penyebab
1) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
c. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
1) Subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal
Kriteria Minor
1) Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram / nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
2) Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Membrane mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebihan
h) Diare
4. Hipovolemia (D.0023)
a. Pengertian
Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan atau intraseluler.
b. Penyebab
1) Kehilangan cairan aktif.
2) Peningkatan pemeabilitas kapiler
3) Kekurangan intake cairan
c. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
1) Subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Tekanan darah menurun
d) Tekanan nadi menyempit
e) Turgor kulit menurun
f) Membarn mukosa kering
g) Volume urin menurun
h) Hematokrit meningkat
Kriteria Minor
1) Sujektif
a) Merasa lemah
b) Mengeluh haus
2) Objektif
a) Pengisian vena menurun
b) Status mental berubah
c) Suhu tubuh meningkat
d) Konsentrasi urin meningkat
e) Berat badan turun tiba-tiba
5. Defisit Pengetahuan (D.0111)
a. Pengertian
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
b. Penyebab
1) Kurang terpapat informasi
2) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
c. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
1) Subjektif
a) Menanyakan masalah yang dihadapi
2) Objektif
a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
b) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Kriteria Minor
1) Subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif
a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
6. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
a. Pengertian
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Kelemahan
c. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh lelah
2) Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Kriteria Minor
1) Subjektif
a) Dispnea saat atau setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
2) Objektif
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat / setelah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
7. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
a. Pengertian
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
b. Penyebab
1) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan / pemeriksaan / tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Restraint fisik
c. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
1) Subjektif :
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur tidak berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Objektif : (tidak tersedia)
Kriteria Minor
1) Subjektif
a) Mengeluh kemampuan aktivitas menurun
2) Objektif : (tidak tersedia)
8. Termoregulasi Tidak Efektif (D.0149)
a. Pengertian
Kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan
kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh didalam batas
normal.
b. Penyebab
1) Proses penyakit (mis. Infeksi)
2) Dehidrasi
3) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
4) Fluktuasi suhu lingkungan
c. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
1) Subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif :
a) Kulit dingin / hangat
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktuatif
Kriteria Minor
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor keluaran urin
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basuhi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Kompres dingin / hangat pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
6) Hindari pemberian antipiretik / aspirin
7) Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedea fisiologis
SLKI Tingkat Nyeri (L.08066)
Tujuan : Diharapkan nyeri yang dirasakan klien berkurang
Kriteria Hasil :
a. Kleuhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Pola napas membaik
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan menmperingan nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik non formakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi musik, kompres hangat / dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperbesar rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
percahayaan, kebisingan)
3) Fasilitas istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
3) Anjurkan teknik nonformakologis untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
SLKI Status Nutrisi (L.03030)
Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b. Frekuensi makan membaik
c. Nafsu makan membaik
Intervensi : SIKI Manajemen Nutrisi (I.03119)
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Monitor asupan makanan
5) Monitor berat badan
6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
1) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
2) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
3) Berikan suplemen makanan, jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika perlu
2) Anjurkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antimietik) jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu
4. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
SLKI Status Cairan (L.03028)
Tujuan: Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Turgor kulit meningkat
b. Output urine meningkat
c. Tekanan darah dan nadi membaik
d. Kadar Hb membaik
Intervensi : SIKI Manajemen Hipovolemia
a. Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi terasa lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
b. Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral
c. Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
SLKI Tingkat Pengetahuan (L.12111)
Tujuan : Pengetahuan klien / keluarga bertambah
Kriteria Hasil :
a. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
b. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
c. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi : SIKI Edukasi Kesehatan (I.12383)
a. Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Edukasi
1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
SLKI Toleransi Aktivitas (L.05047)
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal
Kriteria Hasil :
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
c. Frekuensi napas membaik
Intervensi : SIKI Manajemen Energi (I.05178)
a. Observasi
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
2) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan mengeluh sulit tidur
SLKI Pola Tidur (L.05045)
Tujuan : Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur
Kriteria Hasil :
a. Keluhan sulit tidur menurun
b. Keluhan sering jaga menurun
c. Keluhan tidak puas tidur menurun
d. Keluhan pola tidur berubah menurun
e. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
f. Kemampuan beraktivitas meningkat
Intervensi : SIKI Dukungan Tidur (I.05174)
a. Observasi
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Identifikasi faktor pengganggu tidur
b. Terapeutik
1) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
tempat tidur)
2) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
3) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk menunjang siklus
tidur terjaga
c. Edukasi
1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
8. Termogulasi tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan
dengan suhu tubuh fluktualis
SLKI Termoregulasi (L.14134)
Tujuan : Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.
Kriteria Hasil :
a. Kulit merah menurun
b. Suhu tubuh membaik
c. Suhu kulit membaik
d. Pucat menurun
Intervensi : SIKI Regulasi Temperatur (I.14578)
a. Observasi
1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, frekuemsi pernapasan
2) Monitor warna dan suhu kulit
b. Terapeutik
1) Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
2) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
c. Edukasi
1) Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplemasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah ke empat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016)
1. Mandiri : aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
2. Delegatif : tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang
3. Kolaboratif : tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah anda ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanan, tidakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi
merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta : Intema
Publishing
Bare & Smelizer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
Galuh. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Typhoid Pada Anak Di
RSUD Tugurejo Semarang. Jakarta : EGC