Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan medikal bedah


Dosen Koordinator : Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep
Dosen Pembimbing : Argi Virgona Bangun S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh :
Ariel Akbar Arditia Muhtar
214121078

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
Rumah Tgl : Nilai Tgl : Nilai Rata-rata

Sakit Paraf+stampel Paraf Dosen

CI

A. Konsep Penyakit

1. Definisi penyakit

Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh

Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau

minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati, 2009). Definisi

lain dari demam tifoid atau Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang

biasaya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu

minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).

2. Etiologi

Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan

Salmonella yaitu Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S

paratyphi C. Bakteri tersebut memasuki tubuh penderita melalui saluran

pencernaan (Inawati, 2009). Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia

yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, baik

ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan. Pada masa

penyembuhan, penderita masih mengandung Salmonella spp di dalam kandung

empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5 persen penderita demam tifoid kelak

akan menjadi karier sementara, sedangkan 2 persen yang lain akan menjadi

karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier

intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type.


3. Manifestasi klinik

a. Masa Inkubasi

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah

10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas,

berupa :

o Anoreksia

o Rasa malas

o Sakit kepala bagian depan

o Nyeri otot

o Lidah kotor

o Gangguan perut (perut kembung dan sakit)

b. Gejala Khas

1) Minggu Pertama

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada

awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam

tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala,

pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara

80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan

gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan

diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih

sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan

ujung merah serta bergetar atau tremor.

2) Minggu Kedua

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat

setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat

pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh
penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang

tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi

perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat

bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat

dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat

yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium.

Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah

mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,

sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap

akibat terjadi perdarahan.

3) Minggu Ketiga

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir

minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila

keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai

turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan

perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus.

Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat

dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot

bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.

4) Minggu Keempat

Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam tifoid.


4. Komplikasi

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perporasi usus

3) Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndrome uremia

hemolitik.

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonephritis dan perinepritis.

6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan

arthritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,

polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia


5. Patofisiologi
Penyakit typoid adalah penyakit menular yang sumber infeksinya

berasal dari oral dan fekal, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar

perantara kuman Salmonella Thypii. Dimulai dari saluran pencernaan melalui

mulut oleh makanan yang kita makan sudah tercemar oleh kuman Salmonella

Thypii, kuman salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan

makanan dan air yang tercemar sebagian kuman dimusnahkan oleh asam

lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoit

plaque payers di ileum terminalis yang mengalami hipertropi.Ditempat ini

komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.Kuman salmonella

typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan

mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi.

Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typhi masuk aliran

darah melalui sirkulasi portal dari usus.salmonella typhi bersarang di plaque

peyeri, limfa hati dan bagian-bagian lain sistem retikulo endotelial.

Endoktosin selmonella typhi berperan pada patogenesis demam thypoid

karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat

salmonella typhi berkembang biak. Demam pada thypoid disebabkan karena

salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat

pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam
6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan leukosit

Pada pemeriksaan leukosit terdapat leukopenia atau leukositosis.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering kali maningkat, tetapi kembali ke normal

setelah sembuhnya demam Thypoid.

c. Biakan Darah (Kultur)

Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah

negative tidak menyingkirkan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena

hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor antara lain:

1) Tehnik Pemeriksaan Laboratorium.

Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda satu dengan yang lainnya. Hal

ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan

karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit yaitu

kurang dari 10 kuman / ml darah, maka untuk keperluan pembiakan

pada pasien dewasa diambil 5 – 10 ml darah dan pada anak-anak 2-5 ml.

bila darah yang dibiakan sedikit hasil biakan bisa negative, terutama

pada orang yang sudah mendapat pengobatan yang spesifik. Selain itu

darah tersebut harus ditanam pada saat media biakan berada disisi pasien

dan langsung dibawa keruangan laboratorium untuk pemeriksaan.Waktu

pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.

Pada demam thypoid biakan darah terdapat salmonella thypii terutama

positif pada minggu pertama penyakit dan berkembang pada minggu-

minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan bisa positif lagi.


3) Vaksinasi di masa lampau.

Vaksinasi terhadap demam thypoid dimasa lampau menimbulkan

antibody ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah mungkin

negative.

4) Pengobatan dengan obat antimikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan

mungkin negative.

d. Uji Widal

Uji Widal adalah suatu rekasi aglutinasi antara antigen dan anti bodi

(aglutinin), untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang

disangka menderita demam Thypoid.

1) Aglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman)

2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela

kuman)

3) Aglutinin Vi karena rangangan antigen Vi (berasal dari simpai

kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tingi titernya, maka makin

besar kemungkinan pasien menderita demam Thypoid.

e. Pemeriksaan Tinja.

Biasanya tinja pada klien demam thypoid mengandung kuman salmonella

thyposa.Oleh karena itu tinja / feces klien demam thypoid harus

diperiksa.Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam thypoid.


7. Penatalaksanaan medik
a. Tirah baring absolut minimal 7-14 hari sampai bebas demam

b. Terapi suportif misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi


gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat
penurunan demam.

c. Obat

1) Kloramfenikol

2) Tiamfenikol

3) Ko-trimoksazol

4) Ampisilin dan Amoksisilin

5) Sefalosporin

6) Fluorokinolon

7) Furazolidon
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pekerjaan, suku/bangsa, agama, satatus pekawinan,

tangga masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa

medik.

b. Keluhan utama : Keluhan utama Typoid adalah panas atau

demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala,

mual, anoreksia, diare, serta penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang : Peningkatan suhu tubuh karena

masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.

d. Riwayat penyakit dahulu : Apakah sebelumnya pernah sakit

demam tifoid.

e. Riwayat psikososial dan spiritual : Biasanya klien cemas,

bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan

dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.

f. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi dan metabolism

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual

dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan

tidak makan sama sekali.

2) Pola eliminasi Eliminasi alvi

Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring

lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,


hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan

demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat

keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat

meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

3) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total,

agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien

dibantu.

4) Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu

tubuh.

5) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya

dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien.

6) Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan

penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak

terdapat suatu waham pad klien.

7) Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di

rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.

8) Pola reproduksi dan seksual

Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah

karena harus dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum

menikah tidak mengalami gangguan.


9) Pola penanggulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena

keadaan sakitnya.

10) Pola tatanilai dan kepercayaan

Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total

dan tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang

dideritanya saat ini.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah,suhu tubuh meningkat 38-410

C, muka kemerahan.

2) Tingkat kesadaran dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

3) Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam

dengan gambaran seperti bronchitis.

4) Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin

rendah.

5) Sistem integumen

Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat,

rambut agak kusam

6) Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor

(khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut,

perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.


7) Sistem muskuloskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya

kelainan.

8) Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan

konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada

perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi

peristaltic usus meningkat

2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia b.d. Penyakit/Peningkatan metabolism tubuh
b. Nyeri akut b.d proses peradangan
c. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan
d. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif
.

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI

O KEPERAWATAN HASIL KRITERIA (NIC)

(NOC)
1 Hipertermia b.d. NOC : Thermoregulation a. Monitor suhu
Penyakit/ Peningkatan Kriteria Hasil : Temperature sesering mungkin
metabolism tubuh stabil: b. Monitor IWL
 36,5 ˚C - 37˚C c. Monitor watna
 Tidak ada kejang dan suhu tubuh
d. Monitor TTV
 Tidak ada prubahan e. Monitor Wbc,
warna kulit Hb, Hct
f. Monitor intake
dan output cairan
g. Kolabora
si
pemberia
n
antipureti
k
h. Kolaborasi
pemberian cairan
IV
i. Kompres pasien
dengan air hangat
Berikan pengobatan

untuk mengatasi
2 NIC : Pain
Management
a. Melakukan
pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,kapan
dimulain atau durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas dan faktor
pencetus
b. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
d. Kaji budaya yang
mempengaruhi respon
nyeri klien
e. Eksplore
pengetahuan dan
NOC: kepercayaan klien
- Pain level tentang nyeri
- Pain control
- Comfort level
Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol
nyeri
- Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang dengan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi)
Nyeri akut b.d - Menyatakan rasa
proses peradangan nyaman setelah nyeri
berkurang
3 Ketidakseimbangan NIC : Nutritional
- Nutritional Status : Management
nutrisi : kurang dari
food and Fluid
kebutuhan tubuh Intake a. Kaji adanya alergi
- Nutritional Status : makanan
nutrient b. Kolaborasi dengan
Intake ahli gizi untuk
Kriteria Hasil menentukan
nutrisi yang
:
dibutuhkan
- Adanya c. Berikan sustansi
peningkatan berat gula
badan sesuai d. Berikan diet tinggi
dengan tujuan
- Beratbadan ideal serat untuk
sesuai dengan mencegah
tinggi badan konstipasi
- Mampumengidentifi e. Monitorjumlah
kasi kebutuhan nutrisi dan
nutrisi kandungan kalori
- Tidak ada tanda f. Kaji kemampuan
tanda malnutrisi pasien untuk
- Menunjukkan mendapatkan
peningkatan nutrisi yang
fungsi dibutuhkan
pengecapan dari g. Makansedikit-
menelan sedikitnamun
- Tidak terjadi sering untuk
penurunan berat mencegah muntah
badan yang berart
Nutrition Monitoring

a. Monitor turgor kulit


b. Monitor mual dan
muntah

4 Kekurangan a. Monitor
- Fluid balance
Kekurangan volume status hidrasi
- Hydration
cairan b.d. kehilangan pasien
- Nutritional status: b. Pertahankan
cairan aktif food catatan intake dan
and fluid intake output cairan
Kriteria Hasil: c. Monitor TTV
- Mempertahankan d. Monitor
urine output sesuai masukan
dengan usia, BB makanan dan
- Vital sign dalam cairan , hitung
batas normal
intake kalori
- Tidak ada tanda tanda harian
dehidrasi e. Kolaborasi
pemberian cairan
iv

Anda mungkin juga menyukai