Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M.

R DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DEMAM TYPOID DIRUANG POLI ANAK RUMAH SAKIT
TOTO KABILA

Oleh

LIDYA PULUMODUYO, S.KEP

PERSEPTOR AKADEMIK PERSEPTOR KLINIK

Ns. Cindy. P.S.H. Jafar, M. Kep Ns. Raola Panai, S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
CONCEPT MAP

An. A.D umur 5 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam lebih dari 3
hari. Saat dilakukan pengakjian pada tanggal 18 Juni 2022 orang tua pasein
mengatakan anaknya masih deman. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD:
110/70 mmHg, SB: 37.2˚C, HR: 96x/m, RR; 22x/m, bibir tampak kering, pasien
juga tampak lemas.

Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia
LAPORAN PENDAHULUAN
“DEMAM TYPOID”

A. Konsep Medis Demam Typhoid


1. Pengertian Demam Typhoid
A. Konsep Medis Demam Typhoid
1. Pengertian Demam Typhoid

1. DEFINISI
Demam thypoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella enterica serovar thypi (S typhi). salmonella enterica serovar
thypi A, B, dan C kuman-kuman tersebut menyerang pada sistem
pencernaan, terutama pada perut dan usus yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi yang disebut demam parathypoid. Demam thypoid dan
parathypoid termasuk ke dalam demam enterik. Sekitar 90% dari demam
enterik adalah demam thypoid. Kuman-kuman tersebut menyerang pada
sistem pencernaan, dan ditandai adanya demam suhu tubuh yang
meningkat (hipertermi) yang berkepanjagan (Nelwan, 2013).
Deman Thypoid adalah penyakit sistematik yang diebabkan oleh
bakteri ditandai dengan deman insidious yang berlangsung lama, sakit
kepala yang berat, badan lemah, anoreksia, bradikardi relative,
splenomegali, pada penderita kulit putih 25% di antaranya menunjukkan
adanya “rose spot” pada tubuhnya, batuk tidak produktif pada awal
penyakit (Masriadi, 2016).
2. Etiologi
Menurut Inawati (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari
infeksi oleh bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita
melalui pada sistem saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus
12 jari, usus halus, usus besar) yang akan masuk kedalam tubuh manusia
bersama bahan makanan atau minuman yang sudah tercemar. Cara
penyebarannya untuk bakteri ini yaitu pada muntahan manusia, urine, dan
kotoran-kotoran dari penderita thypoid yang kemudian secara pasif
terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat) yang sudah hinggap ditempat kotor,
dan lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-
buah segar. Sumber utama yang akan terinfeksi adalah manusia yang
selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakitnya, baik ketika
ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan demam thypoid,
sehingga penderita masih mengandung salmonella didalam kandung
empedu atau didalam ginjalnya. Bakteri salmonella thypi ini hidup dengan
baik pada suhu 37oC, dan dapat hidup pada air steil yang beku dan dingin,
air tanah, air laut dan debu selama berminggu-minggu, dan juga dapat
hidup berbulanbulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah (2012) gejala klinis yang akan timbul pada
penderita demam thypoid pada klien dewasa lebih berat dibanding pada
anak. Penyakit ini masa tuntasnya 10 hari hingga sampai 20 hari. Masa
tuntas tersingkat untuk demam thypoid adalah 4 hari, jika terinfeksi
melalui makanan. Sedangkan masa tuntas terlama berlangsung 30 hari,
jika itu terinfeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi juga dapat
berlangsung 7 hari hingga sampai 21 hari, walaupun pada umumnya 10-12
hari ditemukan gejala abnormal yaitu perasaan tidak enak badan, terasa
lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul
juga dengan gejala gejala klinis yang lain sebagai berikut, yaitu :
a. Demam
Demam berlangsung terjadi selama tiga minggu, yaitu bersifat
febris remiten, dan dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi.
Selama minggu pertama seperti demam tinggi atau hipertermi yang
berkepanjangan yaitu suhunya setinggi 39oC-40oC sehingga
mengakibatkan sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah, batuk. Pada minggu kedua suhu tubuh akan berangsur-
angsur meningkat setiap harinya, yang biasanya menurun pada
pagi hari kemudian meningkat pada sore hari ataupun juga pada
malam hari dan suhu tubuh penderita demam thypoid ini terus
menerus dalam keadaan demam tinggi (hipertermi). Pada minggu
ketiga suhu tubuh ini akan berangsur-angsur turun dan normal
kembali diakhir minggu, hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau
berhasil diobati, dan juga bila keadaan membaik, gejala-gejala
tersebut akan berkurang dan temperatur mulai turun.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
c. Pada penderita demam thypoid ini disertai adanya perubahan pola
napas yaitu napas jadi berbau tidak sedap, mukosa bibir menjadi
kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor ujung dan adanya tepi
kemerahan, perut akan terasa kembung, hati dan limpa membesar,
dan disertai nyeri pada perabaan.
d. Gangguan pada kesadaran
Pada penderita demam thypoid ini kesadaran akan menurun,
walaupun tidak terlalu merosot, yaitu dengan adanya gangguan
kesadaran seperti apatis sampai samnolen (keinginan untuk tidur
dan terus tidur). Di gejala-gejala tersebut ada munculnya gejala
lain, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit.
a) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh ,
terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah
merah dan kelebihan kolestrol.
4. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat juga ditularkan melalui berbagai
cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan
muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella typhi
kepada orang lain, kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikosumsi oleh orang
yang sehat. Apabila makanan tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar salmonella
tyhpi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman
masuk ke dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid ini kuman
akan berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah untuk mencapai sel-sel
retikuloendotetial. Sel-sel retikuleondetial ini kemudian akan melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung ampedu (Padila, 2013).
Demam dan gejala pada thypoid ini disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian sperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan penyebab utama pada demam thypoid. Endotoksemia
berperan pada patogenis thypoid, karena akan membantu pasien inflamasi
lokal pada usus halus. Demam ini disebabkan salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepsan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang (Padila,2013).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin, (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien demam thypoid antara lain sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah Untuk mengindentifikasi adanya anemia
karena asupan makanan yang terbatas, malabsorspi,
hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan
penghancuran sel darah merah dalam pendarahan darah.
Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000- 4000 mm3
ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh
penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu
hilangnya eosinophil dari darah tepi. Trombositopenia
terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama.
Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat
rangsangan endotoksin laju endap darah meningkat.
b. Pemeriksaan Leukosit Pada kebanyakan kasus demam
thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi dalam
batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis,
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
c. Pemeriksaan feses Didapatkan adanya lendir dan darah,
dicurigai akan bahaya perdarahan pada usus dan perforasi.
d. Tes widal Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara
antigen dan ati bodi (aglutinin). Agglutinin yang spesifik
terhadap sallmonela terdapat dalam serum pasien demam
thypoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella
dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam
thypoid. Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka
menderita demam thypoid.
e. Biakan darah Biakan darah positif memastikan demam
thypoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan
demam thypoid, karena pada pemeriksaan minggu pertama
penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya
pada waktu kambuh biakan akan terjadi positif lagi.
f. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini untuk mengetahui
apakah adanya kelainan atau komplikasi akibat demam
thypoid.
6. Penatalaksanaan
Menurut Inawati (2017) pengobatan/penatalaksanaan pada penderita
Demam thypoid adalah sebagai berikut
1) Penatalaksanaan medis
a. Pasien demam thypoid perlu dirawat, pasien harus
mengalami tirah baring ditempat tidur sampai minimal 7
sampai 14 hari. Maksud untuk tirah baring ini adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi pendarahan usus atau
perforasi usus. Mobilisasi untuk pasien harus dilakukan
secara bertahap, sesuai dengan pulihannya kekuatan pasien.
Kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang
dipakai pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisi
tubuhnya minimal 2 jam harus diubah-ubah pada waktu-
waktu tertentu untuk menghindari terjadi adanya dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena
kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
b. Diet dan terapi penunjang Diet makanan untuk penderita
demam thypoid ini harus mengandung cukup intake cairan
dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap untuk
pasien demam thypoid diberi bubur, kemudian bubur kasar
dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukan
bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan
lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat
kasar) dan diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus
sehingga resiko perforasi usus lebih kuat.
c. Pemberian obat Terapi Obat-obatan atibiotika anti inflamasi
dan anti piretik: Pemberian antibiotika sangat penting
dalam mengobati demam thypoid karena semakin
bertambahnya resitensi antibiotic, pemberihan terapi
empirik merupakan masalah dan kadang-kadang
controversial. Kebanyakan regimen antibiotik disertai
dengan 20% kumat.
1) Amoksilin adalah obat kemampuan untuk menurunkan
demam, efektivitas amoksilin lebih kecil dibandingkan
dengan kloramfenikol dalam percepatan penurunan suhu
tubuh sampai yang normal dan tingkat kambuh. Dosis yang
dianjurkan 100mg/kg/24 jam secara oral dalam tiga dosis.
2) Kotimoksazol efektivitas kurang lebih sama dengan
kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan orang dewasa 2x2
tablet, oral (1 tablet mengandung 80mg) selama 10 hari.
3) Sefotaksim diberikan 200/kg/hari secara intervena tiap 6
jam dalam dosis 12g/hari. Penangkapan dinding sel bakteri
sintesis, yang menghambat pertumbuhan bakteri. Generasi
ketiga sefaloprin degan spektrum garam negatif. Lebih
rendah efikasi terhadap organisme gram positif. Sangat baik
dalam kegiatan vitro S typhi dan salmonella lain dan
memiliki khasiat yang dapat diterima pada demam thypoid.
4) Seftriaxsone dosis yang dianjurkan adalah 80mg/hari. IV
atau IM. Satu kali sehari selama 5 hari, penangkapan
dinding sel bakteri sintesis, yang menghambat pertumbuhan
bakteri. Generasi ketiga sefaloprin dengan spektrum luas
gram negatif aktivitas terhadap organisme gram positif.
Bagus aktivitas ini vitro terhadap S typhi dan salmonella
lainnya.
5) Dexametason 3 mg/kg untuk dosis awal, disertai dengan
1 mg/kg setiap 6 jam selama 48 jam, memperbaiki angka
ketahanan hidup penderita syok, menjadi lemah stupor atau
koma.
6) Anti inflamasi (anti radang). Yaitu kortikosteroid
diberikan pada kasus berat.
7) Dengan gangguan kesadaran. Dosis yang dianjurkan 1-3
mg/hari IV, dibagi dalam 3 dosis hingga kesadaran
membaik.
8) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti
paracetamol.
9) Antipiretik untuk menurunkan keluhan mual dan
muntah.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut tindakan keperawatan yang dilakukan untuk pasien
dengan demam thypoid antara lain:
a. Gangguan suhu tubuh (Hipertermi).
1. Kaji penyebab hipertermi
2. Jelaskan pada klien/keluarga pentingnya
mempertahankan masukan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
3. Ajarkan/lakukan upaya mengatasi hipertermi dengan
kompres hangat, sirkulasi cukup, pakaian longgar dan
kering dan pembatasan aktivitas.
4. Jelaskan tanda-tanda awal hipertermi: kulit kemerahan,
letih, sakit kepala, kehilangan nafsu makan.
b. Kebutuhan nutrisi dan cairan
1. Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan
secara adekuat, konsulkan pada ahli gizi.
2. Timbang BB secara berkala.
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
4. Ciptakan suasana yang membangkitkan selera
makanan: tampilan pada makanan, sajian makanan
dalam keadaan hangat, makan secara bersamaan,
suasana yang tenang, lingkungan yang bersih.
5. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah
makan

Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang


sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan
Handayani 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M.(2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC.


Inawati, (2017). Demam tifoid. Artikel Kesehatan Depatermen Patologi Anatomi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info
Media.
Muttaqin, A. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medika.
Nelwan R.H. (2013). Tata laksana terkini demam tifoid. Continuing Med Edu.
Oktober 4;39(4):247–50.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: Nuha Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M.R DENGAN DIAGNOSA
MEDIS TB PARU DIRUANG POLI ANAK RUMAH SAKIT TOTO
KABILA

Oleh

LIDYA PULUMODUYO, S.KEP

PERSEPTOR AKADEMIK PERSEPTOR KLINIK

Ns. Cindy. P.S.H. Jafar, M. Kep Ns. Raola Panai, S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

CONCEPT MAP

An. M.R umur 4 tahun datang ke poli klinik anak untuk pemeriksaan pada hari
Rabu 21 Juni 2022 pukul 10.00. pada saat dilakukan pengkajian orang tua klien
klien mengatakan anaknya batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu, dan juga
sedang flu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/70, SB: 36.5˚C, HR:
92x/m, RR; 22x/m. Pasien tampak batuk berdahak dan adanya suara napas
tambahan rochi.

Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


LAPORAN PENDAHULUAN

“TB PARU”

1. Definisi
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara ke dalam paru-paru,dan menyebar dari
paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti
kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ
tubuh lainnya (Febrian, 2015).
TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau
ditemukan di tempat tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau
daerah urban, yang kemungkinan besar telah mempermudah proses
penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB (Ganis,
2015).
2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil
ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari,
pemanasan dan sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium
tuberculosis yaitu tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di
bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru dan
orang yang rentan terinfeksi bila menghirup bercak ludah ini (Nurrarif &
Kusuma, 2015).

Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut:

a. Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif.


b. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya kanker,
lansia, HIV.
c. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme.
d. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes,
kekurangan gizi, gagal ginjal kronis.
e. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi
misal Asia Tenggara, Haiti.
f. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart.
g. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan.
h. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai
misalnya tunawisma atau miskin.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada,
malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik
(Padila,2013).
1) Gejala sistemik yaitu :
a. Demam Adanya proses peradangan akibat dari infeksi
bakteri sehingga timbul gejala demam. Ketika
mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru
dan menempel pada bronkus atau alveolus untuk
memperbanyak diri, maka terjadi 8 peradangan (inflamasi)
,dan metabolisme meningkat sehingga suhu tubuh
meningkat dan terjadilah demam.
b. Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu
makan, pegal-pegal, penurunan berat badan dan mudah
lelah.
2) Gejala respiratorik yaitu :
a. Batuk Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)
kemudian muncul peradangan menjadi produktif atau
menghasilkan sputum yang terjadi lebih dari 3 minggu
b. Batuk darah Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk
yang terjadi akibat dari pecahnya pembuluh darah. Darah
yang dikeluarkan bisa bervariasi, berupa garis atau bercak
darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang
banyak.
c. Sesak nafas Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan.
Sesak nafas ditemukan jika penyakit berkelanjutan dengan
kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain
seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain
d. Nyeri dada, gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal
apabila yang dirasakan berada pada tempat patologi yang
terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti
leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik apabila
nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang
terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau (Smeltzer &
Bare,2013).
4. Patofisiologi
Menurut Darliana (2014), Individu terinfeksi melalui droplet nuclei
dari pasien TB paru ketika pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini
mengandung basil TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan
melayang-layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat
Mikrobacterium Tuberkulosa berhasil menginfeksi paruparu maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya
melalui serangkaian reaksi imunologis, bakteri TB paru ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-
sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi
dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem imun tubuh
berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tuberkulosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, yang menyebabkan
bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah
pemajanan.
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan
gumpalan basil yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa
jaringan -jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut
tuberkel ghon dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa
ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajaman
dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karna gangguan
atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit dapat juga
aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini,
tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti keju dalam bronki.
Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerang membentuk jaringan parut.
Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan
terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
5. Penularan TB Paru
Daya penularan dari seorang TB paru ditentukan oleh:
(Notoatmodjo,2015)
a. Banyak nya kuman yang terdapat dalam paru penderita.
b. Penyebaran kuman di udara.
c. Penyebaran kuman bersama dahak berupa droplet yang berada
disekitar TB paru.
Kuman pada penderita TB paru dapat terlihat oleh
mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA positif) dan infeksius.
Sedangkan penderita TB paru yang kumannya tidak dapat dilihat
langsung oleh mikroskop pada sediaan (BTA negatif) dan kurang
menular. Pada penderita TB ekstra paru tidak menular kecuali pada
penderita TB paru. Penderita TB BTA positif mengeluarkan kuman
di udara dalam bentuk droplet pada saat batuk atau bersin. Droplet
ini mengandung kuman TB dan dapat bertahan di udara selama
beberapa jam. Jika droplet ini terhirup oleh orang lain dan menetap
dalam paru yang menghirupnya maka kuman ini akan berkembang
biak dan terjadi infeksi. Orang yang serumah dengan penderita TB
paru BTA positif adalah orang yang kemungkinan besar terpapar
kuman TB.

6. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru
yaitu :
a. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
b. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di
paru.
c. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
d. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
e. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang
mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan pernafasan
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
a. Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis
langsung, penderita TB diperiksa contoh uji dahak SPS
(sewaktupagi-sewaktu).
b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari
pemeriksaan hasilnya BTA positif.
2) Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengumpulkan 3
contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) :
S (sewaktu) : Dahak ditampung saat pasien TB datang
berkunjung pertama kali ke pelayanan kesehatan. Saat
pulang pasien membawa sebuah pot dahak untuk
menampung dahak pagi pada hari kedua.
P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari kedua,setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas
pelayanan kesehatan.
S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah
saat menyerahkan dahak pagi.
b. emeriksaan biakan Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengidentifikasi mycbacterium tuberculosis.
3) Pemeriksaan uji kepekaan obat
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT. Pemeriksaan
uji kepekaan obat harus dilakukan oleh laboratorium yang telah
lulus uji pemantapan mutu atau quality assurance.
(Kemenkes,2014).
4) Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan
penunjang pada TB paru meliputi :
a. Laboratorium darah rutin LED normal/meningkat,
limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA Untuk memastikan diagnostik
paru, pemeriksaan ini spesifikasi karena klien dapat
didiagnosis TB paru berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) Yaitu uji serologi
imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux/Tuberkulin Yaitu uji serologi
imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman
melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi adanya
resistensi.
f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC)
Deteksi Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan
dari metabolisme asam lemak oleh kuman TB.
g. Pemeriksaan Radiologi
a) Gambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis
TB paru yaitu : Bayangan lesi terletak di lapangan
paru atas satu segmen apical lobus bawah.
b) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
c) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
d) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa
minggu kemudian.
e) Bayangan millie
8. Penatalaksanaan
1) Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
a. Tujuan pengobatan Pengobatan TB paru untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kekambuhan, mencegah
kematian, memutuskan rantai penularan serta mencegah
resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT.
b. Prinsip pengobatan Pengobatan yang dilakukan harus
memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang diberikan
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan
secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
c. Tahapan pengobatan pengobatan TB diberikan dalam dua
tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
d. Obat anti tuberkulosis
1) Isoniazid (H) Isoniazid diberikan melalui oral atau
intramuskular. Obat ini memiliki dua pengaruh toksik
utama yaitu neuritis perifer dan hepatotoksik. Tanda dari
neuritis perifer yaitu mati rasa dan rasa gatal pada tangan
dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi, mungkin
terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja
(Astuti,2010).
2) Rifampisin (R) Efek samping obat ini yaitu terjadi
perubahan warna orange pada urine dan air mata dan
gangguan saluran pencernaan.
3) Etambutol (E) Etambutol bertujuan untuk mencegah
resistensi terhadap obat yang lain.
4) Pirazinamid (Z) Obat ini bersifat bakterisid dan
memiliki efek samping rasa mual yang disertai nyeri ulu
hati dan muntah.
5) Streptomisin Efek samping dari obat streptomisin yaitu
rasa kesemutan didaerah mulut dan muka setelah obat
disuntikan.
2) Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas drainase postural,perkusi,dan
vibrasi dada. Tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam
pembuangan sekresi bronkhial, memperbaiki fungsi ventilasi, dan
meningkatkan efisiensi dari otot-otot sistem pernafasan agar
berfungsi secara normal (Smeltzer & Bare,2013).
Drainase postural adalah posisi yang spesifik dengan gaya
gravitasi untuk memudahkan proses pengeluaran sekresi bronkial.
Perkusi adalah suatu prosedur membentuk mangkuk pada telapak
tangan dengan menepuk ringan pada dinding dada dalam. Gerakan
menepuk dilakukan berirama diatas segmen paru yang akan
dialirkan (Smeltzer & Bare,2013).
Vibrasi dada adalah tindakan meletakkan tangan
berdampingan dengan jari-jari tangan dalam posisi ekstensi diatas
area dada.
b. Latihan batuk efektif Latihan batuk efektif yaitu tindakan yang
dilakukan agar mudah membuang sekresi dengan metode batuk
efektif sehingga dapat mempertahankan jalan nafas yang paten
(Smeltzer & Bare,2013).
c. Penghisapan Lendir Penghisapan lendir atau suction merupakan
tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang tertahan
pada jalan nafas. Penghisapan lendir bertujuan untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten
DAFTAR PUSTAKA

Darliana, Devi. (2014). Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal PSIK-FK


Unsyiah. Vol 2, No 1, ISSN: 2087-2879, Hal 27.
DEPKES RI (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. 2014
Febrian, M A. (2015) . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB
Paru Anak Di Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung: Jurnal Ilmu
Keperawatan . Volume III. (2). Hal. 64-78
Ganis indriati, N. S. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Tuberkulosis Paru. JOM, 729. Diakses 07 Oktober 2019 melalui
https://media.neliti.com/media/publications/188864-ID-faktor-
yangmempengaruhi-keberhasil.pdf
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Puspasari, S. F. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Yogyakarta: PT.Pustaka Baru.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Wahid & Imam Suprapto. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem
Respirasi. Jakarta Timur : Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai